You are on page 1of 22

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERSALINAN NORMAL

DISUSUN OLEH:
Madrikayanti ASP, S.Ked
111 2015 2182

PEMBIMBING:
dr. M. Hamzah, M.Kes, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RSUD HAJI MAKASSAR
2017

BAB I

PERSALINAN NORMAL

I.1 Definisi Persalinan

Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi


yang viable melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia
luar1. Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu2.

Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah


seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). Nullipara adalah seorang
wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali.
Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk
beberapa kali1.

Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.


Partus biasa atau partus normal atau partus spontan adalah bayi lahir dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam. Sedangkan partus abnormal adalah bila bayi dilahirkan pervaginam
dengan cunam atau ekstraktor vacum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi,
dan sebagainya1.

Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi
yang dilahirkan, yaitu 1,2 :

a. Abortus adalah ancaman pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan


20 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 1000 gram.
c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai
37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 2500 gram.
d. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan
antara 37 sampai 42 minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500
gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah
kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks1.

I.2 Teori Persalinan

Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat


beberapa teori yang mencoba menerangkan mengenai awitan persalinan,
diantaranya 2 :

a. Penurunan kadar progesteron.Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot


rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan ketegangan otot rahim. Selama
kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen
di dalam darah , tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his.
b. Teori oksitosin.Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh
karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot.Apabila dinding kandung kencing dan lambung
teregang karena isinya bertambah, timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Demikian pula dengan rahim, seiring dengan majunya kehamilan,
otot-otot rahim makin teregang dan rentan.
d. Pengaruh janin.Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupanya memegang
peranan. Hal ini tampak pada kehamilan dengan janin anensefalus dan
hipoplasia adrenal sehingga kehamilan sering lebih lama dari biasanya.
e. Teori prostaglandin.Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin E dan F yang diberikan secara
intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi myometrium
pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer
pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
Sebenarnya, sebab-sebab dimulainya partus sampai kini masih merupakan
teori-teori yang kompleks, secara umum dapat dikelompokkan pula
sebagai berikut : (1). Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin,
struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai
faktor faktor yang mengakibatkan partus mulai. (2). Perubahan biokimia
dan biofisika juga berperan dimana terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan
penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga menjadi tua dengan
lamanya kehamilan. Vili koriales mengalami perubahan sehingga kadar
estrogen dan progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi uteroplasenter
juga terjadi dimana keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus 1.

I. 3 Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan

Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi.


Hal ini dapat ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen,
pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau
sinar X. Pemeriksaan klinis kurang akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan
dan diinterpretasikan pada wanita obes 4.

a. Letak Janin
Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu.
Terdiri dari letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat
letak oblik, dimana akibat sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan
sudut 45. Letak oblik tidak stabil, dapat berubah posisi menjadi letak
memanjang atau melintang selama proses persalinan. Letak memanjang
terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk
letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan anomali
uterus 4.
Gambar 1. Letak Janin

b. Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan
di dalam jalan lahir . Bagian terbawah janin menentukan presentasi.
Bagian terbawah janin dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan
vagina. Karena itu, pada letak memanjang, bagian terbawah janin adalah
kepala janin atau bokong, masing-masing membentuk presentasi kepala
atau bokong. Jika janin terletak pada sumbu panjang melintang, bahu
merupakan bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui
serviks pada perabaan vagina.
Presentasi kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan
kepala dengan badan janin. Biasanya kepala mengalami fleksi
maksimal sehingga dagu menempel pada dada. Pada keadaan ini ,
ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis) merupakan bagian terbawah
janin, disebut presentasi belakang kepala (verteks) atau oksiput.
Gambar 2. Presentasi kepala

Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga


oksiput dan punggung saling menempel dan wajah menjadi bagian
terdepan di jalan lahir, disebut Presentasi muka

Gambar 3. Presentasi muka

Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua


keadaan ini, pada beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan
bagian presentasi adalah fontanel anterior (ubun-ubun besar) atau
bregma. Disebut presentasi puncak kepala atau sinsiput.
Gambar 4. Presentasi sinsiput

Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya,


dengan dahi sebagai bagian terbawah, disebut presentasi dahi.
Ketika persalinan maju, presentasi sinsiput atau dahi hampir selalu
berubah menjadi presentasi verteks atau muka karena masing-
masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.

Gambar 5. Presentasi dahi

Presentasi bokong

Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga


konfigurasi umum yang dapat terjadi. Apabila paha berada dalam
posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan badan, hal ini
disebut presentasi bokong murni (frank breech). Jika paha fleksi di
abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha, keadaan ini
disebut presentasi bokong sempurna ( complete breech) . Bila salah
satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut , merupakan bagian
terbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna
(incomplete breech) atau presentasi bokong kaki ( footling breech).

Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank


Breech, (C) Footling atau Incomplete Breech.

c. Sikap atau postur janin


Hubungan bagian-bagian janin yang satu dengan bagian janin yang lain,
biasanya terhadap tulang punggung. Sikap janin yang fisiologis adalah
badan dalam keadaan kifose sehingga punggung menjadi konveks, kepala
dalam sikap hiperflesi dengan dagu dekat dengan dada lengan bersilang
didepan dada dan tali pusat terletak diantara ektremitas dan tungkai terlipat
diantara lipat paha dan lutut rapat pada badan.Sikap fisiologis ini
menghasilkan sikap fleksi. Sikap ini terjadi karena janin dan proses
akomodasi terhadap kavum uteri. Jika dagu menjauhi dada kepala akan
menengadah dan tulang punggung akan lordose , maka sikap ini akan
menghasilkan sikap defleksi.
d. Posisi janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan
pada bagian terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu.
Karena itu, pada setiap presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri.
Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin masing-masing merupakan
titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan bokong 4.

I.4 Pemeriksaan Leopold

Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri.
a. Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil, letakkan kedua tangan
seperti gambar dibawah
b. Tentukan tinggi fundus uteri dan bagian teratas janin
c. Meraba bagian yang berada di fundus. Jika teraba benda bulat, melenting,
mudah digerakkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda
bulat, besar,lunak, tidak melenting itu adalah bokong.
d. Variasi Knebel : tentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di
fundus dan tangal lainnya diatas simfisis.

Leopold II
Bertujuan untuk menentukan letak punggung dan bagian kecil janin
disepanjang sisi maternal.
a. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai samping
kiri dan kanan umbilikus
b. Jika teraba bagian rata, terasa ada tahanan, tidak teraba bagian kecil maka
itu adalah punggung janin. Hal ini untuk menentukan lokasi auskultas
denyut jantung janin nantinya
c. Tentukan bagian-bagian kecil janin
d. Variasi Budin : tentukan letak punggung dengan satu tangan
menekan/memfiksasi fundus
Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian terbawah janin dan apakah sudah
masuk pintu atas panggul atau masih goyang.
a. Bagian terendah janin diraba dan tentukan apakah sudah mengalami
engagemen atau belum.
b. Tangan kanan meraba bagian yang ada dibagian bawah uterus teraba
bagian yang bulat, melenting, keras dan dapat digoyangkan maka itu
adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak dan
sulit digerakkan maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak
ditemukan kedua bagian tersebut maka pertimbangkan apakah janin
dalam letak melintang.
Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk
pintu atas panggul.
a. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
b. Menentukan bagian terbawah janin seberapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul, jika kepala sudah masuk (divergen, tangan tidak ketemu) dan
jika belum (konvergen, tangan ketemu).

I.5 Gerakan anak pada persalinan

Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai


ialah presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam
pintu atas panggul dengan sutura sagitalis sagitalis melintang. Gerakan-gerakan
pokok persalinan adalah engagement, descens (penurunan kepala), fleksi, rotasi
interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi ekstrena (putaran paksi luar), dan
ekspulsi.

a. Engagement

Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter


transversal kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas
panggul disebut sebagai engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-
minggu terakhir kehamilan. Turunnya kepala dapat dibagi menjadi
masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul dan majunya kepala.
Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida. Masuknya kepala ke
dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan
terakhir kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya terjadi dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang
ringan2.

Gambar 7. Pengukuran engagement

b. Descens (penurunan kepala)


Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita
nulipara, engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan
desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan
kala dua. Pada wanita multipara, desensus biasanya mulai bersamaan
dengan engagement. Descens terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya
4
:
Tekanan cairan amnion
Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
Usaha mengedan yang menggunakan otot-otot abdomen
Ekstensi dan pelurusan badan janin
c. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan
ini, dagu mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika
yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih
panjang.
Gambar 8. Proses fleksi

d. Rotani interna (Putaran paksi dalam)


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran
bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan, ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala,
bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam
mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan
dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge
III kadang- kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul 2.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni 2 :

Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian


terendah dari kepala
Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit,
yaitu di sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis
antara antara musculus levator ani kiri dan kanan.
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior
e. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul
terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak
terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya.
Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke
atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah depan atas 2.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang
dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan
dengan subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-
turut ubun-ubun besar, dahi hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan
gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hipomoklion.2


Gambar 9. Permulaan ekstensi Gambar 10. Ekstensi kepala

f. Rotani eksterna (putaran paksi luar)


Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan : putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan
yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior pintu bawah panggul 2.
Gambar 11. Rotasi eksterna
g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis


dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.

Gambar 12. Kelahiran bahu depan

Gambar 13. Kelahiran bahu belakang


I.6 Pemeriksaan vagina

Sebelum persalinan. Diagnosis presentasi dan posisi janin dengan


pemeriksaan vagina sering tidak dapat ditentukan. Dengan dimulainya persalinan
dan setelah dilatasi serviks, informasi dapat diperoleh. Pada presentasi verteks,
posisi dan variasi dapat diketahui dengan membedakan berbagai sutura dan ubun-
ubun. Presentasi muka dengan membedakan bagian- bagian wajah. Presentasi
bokong diidetifikasi dengan meraba sacrum dan tuberostias iskhii ibu. Sebaiknya
dilakukan empat perasat rutin sebelum saat dilakukan pemeriksaan vagina untuk
menentukan presentasi dan posisi janin, sebagai berikut 4 :

Kedua jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan diarahkan ke


bagian terbawah janin untuk membedakan presentasi janin.
Jika presentasi verteks, jari-jari dimasukkan ke posterior vagina
kemudian disapukan ke depan melalui kepala janin ke simfisis ibu.
Saat melakukan gerakan ini, jari-jari akan melewati sutura
sagitalis, jika sutura ini teraba maka arahnya dapat ditentukan,
dengan ubun-ubun kecil dan besar pada ujung yang berlawanan.
Jari-jari kemudian diarahkan ke ujung anterior sutura sagitalis dan
ubun-ubun kemudian diperiksa dan diidentifikasi.
Station atau seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke
dalam panggul dapat ditentukan.
BAB II

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

II.1 Faktor yang mempengaruhi proses persalinan 1,2.


a. Power

Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan


tersebut meliputi kontraksi dan tenaga meneran. Peregangan serviks oleh
kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan daya
kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju sampai janin
dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang
serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi
ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung
terus menerus

b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir. Jalan lahir terbagi atas dua,
yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dari jalan keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul,
sedangkan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat
meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.
Evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
persalinan dapat berlangsung pervaginam atau perbadominal.

c. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri. Hal- hal yang perlu
diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin.

d. Psikologis
Psikologis meliputi psikologis ibu, emosi dan pengalaman bayi
sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan
ibu.
II.2 Mekanisme persalinan
Mekanisme dari persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
a. Kala I

Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati,


yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira
13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada
kala satu, yaitu :

Fase laten

Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ketitik ketika


pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak
kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter
atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini
presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

Fase aktif

Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi


komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai
dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan
bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan
selama kala dua persalinan.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :

a. Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.


b. Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2


jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap

Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang


tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter,
menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan diameter sekitar 10 cm.
Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran 2.

Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan


multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian
ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida ostium
uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum
serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala
I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. 1.
Gambar 7. Pendataran dan pembukaan serviks pada primigravida
dan multipara

d. Kala II

Menurut Depkes RI, beberapa tanda dan gejala persalinan kala II


adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu
merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum
terlihat menonjol, vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka,
peningkatan pengeluaran lendir darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul
rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air
besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan
yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin.
Kala II pada primi : 112 - 2 jam, pada multi 12 - 1 jam

e. Kala III
Terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) fase pelepasan uri, (2) fase
pengeluaran uri. Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi timbul lagi
setelah beberapa menit. His ini dinamakan his pelepasan uri yang
berfungsi melepaskan uri, sehingga terletak pada segmen bawah rahim
atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba sebagai tumor
yang keras, segmen atas melebar karena mengandung plasenta, dan fundus
uteri teraba sedikit di bawah pusat2.
Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap bundar
sehingga perubahan bentuk ini dapat dijadikan tanda pelepasan plasenta.
Jika keadaan ini dibiarkan, setelah plasenta lepas, fundus uteri naik, sedikit
hingga setinggi pusat atau lebih, bagian tali pusat diluar vulva menjadi
lebih panjang 3,5.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam
segmen bawah rahim bagian atas vagina sehingga mengangkat uterus yang
berkontraksi. Seiring lepasnya plasenta, dengan sendirinya bagian tali
pusat yang lahir menjadi lebih panjang. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5
menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit

Tanda-tanda pelepasan plasenta5 :

Uterus menjadi bundar

Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyong dan agak banyak

(250 cc)

Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir

Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim sehingga lebih mudah

digerakkan.

f. Kala IV
Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum. 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1)
kontraksi uterus harus baik, 2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari
alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong, 5) luka-luka di perineum harus dirawat
dan tidak ada hematoma, 6) resume keadaan umum bayi, dan 7) resume
keadaan umum ibu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. 2008. 296-314.
2. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan
Produksi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004.127-144
3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi
Jakarta: EGC, 1998. 94
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 21. Vol
1. Jakarta : EGC. 2006. 318-335.
5. Sofie RK, Johanes CM, Jusuf SE. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi RUmah sakit Dr. Hasan Sadikin. Bandung : Bagian
Obstetri Ginekologi FK UNPAD RSHS. 2005. 90.
6. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan aternal dan Neontal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 100

You might also like