Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
JOKO PURWANTO
NIM : 111150052
KELOMPOK 3
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Joko Purwanto
111.150.052
Disahkan Oleh :
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan laporan praktikum
ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Tidak lupa Sholawat serta
salam kita tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Laporan
praktikum Seismik Refraksi ini disusun berdasarkan hasil pembelajaran ,
pengolahan, serta interpretasi yang dibantu oleh banyak pihak. Sebagai
manusia biasa penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk perbaikan
maupun penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya bagi penulis dan untuk pembaca pada umumnya.
Joko Purwanto
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 8
1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................... 9
BAB II.DASAR TEORI
2.1. Seismik Refraksi ........................................................................... 10
2.2. Hukum Dasar................................................................................. 11
2.3. Asumsi-Asumsi Dasar ................................................................... 11
2.2. Metode Delay Time ....................................................................... 13
2.3. Metode Hagiwara........................................................................15
2.3.1 Teori Dasar Metode Hagiwara ........................................ 15
2.3.2 Asumsi-Asumsi Metode Hagiwara...............................15
2.3.3 Rumus Metode Hagiwara.................................................16
4
4.2 Hasil Dan Pembahasan Pengolahan Data ...................................... 28
4.2.1 Pengolahan Excel Metode Plus Minus .......................... 28
4.2.1.1 Grafik T - X................................................... 28
4.2.1.2 Grafik Analisa Kecepatan ............................. 28
4.2.1.3 Profil Bawah Permukaan .............................. 29
4.3 Hasil Dan Pembahasan Peta dan Penampang
4.3.1 Peta Kecepatan V1......................................................... 30
4.3.2 Peta Kecepatan V2......................................................... 31
4.3.3 Peta Kedalaman Z .......................................................... 32
4.3.4 Penampang Kedalaman Surfer Kelompok 3 ................. 33
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 34
5.2. Saran .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. TABEL KECEPATAN BATUAN MENURUT (KOHNEN,1974)
B. TABEL DATA SEMUA KELOMPOK
C. LEMBAR KONSUL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR TABEL
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
1.2 Maksud Dan Tujuan
9
BAB II
DASAR TEORI
10
2.2. Hukum Dasar
Dalam prinsip penjalarannya ke segala arah di bawah permukaan bumi,
gelombang seismik mengikuti azas-azas:
1. Fermat
Sifat penting dari gelombang seismik adalah bahwa dia mengikuti azas
Fermat yaitu lintasan yang dilalui oleh gelombang adalah lintasan yang paling
sedikit memerlukan waktu. Dengan demikian, jika gelombang melewati sebuah
mediumyang memiliki variasi kecepatan gelombang seismik maka gelombang
tersebutakan cenderung melalui zona-zona berkecepatan tinggi dan menghindari
zona-zona berkecepatan rendah.
2. Huygen
Christian Huygen, seorang fisikawan Belanda, sekitar tahun 1680
mengemukakan suatu mekanisme sederhana untuk menelusuri penjalaran
gelombang. Mekanisme tersebut digambarkan bahwa sebuah muka gelombang
dapat dianggap sebagai suatu permukaan dengan fase tetap melewati titik-titik
medium berlapis yang dicapai oleh gerakan gelombang pada waktu yang sama.
Jika gelombang tersebut melewati suatu permukaan (batas perlapisan), maka pada
setiap partikel pada suatu perlapisan ituakan menjadi sumber gelombang yang
baru dan demikian seterusnya. Mekanisme perambatan gelombang ini dikenal
dengan prinsip Huygen.
3. Snellius
Dalam eksplorasi seismik, analisis gelombang akustik didasarkan pada
suatu medium bumi dengan lapisan-lapisan batuan yang berbeda densitas dan
kecepatan gelombangnya. Sehingga dalam perambatan gelombang juga akan
berlaku hukumSnellius yang mengatakan bahwa jika gelombang merambat dari
suatu medium kemedium yang lain yang berbeda sifat fisiknya, maka pada bidang
batas akanterjadi peristiwa pemantulan dan pembiasan.
11
Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Makin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
Panjang gelombang seismik < ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan
setiap lapisan yang memenuhi syarat tersebut akan dapat terdeteksi.
Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum-hukum dasar lintasan sinar di atas.
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan
pada lapisan di bawahnya.
Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Bila gelombang elastik yang menjalar dalam medium bumi menemui
bidang batas perlapisan dengan elastisitas dan densitas yang berbeda, maka akan
terjadi pemantulan dan pembiasan gelombang tersebut. Bila kasusnya adalah
gelombang kompresi (gelombang P) maka terjadi empat gelombang yang berbeda
yaitu, gelombang P-refleksi (PP1), gelombang S-refleksi (PS1), gelombang P-
refraksi (PP2), gelombang S-refraksi (PS2). Dari hukum Snellius yang diterapkan
pada kasus tersebut diperoleh :
dimana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
12
Gambar 2.1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
13
(1) Persamaan di
atas dapat disederhanakan menjadi,
(2) Sehingga
dapat dicari kedalaman di bawah source (hs) dan geophone (hg), yaitu:
(3)
Sedangkan waktu total penjalaran gelombang dari source ke geophone yaitu ;
(4)
(5) Sedangkan,
(6) Persamaan
kedalaman di bawah source (hs) dan geophone (hg) sama saja dengan yang single
shot !!
14
2.5 Metode Hagiwara
2.5.1 Teori Dasar Metode Hagiwara
Metode Delay Time Hagiwara adalah pengembangan dari metode Delay
Time untuk struktur dua lapis. Metode ini mampu menggambarkan kedalaman
lapian pertama di bawah sumber dan di bawah geophone. Apabila
dibandingkan dengan metode delay time lainnya, metode hagiwara termasuk
yang paling kompleks.
hP
V1
sin i (2.14)
V2
15
RP" RP" P' P"
(2.15)
V1 V 2 sin i V2
BB" B" P" ' P" ' P hB cos i hP cos i B' P'
TBP (2.21)
V1 V2 V1 V1 V1 V2
2hP cos i
TAP TBP TAB (2.23)
V1
16
V1
hP TAP TBP TAB (2.24)
2 cos i
'
TAP TAP
TAP TBP TAB (2.25)
2
P
dx
A' P' (2.27)
A
cos
hA cos i x
'
TAP (2.28)
V1 V2
Pers. (II.27) adalah linier terhadap x, jika diambil x sebagai absis dan
TAPsebagai ordinat, kemudian diplot titik-titik yang bersesuaian (lingkaran
hitam). Garis lurus tersebut merupakan suatu sort (bentuk baru yang lebih
pendek) dari travel time curve yang dikandung oleh titik-titik yang
berhubungan. Nilai TAPdengan mudah dihitung dari pers. (II.26), dan
17
kecepatan V2pada lapisan bawah diperoleh dari slope garis lurus, yaitu dengan
menurunkan persamaan (II.27) terhadap x :
d '
dx
TAP
1
V2
(2.29)
'
TBP TBP
TAP TBP TAB (2.30)
2
hB cos i x
'
TBP (2.31)
V1 V2
dengan slopenya :
d '
dx
TBP
1
V2
(2.32)
Dengan menggunakan nilai V2 dari pers. (II.32) maka nilai cos i dapat
dihitung menggunakan pers. (1). Untuk x = 0 pada pers. (II.30) dan pers.
(II.33), dinotasikan harga TAP dan TBPdengan A' dan B' , maka didapat :
h A cos i
A'
V1
(2.33)
h cos i
B
'
B
V1
18
Gambar 2.6 Kurva Waktu Rambat dan Kurva Waktu Rambat-Kecepatan.
Dengan hA dan hB adalah kedalaman pada titik A dan B. Dengan kata lain,
dimana perpotongan kurva TAP dengan ordinat pada titik A mengindikasikan A'
dan perpotongan kurva TBP dengan ordinat pada titik B mengindikasikan B' .
Dengan demikian didapat :
V1 ' A
hA
cos i (2.34)
V1 ' B
hB
cos i
Pada kasus ini, dapat diatasi dengan menuliskan kembali pers. (II.24) dan pers.
(II.25) yaitu :
T AP TBP T AB
T AP T ' AP TBP T ' BP (2.35
2
Sehingga dari pers. (II.22) dan pers. (II.33) tersebut dapat diperoleh hubungan
V1
hP TAP T ' AP (2.36)
cos i
19
atau
V1
hP TBP T ' BP (2.37)
cos i
Akhirnya, harga dari TAP atau TBP dapat dibaca dari perpanjangan kurva TAP
atau TBP, sehingga harga kedalaman hP dapat dihitung dari pers. (2.32) atau pers.
(2.33).
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Interpretasi
Kesimpulan
Selesai
21
3.2 Pembahasan Diagram Alir
22
BAB IV
23
Grafik T-X
120
y = 0.8896x + 9.9889
y = -0.9276x + 100.48
100
Gelombang
80
Langsung Forward
Gelombang Refraksi
Waktu (ms)
60 Forward
Gelombang
40 Langsung Reverse
y = -2.08x + 208.5 Gelombang Refraksi
Reverse
20
Linear (Gelombang
y = 2.02x - 0.5333 Langsung Forward)
0 Linear (Gelombang
0 20 40 60 80 100 120 Refraksi Forward)
-20 Linear (Gelombang
Offset (m) Langsung Reverse)
Linear (Gelombang
Refraksi Reverse)
Gambar 4.1 Grafik T-X Metode GRM
24
4.2.1.2 Grafik Waktu Koreksi
80
Waktu (ms)
T'AP
60
T'BP
40 Linear (T'AP)
20 Linear (T'BP)
0
0 20 40 60 80 100 120
-20
Offset (m)
Grafik diatas merupakan grafik waktu koreksi dari gelombang reverse dan
forward, gelombang reverse diwakili warna merah dan gelombang forward
diwakili oleh warna biru.
0 10 20 30
-1 40 50 60 70 80 90 100
-2
-3
-4
Offset (m)
25
Gambar diatas merupakan profil bawah permukaan daerah telitian yang
menunjukkan batas antara lapisan atas dengan lapisan bawah didapatkan bahwa
terdapat perbedaan kedalaman tiap offsetnya yang dapat disimpulkan lapisan ini
berundulasi. Undulasi ditempat ini cukup besar yang terlihat dari perbedaan
kedalaman terdangkal dan terdalam yaitu Kedalaman terdangkal 1 m pada offset
100 m dan yang terdalam 4 m pada offset 20 m.
26
utara-selatan dengan kecepatan sekitar 440-500 m/s yang diinterpretasikan
sebagai sand dry loose Semakin ke arah tepi kanan dan kiri pada peta kecepatan
bertambah yaitu sekitar 530-560 m/s yang diinterpretasikn sand dry loose,semakin
ke pusat peta kecepatan bertambah menjadi 710-740 m/s yang diinterpretasikan
sebagai sand dry loose (mengacu tabel kecepatan Kohnen, 1974).
27
diinterpretasikan sand,pada tepi timur dan barat peta yang berwarna merah
kecepatan bertambah menjadi 1360-1560 m/s yang diinterpretasikan sebagai sand
(mengacu tabel kecepatan Kohnen, 1974).
28
4.3.1.4 Penampang Kedalaman Surfer Kelompok
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa
1. berdasarkan kecepatan V1 didapatkan kecepatan antara 500-700m/s yang
diinterpretasikan sebagai sand dry loose mengacu tabel kecepatan (Kohnen
1974)
2. Berdasarkan kecepatan V2 dimana kecepatan berkisar 1000-1300 m/s yang
diinterpretasikan sebagai sand (mengacu tabel kecepatan Kohnen, 1974).
3. Dari peta kedalaman H didapatkan kedalaman dangkal terdapat pada
daerah tepi utara, tepi selatan dan di pusat peta yang berwarna merah,
kedalaman menengah pada bagian ditepi warna orange, sedang kedalaman
terbesar pada bagian barat dan timur peta.
4. Dari penampang kedalaman didapatkan bahwa terdapat 2 perbedaan
kecepatan yang mencolok yang diinterpretasikan sebagai sand dry loose
dan sand.
4.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
DATA KELOMPOK 2
32
DATA KELOMPOK 3
DATA KELOMPOK 4
33
DATA KELOMPOK 5
34
B. TABEL KECEPATAN BATUANMENURUT (KOHNEN,1974)
35