You are on page 1of 3

Kisah Kedurhakaan Tsalabah

Mendengar itu, Rasulullah bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun
beribadah ketika miskin, namun setelah kaya ia telah berubah.
Siang itu Rasulullah sedang salat berjamaah bersama para sahabatnya. Di antara
deretan sahabat yang makmum di belakang Rasulullah, tampak seorang tengah baya yang
kusut rambutnya dan berpakaian lusuh, Ia dikenal sebagai seorang sahabat Rasulullah
yang tekun beribadah, bernama Tsa labah.

Setelah Rasulullah menyelesaikan salat, Tsalabah segera beranjak pulang tanpa


membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu. Rasulullah pun menegurnya, Tsalabah,
mengapa engkau tergesa-gesa pulang? Tidakkah engkau berdoa terlebih dahulu.
Bukanlah tergesa-gesa keluar dari masjid adalah kebiasaan orang-orang munafik.

Tsalabah menghentikan langkahnya, ia sangat malu ditegur oleh Rasulullah. Tetapi,


apa mau dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rasulullah. Wahai Rasulllah,
saya hanya memiliki sepasang pakaian untuk salat dan saat ini istriku di rumah
belum melaksanakannya salat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini. Pakaian
yang hanya sepasang ini kami pergunakan salat secara bergantian. Kami sangat
miskin. Untuk itu wahai Rasulullah, jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Allah
menghilangkan semua kemiskinan kami ini dan memberi rezeki yang banyak.

Rasulullah tersenyum mendengar penuturan Tsalabah, lalu beliau berkata, Tsalabah


sahabatku, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih baik dari pada
engkau bergelimang harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur.

Nasihat Rasulullah sedikit menghibur hati Tsalabah, karena sesungguhnya yang ada
dalam benaknya adalah dia sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan. Satu-
satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rasulullah. Doa
seorang utusan Allah pasti didengar Allah. Itulah yang selalu menjadi angan-angan
Tsalabah hingga keesokan harinya ia kembali menemui Rasululllah, dan memohon agar
beliau mau mendoakannya menjadi orang kaya.

Rasulullah kembali menasihati, Wahai TsaLabah. Demi Dzat yang diriku berada di
tangan-Nya, seandainya aku memohon kepada Allah agar Gunung Uhud menjadi emas,
Allah pasti mengabulkannya. Tetapi, apa yang terjadi jika Gunung Uhud benar-benar
menjadi emas? Masjid-masjid akan sepi! Semua orang akan sibuk memupuk kekayaan dari
gunung itu. Aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya, engkau akan lupa beribadah
kepada Allah.

Tsalabah terdiam mendengar nasihat Rasulullah, namun dalam hatinya berkecamuk.


Aku mengerti Rasululllah tidak mau mendoakan karena beliau sayang kepadaku. Beliau
khawatir jika aku menjadi orang kaya, aku akan menjadi golongan orang-orang yang
khufur. Tetapi aku tidak seburuk itu, justru dengan kekayaan yang aku miliki, aku
akan membela agama ini dengan hartaku.

Akhirnya Tsalabah pulang. Ia merasa malu jika terus memaksa Rasulullah agar mau
mendoakannya. Tapi keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan hati untuk
segera terbebas dari belenggu kemiskinan. Ditemuinya Rasululllah, dan memohon untuk
ketiga kalinya agar Rasululllah mau mendoakan. Kali ini Rasulullah tidak menolak
keinginan TsaLabah. Beliau menengadahkan tangan kelangit sambil berkata, Ya
Allah, limpahkanlah rejeki-Mu kepada TsaLabah. Kemudian Rasulullah memberikan
kambing betina yang sedang bunting kepada TsaLabah. Peliharalah kambing ini baik-
baik, pesan Rasululllah. TsaLabah pun pulang membawa kambing pemberian
Rasululllah dengan hati berbunga-bunga. Dengan modal kambing serta doa Rasulullah,
ia yakin akan menjadi orang yang kaya raya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, TsaLabah yang dulu miskin dan lusuh
telah berubah menjadi orang yang kaya dan terpandang. Kambingnya berjumlah ribuan.
Di setiap lembah dan bukit terdapat kambingnya TsaLabah. Ia semakin disibukkan
dengn harta kekayaannnya. Jika dulu setiap salat lima waktu selalu berjamaah di
masjid, sekarang TsaLabah datang ke masjid hanya pada waktu salat juhur dan ashar
saja. Ketika jumlah kambingnya terus bertambah dan TsaLabah disibukkan olehnya, ia
pun datang ke masjid ketika salat jumat.

Begitu derasnya harta yang mengalir di rumah Tsalabah, membuat ia lebih senang
tinggal di rumah dari pada jauh-jauh datang ke masdjid. Bahkan, kini untuk salat
jumat pun ia sudah tak datang lagi ke masjid.

Hingga suatu ketika Rasululllah bertanya kepada para sahabat yang lain, Wahai
sahabatku. sudah sekian lama TsaLabah tidak kelihatan di masjid. Tahukan kalian
kemana dan bagaimana keadaannya sekarang? Salah seorang sahabat menjawab, Wahai
Rasululllah, Tsalabah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di Madinah maupun di
luar Madinah telah penuh sesak dengan kambing-kambingnya. Mendengar hal itu
Rasulullah kembali bertanya, Benarkah? Lalu mengapa ia tidak pernah menyerahkan
sedekahnya sedikit pun? Kali ini, tidak ada sahabat yang bisa menjawab.

Setelah Allah menurunkan ayat tentang kewajiban zakat, Rasululllah mengutus dua
orang sahabat untuk menjadi amil zakat. Seluruh umat Islam di Madinah yang hartanya
dipandang sudah mencapai nishab zakat didatangi, tak terkecuali Tsalabah.

Tetapi, tak disangka Tsalabah menolaknya. Dengan berang ia berkata, Apa-apaan


ini. Kalian mengatakan ini zakat tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!
Pajak! Sejak kapan Rasululllah menarik upeti! Aku bisa rugi. ucap TsaLabah.
Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan hartaku! lanjutnya.

Kedua utusan Rasulullah kemudian menghadap Rasulullah dan menceritakan semua


perbuatan Tsalabah. Mendengar itu, Rasulullah bersedih telah kehilangan seorang
sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin, namun setelah kaya ia telah
berubah. Sungguh celaka TsaLabah, celakalah ia. kata Rasululah. Kemudian Allah
menurunkan ayat 75-78 dalam surah At-Taubah [9] tentang ciri-ciri orang munafik.

Ayat ini segera menyebar ke seluruh Madinah sehingga ada salah seorang yang memberi
tahu Tsalabah. Tsalabah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka telah
lama memperbudaknya. Ia pun bergegas menghadap Rasulullah dengan membawa zakat dari
seluruh hartanya. Namun Rasulullah tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah
kata, Sebab kedurhakaanmu, Allah melarangku untuk menerima zakatmu.

Rasulullah mengambil segenggam tanah lalu ditaburkan di atas kepala Tsalabah,


Inilah perumpamaan amalanmu selama ini, sia-sia belaka. Aku telah perintahkan agar
engkau menyerahkan zakat tetapi engkau menolak, celakalah engkau Tsalabah.
Tsalabah akhirnya kembali ke rumahnya dengan penyesalan tanpa batas.

Sampai suatu hari terdengar kabar Rasululllah telah wafat, ia semakin bersedih
karena taubatnya tidak diterima Rasululllah hingga beliau wafat. Tsalabah mencoba
mendatangi Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rasulullah, ia datang membawa
zakat. Abu Bakar hanya berkata Rasulallah saja tidak mau menerima zakatmu,
bagaimana mungkin aku dapat menerima zakatmu.

Demikian pula di zaman kekhalifahan Umar bin Khatab, Tsalabah mencoba menyerahkan
zakat. Tapi Umar tidak mau menerimanya sebagaimana Rasulullah dan Abu bakar tidak
mau menerima zakat Tsalabah. Bahkan sampai Khalifah Usman bin Affan, zakat
Tsalabah tidak diterima.

Demikianlah, kisah Tsalabah jadi pengingat bagi kita akan bahaya harta dan
kehidupan dunia yang seringkali melalaikan. Semoga bisa diambil hikmahnya.
sumber :
http://www.daaruttauhiid.org/artikel/read/nasehat/870/kisah-kedurhakaan-tsa-
labah.html

You might also like