You are on page 1of 108

PT.

BUANA GRAFINDO CEMERLANG


website: www.buanarepro.com
e-mail ; buanarepro@yahoo.com
telp: 421 1566,428 03159
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

PEDOMAN
PEDOMAN
PELAYANAN
PELAYANAN
GIZIGIZI
BAGIBAGI

ODHA
ODHA

KEMENTERIAN
KEMENTERIAN
KESEHATAN
KESEHATAN
RI RI
20142014
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Cetakan I : Tahun 2010


Cetakan II : Tahun 2014
Cetakan III : Tahun 2014

Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI

612.3
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI
P Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA.Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI, 2010

1. Judul 1. NUTRITION REQUIREMENTS


2. AIDS DIET THERAPY

ii

= ii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

KATA PENGANTAR

Status gizi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) dipengaruhi oleh


infeksi HIV itu sendiri dan asupan zat gizinya. Selain itu juga
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan dan makanan, yang mana
juga bisa akibat dari kerawanan pangan dan ketimpangan antar
wilayah di Indonesia. Pada ODHA sering terjadi defisiensi
makronutrien dan mikronutrien oleh karena keadaan-keadaan
tersebut di atas. Kurang gizi dan kerawanan pangan meningkatan
angka kesakitan dan kematian akibat HIV yang mana dapat
mengurangi kepatuhan konsumsi ART sehingga meningkatkan
transmisi HIV.

Peran gizi bagi kesehatan telah diketahui secara luas dan hal
ini mendasari hubungan antara status gizi dan infeksi HIV. Dalam
layanan komprehensif bagi ODHA, gizi adalah elemen penting
dalam semua tahap pelayanan, mulai dari pencegahan sampai
perawatan jangka panjang. Gizi memiliki dampak nyata terhadap
perjalanan penyakit pada ODHA. Kurang gizi berat dan sedang
memiliki korelasi terhadap peningkatan resiko kematian sebanyak
dua sampai enam kali lipat. Masalah gizi seperti turunnya berat
badan menunjukkan kondisi ODHA yang tidak mampu melawan
perjalanan penyakit akibat HIV. Defisiensi zat gizi mikro
mempengaruhi perjalanan penyakit, memperbesar resiko
penularan dari ibu ke anak serta meningkatkan kematian.

Makin banyak bukti tentang manfaat intervensi gizi dan


pangan spesifik untuk memperbaiki keadaan klinis dan status gizi
ODHA. Dukungan gizi sangat penting untuk menjaga ODHA sehat
lebih lama dan untuk memperbaiki efektivitas pengobatan.
Integrasi dan hubungan layanan HIV dalam sistem dan layanan
kesehatan lain dapat memaksimalkan manfaat peningkatan
tatalaksana dan dukungan HIV untuk menurunkan angka kesakitan
iii

= iii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

dan kematian akibat HIV serta mencegah penularan. Hal ini penting
dalam menetapkan model layanan sesuai prinsip Layanan
Komprehensif Berkesinambungan (LKB).

Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab dalam


memastikan integrasi layanan gizi dalam protokol standar layanan
kesehatan, serta menyusun kebijakan dan prosedur terkait. Sektor
kesehatan bertanggung jawab dalam memberikan layanan
tatalaksana HIV melalui rumah sakit di tingkat provinsi atau
kabupaten. Dengan dukungan World Food Programme (WFP), Buku
Pedoman Pelayanan Gizi bagi ODHA edisi ketiga ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi yang diperlukan tenaga kesehatan
dalam memberikan layanan gizi bagi ODHA dan keluarganya.

Jakarta, 24 November 2014


Direktur Bina Gizi
RIAN KESE
TE
EN

HA
KEM

TAN

Direktorat Jendral
Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak
A
RE

SI

UB
Ir. . Doddy Izwardy, MA
LIK IN D O N
E
P

iv

= iv =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR Ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR BAGAN viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
DEFINISI OPERASIONAL xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang `1
B. Tujuan 3
C. Sasaran 3
D. Ruang lingkup 3

BAB II HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA
A. Stadium klinis HIV 4
B. Diagnosis 9
C. Metabolisme gizi pada ODHA 10
D. Hubungan antara gizi dan HIV 13
E. Gizi dengan obat antiretroviral (ARV) 14

BAB III GAMBARAN UMUM TATALAKSANA GIZI BAGI


ODHA
A. Tujuan 18
B. Alur pelayanan gizi bagi ODHA 18
C. Asuhan dan terapi gizi 20
D. Monitoring dan Evaluasi 31

=v=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB IV TATALAKSANA GIZI PADA IBU HAMIL,


MENYUSUI, BAYI DAN ANAK-ANAK
A. Ibu hamil dengan HIV 38
B. Ibu menyusui dengan HIV 40
C. Bayi dan anak dengan HIV 42

BAB V TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA DENGAN


TUBERKULOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS LAIN
A. Tuberkulosis pada ODHA 45
B. Manifestasi klinis penyakit dan gangguan 48
lain

BAB VI PENUTUP 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

TIM PENYUSUN DAN EDITOR 92

vi

= vi =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DAFTAR TABEL

1 Jenis Layanan Komprehensif HIV 2


2 Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa 5
3 Stadium klinis HIV/AIDS pada bayi dan anak 7
4 Paduan Lini- Pertama yang direkomendasikan pada orang 15
dewasa yang belum pernah mendapat terapi ARV
5 ART pada bayi dan anak 16
6 Efek samping beberapa ARV 17
7 Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang 21
8 Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran 21
LiLA
9 Kebutuhan gizi pada ODHA berdasar stadium 24
10 Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus 34
11 Kebutuhan Penambahan Energi dari Total Energi yang 38
dianjurkan selama kehamilan dan menyusui
12 Rekomendasi Kenaikan BB selama kehamilan pada ODHA 39
13 Kebutuhan energi Ibu menyusui dengan HIV/AIDS 40
14 Kebutuhan Energi Bayi 42
15 Efek samping OAT yang ringan 46
16 Efek samping OAT yang berat 47
17 Manifestasi klinis pada ODHA 48
18 Efek samping ARV dan rekomendasi makanan 50
19 Faktor aktivitas fisik 56
20 Faktor aktivitas dan faktor trauma dalam menetapkan 57
kebutuhan energi
21 Kategori ambang batas gizi anak 0-60 bulan 60
22 Klasifikasi status gizi pada naka berdasarkan LiLA 60
23 Penilaian IMT menggunakan batas ambang 61
24 Perkiraan jumlah susu formula untuk bayi 70
25 Angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia 71
26 Angka kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang 73
Indonesia

vii

= vii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DAFTAR BAGAN
1 Hubungan antara infeksi HIV dan kurang gizi 11
2 Hubungan patogenesis kurang gizi pada anak 12
dengan kondisi-kondisi yang berhubungan
dengan HIV
3 Gizi dan imunitas pada HIV 13
4 Efek HIV pada gizi 14
5 Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di 18
Puskesmas
6 Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah 19
Sakit

viii

= viii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan Kebutuhan Energi
2 Standar Penilaian Status Gizi
3 Formulir Asuhan Gizi dan Evaluasi Asuhan Gizi
4 Form Monitoring Berat Badan
5 Alternatif Pemberian/Pengganti ASI
6 Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia
7 Daftar Bahan Makanan Penukar
8 Contoh Makanan Formula Cair Oral (Untuk ODHA Dewasa)
9 Form Monitoring asupan makan
10 Contoh Menu

ix

= ix =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DAFTAR SINGKATAN
ABC Abacavir
AFASS Affordable, Feasible, Acceptable, Sustainable, Safe
AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome
ARV Anti Retroviral
ASI Air Susu Ibu
AZT Azidothymidine
BB Berat badan
BTA Basil/Bakteri Tahan Asam
CD4 Cluster of differentiation 4
d4T Stavudin (nama paten)
ddl Didanosine
EFV Efavirenz
FTC Emtricitabine (nama paten)
HBV Hepatitis B Viral
HCV Hepatitis C Viral
HDL High density lipoprotein
HIB Haemophylus influenza B
HIV Human Immunodeficiency Virus
IMS Infeksi menular seksual
IMT Indeks Massa Tubuh
INH Isonicotinic acid hydrazid
IO Infeksi oportunistik
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas
KB Keluarga Berencana
KEK Kurang Energi Protein
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
KTIP Konseling dan Tes Inisiatif Petugas
KTS Konseling dan Tes Sukarela
LDL Low density lipoprotein
LKB Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LPV/r Lopinavir/ritonavir
MCT Medium chain triglyceride
MDR Multi drug resistent
x

=x=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

MUFA Mono-unsaturated fatty acid


NNRTI Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors
NRTI Nucleoside reverse transcriptase inhibitors
NVP Nevirapine
OAT Obat anti tuberkulosis
ODHA Orang dengan HIV/AIDS
OHL Oral hairy leukoplakia
PAGT Proses Asuhan Gizi Terstandar
PB Panjang badan
PCP Pneumosistis Carinii Pneumonia
PDP Perawatan, Dukungan, Pengobatan
PI Protease Inhibitors
PITC Provider Initiated Testing & Counseling (KTIP)
PML Progressive Multifocal Leucoencephalopathy
PMTCT Prevention from mother-to-child transmission
PPIA Pencegahan penularan dari Ibu ke Anak
PTRM Program terapi rumatan metadon
PUFA Poly-unsaturated fatty acid
REE Resting energy expenditure
SGOT Serum glutamic oxaloacetic transaminase
SGPT Serum glutamic pyruvic transaminase
TB Tuberkulosis
TB Tinggi Badan
3TC Lamivudin
TDF Tenovofir
VCT Voluntary Counseling & Testing (KTS)
WHO World Health Organization
WFP World Food Programme

= xi =
xi
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DEFINISI OPERASIONAL

Asuhan Gizi :
adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Konseling Gizi :
adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.

Monitoring dan Evaluasi Gizi :


adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/ klien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya.

Pelayanan Gizi:
adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat
atau sakit.

Preskripsi Diet:
adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai
dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat
gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan
rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan
pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi,
kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pasien/ klien.
xii

= xii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT):
adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi
yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Terapi Gizi:
pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.

xiii

= xiii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

= xiv =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus
ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai
infeksi dan penyakit lainnya.
Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan
September 2014 tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV sebanyak
45.631 orang yang berasal dari 33 provinsi dan lebih dari 300 kab/kota, dengan
rasio laki-laki dan perempuan 1:1 (pada kasus HIV) dan 2:1 (pada kasus AIDS), dan
persentase tertinggi pada kelompok usia 20-49 tahun.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa
Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan
dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan
masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil penelitian De Cock dkk pada tahun 2012, menunjukkan bahwa dari
43.624 ibu hamil yang melakukan konseling dan tes HIV, terdapat 1.329 (3,05%) ibu
yang terinfeksi HIV. Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif.
Penularan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan (5-10%), persalinan (10-20%),
dan selama menyusui (5-20% dengan angka rata-rata 15%).
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau intervensi
berkisar antara 20 sampai 50%, sedangkan apabila dengan pencegahan risiko
penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%.
Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan
Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif,
pengendalian faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (VCT/KTS) dan
PITC/KTIP), Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP/CST), Pencegahan
Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), serta kegiatan lainnya termasuk kegiatan
1

=1=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
monitoring
monitoring
dan dan
evaluasi
evaluasi
sertaserta
surveilan
surveilan
epidemiologi
epidemiologi
di fasilitas
di fasilitas
kesehatan
kesehatan
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota
(Tabel
(Tabel
1). 1).

Tabel
Tabel
1. Jenis
1. Jenis
Layanan
Layanan
Komprehensif
Komprehensif
HIV HIV

PromosiPromosi
dan Pencegahan
dan Pencegahan Tatalaksana Tatalaksana
KlinisKlinis Dukungan
Dukungan
HIV HIV Psikososial,
Psikososial,
Ekonomi
Ekonomi
dan Legal
dan Legal
Promosi
Promosi
Kesehatan
Kesehatan
(KIE)(KIE) Tatalaksana
Tatalaksanamedismedis Dukungan
Dukungan
Ketersediaan
Ketersediaan dan dan alat alatdasardasar
aksesakses psikososial
psikososial
pencegahan
pencegahan (kondom,
(kondom, Terapi
alat alat Terapi
ARV ARV Dukungan
Dukungansebayasebaya
suntiksuntik
steril)steril) Diagnosis
Diagnosis IO dan Dukungan
IO dan Dukungan
PTRM,
PTRM,
PTRB,PTRB,
PARBPARB komorbid
komorbid
terkait
terkait ekonomi:
ekonomi:
latihanlatihan
Penapisan
Penapisan
darahdarah
donordonor HIV serta
HIV serta kerja,kerja,
kreditkredit
Life skill
Lifeeducation
skill education pengobatannya
pengobatannya mikro,
mikro,
kegiatan
kegiatan
Dukungan
Dukungan kepatuhan
kepatuhan berobattermasuk
berobat termasuk
TB TB peningkatan,
peningkatan,
dsb dsb
(adherence)
(adherence) Profilaksis
Profilaksis
IO IO Dukungan
Dukungan legal legal
/ /
PPIA PPIA Tatalaksana
Tatalaksana hukumhukum
Layanan
LayananIMS, IMS,
KIA, KIA, dan danhepatitis
KB, KB, hepatitis
B danBCdan C
kesehatan
kesehatan
reproduksi
reproduksi remaja Perawatan
remaja Perawatan
paliatif,
paliatif,
Tatalaksana
TatalaksanaIMS IMS termasuk
termasuk
Vaksinasi
Vaksinasi
Hep-BHep-Bbagi bayi dan dantatalaksana
bagi bayi tatalaksana
nyerinyeri
para para
penasun
penasun
(bila (bila
tersedia)
tersedia)
Pencegahan
Pencegahan pascapasca pajanan DUKUNGAN
pajanan DUKUNGAN GIZI GIZI
Sumber:
Sumber:
Kementerian
Kementerian
Kesehatan
Kesehatan
RI. 2013.
RI. 2013.

Dukungan
Dukungan
gizi pada
gizi pada
kehidupan
kehidupan
sehari-hari
sehari-hari
ODHAODHA
merupakan
merupakan
strategi
strategi
penting
penting
untukuntuk
mempertahankan
mempertahankan stadium
stadium
klinisklinis
agar agar
tidaktidak
memburuk
memburuk dan dan
meningkatkan
meningkatkan
kualitas
kualitas
hiduphidup
ODHA. ODHA.
Dalam Dalam
LKB, LKB,
tenagatenaga
kesehatan
kesehatan
dapatdapat
memberikan
memberikanedukasi
edukasi
dan dan
konseling
konseling
gizi gizi
baik baik
padapada individu
individu
maupunmaupunkelompok,
kelompok,
sertaserta
dukungan
dukungandalamdalam
pemberian
pemberian
makanan
makanantambahan.
tambahan.
Layanan
Layanan
Komprehensif
Komprehensif HIV, HIV,
berupa dukungan
berupa dukungangizi gizi
dapatdapat
diberikan
diberikan
padapadatahaptahap
promosi
promosi
dan pencegahan
dan pencegahansebagai
sebagai
upayaupaya
untukuntuk
menjaga
menjaga
kesehatan
kesehatan
sertaserta
tahaptahap
tatalaksana
tatalaksana
klinisklinis
HIV sebagai
HIV sebagai
dukungan
dukungan
bagi ODHA
bagi ODHA
yangyang
mulaimulai
mendapatkan
mendapatkanmasalah
masalahkesehatan.
kesehatan.
ODHAODHA dan dankeluarganya
keluarganya
juga juga
perluperlu
dukungan
dukungan
Psikososial,
Psikososial,
Ekonomi
Ekonomi dan dan dalamdalam
LegalLegal pemenuhan
pemenuhankehidupan
kehidupan
sehari-hari
sehari-hari
seperti
seperti
peningkatan
peningkatan
pendapatan
pendapatanuntukuntuk
memenuhi
memenuhikebutuhan
kebutuhan
dasardasar
(sandang,
(sandang,
pangan,
pangan,
papan,
papan,
dan transportasi).
dan transportasi).

2 2

=2=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

B. TUJUAN BUKU PEDOMAN GIZI


Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA
Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan gizi
2 . Terlaksananya skrining/penapisan gizi
3 . Terlaksananya kajian gizi
4 . Terlaksananya penentuan Diagnosis Gizi
5 . Terlaksananya intervensi gizi baik berupa pemberian makanan,
edukasi dan konseling gizi
6. Terlaksananya monitoring asuhan dan terapi gizi

C. SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah
Sakit, yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Tenaga Gizi (nutrisionis dan dietisien)
3. Perawat
4. Bidan

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah:
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum
2. HIV/AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis HIV,
diagnosis, metabolisme gizi, Hubungan antara Gizi dan HIV, serta Gizi dan
ARV)
3. Gambaran umum Tatalaksana Gizi bagi ODHA
4. Tatalaksana Gizi bagi ODHA Ibu Hamil, Menyusui, Bayi dan Anak
5. Tatalaksana Gizi bagi ODHA dengan Tuberculosis dan manifestasi klinis
lainnya

=3=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB II
HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA

HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu
(ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan t u b u h dan mengakibatkan
turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi dan
penyakit lainnya. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-
tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang
serius.
Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain
melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik
secara bergantian dan Penularan Ibu ke Anak
HIV di dalam tubuh merusak sistem kekebalan, mengganggu proses
metabolisme zat gizi serta menyerang hampir semua sistem organ dalam tiga hari
pertama HIV masuk ke dalam tubuh. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang
sistem kekebalan serta metabolism sel sehingga dapat mempertahankan stadium
klinis tertentu dan memperbaiki kualitas hidup ODHA.

A. STADIUM KLINIS HIV


HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa ditularkan melalui cairan
tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan ASI.

=4=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tabel 2. Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa

Stadium Klinis I
Tidak ada gejala (Asimtomatis)
Limfadenopati Meluas Persisten
Skala Aktivitas 1: asimtomatis, aktivitas normal

Stadium Klinis II
Penurunan berat badan bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya
(<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media,
faringitis)
Herpes zoster
Angular cheilitis
Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption)
Dermatitis seboroik
infeksi jamur kuku
Skala Aktivitas 2: simtomatis, aktivitas normal

Stadium Klinis III


Penurunan berat badan bersifat berat yang tidak diketahui penyebabnya
(lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung > 1 bulan
Demam intermiten atau menetap > 1 bulan yang tidak diketahui penyebabnya
Kandidiasis Oral (thrush)
Oral Hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri berat (contoh: pnemonia, empyema, meningitis, piomiositis,
infeksi tulang atau sendi, bakteriemia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
Anemia (<8 g/dl), neutropenia (500/dl) dan / atau trombositopenia kronis
(50.000/dl) yang tidak diketahui penyebabnya
Skala Aktivitas 3: selama 1 bulan terakir tinggal di tempat tidur <50%

5
=5=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Stadium Klinis IV
Stadium Klinis IV
Sindrom wasting HIV Infeksi mikobakteria non

Sindrom wasting HIV


Pneumonia Pneumocystis jiroveci
tuberkulosis
Infeksi mikobakteria non
yang menyebar
Pneumocystis
Pneumoniabakterial
Pneumonia berat jiroveci
yang
tuberkulosis yang menyebar
Leukoencephalopati multifokal
Pneumonia
berulang bakterial berat yang progresif
Leukoencephalopati multifokal
berulang
Infeksi herpes simpleks kronis progresif
Cryptosporidioais kronis
Infeksi herpes
(orolabial, simpleks
genital, kronis
atau anorektal Cryptosporidioais
Isosporiasis kronis kronis
(orolabial, genital, atau anorektal
selama lebih dari 1 bulan atau viseral Mikosis
Isosporiasis kronis
diseminata
selama
di bagianlebih dari 1 bulan atau viseral
manapun) (histoplasmosis,
Mikosis diseminata
di bagian manapun)
Kandidiasis esofageal (atau (histoplasmosis,
coccidiomycosis)
Kandidiasistrakea,
kandidiasis esofageal (atauatau
bronkus coccidiomycosis)
Septikemi yang berulang
kandidiasis
paru) trakea, bronkus atau (termasuk
Septikemi yang berulang
Salmonella non-
paru)
Tuberkulosis ekstra paru (termasuk Salmonella non-
tifoid)
Tuberkulosis
Sarkoma kaposiekstra paru Limfoma
tifoid) (serebral atau Sel B
SarkomaSitomegalovirus
Penyakit kaposi (CMV) : non-Hodgkin)
Limfoma (serebral atau Sel B
retinitis
Penyakitatau infeksi organ lain,
Sitomegalovirus (CMV)tidak
: Karsinoma serviks invasif
non-Hodgkin)
termasuk hati,infeksi
retinitis atau limpa dan kelenjar
organ lain, tidak Leishmaniasis diseminata
Karsinoma serviks invasif
getah bening
termasuk hati, limpa dan kelenjar atipikal
Leishmaniasis diseminata
Toksoplasmosis
getah bening di sistem saraf pusat Nefropati
atipikal atau kardiomiopati
Ensefalopati
ToksoplasmosisHIV di sistem saraf pusat terkait
Nefropati HIV yang
atausimstomatis
kardiomiopati
Pneumonia Kriptokokus
Ensefalopati HIV terkait HIV yang simstomatis
ekstrapulmoner, termasuk meningitis
Pneumonia Kriptokokus Skala Aktivitas 4: Tinggal di tempat
tidur
Skala >50% selama4:satu
Aktivitas bulan
Tinggal di tempat
ekstrapulmoner, termasuk meningitis
terakhir
tidur >50% selama satu bulan
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011
terakhir
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011
* HIV wasting syndrome :
berat badan berkurang > 10% dari BB semula, disertai salah satu dari diare
* HIV wasting syndrome :
kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan
berat badan
demam berkurangtanpa
berkepanjangan > 10% dari BB
penyebab yangsemula,
jelas . disertai salah satu dari diare
kronik tanpa penyebab
**Ensefalopati HIV : yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan
demam berkepanjangan tanpa penyebab yang
adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang jelasmengganggu
. aktivitas hidup
**Ensefalopati HIV :
sehari-hari, berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit
adanya gangguan
penyerta lain selaindan atauHIV
infeksi disfungsi motorik
yang dapat yang mengganggu
menjelaskan aktivitas hidup
mengapa demikian
sehari-hari, berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit
penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian

6
=6=
6
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tabel 3. Stadium klinis WHO untuk Bayi dan Anak yang Terinfeksi HIV

Stadium Klinis 1
Asimtomatik (tanpa gejala)
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2
Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskana
Erupsi Pruritik popular
Infeksi virus wart luas
Angular cheilitis
Moluskum kontagiosum luas
Ulserasi oral berulang
Pembersaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan
Eritema gingival lineal
Herpes zoster
Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhea,
sinusitis, tonsillitis)
Infeksi kuku oleh fungus / jamur
Stadium Klinis 3
Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara
adekuat terhadap terapi standar
Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)a
Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,50 C intermiten
atau konstan, > 1 bulan)a
Kandidosis orang persisten (di luar saat 6-8 minggu pertama kehidupan)
Oral hairy leukoplakia
Periodontitis/gingivitis ulseratif nekrotikans akut
Tuberkulosis kelenjar
Tuberkulosis paru
Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
Pneumosistis interstitial lomfoid simtomatik
Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiektasis
Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl), neutropenia (<500/mm3) atau
trombositopenia (<50.000/mm3)

7
=7=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Stadium klinis 4b
Malanutrisi, wasting dan stunting Ensefalopati HIV
berat yang tidak dapar dijelaskan Infeksi sitomegalovirus (CMV),
dan tidak berespons terhadap retinitis atau infeksi CMV pada
terapi standar organ lain, dengan onset umur > 1
Pneumonia pneumosistis bulan
Infeksi bacterial berat yang Kriptokokus ekstrapulmonar
berulang (misal empyema, termasuk meningitis
piomiositis, infeksi tulang dan Mikosis endemic diseminata
sendi, meningitis, kecuali (histoplasmosis, coccidiomycosis)
pneumonia) Kriptosporidiosis kronik (dengan
Infeksi herpes simplex kronik diare)
(orolabial atau kutaneus > 1 bulan Isosporiasis kronik
atau viseralis di lokasi manapun) Infeksi mikobakteraia non-
TB ekstrapulmonar tuberkulosis diseminata
Sarkoma Kaposi Kardiomiopati atau nefropati yang
Kandidiasis esophagus (atau trakea, dihubungkan dengan HIV yang
bronkus, atau paru) simtomatik
Toksoplasmosis sususnan saraf Limfoma sel B non-Hodgkin atau
pusat (di luar masa neonatus) limfoma serebral
Progressive multifocal
leukoencephalopathy
Catatan:
a Tidak dapat dijelaskan berarti kondisi tersebut tidak dapat dibuktikan oleh

sebab yang lain


b Beberapa kondisi khas regional seperti Penisiliosis dapat disertakan pada

kategori ini
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2014

= 88 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
B. DIAGNOSIS

1. Diagnosis HIV Pada Dewasa

Diagnosis HIV/AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi klinis dan


pemeriksaan laboratorium.
a. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/AIDS diatas (4 stadium).
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Dilakukan untuk menegakkan diagnosis HIV/ AIDS.
a) Pemeriksaan serologi (antibody) terhadap HIV
o Rapid Test
o ELISA (enzyme-linked imunosorbent assay) bila tersedia
b) Pemeriksaan jumlah virus (Viral Load - VL)

2) Dilakukan untuk menentukan tingkat imunitas tubuh


Limfosit total atau CD4 (jika tersedia)

3) Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan ko-


morbiditas:
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
c) Pemeriksaan feses lengkap
d) Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum
e) Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
f) Pemeriksaaan sputum BTA untuk diagnosis TB
g) Pemeriksaan foto thoraks
h) Pemeriksaan kehamilan

2. Diagnosis HIV pada bayi


Mulai kehamilan trimester ketiga antibodi dari ibu termasuk antibodi
terhadap HIV ditransfer secara pasif kepada janin dan dapat dideteksi sampai
anak berumur 18 bulan. Oleh karena itu pemeriksaan serologis HIV anak
kurang dari 18 bulan dapat menunjukan hasil reaktif (+) walaupun anak
9

=9=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
tersebut tidak terinfeksi HIV. Diagnosis HIV pada bayi < 18 bulan dapat
menggunakan uji virologi (Viral Load); sementara bayi >18 bulan dapat
dengan tes serologi.

3. Diagnosis HIV pada anak <18 bulan

a. Bila ada satu kriteria berikut :


1) PCP (Pneumoni Pneumosistis Jiroveci), Meningitis
kriptococcus, candidiasis esophagus,
2) Toksoplasmosis, malanutrisi berat yang tidak membaik
dengan pengobatan standar
b.Minimal ada 2 gejala berikut:
1) Oral trush, pneumonia berat, sepsis berat, kematian ibu yang
berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV lanjut pada ibu
2) CD4 < 20%

4. Diagnosis HIV pada anak 18 bulan

a. Sama dengan diagnosis pada dewasa


b. Perhatian khusus pada anak yang diberikan ASI, tes dilakukan
setelah ASI dihentikan lebih dari 2 minggu

C. METABOLISME GIZI PADA ODHA


Pada ODHA sering terjadi anoreksia, mual, muntah, sesak napas, depresi, rasa
lelah, diare serta infeksi lain. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan
tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi
akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah
defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat
multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan
absorbsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas
fisik.
10

= 10 =
Bagan 1. Hubungan antara infeksi HIV dan kurang gizi

II. Kehilangan nafsu makan III. Malabsorbsi


I. Kemiskinan, gangguan menelan (lemak, karbohidrat, mikronutrien)
kerawanan pangan Pencegahan diare - Fungsi usus
- Diare

Asupan gizi kurang


(mikronutrien, energi)
Infeksi HIV
dan infeksi oportunistik
Kurang gizi:
- IMT rendah
- Kehilangan berat badan

= 11 =
- Defisiensi mikronutrien
Perubahan metabolisme:
CATATAN : - Meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat infeksi
Pada kondisi terbatas: - REE meningkat 10% saat asimtomatik hingga meningkat 30% saat simtomatik
- Kurang gizi yang berlanjut, kerawanan - Meningkatnya kehilangan mikronutrien akibat infeksi
pangan, kualitas asupan gizi yang rendah - Utilisasi zat gizi yang tidak efisien (menurunnya utilisasi zat gizi dalam tubuh)
- Resiko tinggi berbagai infeksi (malaria, TB, parasitoses) - Perubahan produksi hormone (glucagon, insulin, kortisol, epinefrin,) yang
- Resiko terinfeksi HIV meningkat: mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak
o Prevalensi HIB meningkat - Insufisiensi kelenjar adrenal dan hipogonadisme
o Pertahanan jaringan epitel menurun
o Perilaku beresiko
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

11
Sumber: dePee S, Semba R. 2010.
Bagan 2. Hubungan patogenesis kurang gizi pada anak dengan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan
HIV
TB paru
Sariawan berulang Gangguan paru akibat HIV
Kandidiasis mulut Pneumonia bakterial Diare berkepanjangan
Herpes simpleks orolabial Pneumokistik pneumonia Kriptosporidiosis
Ulseratif nekrotik akut Ensefalopati HIV Isosporiasis
Gingivitis/periodontitis Infeksi diseminata lain

Diare
Gangguan menelan Nafsu makan Demam
dan makan menurun

= 12 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Kebutuhan Penyerapan Pembuangan


Asupan berkurang meningkat
meningkat
berkurang

Kurang gizi

Sumber: Semba R, dePee S, Bloem M. 2012

12
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
D. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi.
Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena
berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan
kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor
psikososial serta keamanan makanan dan minuman.

Bagan 3. Gizi dan imunitas pada HIV

Gizi memburuk
(BB turun, atrofi otot, zat gizi mikro
berkurang)

Kebutuhan zat Gizi Merusak sistem Imunitas


meningkat (daya tahan terhadap
(malabsorpsi, asupan HIV HIV dan Infeksi lain
gizi berkurang) berkurang

Risiko terhadap infeksi meningkat


(Infeksi Saluran Cerna, TB, Flu lebih
cepat masuk dalam stadium AIDS)

Sumber: WHO,2004.

Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan


antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi
oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya
massa bebas lemak terutama otot.
Asuhan dan terapi gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah
kurang gizi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik,

13

= 13 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hidup.
Bagan 4. Efek HIV pada gizi

Sumber: WHO. 2004

E. GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)


Asuhan dan terapi gizi bagi ODHA adalah sangat penting, termasuk ketika
mereka juga mengkonsumsi obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi
mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya
penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan
gizi . Terdapat interaksi antara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek
samping

ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel yang
mempunyai reseptor CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang
tersedia untuk menginfeksi sel CD4 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh
dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, yang ditunjukkan dengan
peningkatan jumlah sel CD4.

14

= 14 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/AIDS adalah menghambat perjalanan
penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel CD4, mengurangi jumlah virus dalam
darah dan membuat ODHA merasa lebih baik yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Tidak semua ODHA membutuhkan ARV. Bila ODHA membutuhkan ARV, sebaiknya
mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obat-obat ARV ada
beberapa obat lain yang diberikan pada ODHA sesuai dengan kondisi klinisnya.

2 NRTI + 1 NNRTI

Tabel 4. Paduan Lini- Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa


yang belum pernah mendapat terapi ARV (treatment-nave)

Populasi target Paduan ARV


Dewasa dan anak AZT atau TDF + 3TC (atau FTC) +EFV
(atau NVP)
Perempuan hamil AZT+3TC+EFV atau NVP
Ko-infeksi HIV/TB AZT atau TDF + 3TC (FTC)+ EFV
Ko-infeksi HIV/Hepatitis B TDF + 3TC (FTC) +EFV atau NVP
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011.

Paduan tersebut di atas masih digunakan secara nasional sampai sekarang. Akan
terapi, Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan informasi untuk penggunaan
paduan yang lebih praktis penggunaannya dan dapat digunakan untuk semua
kelompok pasien.
Paduan tersebut adalah tetapi dengan 2 NRTI + 1 NNRTI, tetapi menggunakan
obat-obat:

Tenovofir + Lamivudine (atau Emtricitabine) + Efavirenz

Paduan tersebut digunakan 1 kali sehari sehingga diharapkan dapat


meningkatkan kepatuhan. Selain itu, semua obat dalam paduan tersebut aman
dan baik untuk semua kelompok pasien (koinfeksi dengan Tuberkulosis,
koinfkesi dengan Hepatitis dan kelompok ibu hamil). Penggunaan paduan
tersebut untuk anak-anak perlu kehati-hatian karena pemberian tenofovir dapat
mempengaruhi pertumbuhan tulang pada anak.

15

= 15 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tabel 5. ART pada bayi dan anak.

Bayi dan anak Bayi dan anak terinfeksi HIV


terpajan HIV
< 1 tahun 1 5 tahun 5 tahun

Mulai 6 minggu Mulai tanpa Stadium WHO 2-4 Stadium WHO


setelah lahir dan melihat nilai CD4 tanpa melihat berapapun dan
dipertahankan dan gejala klinis presentase CD 4 CD4 < 350
sampai tidak
risiko transmisi
HIV dan infeksi Atau stadium Atau
HIV telah WHO berapapun
disingkirkan dengan CD4 <
25% Stadium WHO
atau 4 tanpa
melihat kadar
CD4
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2014

Efek samping ARV harus diperhatikan, karena dapat mengganggu


kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengobatan.
Beberapa efek samping bahkan tidak dapat ditolerir sehingga membutuhkan
penghentian obat.
Karena banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit penyerta
dan status gizi pada ODHA.

16
= 16 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tabel 6. Efek samping beberapa ARV


Kulit Digestive Hati Saraf Lemak Metabolik Lain-lain
NRTI
AZT Pigmentasi Mual Steatosis Lipodistrifi Dislipidemia Anemia
kuku hiperlaktaemia
D4T Pankreatitis Steatosis Neuropati Lipodistrofi Dislipidemia
perifer Hiperlaktemia
Ddl Pankreatitis Steatosis, Neuropati Lipodistrofi Hiperlaktemia
fibrosis hati perifer
ABC Rash Reaksi
hipersensitif
sistemik
NNRTI
EFV Rash Hepatitis Gangguan pola Dislipidemia Teratogenik
tidur, depresi, Ginekomastia
anxietas
NVP Rash Hepatitis Reaksi
hipersensitif
sistemik
PI
LPV/r Diare Lipodistrofi Dislipidemia,
gangguan
metabolism
glukosa

Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011.

17

= 17 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB III
GAMBARAN UMUM
TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA

A. TUJUAN
Umum:
Melakukan tatalaksana gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek
dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV.
Khusus:
1. Tercapainya berat badan dan hasil laboratorium normal
2. Teratasinya mual, muntah, diare dan lain-lain,
3. Terlaksananya edukasi dan konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat

B. ALUR PELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Penemuan ODHA
Di Puskesmas /Pustu/Polindes

Skrining Gizi

Status gizi normal Status gizi kurang dan


buruk serta kondisi khusus

Proses Asuhan Gizi Terstandar


Penyuluhan gizi
(PAGT):
oleh tenaga kesehatan Pengkajian gizi
Diagnosis gizi
Intervensi gizi (edukasi dan konseling)

Bagan 5. Alur Pelayanan


Kunjungan ulangGizi bagigiziODHA di Puskesmas
untuk asuhan
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Bagan 5. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Puskesmas
18 RI. 2013.
Sumber: Kementerian Kesehatan

= 18 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Kunjungan ulang untuk asuhan gizi


1. ODHA sehat : 6 bulan sekali
2. ODHA sakit : 3 bulan sekali
3. ODHA sakit dengan malanutrisi : 1 bulan sekali

AlurPelayananGizi di RumahSakit

Bagan 6.ulang
Kunjungan Alur Pelayanan
untuk Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit
asuhan gizi
1.Sumber:
ODHA sehat
Kementerian Kesehatan RI. 2013: 6 bulan sekali
2. ODHA sakit : 3 bulan sekali
3. ODHA sakit dengan malanutrisi : 1 bulan sekali
Perlu Tindak Lanjut

Pasien Masuk

Monev
Rawat Inap Rawat Jalan Control Ulang

Skrining Gizi / Asesmendan Intervensi Gizi:


Rujukan Gizi Diagnosis Gizi Konseling Gizi
19
Tidak berisiko

Skrining Gizi Skrining Ulang Pengkajian Ulang


Periodik dan RTL

Berisiko
Bagan 6. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit Tujuan
Tidak
Tercapai
Sumber: Kementerian Kesehatan
Berisiko RI. 2013
IntervensiGizi
- Pemberian Diet Monitoring
Asesmen Penentuan - Edukasi dan
danEvaluasi
Gizi Diagnosis Konseling

Bagan 6. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit


Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2013

19

=1919 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

C. ASUHAN dan TERAPI GIZI

1. ASESMEN GIZI

Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data klinis


dan fisik, data kebiasaan makan dan data riwayat makan/dietary history.
Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya
dibandingkan dengan standar baku/nilai normal, sehingga dapat
dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
1.1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan hasil
pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang umum dilakukan adalah
tinggi badan, berat badan, lingkaran lengan atas (LILA), tebal lemak, lingkar
pinggang, lingkar panggul, tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan
pertumbuhan dan kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data
yang dinilai dalam aspek ini.

Dengan mengaitkan dua ukuran antropometri akan didapat indeks


yang dapat memberi informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT
(Indeks Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Z-score BB/PB
atau BB/TB untuk anak.

Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi seseorang yaitu


dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang ada
atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rumus
penilaian status gizi tertentu.

IMT (Indeks Massa Tubuh)


Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Rumusnya adalah :

20

= 20 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

IMT (kg/m) = Berat Badan (kg)


Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)

Tabel 7. Penilaian Indeks Masa Tubuh (IMT) Menggunakan Batas


Tabel 23. Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang
Ambang IMT (kg/m) = Berat Badan (kg)
IMTIMT Tinggi Kategori
badan (m) X Tinggi Badan (m)
Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)
< 18,5
17,0 < 18,5 Kurus
Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
Tabel 23. Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang
18,5 25,0 Normal
(Kekurangan berat badan tingkat berat)
25, 27,0IMT Gemuk (kelebihan berat badan
Kategori
tingkat ringan)
18,5-24,9 Normal
> 27,0< 17,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat
Kurus (Kekurangan berat badan berat)
tingkat berat)
Sumber:
17,0 < 18,5Permenkes No 41 Tahun
Kurus (kekurangan 2014
berat tentang
badan tingkatPGS
ringan)
25,0-29,9 Kelebihan BB
18,5 25,0 Normal
Pada ibu hamil, LiLA < 23,5 cm dapat digunakan sebagai
3025, KEK,
alat penapisan
27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
Obesitas
Sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada
Sumber : Institute Of Medicine (IOM), 2009
ibu hamil, statusSumber: Permenkes
gizi ditegakkan No 41 Tahun
berdasarkan 2014 tentang
pengukuran PGS
Lingkar
lengan atas
Pada(LiLA),
ibu dengan
hamil, parameter
LiLA < sbb: 23,5 cm dapat digunakan sebagai
alat penapisan KEK, Sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil
merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada
Tabel 8.
ibuPenilaian status
hamil, status gizigizi ibu hamilberdasarkan
ditegakkan berdasarkan ukuran Lingkar
pengukuran
lingkar lengan atas
lengan atas (LiLA), dengan parameter sbb:

LiLA Klasifikasi
Tabel 8. Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran
< 19 cm Malnutrisi berat
lingkar lengan atas
19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang
LiLA Klasifikasi
22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan
< 19 cm Malnutrisi berat
23 cm Status Gizi Normal
19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang

22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan

23 cm Status Gizi Normal

21

= 21
61 =
21
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.2 Laboratorium
Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein, Fibronectin, Albumin, Prealbumin,
Hemoglobin, Hematokrit, Kolesterol Total, HDL, LDL, trigliserida, Ureum, Kreatinin,
SGOT, SGPT, Gula darah.

1.3. Klinis / fisik


Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium HIV/AIDS), kehilangan massa
lemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro.

1.4. Riwayat gizi


Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya pantangan makanan
(berkenaan dengan agama dan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan,
keamanan makanan dan minuman, efek samping obat ARV, masalah yang
mempengaruhi nafsu makan (masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare,
rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, herbal, konsumsi
alkohol dan kafein.

1.5. Riwayat personal


Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi dan kebiasaan merokok
dan minum alkohol..

2. DIAGNOSIS GIZI
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis medis
ditentukan sesuai dengan status kesehatan yaitu berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Sedangkan diagnosis gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan
risiko masalah gizi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu:

2.1 Domain Asupan


Masalah gizi yang umum pada ODHA dilihat dari domain asupan
adalah :
1) Asupan gizi tidak adekuat
2) Peningkatan kebutuhan zat gizi

2.2 Domain Klinis


Masalah gizi yang umum pada ODHA dilihat dari domain klinis
adalah:

22

= 22 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1) Kesulitan menelan, bisa terjadi akibat adanya masalah oral
misalnya kandidiasis oral.
2) Kehilangan BB yang tidak diharapkan, bisa terjadi karena
asupan tidak adekuat akibat peningkatan kebutuhan karena
adanya infeksi dan gangguan makan.

2.3 Domain perilaku


Masalah gizi yang umum pada ODHA dilihat dari domain
perilaku adalah:
1) Kebiasaan makan dan minum yang tidak tepat
2) Akses terhadap makanan
3) Kurangnya pengetahuan
4) Ketidaksiapan untuk melakukan perubahan perilaku terkait
gizi

3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI

3.1 Kebutuhan energi

Perhitungan kebutuhan energi sesuai dengan kondisi ODHA. Resting


Energi Expenditure (REE) meningkat dan peningkatan ini dapat menjadi
penyebab penurunan berat badan. Faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan adalah faktor penyakit, infeksi oportunistik, ko-
morbiditas, inflamasi dan efek samping obat. Perubahan fungsi endokrin
dan kurangnya asupan energi berhubungan dengan kejadian wasting.
Respon dari terapi ARV berpengaruh terhadap kebutuhan energi,
apabila respon terapi ARV baik maka akan menurunkan REE sehingga
dapat meningkatkan berat badan sedangkan apabila respon terapi tidak
baik akan menyebabkan wasting.

Ada beberapa kondisi dimana harus disesuaikan perhitungan energinya,


antara lain pada ODHA dengan terapi ARV dengan peningkatan BB,
Lipodistropi, intoleransi glukosa, dan obesitas. Sedangkan penetapan
cara pemberian nutrisi ditentukan sesuai dengan kondisi ODHA baik
secara oral, enteral maupun parenteral.

23

= 23 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel
Tabel9.9.Kebutuhan
Kebutuhangizi
gizipada
padaODHA
ODHAberdasar
berdasarstadium
stadium

Stadium
Stadium11 Kebutuhan
Kebutuhanenergi
energimengikuti
mengikutikebutuhan
kebutuhannormal
normaldengan
dengan
memperhatikan
memperhatikangizi
giziseimbang
seimbang

Stadium
Stadium22 Kebutuhan
Kebutuhanenergi
energimeningkat
meningkat10%
10%dari
darikebutuhan
kebutuhannormal
normal

Stadium
Stadium33dan
dan44 Kebutuhan
Kebutuhan energi
energi meningkat
meningkat 20%-30%
20%-30% dari
dari
kebutuhan
kebutuhannormal
normal

3.2
3.2Kebutuhan
Kebutuhanzat
zatgizi
gizimakro
makro
Berdasarkan
Berdasarkan diagnosis
diagnosis gizi kemudian dilakukan
gizi kemudian dilakukan perhitungan
perhitungan kebutuhan
kebutuhan
energi dan zat
energi dan zat gizi
gizi klien.
klien. Hal
Hal ini
ini dilakukan
dilakukan dalam
dalam rangka
rangka menetapkan
menetapkan
preskripsi diet,
preskripsi diet, pedoman
pedoman makan,makan, makanan
makanan yang
yang dianjurkan
dianjurkan dan
dan tidak
tidak
dianjurkandan
dianjurkan danmerencanakan
merencanakanmenu menusesuai
sesuaikebutuhan
kebutuhanklien.
klien.Pada
Padapenderita
penderita
dengan
denganHIV, kebutuhangizinya
HIV,kebutuhan gizinyadisesuaikan
disesuaikandengan
denganstadium
stadiumpenyakitnya.
penyakitnya.
a.a.Protein
Protein

Kebutuhan
Kebutuhan protein
protein berdasarkan
berdasarkan proporsi
proporsi energi
energi adalah
adalah 12-15%
12-15%
dan
dantingkat
tingkatkecukupan
kecukupanyang yangdianjurkan
dianjurkanberdasarkan
berdasarkanBB BBideal
idealper
perhari
hari
adalah
adalah 0,8 0,8 1,0
1,0 g/kg
g/kg BB. BB. Kebutuhan
Kebutuhan energi
energi minimal
minimal untukuntuk
mempertahankan
mempertahankan keseimbangan
keseimbangan nitrogen
nitrogen adalah
adalah 1,4-1,5
1,4-1,5 g/kg
g/kg BB.BB.
Demam,
Demam, sepsis,
sepsis, operasi,
operasi, trauma,
trauma, dan dan luka
luka dapat
dapat meningkatkan
meningkatkan
katabolisme
katabolisme protein,
protein, sehingga
sehingga meningkatkan
meningkatkan kebutuhan
kebutuhan protein
protein
sampai
sampai1,5-2,0
1,5-2,0g/kg
g/kgBB.
BB.Perlu
Perluada adaprotein
proteinyang
yangberasal
berasaldaridarisumber
sumber
protein
protein hewani
hewani dan dan nabati
nabati karena
karena memiliki
memiliki keunggulan
keunggulan dan dan
kekurangan
kekurangan masing-masing.
masing-masing. Protein
Proteinhewani
hewanimempunyai
mempunyaiasam asamamino
amino
yang
yang lebih
lebih lengkap
lengkap dandan mempunyai
mempunyai mutu mutu zatzat gizi
gizi yaitu
yaitu protein,
protein,
vitamin
vitamindandanmineral
minerallebih
lebihbaik,
baik,karena
karenakandungan
kandunganzat-zat
zat-zatgizi
gizimudah
mudah
diserap
diserap tubuh,
tubuh, tetapi
tetapi protein
proteinhewani
hewani mengandung
mengandung tinggitinggi kolesterol
kolesterol
dan
dan lemaklemak kecuali
kecuali ikan.
ikan. Kolesterol
Kolesterol dan dan lemaklemak jenuh jenuh
diperlukan
diperlukan tubuh
tubuh terutama
terutama anak-anak
anak-anak tetapi
tetapi bagi
bagi orang
orang dewasa
dewasa
perlu
perludibatasi.
dibatasi.Sedangkan
Sedangkanprotein
proteinnabati
nabatikeunggulannya
keunggulannyamengandung
mengandung
lemak
lemak tidak
tidak jenuh
jenuh yangyang lebihlebih banyak,
banyak, jugajuga mengandung
mengandung
isoflavon
isoflavon yaitu
yaitu kandungan
kandungan fitokimia
fitokimia yang
yang berfungsi
berfungsi mirip
mirip hormon
hormon
estrogen
estrogendan dananti
antioksidan
oksidanserta
sertaanti
antikolesterol.
kolesterol.

= 24 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
b. Lemak

Lemak dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi,


membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K serta menambah lezatnya
hidangan. Konsumsi lemak dan minyak tidak lebih dari 25% kebutuhan
energi dari hidangan sehari-hari. Menurut kandungannya, asam lemak
dibagi menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Makanan yang
mengandung lemak jenuh umumnya berasal dari pangan hewani,
sedangkan lemak tak jenuh berasal dari pangan nabati.

Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi dari lemak yaitu berkisar


20-25% dari total energi. Di samping itu, pada penyakit tertentu,
misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.

Kebutuhan Lemak sedang adalah 15-20% dari kebutuhan energi total,


sedangkan kebutuhan lemak rendah adalah < 10 % dari kebutuhan
energi total dalam keadaan tertentu seperti :
Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal.
Pada kondisi hiperlipidemia komposisi lemak sebaiknya:
Lemak jenuh maksimal 7% dari total lemak/hari
Kolesterol < 200 mg

c. Karbohidrat

Makanan pokok adalah pangan yang mengandung karbohidrat,


dan biasanya juga mengandung vitamin B1 (Thiamin) dan
vitamin B2 (riboflavin) dan beberapa mineral yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa pangan sumber karbohidrat
seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu,
dan produk olahannya.

Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat


adalah 60-75% dari total energi, atau sisa total energi setelah dikurangi
energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan
karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk
karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya penyakit diabetes mellitus,
dislipidemia, dan konstipasi.

= 25 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.3 Perhitungan Kebutuhan Vitamin dan Mineral

Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari AKG yang dianjurkan.
Disamping itu dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh,
kehilangan melalui urin, kulit, dan saluran cerna, dan interaksi dengan obat-
obatan. Untuk menjamin kebutuhan dalam keadaan tertentu vitamin dan
mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.

3.4 Perhitungan Kebutuhan Cairan


a. seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5-2 liter / hari
b. berdasarkan kepada BB yaitu: dewasa muda 35-40 ml/kgBB yang
diinginkan/hari dan manula 25-30 ml/kkBB yang diinginkan/hari
c. pada kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pembatasan cairan
berdasarkan penghitungan balans cairan yaitu : balans cairan = asupan
(intake)- keluaran (output)
asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (500 ml)

3.5 Preskripsi Diet


1) Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan
mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya
merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun
berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh
dokter atau ahli gizi. Preskripsi diet memberikan arah khusus kepada
klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkann
kesehatan yang optimal.
2 ) Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi
makan serta cara mengolah makanan
3) Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu pagi,
siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan
siang serta diantara waktu makan siang dan malam. Menu yang
dipilih disesuaikan dengan preskripsi diet dan pedoman makan.
4) Bentuk Makanan

26

= 26 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
a) Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan vitamin B12
juga mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah
diare.
b) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus
sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang mudah diserap
dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat
digunakan untuk pembentukan sel.
c) Wortel mengandung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk
CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten
berfungsi sebagai antiradikal bebas (atau disebut sebagai anti
oksidan). Akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh
menghasilkan radikal bebas
d) Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4
e) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin-vitamin
neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
f) Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam
bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi sebagai
antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga
mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV.
g) Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin
h) Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
i) Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik dalam
bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air panas.
j) Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya
k) Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.

Bahan Makanan yang tidak dianjurkan :


a) Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti: ubi jalar, kol,
sawi, nangka dan durian
b) Semua makanan tinggi lemak: santan kental, lemak daging dan kulit
ayam
27

= 27 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
c) Bumbu yang merangsang: cabe, merica, cuka
d) Bahan makanan yang mentah seperti lalapan
e) Buah-buahan yang masih mentah
f) Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur
setengah matang.
g) Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa
h) Minuman bersoda dan mengandung alkohol

5) Syarat diet pasien HIV


Syarat diet untuk stadium 1 dan 2
a) Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging,
telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk olahannya.
b) Banyak makan sayur dan buah buahan secara teratur terutama
sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A dan zat besi.
c) Bila ODHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu sangat
baik untuk kesehatan .
d) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
e) Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual).
f) Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik maupun kimia
g) Menghindari rokok, kafein dan alkohol
h) Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
i) Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat
lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.

Syarat diet untuk stadium 3 dan 4


a) Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati seperti daging,
telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk olahannya
b) Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c) Sayur dan buah buahan diberikan sesuai kebutuhan
d) Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
28

= 28 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
e) Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
f) Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti
dengan susu kedelai
g) Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
h) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan penyakit
lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral)
i) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape, brem)
j) Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk
mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan baik
secara mekanik, termik maupun kimia
k) Menghindari rokok, kafein dan alkohol
l) Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
m) Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi pemberian
dosis besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan
kekebalan tubuh
n) Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat
lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.

Saran untuk Meningkatkan Energi


a) Gunakan lemak MCT (minyak kelapa), mentega dan kacang-
kacangan
b) Sediakan makanan kecil tinggi protein kacang-kacangan, es krim, yogurt
c) Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim sup, sereal
panas, ikan goreng tepung
d) Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/ minuman
manis, agar agar disajikan sebagai makanan penutup
Makan secara perlahan dan nikmati secara santai.

29

= 29 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6) Keamanan Makanan
a) Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah saat disimpan,
terutama daging, ayam dan ikan agar tidak mengkontaminasi bahan
makanan lain.
b) Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
c) Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/mineral
d) Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
e) Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
f) Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan
makanan
g) Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan salat dapur
h) Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena lebih
terjamin keamanannya.
i) Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
j) Hindari konsumsi bahan makanan mentah (misalnya lalapan, salad, telur
dan daging panggang setengah matang.
k) Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
l) Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak mencapai titik
didih (100C)

3.6 Edukasi dan Konseling Gizi


Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia, data
klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien, kebiasaan
makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis gizi. Informasi
tersebut kemudian didiskusikan, menuju perubahan pola makan mengikuti
perencanaan menu yang sudah disiapkan meliputi porsi makan 1 hari, distribusi
porsi makan setiap waktu makan, hambatan dan alternatif perubahan pola
makan yang dapat dilakukan oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya
hidup, penggunaan daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang
boleh dan yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet,
brosur dan alat peraga lainnya.

30

= 30 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
D. MONITORING DAN EVALUASI
Kementerian Kesehatan telah menetapkan lebih dari 300 RS Rujukan
Bagi ODHA, sehingga akses layanan terhadap ODHA semakin mudah dan
dekat. Hal ini sesuai dengan pencanangan access for all oleh WHO, semua
ODHA mendapat akses untuk perawatan, dukungan dan pengobatan secara
komprehensif.
Dengan meningkatnya akses layanan terhadap ODHA, maka dibutuhkan
suatu monitoring yang mencakup klinis dan laboratorium. Pada buku ini,
monitoring hanya dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan gizi ODHA.
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Kegiatan ini merupakan langkah dari Proses Asuhan Gizi Terstandar/Proses
Terapi Gizi dan bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja.
Indikator hasil yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada
kebutuhan pasien, diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit.
Sedangkan waktu pengamatan dari masing-masing indikator sesuai dengan
rujukan yang digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi :
1. Monitoring Klinis
2. Monitoring laboratorium
3. Monitoring asupan makan
4. Monitoring masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi

1. MONITORING KLINIS
Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan
diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan
pencernaan, kenaikan dan lain-lain) dan tanda yang ada hubungannya
dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan.
Dalam monitoring klinis diperlukan formulir medis yang baku dan register,
termasuk sistem rujukan pasien.

Penimbangan berat badan untuk anak dilakukan setiap hari, sementara


untuk orang dewasa dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan
kondisi klinis ODHA. Hal ini berguna untuk memonitor respons pengobatan
dan intervensi gizi yang diberikan. Tidak adanya perubahan kenaikan berat

31

= 31 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
badan mungkin merupakan pertanda adanya kegagalan pengobatan dan
intervensi gizinya.
Penentuan status gizi berdasarkan kelompok umur:
a. bayi dan balita ditentukan menggunakan baku standar WHO 2005.
b. anak sampai usia 15 tahun menggunakan BB/TB dengan Z score,
c. remaja 15-18 tahun dengan menggunakan IMT (Index Massa Tubuh)
dibandingkan dengan umur dan dewasa menggunakan IMT.

Indikator keberhasilan :
Anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/minggu.
Dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak turun > 5%

2. MONITORING LABORATORIUM
Adalah serangkaian pemeriksaan yang umumnya berhubungan dengan
pemeriksaan darah yang meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, kadar gula
darah, SGOT, SGPT, kadar albumin, ureum, kreatinin, elektrolit (Na, K, Cl),
kadar kolesterol, trigliserida, sistem imun, virologi, efek samping obat ARV
dan resistensi obat. Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi
adalah sebagai berikut :
a. Hemoglobin
Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemia paling
sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya
terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi secara perlahan-
lahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl, pertimbangkan untuk
mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan
kadar hemoglobin.
b. Hematokrit
Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat 20%, berarti
ada indikasi dehidrasi.
c. Hiperglikemia dan resistensi insulin
Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat
menyebabkan diabetes, yang biasanya terjadi pada penggunaan PI,
dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah
pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2 bulan
pengobatan.

= 32 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
d. Gangguan fungsi liver
Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anoreksia,
kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV
dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B atau
hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda dini
kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang dilepaskan
oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat: peningkatan SGOT
atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau
peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi.

e. Status gizi dapat diketahui melalui pemeriksaan albumin


darah.
f. Gangguan fungsi ginjal
Obat jenis Tenovofir dapat menyebabkan gangguan ginjal yang dalam
beberapa keadaan dapat dicegah dengan minum air yang banyak
sepanjang hari. Pemeriksaan fungsi ginjal yang dilakukan adalah ureum
dan kreatinin.
g. Dislipidemia
Protease inhibitor paling sering menyebabkan dislipidemia, yaitu
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kelainan
tersebut biasanya timbul setelah lebih dari 6 bulan penggunaan obat
ARV.

3. MONITORING ASUPAN MAKANAN


Monitoring asupan makan mencakup: jumlah, jadwal dan jenis
makanan menggunakan anamnesa diet dan analisis diet. Anamnesa diet terdiri
dari recall 24 jam dan catatan pola makan untuk mengetahui jumlah dan
komposisi makanan, pola makan sehingga dapat dilakukan analisis untuk
peningkatan kualitas dan kuantitas diet ODHA. Asupan makanan, minimal 80%
dari kebutuhan /orang/ hari. Asupan dikatakan baik bila dapat menghabiskan >
80 %, kurang 51-80% dan buruk bila < 51%. (Gibson, 2005). Pada ODHA
dengan masalah asupan makanan monitoring dilakukan setiap hari, yang meliputi
jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima terhadap makanan yang
diberikan.
33

= 33 =
Tabel 10. Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Kehilangan - Meningkatkan berat badan Penekanan dengan menjaga asupan gizi yang cukup untuk
Berat Badan mencapai berat badan ideal. mencegah kehilangan berat badan lebih lanjut dan
- Mencapai asupan makanan mengatasi malnutrisi, dengan cara :
yang cukup, baik gizi makro - Pada ODHA dengan malnutrisi sedang (IMT 16 18,5
maupun mikro. kg/m2), diberikan suplemen makanan dalam bentuk makanan
- Secara keseluruhan selingan yang padat kalori.
meningkatkan kualitas hidup. - Pada ODHA dengan malnutrisi berat (IMT < 16 kg/m2),
diberikan makanan Theurapeutic dapat berupa Formula 100
atau formula lain yang nilai gizinya sebanding.

-
Strategi pemberian makan :
Makan secara teratur, berikan makanan selingan diantara

-
waktu makan.

= 34 =
Secara keseluruhan meningkatkan asupan gizi makro dan

-
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

mikro dengan menambah besar porsi makan dan snack.


Hindari konsumsi berlebihan makanan yang berenergi

-
rendah seperti minuman ringan, kopi, teh.
Konsumsi makan yang berfortifikasi.
Hipertensi Mencapai tekanan darah Memberikan energi sesuai dengan kebutuhan, apabila ada kelebihan
normal dan mencegah atau berat badan sesuaikan energi dengan rencana penurunan berat
memperlambat terjadinya badan.
komplikasi melalui intervensi Meningkatkan asupan buah dan sayuran, susu rendah lemak dan
gizi. menurunkan asupan lemak jenuh.
Membatasi asupan natrium, tidak lebih dari 2,4 gr natrium atau
5-6 gr garam dapur.

34
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Diabetes melitus - Mencapai dan menjaga - Untuk pemberian diet mengikuti syarat diet diabetes
kadar gula darah, kadar mellitus.
lemak tubuh dan tekanan - Edukasi dan konseling gizi sangat dibutuhkan dan pada
darah dalam batas normal. pelaksaanaannya klien diikutsertakan dalam menentukan
- Mencegah dan kebutuhan gizi, anjuran prinsip 3 J (jumlah, jenis dan
memperlambat laju jadwal), aktifitas fisik, target berat badan yang dianjurkan.
perkembangan komplikasi - Anjuran diet harus memperhatikan kondisi sosial dan
kronik melalui modifikasi ekonomi klien.
asupan gizi dan gaya
hidup.
Kelebihan berat - Mencapai dan menjaga - Penekanan pada hubungan antara overweigt/obesitas dan
badan/obesitas berat badan normal faktor resiko lain seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes,

= 35 =
- Menjaga asupan makan dan komplikasi metabolik lainnya.
yang cukup - Kurangi berat badan secara bertahap sesuai dengan
- Mengurangi faktor resiko toleransi.
penyakit jantung dan - Mendorong untuk melakukan aktifitas fisik
diabetes - Jaga keseimbangan dan variasi diet serta anjuran makan
- Secara keseluruhan sehat.
meningkatkan kualitas - Minum air putih yang banyak, minimal 2 liter.
hidup - Melakukan aktifitas fisik yang rutin setidaknya 3 kali setiap
minggu.
- Modifikasi gaya hidup

35
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Dislipidemia - Menjaga asupan makanan - Keseimbangan asupan makanan dan aktifitas fisik untuk
yang seimbang. menjaga berat badan ideal dan olah raga secara teratur
- Mengoptimalkan profil - Konsumsi makanan yang kaya sayur, buah, diet tinggi serat.
Lipid puasa. - Konsumsi ikan dan produk olahannya sebagai sumber
- Mengurangi fator resiko protein hewaninya.
penyakit kardiovaskuler - Batasi konsumsi lemak jenuh <7% dari energi, minyak trans
dan diabetes. <1% dari Energi, dan kolesterol <300 mg/hari dengan :
- Menjaga berat badan ideal. Memilih daging tanpa lemak
- Meningkatkan status gizi. Pilih produk susu bebas lemak atau rendah lemak (skim).
- Secara keseluruhan Kurangi penambahan gula pada minuman dan makanan,
meningkatkan kualitas pilih dan persiapkan makanan dengan sedikit/tanpa garam

= 36 =
hidup. - Hindari minuman beralkohol & tidak merokok
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Lipodistropi - Menjaga asupan gizi - Konsumsi energi yang seuai dengan kebutuhan dengan pola
seimbang gizi seimbang
- Mencegah perubahan - Sumber karbohidrat dari beras, jagung, biji-bijian, susu,
bentuk tubuh buah dan sayuran.
- Mengurangi lemak viseral - Sumber protein untuk membentuk dan meningkatkan masa
- Mengatur agar kadar gula otot dengan mengkonsumsi produk susu, daging, ikan telur
darah tetap normal dan kacang kacangan.
- Mencapai berat badan - Sumber lemak yang terdiri dari MUFA dan PUFA yaitu dari
normal bahan makanan minyak zaitun, minyak jagung, minyak
kacang, selai kacang, kacang mete, alpukat, almond, kedelai,
minyak kedelai, ikan tuna.

36
- Anjuran untuk olah raga sesuai dengan kemampuan fisik.
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Anoreksia - menjaga asupan zat gizi - Menjaga asupan zat gizi yang adequate untuk mecegah

- -
yang cukup kehilangan berat badan dan malnutrisi
Mengurangi resiko Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering (PKTS)

- -
kehilangan berat badan setiap 2-3 jam untuk menjaga asupan energi
Mencapai berat badan Berikan makanan dan cairan yang mengandung tinggi

-
yang ideal Mencapai dan kalori dan protein
menjaga status gizi Mencegah energi rendah atau diet dengan nilai gizi yang

- -
baik,secara keseluruhan rendah

-
Meningkatkan kualitas Makan selama nafsu makan masih baik
hidup. Batasi bahan makanan yang mengurangi nafsu makan

-
seperti tembakau, kafein, obat-obat terlarang,

= 37 =
Gunakan perasa makan dan aroma untuk meningkatkan

-
nafsu makan

-
Anjurkan pemberian multivitamin
Berikan edukasi gizi terutama pada pasien rawat jalan
yang akan menjalankan dietnya di rumah
Sumber: Nelms M, Sucher K, Long S. 2007.

37
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB
BAB IV.
IV.
TATALAKSANA
TATALAKSANA GIZI BAGI IBU
GIZI BAGI HAMIL, MENYUSUI,
IBU HAMIL, MENYUSUI,
BAYI
BAYI DAN
DAN ANAK-ANAK
ANAK-ANAK

Untuk
Untuk mencapai
mencapai status
status kesehatan yang optimal
kesehatan yang optimal pada
pada ODHA
ODHA
diperlukan pelayanan medis dan pelayanan gizi secara sinergis sehingga
diperlukan pelayanan medis dan pelayanan gizi secara sinergis sehingga
kesehatan
kesehatanODHA
ODHAdapat
dapatdiperbaiki
diperbaiki dan
dan dipertahankan secara optimal
dipertahankan secara optimal. .

A.A. IBU
IBUHAMIL
HAMILDENGAN
DENGAN HIV
HIV
Kebutuhan
Kebutuhan energi
energi pada
pada Ibu
Ibu hamil
hamil dengan HIV/AIDS pada
dengan HIV/AIDS pada dasarnya
dasarnya
sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu sesuai
sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu sesuai status status
gizinya. Disarankan untuk menambahkan
gizinya. Disarankan untuk menambahkan multi mikronutrien dalam makanan
mikronutrien dalam makanan
seperti
sepertisumber
sumberbahan
bahan makanan
makanan yangyang banyak mengandung
mengandung Fe, Fe, Ca,
Ca, dan
dan asam
asam
folat.
folat. Perlu
Perlu diperhatikan
diperhatikan ibu
ibu hamil
hamil tidak boleh menerima suplementasi
suplementasi vitamin
vitamin
AAlebih
lebihdari
dari10.000
10.000IU
IU..

Tabel
Tabel11.
11. Kebutuhan
KebutuhanPenambahan
Penambahan Energi dari Total Energi
Energi yang
yang dianjurkan
dianjurkan
selama
selamakehamilan
kehamilandan
danmenyusui
menyusui
StatusGizi
Status GiziIbu
IbuHamil
Hamil Penambahan Kalori
Kalori
Ibuhamil
Ibu hamilODHA
ODHAStatus
Statusgizi
gizi 180 Kkal
180 Kkal pada ibu hamil ODHA
ODHA Trimester
Trimester11
baik
baik 300 Kkal
300 Kkal pada ibu hamil ODHA
ODHA Trimester
TrimesterIIIIdan
danIII
III
Ibuhamil
Ibu hamilODHA
ODHAdengan
dengan Kebutuhan ODHA
Kebutuhan ODHA dewasa
dewasa ++ koreksi
koreksi IO
IO(20-30%)
(20-30%)
infeksioportunistik
infeksi oportunistik
Ibuhamil
Ibu hamilODHA
ODHAKEK
KEK Kebutuhan ODHA
Kebutuhan ODHA dewasa
dewasa ++ 500
500 Kkal
Kkal ++koreksi
koreksiIO
IO
(20-30%)
(20-30%)

= 38 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kondisi
Kondisiibu
ibuhamil
hamil Penambahan
Penambahan
Asymtomatik
Asymtomatik + 10% ++ 180
180 Kkal
Kkal(trimester
(trimester1)1)
+10% + 300
300 Kkal
Kkal(trimester
(trimester22dan
dan3)3)
Symptomatic
Symptomatic + 20 30%
30% ++ 500
500Kkal
Kkal(0-6
(0-6bulan)
bulan)
+ 20-30%
20-30% ++ 550
550Kkal
Kkal(7-12
(7-12bulan)
bulan)

Tabel
Tabel12.
12.Rekomendasi
RekomendasiKenaikan
Kenaikan BB selama kehamilan
kehamilanpada
padaODHA
ODHA
Kategori
Kategori Total
Total kenaikan Peningkatan
Peningkatan
IMT
IMT (Kg) BB/minggu
BB/minggupada
pada
Sebelum
Sebelum TMS
TMSkedua
keduadan
dantiga
tiga(kg)
(kg)
IMT
IMT<< 18,5
18,5 12,7-19,5 0,45
0,45
IMT
IMT18,5-24,9
18,5-24,9 11,3-17,1 0,45
0,45
IMT
IMT25-29,9
25-29,9 6,8-12,2 0,0,2727
IMT
IMT 3030 5,0-9,8 0,23
0,23
Sumber
Sumber: :Institute
Institute of
of Medicine,
Medicine, 2009.

Hal-hal
Hal-halpenting
pentingyang
yangharus
harus diperhatikan
diperhatikan ibu hamil
hamil dengan
denganHIV/AIDS
HIV/AIDS
1.1. Ibu
Ibuhamil
hamil dengan
dengan HIV/AIDS
HIV/AIDS perlu mengetahui
mengetahui bahwa
bahwa berat
beratbadan
badan
yang
yangrendah
rendah serta
serta kekurangan
kekurangan zat gizi selama
selama kehamilan
kehamilanterutama
terutama
protein,
protein, vitamin
vitamin dan
dan mineral selama kehamilan
kehamilan meningkatkan
meningkatkan
risiko
risiko ibu
ibu untuk
untuk mengalami
mengalami penyakit
penyakit infeksi
infeksi yang
yang dapat
dapat
meningkatkan
meningkatkan kadar kadar HIV dalam darah darah ibuibu sehingga
sehingga
menambahkan
menambahkan risikorisiko penularan
penularan pada bayi.
bayi.
2.2. Pemantauan
Pemantauan kenaikan
kenaikan berat badan dilakukan
dilakukan bersamaan
bersamaan dengan
dengan
pemeriksaan
pemeriksaantumbuh
tumbuh kembang
kembang janin.
3.3. Ibu
Ibu hamil
hamil dengan
dengan HIV/AIDS
HIV/AIDS perlu mengetahui
mengetahui IMS,
IMS, atau
atau sifilis,
sifilis,
infeksi
infeksiorgan
organ reproduksi,
reproduksi, malaria dan tuberkulosis
tuberkulosis karena
karenaberisiko
berisiko
meningkatkan
meningkatkankadarkadar HIV
HIV dalam darah ibu
ibu sehingga
sehinggarisiko
risikopenularan
penularan
terhadap
terhadapbayi
bayilebih
lebih besar.
besar.

39

= 39 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
4. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis dan abses pada
payudara akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui
pemberian ASI
5. Ibu hamil dengan HIV/AIDS perlu mendapatkan konseling untuk
membantu mereka membuat keputusan apakah ingin memberikan
memberikan ASI ekslusif atau susu formula kepada bayinya.
6. Sesuai anjuran dari WHO, Ibu harus memilih antara ASI ekslusif
atau susu formula saja bukan mixed feeding.
Mixed feeding memiiki risiko tertinggi untuk terjadinya penularan
HIV kepada bayi. Hal ini karena susu formula adalah benda asing
yang dapat menimbulkan perubahan mukosa dinding usus dan
mempermudah masuknya HIV yang ada dalam ASI ibu ke aliran
darah bayi.

B. IBU MENYUSUI DENGAN HIV

Kebutuhan energi pada Ibu menyusui dengan HIV/AIDS pada dasarnya


sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu berdasarkan
waktu menyusui dan infeksi oportunistik yang menyertainya.

Tabel 12. Kebutuhan energi Ibu menyusui dengan HIV/AIDS


Waktu menyusui dan kondisi ibu Kebutuhan Energi
Asimptomatis +10% + 500 Kkal (0-6 bulan)
+ 10% +550 Kkal (7-12 bulan)
Simtomatis + 20-30% + 500 Kkal (0-6 bulan)
+20-30% +550 Kkal (7-12 bulan)

Sebelum memutuskan untuk memberikan ASI kepada bayinya, ibu harus


mendapatkan konseling mengenai risiko penularan HIV sejak sebelum persalinan.
Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh ibu/keluarga setelah mendapat
informasi dan koseling secara lengkap. Pilihan yang diambil haruslah antara ASI saja
atau susu formula saja (bukan mixed feeding). Pilihan apapun dari ibu harus
diberikan dukungan.

40

= 40 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Hal-hal penting yang harus diperhatikan ibu ODHA yang menyusui
1. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan.
2. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain)
meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi.
3. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis dan abses pada payudara
akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI.
4. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif dapat menjadi
alteratif jika ibu ingin bayinya tetap mendapatkan ASI
5. Jika menggunakan ASI pengganti donor dari wanita yang HIV negatif maka
dianjurkan untuk memanaskan ASI (minimal 660C) nya untuk mematikan
virus HIV
6. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan
makanan
7. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih
sebelum menggunakannya
8. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak.
9. Apabila ibu memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI
Pemberian susu formula bagi bayi yang negatif atau tidak diketahui
status HIV nya harus memenuhi persyaratan AFASS
(AFFORDABLE = terjangkau, FEASIBLE = mampu laksana,
ACCEPTABLE = dapat diterima, SUSTAINABLE =
berkesinambungan, SAFE = aman).
Pemenuhan AFASS ditandai dengan :
a. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki jaminan atas
akses air bersih dan sanitas yang baik
b. Ibu atau keluarga sepenuhnya mampu menyediakan susu
formula dalam jumlah cukup untuk mendukung tumbuh
kembang anak
c. Ibu atau keluarga mampu menyiapkan susu formula dengan
bersih dan frekuensi yang cukup sehingga bayi aman dan
terhindar dari diare dan malanutrisi
d. Ibu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan susu formula
secara terus menerus sampai bayi berusia 6 bulan
e. Keluarga mampu memberikan dukugan dalam proses
pemberian susu formula yang baik
41

= 41 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
f. Ibu dan keluarganya dapat mengakses pelayanan kesehatan
yang komprehensif bagi bayinya
Apabila syarat tersebut terpenuhi maka susu formula dapat
diberikan dengan cara penyiapan yang baik .
10. Setelah memilih pemberian susu formula maka bayi sepenuhnya
diberikan susu formula sehingga secara berangsur produksi ASI
akan terhenti secara berangsur. Sementara menunggu terhentinya
produksi ASI untuk menghindari mastitis pada payudara ibu, ASI
diperah dengan frekuensi yang dikurangi secara bertahap sampai
produksi ASI terhenti. ASI perah tersebut tidak diberikan pada bayi.
11. Apabila bayi telah berusia 6 bulan dan ibu akan menggantikan
dengan susu formula, maka persyaratan AFASS harus terpenuhi.
Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibu tetap memberikan
ASI.

C. BAYI DAN ANAK DENGAN HIV

Bayi yang terbukti positif HIV, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi
yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan
dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya
suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh.
Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit
penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak
adekuat.
Kebutuhan energi pada bayi dan anak menyesuaikan dengan usia
dan ditingkatkan sesuai dengan gejala, yaitu:

Tabel 14. Kebutuhan Energi Bayi


Kondisi Kebutuhan Energi
Asimtomatis + 10%
Simtomatis + 20 30%
Simtomati + penurunan BB +50 100%

1. BAYI 0-6 BULAN


Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah ASI, maka dari itu
ibu dengan bayi positif HIV harus diberikan pendampingan dan
42

= 42 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
konseling mengenai pemilihan cara pemberian makanan untuk
bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing
pilihan tersebut.
Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis, abses dan lain-lain akan
meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus
diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya diberikan ASI
saja, bukan mixed feeding (ASI dan susu formula bergantian). Pemberian
mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian
infeksi daripada pemberian ASI ekslusif.

2. ANAK 6-24 BULAN


Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan konseling
menganai pemberian makanan pada anak (PMBA) hingga anak berusia
2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat sehingga
tercapai tumbuh kembang yang optimal.
PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif menyebutkan
bahwa bayi dari ibu diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. P a d a
panduan WHO menyebutkan bahwa bayi dari ibu HIV
p o s i t f t e t a p d i b e r i k a n A S I e k s k l u s i f s a m p a i u s i a 6 b u l a n.
Jika ibu memilih tidak memberikan ASI, maka sir susu tersebut
dapat diberikan susu formula yang memenuhi persyaratan AFASS (lihat
bahasan di makanan bayi 0-6 bulan).
Sejak bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI di gantikan menjadi susu
dan untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, maka makanan padat
harus segera diberikan. Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih
diperlukan, tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia
6-12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi,
sedangkan pada usia 12-24 bulan hanya memenuhi sepertiga
kebutuhan per harinya.
Pada usia usia diatas 24 bulan, makanan yang diberikan
sama dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan
jajanan dan memperhatikan kebersihan.

43

= 43 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus
segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana
gizi tersebut harus meliputi: Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai
kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai .

3.PADA ANAK ( > 2 TAHUN)


Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal
ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh
karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat
mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kembang
anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak
berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan
dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang
mungkin menghambat, seperti misalnya atau ulserasi
pada mulut atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk
senantiasa memberi makanan melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi
melalui oral dapat digunakan pipa oro/ nasogastrik (nutrisi enteral).
Apabila terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sindrom malabsorpsi
yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral. Pada anak
gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata laksana gizi buruk.

Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak:


a) Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan
b) Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
c) Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika memungkinkan.
d) Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga matang.
e) Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan menambahkan jenis
bahan makanan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine
atau mentega
f) Obati penyakit penyerta.
g) Melakukan pemantauan rutin tiap 2-4 minggu

44

= 44 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB V
TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA DENGAN TUBERKULOSIS
DAN MANIFESTASI KLINIS LAIN

Infeksi HIV pada stadium 2, 3 atau 4 sering disertai dengan beberapa


gejala klinis dan infeksi oportunistik seperti ISPA, diare, TBC, hepatitis, dll.
Berikut contoh manifestasi klinis dan gangguan gizi yang sering terjadi pada
ODHA dan rekomendasinya.

A. TUBERKULOSIS PADA ODHA


Pada dasarnya pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien tuberkulosis
prosesnya sama dengan pasien lainnya yaitu melalui Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT).
Dalam pengobatan pasien koinfeksi TB-HIV perlu diketahui beberapa hal
diantaranya: saat pemberian OAT dan ARV, paduan obat yang tepat, efek samping
OAT dan ARV, kemungkinan timbulnya reaksi sindrom pulih imun, monitoring
yang baik dan teliti, serta meyakinkan kepatuhan pasien dan mampu
menatalaksana pasien yang kepatuhannya buruk.
Prinsip pengobatan TB-HIV adalah OAT disegerakan dan ARV diberikan
dalam waktu 2-8 minggu setelah toleransi OAT baik tanpa melihat nilai CD4.
Pemberian OAT pada pasien Tuberkulosis dengan HIV sama dengan pasien
Tuberkulosis umumnya.

INTERAKSI OAT DENGAN ASUPAN MAKANAN


1. INH
Absorpsi INH akan berkurang apabila pemberiannya diberikan
bersamaan dengan makanan oleh sebab itu sebaiknya INH dikonsumsi
sebelum atau 2 jam setelah makan. Pemberian INH sebaiknya disertai
dengan suplementasi vitamin B6 sehubungan adanya gangguan
metabolisme energi pada defisiensi vitamin B6 dan untuk mencegah
neuritis. Pemakaian INH akan mengganggu metabolisme vitamin D, serta
dapat menurunkan absorpsi kalsium dan fosfor. INH dapat
menyebabkan gangguan gastroinstestinal, drug induced hepatitis atau
hepatitis imbas obat dengan keluhan mual muntah dan kuning
(jaundice). Kejadian diatas akan meningkat pada kelompok risiko
usia lebih dari 65 tahun, pengguna alkohol, kehamilan, dan lain-lain.

45

= 45 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

2. Rifampisin
Rifampisin dapat menyebabkan anoreksia, gangguan gastro intestinal,
bersifat hepatotoksik dan dapat menyebabkan drug induced hepatitis.
3. Pirazinamid
Pirazinamid dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, bersifat
hepatotoksik dan dapat menyebabkan drug induced hepatitis.
4 Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan mual, namun dapat diberikan dengan
atau bersama makanan, tetapi pemberiannya tidak bersamaan dengan
obat antasida.
5. Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua (OAT untuk TB-MDR),
a. Paraaminosalisilic acid:
Paraaminosalisilic acid bersama yogurt, juice tomat, jeruk dan apel akan
meningkatkan bioavaibilitas dalam bentuk granul, memperlambat
absorpsi dan mencegah efek toksik hepar.
b. Sikloserin
Sikloserin jangan diberikan bersama makanan karena dapat
menurunkan absorpsi terutama makanan yang berlemak.

Tabel 15. Efek samping OAT yang ringan

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Tidak ada nafsu
Semua OAT diminum malam
makan, mual, Rifampisin
sebelum tidur
gangguan lambung
Nyeri Sendi Pirazinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa Beri vitamin B6 (piridoxin)
Isoniasid
terbakar di kaki 100 mg per hari.
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi
Warna kemerahan
Rifampisin perlu penjelasan kepada
pada air seni (urine)
pasien.

46
= 46 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tabel 16. Efek samping OAT yang berat

Penyebab
Efek Samping Penatalaksanaan
(kemungkinan)

Gatal dan kemerahan Semua Merujuk ke Pedoman


kulit jenis OAT Nasional Pengendalian TB.

Gangguan pendengaran Streptomisin Streptomisin dihentikan.

Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan.

Ikterus tanpa penyebab Hampir Hentikan semua OAT sampai


lain semua OAT ikterus menghilang.
Bingung dan muntah-
Hampir Hentikan semua OAT, segera
muntah (permulaan
semua obat lakukan uji fungsi hati.
ikterus karena obat)
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol.
Purpura dan renjatan
Rifampisin Hentikan Rifampisin.
(syok)

47

= 47 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

B. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT DAN GANGGUAN LAIN


Tabel 17. Manifestasi klinis pada ODHA

MANIFESTASI GANGGUAN GIZI REKOMENDASI GIZI


KLINIS
Anoreksia dan Penurunan nafsu makan, Diet : makanan lunak, disajikan
disfagia kesulitan menelan karena menarik, porsi kecil dan sering,
infeksi jamur mulut minum menggunakan sedotan.
(kandidiasis oral). Anjuran : kentalkan cairan,
minuman ringan dihindari
sampai selesai makan, anjuran
beraktivitas, bila disfagia parah
sediakan alat penghisap. Bila
memakai makanan cair ijinkan
pasien mencoba beberapa
bahan makanan yang disenangi

Diare Kehilangan zat gizi dalam Diet : rendah laktosa, rendah


tubuh serat, rendah lemak, dan
banyak mengkonsumsi cairan,
seperti oralit. Untuk gizi buruk
gunakan Rehidration Solution
for Malnutrition (ReSoMAL).
Anjuran : buah-buahan rendah
serat, tinggi kalium dan
magnesium : jus pisang, jus
alpukat
Sesak Nafas Asupan kalori tidak Anjuran : makanan tinggi lemak
mencukupi, pasien lemah MCT dan rendah karbohidrat.
Makanan diberikan dalam posisi
setengah tidur

48

= 48 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

MANIFESTASI KLINIS GANGGUAN GIZI REKOMENDASI GIZI


Demam Peningkatan Anjuran : minum lebih dari 2
pemakaian kalori dan liter/ hari ,Lunak dan porsi kecil
kehilangan cairan tapi sering
Penurunan Berat Gangguan makan Tinggi kalori protein, padat
Badan secara oral kalori, rendah serat, porsi kecil
dan sering
porsi kecil tapi sering,
Muntah menghindari aroma makanan
yang merangsang
Malabsobsi Lemak Gangguan penyerapan Anjuran : sumber lemak nabati,
lemak MCT, tambahkan vitamin larut
lemak

49

= 49 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tabel 17. Efek samping ARV dan rekomendasi makanan

ARV Efek samping Rekomendasi makanan


NNRTI
Efavirenz meningkatkan kadar kolesterol dan Tidak dikonsumsi
(EFZ) trigliserida darah, ruam, pusing, bersamaan dengan
anoreksia, mual, muntah, diare, makanan yang tinggi
dispepsia, nyeri perut, perut lemak.
kembung.
Nevirapine Mual, muntah, ruam, demam sakit Tidak ada pembatasan
(NVP) kepala, reaksi kulit, kelelahan, makanan
stomatitis, perut,nyeri, mengantuk,
paresthesia, hepatotoksik.
NRTI
Abacavir Mual, muntah, demam, reaksi alergi, Tidak ada pembatasan
(ABC) anoreksia, nyeri perut, diare, makanan
anemia, ruam, hipotensi,
pankreatitis, dispnea, kelemahan,
insomnia, batuk, sakit kepala.
Didanosine Anoreksia, diare, mual, muntah, Diminum 30 menit
(ddi) nyeri, sakit kepala, lemah, insomnia, sebelum atau dua jam
ruam, kering mulut, hilangnya rasa, setelah makan dan hanya
sembelit, stomatitis, anemia, dengan air putih saja.
demam, pusing, pankreatitis. Apabila dikonsumsi
bersamaan dengan
makanan akan
menurunkan absorbsi
obat.
Lamivudine Anoreksia, diare, mual, muntah, Tidak ada pembatasan
(3TC) nyeri, sakit kepala, lemah, insomnia, makanan
ruam, mulut kering, hilangnya rasa,
sembelit, stomatitis, anemia,
demam, pusing, pankreatitis.
Stavudine Mual, muntah, sakit kepala, pusing, Tidak ada pembatasan
(d4T) diare, sakit perut, gejala hidung, makanan
batuk, kelelahan, pankreatitis,
anemia, insomnia, nyeri otot, ruam.

50

= 50 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ARV Efek samping Rekomendasi makanan
Tenofovir Nyeri perut, sakit kepala, kelelahan, Diminum bersamaan
(TDF) pusing. dengan makanan
Zidovudine Anoreksia, anemia, mual, muntah, Lebih baik diminum tidak
(ZDV/AZT) menekan sumsum tulang, sakit bersamaan dengan
kepala, kelelahan, sembelit, konsumsi makanan, tetapi
dispepsia, demam, pusing, jika menimbulkan masalah
dyspnea, insomnia, nyeri otot, ruam. pencernaan (mual), dapat
diminum dengan makanan
tetapi hindari makanan
yang tinggi lemak.
PI
Lopinavir Diare, perut kembung, mual, Diminum bersamaan
(LPV/r) Nyeri perut, ruam. dengan makanan atau
Dapat meningkatkan risiko snack ringan.
lipodistrofi.

51

= 51 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

BAB VI
PENUTUP
Pelayanan gizi bagi ODHA merupakan salah satu komponen yang
penting dalam mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan pada
penderita HIV/AIDS. Pada umumnya ODHA akan mengalami masalah dalam
asupan makanan, yang mengakibatkan penurunan berat badan, menurunnya
imunitas sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Asuhan gizi yang
adekuat pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA.

Buku Pelayanan gizi Bagi ODHA ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA. Pelayanan Gizi
Puskesmas dan Pelayanan Gizi Rumah Sakit diselenggarakan mengacu pada Pedoman
Kementerian Kesehatan, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal. Semoga buku
ini dapat bermanfaat dalam ikut meningkatkan kualitas hidup ODHA.

52

= 52 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Gramedia.


American Dietetic Association. 2008. International Dietetics & Nutrition
Terminology (INDT) Reference Manual.
ASDI, DPD Jawa Tengah, 2007. Peran Gizi dalam Kelangsungan Hidup Manusia.
Makalah Ilmiah Nasional (PIN) ke III Tahun 2007.
Castleman T, Seumo-Fosso E, Cogill B. 2004. Food and Nutrition Implications of
Antiretroviral Therapy in Resource Limited Settings. Food and Nutrition
Technical Assistance. Technical Note.
Depkes RI. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan Bagi
ODHA.
Depkes RI. 2004. KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) mewujudkan keluarga
cerdas dan mandiri.
Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring pasien untuk perawatan HIV dan
Terapi antiretroviral
Depkes RI. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang: Panduan Untuk Petugas.
Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.
Depkes RI. 2007. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral (Edisi Revisi).
Depkes RI. 2007. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
Depkes RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi Di Rumah Sakit
dePee S, Semba R. 2010. Role of nutrition in HIV infection: Review of evidence for
more effective programming in resource-limited settings. Food and Nutrition
Bulletin, vol. 31, no. 4 (supplement)
Gibson R. 2005. Principles of Nutrition Assesment, 2nd edition.
Institute of Medicine. 1990. Nutritional Care and Support for Pregnant and
Lactating Women and Adolescent Girl, HIV-Guidelines
IDAI. 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Asuhan Nutrisi
Pediatrik.
JEN. 2008. Materi Penatalaksanaan Gizi Medis dan Paramedis
JEN. 2008. Pedoman Pelatihan Perawatan dan Dukungan Gizi bagi ODHA.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang dewasa.

53

= 53 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi pada Pasien


Tuberkulosis.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Gizi Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Penerapan Layanan
Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan
Terapi Antiretroviral pada Anak di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan
Penularan HIV dan sifilis dari Ibu ke Anak bagi tenaga kesehatan.
Mahan LK, Arlin MT. 2000. Krauses Food, Nutrition & Diet Therapy.
Muhilal, Fasli Jalal, Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan. Widya Karya Pangan dan Gizi VI.
Nelms M, Sucher K, Long S. 2007. Nutrition Therapy and Pathophysiology.
Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala Lumpur. 2000. A Practical
Guide to Nutritional Support in Adult and Children.
RSPI Sulianti Saroso. 2006. Pedoman Pelatihan Pelayanan Gizi terpadu pada
Penderita HIV/AIDS.
Semba R, dePee S, Bloem M. 2012. Integration of nutritional support with
paediatric HIV care in developing countries. CAB Reviews 7, No. 057.
WHO. 2004. HIV/AIDS: A Guide for Nutritional Care and Support.
WHO. 2009. HIV and Infant Feeding, Revised Principles and recommendations,
Rapid Advice.
WHO. 2009. Nutritional care and support for people living with HIV/AIDS:
a training course.

54

= 54 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 1
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI

Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi


yang dibutuhkan seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24 jam untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa cara untuk
menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara yang dipilih
disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal
penting yang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah
konsumsinya sudah seimbang.
Harris Benedict
Merupakan cara yang sering digunakan untuk menetapkan kebutuhan
energi s e s e o r a n g . Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki
dan perempuan

Laki-laki= 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) ( 6,8 x U )


Perempuan = 65,5 + ( 9,6 x BB ) + ( 1,8 x TB ) ( 4,7 x U )

Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adalah :


Stress ringan = 1,3 x BEE
Stress sedang = 1,5 x BEE
Stress berat = 2,0 x BEE Kanker = 1,6 x BEE

Basal Metabolik Rate dan Aktifitas


Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang digunakan berat badan
sebenarnya. Secara umum BMR wanita adalah 0,9 kkal/kg BB/jam dan untuk
laki-laki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam

Laki-laki = 1 x BB sebenarnya x 24 jam


Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam

Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi oleh tingkat aktifitas dan SDA.

SDA atau Specific Dynamic Action dari intake makanan adalah pengeluaran
energi dari efek makanan yaitu 10% dari total energi makanan.

= 55 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Aktifitas tubuh umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
Aktifitas sangat ringan = 20% x BMR
Aktifitas ringan = 30% x BMR
Aktifitas sedang = 40% x BMR
Aktifitas berat = 50% x BMR

Kebutuhan energi total = BMR +Tingkat aktifitas +SDA

Berdasarkan Berat Badan


Perhitungan kebutuhan energi untuk mengetahui Angka Metabolisme
Basal (AMB) berdasarkan per kg berat badan normal atau ideal dengan
memperhitungkan energi untuk aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena
adanya penyakit
AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jam

Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan AMB dengan faktor akivitas dan
faktor trauma/ stress. Rumus yang digunakan adalah:

Kebutuhan energi = AMB X faktor aktivitas X faktor trauma/stress

Bila seseorang memiliki berat badan kurang, maka kebutuhan energinya


ditambah 500 kkalori, sedangkan bila berat badannya lebih dikurangi
500 kkalori

Tabel 19. Faktor aktivitas fisik

Aktivitas Gender
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan*) 1,30 1,30
Ringan**) 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat**) 2,10 2,00
Sumber :
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000 **) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998
56

= 56 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 20. Faktor aktivitas & faktor trauma/stress dalam menetapkan
kebutuhan energi

No Aktivitas Faktor No Jenis trauma/stress Faktor


1. Istirahat di 1.2 1. Tidak ada stress, pasien 1.3
tempat tidur dalam keadaan gizi baik
2. Tidak terikat 1.3 2. Stress ringan: peradangan 1.4
di tempat tidur saluran cerna, kanker,
bedah elektif, trauma
kerangka moderat
3. Stres sedang: sepsis, 1.5
bedah tulang, luka bakar,
trauma kerangka mayor
4. Stres berat: trauma 1.6
multiple, sepsis, dan
bedah Multisistem
5. Stres sangat berat: 1.7
luka kepala berat, sindroma
penyakit pernapasan akut,
luka bakar, dan sepsis
6. Luka bakar sangat berat 2.1
Sumber: Nutritional Support Service. 2000

Contoh Kasus 1
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun,
mempunyai tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg dengan HIV
stadium I.
Kebutuhan AMB: 1x 45 x 24 Jam = 1080 k kal
Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1,3
Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9
(dibulatkan1850 kkal)

57

= 57 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Kasus 2
Seorang laki-laki menderita HIV stadium III dirawat di RS, berat badan 45 kg
tinggi badan 165 cm.
Berat badan idealnya untuk IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg
atau dibulatkan menjadi 52 kg. Orang ini mengalami kekurangan berat badan
tingkat berat.
IMT: 45 / 1,652 = 16,5.
Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan kebutuhan energinya
adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal
- AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1,3 x 1,3 = 2.109 kkal
- Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal
- Total kebutuhan energi = 2609 kkal
(Pemberian energi ini diberikan secara bertahap dan lihat kondisi pasien
sampai mencapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk menaikan berat
badannya)

Contoh Kasus 3
Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 50
kg dengan HIV stadium I (ringan).
Perhitungan kebutuhan energinya adalah:
Berat badan ideal adalah 53 kg.
Faktor aktivitas 1.2
Faktor stress = 1.4 (stress ringan).
Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272 kkal. Kebutuhan Total
energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal.
Perhitungan kebutuhan protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 12-15%
dan tingkat kecukupan yang dianjurkan berdasrkan BB ideal per hari
adalah 0,8 1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,4-0,5 g/kg BB.
Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme
protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB.
Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB.

58

= 58 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak b e r d a s a r k a n proporsi energi dari lemak yaitu
berkisar 20-25% dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh:lemak
jenuh (2 : 1). Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit,
yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Di samping itu, pada penyakit
tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total
Kebutuhan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energi total
Dalam keadaan tertentu seperti kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian
lemak sangat minimal

Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat


Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 60-
75% daritotal energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal
dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan
sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan.
Misalnyapenyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi membutuhkan
serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan diare membutuhkan serat rendah (<10
g/hari).

Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin


Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yag dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit,
simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit atau saluran cerna, dan
interaksi dengan obat-obatan. Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan
tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.

Perhitungan Kebutuhan Cairan


Seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5 2 l/ hari
Berdasarkan kepada berat badan yaitu : Dewasa muda 35 40 ml / kg BB
yang diinginkan / hari dan manula 25 30 ml / kg BB yang diinginkan / hari
Pada kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pembatasan
cairan maka perhitungan cairan berdasarkan penghitungan balans cairan:

Balans cairan = asupan (intake) keluaran (output) Asupan cairan = jumlah


urin + insensible water loss (500 ml)
59

= 59 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 2.
STANDAR PENILAIAN STATUS GIZI

Tabel 21. Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak (0-60 Bulan)
Berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
Z-Score
BB/U Gizi Buruk < -3SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
TB/U Sangat Pendek < -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan < -2SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >-2 SD
BB/TB Sangat kurus < -3SD
atau Kurus -3 SD sampai dengan < -2SD
BB/PB Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Sumber : Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Anak

Tabel 22. Klasifikasi Status Gizi Pada Anak Berdasarkan LiLA

LiLA Klasifikasi
> 12,5 cm Normal
11,5 cm sd 12,5 cm Gizi Kurang
< 11,5 cm Gizi Buruk
Sumber: Buku II, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, 2013.

60

= 60 =
IMT (kg/m) = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) X Tinggi
PEDOMANPELAYANAN Badan
GIZI (m)ODHA
BAGI

Tabel 23. Penilaian berat IMT menggunakan batas ambang


IMT Kategori
< 17,0 Sangat Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 < 18,5 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 25,0 Normal
25, 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber: Permenkes No 41 Tahun 2014 tentang PGS
Pada ibu hamil, LiLA < 23,5 cm dapat digunakan sebagai
alat penapisan KEK, Sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil
merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada
ibu hamil, status gizi ditegakkan berdasarkan pengukuran Lingkar
lengan atas (LiLA), dengan parameter sbb:

Tabel 8. Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran


lingkar lengan atas

LiLA Klasifikasi

< 19 cm Malnutrisi berat

19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang

22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan

23 cm Status Gizi Normal

21

= 61 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 3.
FORMULIR ASUHAN GIZI DAN EVALUASI ASUHAN GIZI

FORMULIR ASUHAN GIZI (DEWASA)

Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No. Rekam Medik

Diagnosis Medis :

PENGKAJIAN GIZI

Antropometri

BB : kg TB : cm IMT : kg/m
Tinggi Lutut : cm LLA : cm

Biokimia

Klinik/Fisik

Riwayat Gizi

Pola Makan :
Asupan gizi :

Riwayat Personal

DIAGNOSA GIZI/MASALAH

INTERVENSI GIZI

RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


62
Perkembangan data antropometri,
Perkembangan data laboratorium yag terkait gizi,
Perkembangan fisik/klinis,
Perkembangan asupan makan,
Perkembangan perubahan perilaku dan sikap
Perkembangan diagnosis gizi

= 62 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

FORMULIR MONITORING EVALUASI ASUHAN GIZI

Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No. Rekam Medik :

Diagnosis medis :

Hari/Tanggal Evaluasi Nama/paraf

1. Perkembangan Antropometri
2. Perkembangan fisik/klinis
3. Perkembangan
Data laboratorium

4. Perkembangan asupan makan


5. Perkembangan diagnosis gizi

63
Formulir Recall 24 Jam

Makan pagi Banyak Selingan Pagi Banyak


gr URT gr URT

Makan Siang Banyak Selingan Sore Banyak


gr URT gr URT

Makan Malam Banyak Selingan Malam Banyak


gr URT gr URT

Kal Prot Lemak KH Ca Fe Vit A Vit B1 Vit C


gr gr gr gr mg SI mg mg
Rata-rata
sehari
RDA*
Sikap pasien terhadap diet

Anjuran untuk memperbaiki kebiasaan makanan/menjalankan diet

Tanggal Dietisien Tanda tangan

66

= 63 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
FORM MONITORING STATUS GIZI ANAK

Nama Pasien : No.


Rekam medik :

A. RIWAYAT
1. Perubahan berat badan
1. Perubahan berat badan dalam 6 bln : kg A B C
2. Persen perubahan berat badan : Meningkat atau menurun <
5%
Penurunan 5 10%
Penurunan > 10%

3. Perubahan berat badan dalam 2 minggu Meningkat


Tidak ada perubahan
Menurun

B. HASIL PEMERIKSAAN FISIK


Normal Ringan Sedang Berat
Kehilangan lemak subkutan
Kehilangan massa otot
Edema
Asites

Kesimpulan Status Gizi Anak :


- Gizi Baik / A
- Gizi Kurang ( ringan sedang ) / B
- Gizi Kurang ( berat ) / C

64

= 64 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Formulir Food Frequency (FFQ)
INSTALASI GIZI POLIKLINIK GIZI KLINIK RS
No. Rekam Medik RIWAYAT GIZI Tanggal
Jenis L/P Umur Th. TB cm Berat Badan
Nama Ideal
Kg Kg

Agama PENDIDIKAN Pekerjaan Aktivitas Daerah asal


TK SD SMP SMA PT

Dokter yang mengirim Diagnosis


Diet
Pemeriksaan Lab./Klinik penting Pengobatan Penting
KETERANGAN TENTANG MAKANAN
Diet sebelumnya
Alergi terhadap makanan/Pantangan/Suka/tidak suka
Keterangan lain
POLA MAKANAN (Beri tanda x pada jawaban yang benar)
Lebih 1x sehari

1 x sehari

3-6 x seminggu

1-2 x seminggu

Kurang 1 x

Tak pernah

Lebih 1x sehari

1 x sehari

3-6 x seminggu

1-2 x seminggu

Kurang 1 x

Tak pernah
i

i
Beras Sayuran/tomat/wortel
Jagung Sayuran lain
Mie Pisang
Roti Pepaya
Biskuit/kue Jeruk
Kentang Buah segar lain
Singkong Buah diawet
Ubi rambat Susu segar
Tempe Susu kental manis
Tahu Susu kental tak manis
Oncom Susu tepung whole
Kacang kering Susu tepung skim
Ayam Keju
Daging Minyak/goreng-gorengan
Daging diawet Kelapa/santan
Hati/Limpa/Otak/Usus/Paru Margarin/mentega
2
Telor ayam/bebek Teh Manis
Ikan basah Kopi Manis
Ikan kering Sirop
Udang basah Minuman botol ringan
Sayuran hijau daun Minuman alkohol
Sayuran kacang-kacangan Dll (sesuai kebutuhan)

= 65 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

= 66 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

= 67 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 5
ALTERNATIF PEMBERIAN/PENGGANTI ASI

a. ASI Perah Dipanaskan


Ibu dengan HIV positif dapat mempertimbangkan untuk
memberikan ASI perah yag dipanaskan pada situasi berikut:
a. Jika bayi : berat lahir rendah, sakit, atau tidak bisa menyusui
b. Jika ibu sakit, sementara waktu tidak dapat menyusui, atau
sedang mengalami masalah pada
payudara (misalnya mastitis, puting lecet)
c. Bayi dalam masa persiapan penyapihan
d. ARV untuk sementara waktu tidak tersedia

Ada 2 metode sederhana yaitu


1. Pemanasan ASI dengan cara cepat
Letakkan ASI perah pada wadah terbuka yang berbahan gelas
di dalam panci yang sudah berisi air dan panaskan panci di atas
api sampai air mendidih. Matikan api bila air sudah
mendidih, angkat segera ASI perah dari panci. Tutup dan
biarkan ASI berangsur dingin
2. Pasteurisasi dengan cara Pretoria
Rebus air dalam wadah (panci) sampai mendidih dan
angkat panci, matikan apinya. Letakkan ASI perah dalam
tempat yang berbahan gelas, tutup, kemudian letakkan dalam
air panas yang sudah mendidih selama 20 menit, lalu angkat
dan biarkan dingin.
Pada prinsipnya kedua metode itu adalah sama, akan tetapi pada
metode kedua, ibu perlu mengetahui dan mematuhi secara tepat
waktu yang diperlukan untuk meletakkan ASI perah dalam air
panas yang sudah dididihkan yaitu selama waktu 20 menit, jadi
diperlukan alat bantu berupa jam. Untuk ibu yang kesulitan mematuhi
waktu karena tidak mempunyai jam tangan atau jam dinding maka
disarankan memilih metode yang pertama.

68

= 68 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Faktor penting untuk memberikan ASI perah yang dipanaskan
secara amana adalah:
1. Akses air bersih yang ada terus menerus
2. Bahan bakar yang cukup
3. Penghasilan yang tetap yang dapat dikontrol oleh ibu
4. Kulkas jika ARV untuk sementara tidak tersedia

B. DISUSUI OLEH IBU LAIN YANG TIDAK TERINFEKSI HIV

Syarat disusui oleh ibu lain yang tidak terinfeksi HIV adalah:
1. Ada permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang
bersangkutan
2. Identitas dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh
ibu/keluarga bayi yang bersangkutan
3. Persetujuan dari pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi
yang diberi ASI
4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai
indikasi medis yang menjadi kontraindikasi pemberian ASI
5. ASI tidak diperjualbelikan

C. SUSU FORMULA PABRIKAN


Persiapan pemberian susu formula pabrikan untuk makanan
pengganti adalah sebagai berikut
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Pastikan semua
peralatan (gelas, sendok, gelas pengukur) sudah dicuci bersih
dan kering
2. Air direbus hingga mendidih seluruh permukaannya selama
setidaknya 1-2 detik
3. Gelas pengukur digunakan untuk mengukur jumlah air yang
diperlukan untuk mengambil dan mengukur jumlah susu
formula. Untuk satu sendok susu formula dibutuhkan 30 ml air
4. Jumlah susu formula yang perlu disiapkan lalu ditambahkan air
mendidih
5. Susu disiapkan hanya untuk sekali minum kecuali bila tersedia
kulkas

69

= 69 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6. Susu formula diberikan kepada bayi dengan menggunakan cangkir.
Susu yang tersisa tidak diminumkan kepada bayi
7. Setelah selesai semua peralatan dicuci dengan bersih dan disimpan
di dalam wadah tertutup

Tabel 24. PERKIRAAN JUMLAH SUSU FORMULA UNTUK BAYI

USIA BAYI Frekuensi minum Volume susu formula


per hari tiap kali minum
0-1 bulan 8 60 ml (bertahap
dimulai 30 ml)
1-2 bulan 9 90 ml
2-4 bulan 6 120 ml
4-6 bulan 6 150 ml

70

= 70 =
Lampiran 6
Tabel 25. Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia 2013
Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g) Karbohidrat Serat Air
umur (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (mL)

Bayi/Anak
Total n-6 n-3

0 6 bulan 6 61 550 12 34 4,4 0,5 58 0 -


7 11 bulan 9 71 725 18 36 4,4 0,5 82 10 800
1-3 tahun 13 91 1125 26 44 7,0 0,7 155 16 1200
4-6 tahun 19 112 1600 35 62 10,0 0,9 220 22 1500

Laki-laki
7-9 tahun 27 130 1850 49 72 10,0 0,9 254 26 1900

= 71 =
10-12 tahun 34 142 2100 56 70 12,0 1,2 289 30 1800
13-15 tahun 46 158 2475 72 83 16,0 1,6 340 35 2000
16-18 tahun 56 165 2675 66 89 16,0 1,6 368 37 2200
19-29 tahun 60 168 2725 62 91 17,0 1,6 375 38 2500
30-49 tahun 62 168 2625 65 73 17,0 1,6 394 38 2600
50-64 tahun 62 168 2325 65 65 14,0 1,6 349 33 2600
65-80 tahun 60 168 1900 62 53 14,0 1,6 309 27 1900
80+ tahun 58 168 1525 60 42 14,0 1,6 248 22 1600

71
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g) Karbohidrat Serat Air
umur (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (mL)

Perempuan
Total n-6 n-3

10-12 tahun 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800


13-15 tahun 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000
16-18 tahun 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100
19-29 tahun 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2300
30-49 tahun 55 159 2150 57 60 12,0 1,1 323 30 2300
50-64 tahun 55 159 1900 57 53 11,0 1,1 285 28 2300
65-80 tahun 54 159 1550 56 43 11,0 1,1 252 22 1600

= 72 =
80+ tahun 53 159 1425 55 40 11,0 1,1 232 20 1500
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Hamil (+an)
Timester 1 +180 +20 +6 +2,0 +0,3 +25 +3 +300
Trimester 2 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300
Trimester 3 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300
Menyusui (+an)
6 bln +330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +800
6 bln kedua +400 +20 +13 +2,0 +0,2 +55 +6 +650

72
Tabel 26. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (Per Orang Per Hari)
Kelomp Vit Vit Vit Vit K Vit Vit Vit Vit B5 Vit B6 Fola Vit Biot Ko Vit C
ok umur A D E (mc B1 B2 B3 (Panto (mg) t B12 in lin (mg)
(m (mc (mg g) (mg) (mg) (mg) tenat) (mc (mcg (mc (m
cg) g) ) (mg) g) ) g) g)
a

Bayi/Anak
06 37 5 4 5 0,3 0,3 2 1,7 0,1 65 0,4 5 12 40
7 11 40 5 5 10 0,4 0,4 4 1,8 0,3 80 0,5 6 15 50
1-3 40 15 6 15 0,6 0,7 6 2,0 0,5 160 0,9 8 20 40
4-6 45 15 7 20 0,8 1,0 9 2,0 0,6 200 1,2 12 25 45

Laki-laki

= 73 =
7-9 50 15 7 25 0,9 1,1 10 3,0 1,0 300 1,2 12 37 45

10-12 60 15 11 35 1,1 1,3 12 4,0 1,3 400 1,8 20 37 50


13-15 60 15 12 55 1,2 1,5 14 5,0 1,3 400 2,4 25 55 75
16-18 60 15 15 55 1,3 1,6 15 5,0 1,3 400 2,4 30 55 90
19-29 60 15 15 65 1,4 1,6 15 5,0 1,3 400 2,4 30 55 90
30-49 60 15 15 65 1,3 1,6 14 5,0 1,3 400 2,4 30 55 90
50-64 60 15 15 65 1,2 1,4 13 5,0 1,7 400 2,4 30 55 90
65-80 60 20 15 65 1,0 1,1 10 5,0 1,7 400 2,4 30 55 90
80+ 60 20 15 65 0.8 0,9 8 5,0 1,7 400 2,4 30 55 90

73
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Perempuan
10-12 60 15 11 35 1,0 1,2 11 4,0 1,2 400 1,8 20 37 50
13-15 60 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 25 40 65
16-18 60 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 30 42 75
19-29 50 15 15 55 1,1 1,4 12 5,0 1,3 400 2,4 30 42 75
30-49 50 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,3 400 2,4 30 42 75
50-64 50 15 15 55 1.0 1,1 10 5,0 1,5 400 2,4 30 42 75
65-80 50 20 15 55 0,8 0,9 9 5,0 1,5 400 2,4 30 42 75

= 74 =
80+ 50 20 15 55 0,7 0,9 8 5,0 1,5 400 2,4 30 42 75
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Hamil (+an)
Timeste +3 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +20 +0,2 +0 +2 +10
Trimest +3 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +20 +0,2 +0 +2 +10
Trimest +3 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +20 +0,2 +0 +2 +10
Menyusui (+an)
6 bln +3 +0 +4 +0 +0,3 +0,4 +3 +2,0 +0,5 +10 +0,4 +5 +7 +25
6 bln +3 +0 +4 +0 +0,3 +0,4 +3 +2,0 +0,5 +10 +0,4 +5 +7 +25

74
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Lampiran 7
DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR

GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)


Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok. Satu-
satuan penukar mengandung : 40 g Karbohidrat; 4 g Protein; 175 Kalori

Bahan Makanan URT Gram Ket


Bengkuang 2 bj bsr 320 S++
Bihun 1/2 gls 50
Biskuit 4 bg bsr 40 Na+
Gadung 1 ptg 175 S++
Ganyong 1ptg 185 S++
Gambii 1 ptg 185 S++
Havermuut 5 1/2 sdm 45 S+
Jagung Segar 3 bj sdg 125 S++
Kentang 2 bh sdg 210 K+
Kentang Hitam 12 bj 125 P-
Maizena 10 sdm 50 P-
Makaroni 1/2 gls 50 P-
Mi Basah 2 gls 200 Na+, P-
Mi Kering 1 gls 50 Na+
Nasi Beras Giling 3/4 gls 100
Nasi Beras 1/2 Giling 3/4 gls 100
Nasi Ketan Hitam 3/4 gls 100
Nasi Ketan Putih 3/4 gls 100
Roti Putih 3 iris 70 Na+
Roti Warna Coklat 3 iris 70
Singkong 1 1/2 gls 120 K+, P-, S+
Sukun 3 ptg sdg 150 S++
Talas 1/2 bj sdg 125 S+
Tape Beras Ketan 5 sdm 100 S++, P-
Tape Singkong 1 ptg sdg 100
Tepung Tapioka 8 sdm75 50

Tepung Beras 8= 75
sdm = 50
Tepung Hunkwee 10 sdm 50
Tepung Sagu 8 sdm 50 P-
Tepung Singkong 5 sdm 50
Tepung Tapioka 8 sdm 50

PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA


Tepung Beras 8 sdm 50
Tepung Hunkwee 10 sdm 50
Tepung Sagu 8 sdm 50 P-
Tepung Singkong 5 sdm 50
Tepung Teribu 5 sdm 50
Ubi Jalar Kuning 1 bj sdg 135 S++, P-
Krupuk Udang/Ikan 3 bj sdg 30

Keterangan :
Na+ = Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein S++
= Serat > 6 g K+= Tinggi Kalium S+
= Serat 3-6 g

GOLONGAN II (Sumber Protein Hewani)


Umumnya digunakan sebagai lemak. Menurut kandungan lemaknya,
sumber protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok :

1. Rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Babat 1 ptg bsr 40 Ko+, Pr+
Cumi-cumi 1 ekor kcl 45
Daging Asap 1 lembar 20
Daging Ayam Tanpa Kulit 1 ptg sdg 40
Daging Kerbau 1 ptg sdg 35
Dendeng Daging Sapi 1 ptg sdg 15
Dideh Sapi 1 ptg sdg 35
Gabus Kering 1 ptg kcl 10
Ikan Asin Kering 1 ptg sdg 15 Na+
Ikan Kakap 1/3 ekor besar 35
Ikan Kembung 1/3 ekor sdg 30
Ikan Lele 1/2 ekor sdg 40
Ikan Mas 1/3 ekor sdg 45
Ikan Mujair 1/3 ekor kcl 30
Ikan Peda 1 ekor kcl 35
Ikan Pindang 1/2 ekor sdg 25

= 76 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Ikan Segar 1 ptg sdg 40
Kepiting 1/3 gls 50
Kerang 1/2 gls 90 Na+, Pr+
Lemuru 1 ptg 35
Putih Telur Ayam 2 1/2 btr 65
Rebon Kering 2 sdm 10
Rebon segar 2 sdm 45
Selar Kering 1 ekor kcl 20
Sepat Kering 1 ptg sdg 20
Teri Kering 1 sdm 20
Teri Nasi 1/3 gls 20
Udang Segar 5 ekor sdg 35 Ko+
Keterangan

Na+ Natrium 200-400 mg


Ko+ Tinggi Kolesterol
Pr+ Tinggi Purin

2. Lemak sedang
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 g Lemak;75 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bakso 10 bj sdg 170
Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35
Daging Domba 1 ptg sdg 40
Daging Kambing 1 ptg sdg 40
Daging Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+
Ginjal Sapi 1 ptg bsr 45 Ko+, Pr+
Hati Ayam 1 bh sdg 30 Pr+
Hati Babi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+
Hati Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+
Otak 1 ptg bsr 65 Ko+, Pr+
Telur Ayam 1 btr 55 Ko+
Telur Bebek Asin 1 btr 50
Telur Penyu 2 btr 60
Telur Puyuh 5 btr 77 55
Usus Sapi 1 ptg bsr 50 Ko, Pr

Tinggi lemak = 77 =
Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori

Bahan Makanan URT Gram Ket


Telur Puyuh 5 btr 55
Usus Sapi 1 ptg bsr 50 Ko, Pr
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori

Bahan Makanan URT Gram Ket


Bebek 1 ptg sdg 45 Pr+
Belut 3 ekor kcl 45
Corned beef 3 sdm 45 Na+
Daging Ayam Dengan Kulit 1 ptg sdg 40 Ko+
Daging Babi 1 ptg sdg 50 Ko+
Ham 1 1/2 ptg kcl 40 Na++,Ko+, Pr+
Sardencis 1/2 ptg sdg 35 Pr+
Sosis 1/2 ptg sdg 50 Na+
Kuning Telur Ayam 4 btr 45 Ko+
Telur Bebek 1 btr 55 Ko+
Telur Ikan 1 ptg sdg 40
Keterangan :
Na+ Natrium 200-400 mg Na++ Natrium > 400 mg
Ko+ Tinggi Kolesterol Pr+ Tinggi Purin

GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati)


Umumnya digunakan sebagai lauk juga. Satu satuan penukar
mengandung 7 g Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori

Bahan Makanan URT Gram Ket


Kacang Hijau 2 sdm 20 S++
Kacang Kedelei 2 1/2 sdm 25 S+
Kacang Merah 2 sdm 20 S+
Kacang Mente 1 1/2 sdm 15 Tj+
Kacang Tanah 2 sdm 15 S+Tj+
Kacang Tanah Kupas 2 sdm78 15
Kacang Tolo 2 sdm 20
Keju Kacang Tanah 1 sdm 15 Tj+
Kembang Tahu 1 lembar 20
Oncom 2 ptg kcl 40 S++
Pete Segar 1/2 gls 55

= 78 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Tahu 1 bj bsr 110


Tempe 2 ptg sdg 50 S+
Sari Dele Bubuk 2 1/2 gls 185

Keterangan :
S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal

GOLONGAN IV (Sayuran)
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C,
zat kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari
daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang panjang,
buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya. Satu penukar adalah 100 g sayuran
campur lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran
dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya.

1. Sayuran A
Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan
Kalorinya
Baligo
Gambas (oyong) S+
Jamur Kuping Segar S++
Ketimun S+K+
Labu Air
Lettuce S+
Lobak S++
Slada S+K+
Slada Air S+
Tomat

2. Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat;

79

= 79 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1 g Protein; 25 Kalori

Cabe Hijau Besar S++


Caisim S++
Daun Koro S+
Pe-Cay S+K+
Tomat S++K+
Jagung Muda S+
Kol S+K+
Bawang Bombai
Bayam K+
Bit K+
Brokoli S+
Buncis S++
Cabe Merah Besar S++
Daun Bawang S+K+
Daun Bluntas
Daun Kacang Panjang S++
Daun Kecipir
Daun Kemangi
Daun Lobak
Daun Lompo Tales
Daun Pakis S+
Daun Pohpohan S++
Sawi S+
Seledri S++
Taoge Kacang Hijau S+K+
Terong S++
Genjer
Kangkung S+
Jantung Pisang S+
Kacang Buncis S++K+
Kacang Panjang S+
Kapri Muda
Kecipir (buah muda) S+

80

= 80 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kembang Kol S++K+
Kucai S+
Labu Siam
Labu Waluh K+
Leunce
Pare S++
Pepaya Muda S+
Rebung S+K+
Tebu
Terubuk
Wortel S+

3. Sayuran C
Satu satuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3g Protein;
50 Kalori
Bayam Merah S+K+
Daun Katuk S
Daun Labu Siam
Daun Mangkokan
Daun Malinjo S++
Daun Pepaya K++
Daun Singkong S+K+
Daun Tales S+
Kacang Kapri S+
Kluwih K+
Malinjo
Nangka Muda S+
Taoge Kacang Kedele

GOLONGAN V (Buah-buahan dan Gula)


Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa
kulit dan biji (berat bersih).Satu satuan penukar mengandung : 12 g
Karbohidrat; 50 Kalori
81

= 81 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan URT Gram Ket
Anggur 20 bh sdm 165 S++K+
Apel Merah 1 bh kcl 85
Apel Malang 1 bh sdg 75 S+
Arbei 6 bh sdg 135 K+
Belimbing 1 bh bsr 140 S++K+

Rambutan 8 bh 75
Sawo 1 bh sdg 55
Salak 1 bh sdg 65 S+
Semangka 2 bh sdg 180
Sirsak 1/2 gls 60 S+
Srikaya 2 bh bsr 50 S+
Strabery 4 bh bsr 215 S++
Gula 1 sdm 13
Madu 1 sdm 15

GOLONGAN VI (Susu)

Merupakan sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama


Vitamin A dan Niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Menurut
kandungan lemaknya, susu dibagi menjadi 3 kelompok
1. Susu tanpa lemak
Satu satuan penukar mengandung
10 g Karbohidrat 7 g Protein 75 kalori

Bahan Makanan URT Gram Ket.


Susu Skim Cair 1 gls 200 K+
Tepung Susu Skim 4 sdm 20 K+
Yoghurt Non Fat 2/3 gls 120 K+

2. Susu rendah lemak


Satu satuan penukar mengandung
10 g Karbohidrat 7 g Protein 6 g Lemak 125 Kalori

82

= 82 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Bahan Makanan URT Gram Ket.


Keju 1 ptg kcl 35 Na+Ko+
Susu Kambing gls 165 K+
Susu Kental tidak Manis gls 100 K+
Susu Sapi 1 gls 200 K+
Tepung Susu Asam 7 sdm 35 K+
Yogurt Susu Penuh 1 gls 200 K+

3. Susu tinggi lemak


Satu satuan penukar mengandung :
10 g Karbohidrat 7 g Protein 10 g Lemak 150 Kalori

Bahan Makanan URT Gram Ket.


Susu Kerbau gls 100 K+
Tepung Susu Skim 6 sdm 30 K+Ko+

GOLONGAN VII (Minyak/Lemak)


Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut
kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak tidak
jenuh dan lemak jenuh. Satu satuan penukar mengandung 5 g Lemak;
50 Kalori
1. LEMAK TIDAK JENUH
Bahan Makanan URT Gram Ket
Alpukat 1/2 bh bsr 60 S+Tj+K+
Biji Labu Merah 2 bj 10
Kacang Almond 7 bj 25 S+
Margarin Jagung 1/4 sdt 5
Mayonnaise 2 sdm 20
Minyak Biji Kapas 1 sdt 5
Minyak Bunga Matahari 1 sdt 5
83

= 83 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Minyak Jagung 1 sdt 5
Minyak Kacang Kedelei 1 sdt 5 Tj+
Minyak Kacang Tanah 1 sdt 5 Tj+
Minyak Safflower 1 sdt 5
Minyak Zaitun 1 sdt 5 Tj+

2. LEMAK JENUH
Bahan Makanan URT Gram Ket
Lemak babi 1 ptg kcl
5
Mentega 1 sdm 15
Santan (peras dengan air) 1/3 gls 40 K+
Kelapa 1 ptg kcl 15 K+
Keju Krim 1 ptg kcl 15 K
Minyak Kelapa 1 sdt 5 K
Minyak Ini Kelapa Sawit 1 sdt 5 K
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g
S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
K+ Tinggi Kalium

GOLONGAN VIII (Makanan Tanpa Kalori)

Mengandung kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap


penukarnya
Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal
3 penukar sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat
menyebabkan kenaikan kadar gula darah
Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat
dikonsumsi lebih bebas

84

= 84 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Bahan Makanan Ket


Agar-agar Na++Pr+
Air Kaldu
Air Mineral
Cuka
Gelatin
Gula Alternatif Aspartam
sakarin Kecap Na++
Kopi
Minuman Ringan Tanpa Gula
Minuman Tonik Tanpa Gula
Tauco Na++
Teh K+
Jam Sele, rendah Gula 2 sdt
Krim, non dairy, cair 1 sdm
Bubuk 1 sdm
Margarin non fat 1 sdt
Mayonaise 1 sdm
Permen tanpa gula 2 sdm
sirup, tanpa gula 2 sdm
Wijen 2 sdm

Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
K+ Tinggi Kalium
Pr+ Tinggi Purin

85

= 85 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Lampiran 8

CONTOH MAKANAN FORMULA CAIR ORAL (UNTUK ODHA DEWASA)

FORMULA 1
Nilai Gizi :
Energi (kkal) : 1562.5
Protein (g) : 46.9 (12%)
Lemak (g) : 45.3 (26%)
Karbohidrat (g) 238.9 (62%)
Bahan Makanan Berat (g) URT (Ukuran Rumah Tangga)
Susu Kedelai bubuk 80 8 sdm
Havermout 100 8 sdm
Margarin/Minyak 25 2 sdm
Gula Pasir 100 12 sdm
Mineral Mix 8 1 sachet
Air 1500

FORMULA 2
Nilai Gizi :
Energi (kkal) : 1343.5
Protein (g) : 33.0
Lemak (g): 69.6
Karbohidrat (g) 144.5
Bahan Makanan Berat (g) URT (Ukuran Rumah Tangga)
Alpukat 225 2 bh besar
Wortel 150 2 bh sedang
Tomat 300 3 bh sdg
Apel 250 2 bh sdg
Susu kedelai 150 2 sdm
Gula Pasir 100 10 sdm
Mineral Mix 8
Air
86

= 86 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 9

FORM MONITORING ASUPAN MAKAN

NAMA : Nomor Register :


Jenis Makanan : F-75 Jumlah Pemberian :
Tanggal 11/11/01
Frekuensi Pemberian : 12 kali 75 ml/pemberian

b. Jumlah
c. Jumlah
a. Jumlah yang pemberian lewat d. Perkiraan Jumlah
pemberian lewat e. Berak Cair
Jam diberikan (ml) mulut (ml) yang dimuntahkan
NS, (jika ada, ya)
(a jumlah sisa di (ml)
jika diperlukan (ml)
tempat pemberian)

Total

Total Volume selama 24 jam = jumlah pemberian lewat mulut (b) + jumlah pemberian lewat NS (c) total
jumlah yang dimuntahkan (d) = ..ml

87

= 87 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Lampiran 10
CONTOH MENU

Makanan biasa untuk HIV stadium I

Menu I
Kalori : 2305
Protein : 66.85
Lemak : 58.77
Karbohidrat : 337.58
PAGI Nasi Goreng ayam 120 gr ( gelas)
Juice wortel + jeruk 100 gr (1 gelas)
10.00 Kolak pisang 1 mangkok
Siang Nasi 100 gr ( gelas)
Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang)
Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok)
Jeruk 100 gr (1 biji sedang)
16.00 Slada buah ( 1 gelas) (200 cc)
Cucur pisang keju 50 gr (1 porsi)
Malam Nasi 100 gr (3/4 gelas)
Perkedel Kentang 50 gr (1 potong sedang)
Ikan grg BB. Tauco 50 gr (1 potong sedang)
Tauge + tahu grg bumbu Nenas 100 gr ( 1 mangkok)
Pisang raja 100 gr (1 bj )
20.00 Susu coklat 20 gr ( 1 gelas)
Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)

88
= 88 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Menu II
Kalori : 2580,5
Protein : 66.85
Lemak : 58.77
Ha : 346.58

PAGI Nasi Kuning 100 gr ( gelas)


Ayam Goreng Bb. Lengkuas 50 gr (1 pot. Sdg )
Pisang susu 2 bj (50 gr )
10.00 Bubur jagung + Kac. Ijo 1 mangkok
Fruits Punch 1 gelas
Siang Nasi 100 gr ( gelas)
Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang)
Tempe kripik
Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok)
Jeruk 100 gr (1 biji sedang)
16.00 Slada buah ( 1 gelas) (200 cc)
Cucur pisang + keju parut 50 gr (1 porsi)
Malam Nasi 120 gr (3/4 gelas)
Tempe bacem 50 gr (1 pot. sedang)
Ikan balado 50 gr (1 potong sedang)
Sayur Asem 100 gr ( 1 mangkok)
Pisang raja 100 gr (1 bj )
20.00 Susu coklat 20 gr ( 1 gelas)
Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)

89
= 89 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Contoh Menu Makanan Lumat

CATATAN:
Makanan formula dapat dibuat satu kali untuk kebutuhan sehari dengan 1
kali menghangatkan.
Simpan dalam wadah bersih dan tertutup
Jika pasien masih mau makan, dapat dibuat lagi
Formula dapat dibuat dengan tekstur yang lebih padat atau lebih cair sesuai
dengan kebutuhan

1. FORMULA TEMPE Bahan :


Tempe : 100 gr (4 potong sedang)
Terigu/ tepung beras : 40 gr (4 sendok makan penuh)
Gula : 25 gr ( 3 sendok makan rata)
Minyak goreng : 5 gr (1/2 sendok makan)
Garam beryodium dan air secukupnya
Cara pembuatan :
Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
Tempe dipotong-potong, kemudian direbus 10 menit lalu dihaluskan
Semua bahan dicampur, tambahkan satu gelas belimbing air, aduk jadi satu
Kemudian dimasak di atas api kecil sambil diaduk-aduk selam kira- kira 5-10
menit.
2. FORMULA IKAN
Bahan :
Tepung beras : 45 gr (7 sendok makan) atau beras 6 sdm
Daging ikan : 60 gr (130 gr ikan segar)
Gula : 20 gr ( 2 sendok makan)
Minyak goreng : 20 gr (2 sendok makan)
Pisang ambon : 100 gr (1 buah sedang)
Garam beryodium dan air secukupnya

Cara pembuatan :
Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
90

= 90 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk nipis + kunyit atau menggunakan
daun kunyit, untuk menghilangkan bau amis. Kemudian ikan
direbus dengan satu gelas belimbing air hingga matang, lalu ambil
bagian daging putihnya dan hancurkan (pisahkan dari duri/ tulang
ikan)
Pisang direbus/dikukus/dibakar agar getahnya hilang, lalu ambil
bagian putihnya (bagian tengahnya dibuang). Campurkan tepung beras
dan pisang. Kemudian aduk sambil ditekan pakai punggung sendok
makan sampai membentuk adonan. Campurkan ikan dan kaldunya ke
dalam adonan, lalu tambah gula, minyak dan garam.
Lanjutkan pemasakan sambil diaduk-aduk diatas api kecil hingga
masak (5 menit)

3. FORMULA KACANG HIJAU


Bahan :
Tepung beras : 25 gr (4 sendok makan rata)/
beras 3 sendok makan
Kacang hijau : 60 gr (6 sendok makan rata)
Gula : 15 gr (1,5 sendok makan rata)
Minyak goreng : 10 gr (1 sendok makan)
Garam beryodium dan air secukupnya
Cara pembuatan :
Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
Kacang hijau direbus dengan empat gelas air hingga matang
(30 menit)
Hancurkan dengan saringan kawat
Campurkan tepung beras, gula, minyak, garam dan air dingin
sebanyak 50 cc (1/4 gelas belimbing)
Masukkan ke dalam rebusan kacang hijau yang sudah
dihancurkan
Kemudian aduk menjadi satu dan lakukan pengadukan
berulang-ulang di atas api kecil hingga masak (5 menit).

91

= 91 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA

Pengarah
Ir. Doddy Izwardy, MA
dr. Marina Damajanti, MKM

Tim Penyusun :

dr. Sulastini, MKes Prof. Dr. Syamsu, SpPD dr. Yetty MP Silitonga
Dr. dr. Anie Kurniawan,MSc dr. Paul F Matulessy, SpGK Ir. Andry Harmany, MKes
dr. Grace Ginting, MARS Dr. Erwin Christianto, dr. Julina
Cornelia, SKM, MSc SpGK Della Rosa, SKM
Ir. Rr. Itje Aisah Ranida, dr. Titis Prawitasari, SpA Retnaningsih
MKes Ineu Sariningrum Witrianti
Suroto, SMK, MKM Siti Fatimah Lucia Pardede, MSc
Titi Resmisari dr. Inti Mujiati Hera Nurlita, SsiT, MKes
Rose Wahyu Wardani, DCN Prof. dr. Nurpudji Taslim,
PhD, SpGK

Editor
dr. Marina Damajanti, MKM
Ir. Mursalim, MPH
Dewi Astuti, S. Gz
dr. Paul F. Matulessy, SpGK
dr. Yanri Wijayanti Subronto, SpPD, PhD
Ineu Sariningrum
Fitri Hudayani, SGz, M.Kes
dr. Dian Nurcahyati Basuki, MSc, IBCLC

= 92 =
PT. BUANA GRAFINDO CEMERLANG
website: www.buanarepro.com
e-mail ; buanarepro@yahoo.com
telp: 421 1566,428 03159

You might also like