Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak
berbahaya tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, mengingat bahwa
perjalanannya menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi
daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di
Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam,
misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di
Amerika.1,2
Insiden psoriasis pada pria cenderung lebih banyak dari pada wanita,
psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa
muda. Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda dan
orang tua. Kelompok usia terbanyak pada usia antara 30 50 tahun. Di
Indonesia prevalensi penderita psoriasis jumlahnya belum diketahui pasti,
namun data dari rumah sakit pusat. 1,3
Beberapa variasi klinisnya antara lain psoriasis vulgaris (85-90%) dan
artritis psoriatika (10%). Seperti lazimnya penyakit kronis, mortalitas psoriasis
rendah namun morbiditas tinggi, dengan dampak luas pada kualitas hidup
pasien ataupun kondisi sosioekonominya.4
3
4
2.3. Etiologi
Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun
terdapat beberapa faktor resiko timbulnya psoriasis seperti faktor genetik dan
faktor imunologi. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stress
psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin, gangguan
metabolik, obat, alkohol dan merokok. Stress psikis merupakan faktor pencetus
yang utama.1,3,4
Stres adalah suatu respon non spesifik tubuh terhadap setiap kebutuhan
dan stimuli konsep yang lebih bernuansa biologis karena perubahan temperatur
mekanik. Stres fisik termasuk dalam konsep ini. Pada penderita Psoriasis yang
mendapat tekanan, akan menyebabkan stress psikologis, frustasi dan
kecemasan. Pada penderita Psoriasis kadang-kadang merasa nyeri, tidak
nyaman, keterbatasan gerak, gatal-gatal, kekeringan kulit, kulit mengelupas
terutama yang terkena kulitnya. Penyakit Psoriasis dapat mengganggu
penderita Psoriasis dari segi penampilan fisik secara psikologis yang dapat
berdampak menurunkan hidup kualitas penderita. Penyakit ini tidak
menular,tidak menyebabkan kematian tapi dapat menyebabkan gangguan
kosmetik karena mempengaruhi penderita secara kejiwaan akibat perubahan
kulit berupa sisik yang tebal.10
2.4. Etiopatogenesis
Faktor genetik berperan. Psoriasis merupakan penyakit kulit kronis
inflamatorik dengan faktor genetik yang kuat, dengan ciri gangguan
perkembangan dan diferensiasi epidermis, abnormalitas pembuluh darah,
faktor imunologis dan biokimiawi, serta fungsi neurologi. Bila kedua orang tua
mengidap psoriasis, risiko seseorang mendapat psoriasis adalah 41%, 14% bila
hanya dialami oleh salah satunya, 4% bila 1 orang saudara kandung terkena,
dan turun menjadi 2% bila tidak ada riwayat keluarga.4
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat
nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa
5
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikuler, numular atau plakat, dapat
berkonfluensi.1
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin (kaarsvlek phenomena),
Auspitz dan Kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu
diangggap khas, sedangkan ynag terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang
positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka
plana juvenilis. Pada fenomena tetesan lilin ialah skuama dikerok, maka akan
timbul garis-garis putih pada goresan seperti lilin yang digores, disebabkan
oleh berubahnya indeks bias. Sedangkan pada fenomena Auspitz tampak serum
atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis yaitu dengan
dikerok terus secara hati-hati sampai ke dasar skuama. Truma pada kulit
penderita psoriasis misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan psoriasis
dan disebut fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.1,2,3
Gambar 1. Tanda Auspitz, yaitu adanya titik perdarahan pada kulit bila skuama
dilepaskan
Gambar 2. Fenomena Koebner (isomorfik). A. Lesi Psoriasi pada kulit 4 minggu pasca
biopsy, B. Flare Psoriasi pada punggung setelah terpapas sinar matahari.
7
Ada juga bentukan yang khas berupa cincin dengan warna pucat
konsentris di atas kulit yang eritema didekat atau pada bagian perifer plak
psoriasis yang timbul pada pengobatan dengan kortikosteroid topikal yang
disebut sebagai cincin woronoff (woronoff ring).1
Gambar 3. Perkembangan lesi psoriasis dari kulit normal hingga lesi kulit terbentuk
sempurna
saluran napas bagian atas atau sehabis influenza atau morbili, stres, luka
pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria, lithium dan beta bloker).1
permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Psoriasis jika
skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz
sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.1
2. Ptiriasis Rosea
Merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai
dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu
3-8 minggu.
3. Dermatofitosis
Pada stadium penyembuhan dari psoriasis dapat terjadi eritema yang hanya
terdapat pada pinggir lesi yang menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya
adalah skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya
central healing, keluhan pada dermatofitosis pasien merasa sangat gatal dan
ditemukan hifa pada pemeriksaan mikroskopik.1
4. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan
sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes
serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), dan
pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata
2.9. Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Kulit
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya
bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah,
tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin
melebar, dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal. Pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat di pingir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti
mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal
12
insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.2,3 Dua puluh
lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat
menyebabkan kelainan pada kuku, berupa pitting nail atau nail pit pada
lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar.1,6 Perubahan pada kuku
terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari
matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat karena
terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots subungual, dan koilonikia
(spooning of nail plate).1,2,3
kulit Psoriasis sedang: PASI 8-12, luas lesi 5-20% dari permukaan kulit
psoriasis berat: PASI >12, luas lesi >20%.
2.10. Tatalaksana
Tatalaksana psoriasis adalah terapi supresif, tidak menyembuhkan
secara sempurna, bertujuan mengurangi tingkat keparahan dan ekstensi lesi
sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas hidup pasien.4
Pengobatan psoriasis ada 2 macam non medikamentosa dan
medikamentosa (pengobatan topikal dan sistemik):
Non medikamentosa
Pengobatan promotif
Menenangkan pasien dan memberikan dukungan emosional adalah hal
yang sangat tidak terhingga nilainya. Menekankan bahwa psoriasis tidak
menular serta suatu saat akan mengalami psoriasis akan remisi spontan dan
tersedianya pengobatan yang bervariasi untuk setiap bentuk dari psoriasis.10
Menjelaskan bahwa penyakit kulit yang diderita pasien pasien adalah
penyakit autoimun.
Jelaskan bahwa tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan penyakit
bukan untuk menyembuhkan, sehingga menerangkan perlunya kontrol ke
dokter secara teratur.
Memberitahukan kepada pasien agar tidak menggaruk bercak yang ada.
Pola hidup yang sehat dengan perilaku CERDIK:
- Cek kesehatan secara berkala yaitu kontrol ke dokter untuk mengetahui
perkembangan dari penyakit yang dialaminya.
- Enyahkan asap rokok.
- Rajin aktifitas fisik dengan berolahraga rutin minimal 3x/minggu Selma
30 menit.
- Diet sehat dengan kalori seimbang.
- Makan-makanan yang bervariasi.
- Istirahat yang cukup.
15
Pengobatan preventif
Menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis,
infeksi fokal, endokrin, seta pola hidup lain yang dapat meningkatkan resiko
penurunan sistem imun seperti seks bebas sehingga bisa tertular penyakit
AIDS.10
Medikamentosa
a. Pengobatan Sistemik
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, Prednison 30 mg per
hari. Setelah membaik,dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian
diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan
menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadinya psoriasis pustulosa
generalisata. 1
2. Obat Sitostatik
Obat yang biasanya digunakan ialah Metotreksat. Indikasinya ialah
untuk: psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi kulit,
Eritroderma karena psoriasis. Kontraindikasinya ialah: kelainan hepar,
kelainan ginjal, kelainan hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi
aktif, ulkus peptikum, colitis ulserosa, dan psikosis, Efek sampingnya
adalah: nyeri kepala, alopesia, sumsum tulang, hepar, dan lien.1
3. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Di antara
penderita Parkinson yang sekaligus menderita psoriasis, ada yang
membaik psoriasinya dengan pengobatan Levodopa. Dosisnya adalah
antara 2x250mg-3x500mg. Efek sampingnya berupa: Mual, muntah,
anoreksia, hipotensi, ganguan psikik, ganguan jantung .
16
4. Diaminodifenilsulfon (DDS)
Dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber dengan
dosis 2x100 mg sehari. Efek sampingnya ialah: anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.1
5. Etrinat dan Asitresin
Etrinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain. Dapat pula digunakan untuk
eritroderma psoriatika. Cara kerjanya belum dapat dipastikan. Pada
psoriasis, obat tersebut mengurangi prolferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal.1
6. Antihistamin
Antihistamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati edema,
eritema, dan pruritus. Terdapat dua jenis antihistamin yang bekerja
secara kompetitif, yaitu dengan menghambat antihistamin dan reseptor
histamine H1 atau H2.7
Tabel 1. Penggolongan antihistamin, dosis, masa kerja, aktivitas
kolinergiknya:7
Golongan dan Contoh Dosis Masa Kerja Aktivitas Komentar
Obat Dewasa kolinergik
ANTIHISTAMIN GENERASI I
Etanolamin
Karbinoksamin 4-8 mg 3-4 jam +++ Sedasi ringan sampai sedang
Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, anti-motion sicknesss
Dimenhidrinat 50 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, anti-motion sickness
Etilenediamin
Pirilamin 25-50 mg 4-6 jam + Sedasi sedang
Tripelenamin 25-50 mg 4-6 jam + Sedasi sedang
Piperazin
Hidroksizin 25-100 mg 6-24 jam + Sedasi kuat
Siklizin 25-50mg 4-6 jam - Sedasi ringan, anti-motion
Meklizin 25-50 mg 12-24 jam - sickness
Sedasi ringan, anti-motion
sickness
Alkilamin
Klorfeniramin 4-8 mg 4-6 jam + Sedasi ringan, komponen obat flu
Bromfeneramin 4-8 mg 4-6 jam + Sedasi ringan
Derivat Fenotiazin
Prometazin 10-25 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, antiemetik
Lain-lain
Siproheptadin 4 mg 6 jam + Sedasi sedang, juga anti serotonin
Mebhidrolin 50-100 mg 4 jam +
17
napadisilat
ANTIHISTAMIN GENERASI II
Astemizol 10 mg < 24 jam - Mula kerja lambat, risiko aritmia
Feksofenadin 60 mg 12-24 jam - lebih rendah
Lain-lain
Loratadin 10 mg 24 jam - Masa kerja lebih lama
Cetirizine 5-10 mg 12-24 jam -
b. Pengobatan Topikal
1. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa kami gunakan ialah preparat ter, efeknya
ialah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni
yang berasal dari:
- Fosil, misalnya iktiol
- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
- Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektf untuk
psoriasis, yang cukup efektif adalah yang berasal dari batu bara dan
kayu. Pada psoriasi yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang
berasal dari batubara lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu
dan pada psoriasi yang menahun kemungkinan timbul iritasinya kecil.1
cepat kering. Lotion dan gel paling sedikit berminyak dan oklusif dari
semua sediaan KT. Konsistensi lotion lebih ringan, mudah diaplikasikan
dan nyaman dipakai di daerah berambut, misalnya kulit kepala.
Vehikulum beralkohol (tingtura) dapat mengeringkan lesi eksudatif,
tetapi terkadang ada rasa seperti tersengat.9
Pada dewasa dianjurkan pemberian KT poten tidak melebihi 45
gram per minggu atau KT potensi menengah tidak melebihi 100 gram per
minggu. Pengolesan KT yang dianjurkan adalah 1-2 kali per hari
tergantung dermatosis dan area yang dioles. Pada terapi dermatitis
atopik, dianjurkan 1-2 kali/hari. Pengolesan lebih dari 2 kali tidak
memberikan perbedaan bermakna, bahkan dapat mengurangi kepatuhan
pasien. Bila menggunakan potensi sedang atau kuat, cukup dioleskan 1
kali sehari. Perlu diingat bahwa makin sering dioleskan makin mudah
terjadi takifilaksis. Teknik aplikasi pengolesan KT, aplikasi sederhana
oleskan salep tipis merata, pijat perlahan-lahan.9
Pemakaian KT jangka panjang dapat menyebabkan efek
takifilaksis, yaitu penurunan respons efek vasokonstriksi (kulit toleran
terhadap efek vasokonstriksi). Takifilaksis dapat terjadi 4 hari setelah
pemakaian KT potensi sedang-kuat 3 kali sehari di wajah, leher, tengkuk,
inter triginosa, atau pada pemakaian secara oklusi. Efek takifilaksis
menghilang setelah KT dihentikan selama 4 hari. KT golongan sangat
poten atau poten sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 minggu. Bila
digunakan jangka panjang, turunkan potensi perlahan-lahan, turunkan ke
potensi yang lebih rendah setelah digunakan 1 minggu, kemudian
hentikan. Penghentian tiba-tiba potensi kuat menyebabkan rebound
symptoms (dermatosis menjadi lebih buruk). Cara menghindari efek
rebound dan memperlambat kekambuhan penyakit kulit kronis adalah
dengan pemberian intermiten. Pada psoriasis dapat diberikan KT
golongan sangat poten selama 1 minggu penuh lalu dihentikan selama 1
minggu, kemudian dilanjutkan kembali sampai lesi terkontrol. Cara lain
adalah dengan mengoleskan KT selama 3 hari berturut-turut dalam 1
22
3. Ditranol (Antralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit
dan pakaian. Konsentrasi yang biasanya digunakan adalah 0,2-0,8%
dalam pasta, krim dan salap.1
5. Calcipotriol
Sintetik vitamin D berupa salap atau krim 50mg/g, efeknya ialah
antiproliferasi. Perbaikan setelah 1 minggu. Efektifvitas salap ini sedikit
lebih baik daripada salap betametason 17-valerat.1
6. Tazaroten
Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topical, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi petanda dferensiasi keratinosit
dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang
menginfiltrasi kulit.1
7. Emolien
Efeknya adalah melembutkan permukaan kulit. Fungsinya emolien
ini adalah untuk meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Emolien ini
terdiri daripada lanolin dan minyak mineral. Jadi emolien sendiri tidak
mempunyai efek antipsoriasis.1
2.11. Prognosis
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan
residif.1