You are on page 1of 7

Asuhan kala II

Penatalaksanaan asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada
waktu penatalaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut.

1. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu


2. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin
3. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan
4. Perawatan tubuh wanita
5. Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya serta keluarga
6. Persiapan kelahiran
7. Penatalaksanaa kelahiran
8. Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II kelahiran

Pemantauan maternal

Pemantauan maternal pada persalinan kala II harus dilakukan secara kontinu. Evaluasi
kontinuitas kesejahteraan ibu mencakup poin-poin yang digunakan untuk mengevaluasi kala I
Persalinan, yaitu sebagai berikut.

Tanda-tanda vital

Frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat selama kala II persalinan. Frekuensi ini
dapat bervariasi pada setiap pelayanan kesehatan, tetapi pada prinsipnya standar yang digunakan
adalah sama. Standar pemerikaan tanda-tanda vital adalah bahwa tekanan darah wanita harus
diperiksa sesering mungkin terutama pada wanita dengan komplikasi preeklamsia (PER), denyut
nadi, suhu, serta pernapasan harus setiap jam. Penting untuk diingat bahwa tekanan darah yang
diperiksa adalah tekanan darah diantara kontraksi. Hal ini dikarenakan pada kala II saat adanya
kontraksi, ibu sudah ada upaya untuk meneran, dan hal menyebabkan tekanan darah naik
menjadi 10 mmHg.

Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu pada kala II meliputi hal-hal berikut.


1. Menganjurkkan agar ibu selalu didampingii oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya. Hal ini dikarenakan hasil persalinan yang baik ternyhata erat
hubbunganya dengan dukungan dari keluarga ya g mendapingi ibu selama persalinan
proses persalian.
2. Menganjurkan keluarga ikut terlihat dalam asuhan
3. Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarganya dengan menjelaskan
sssstahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran bayi pada mereka.
4. Membantu ibu untuk memilih posisi yang aman saat meneran
5. Menganjurkan ibu untuk meneran hanya bila ada dorongan kuat dan spontan untuk
meneran pada saat pembukaan sudah lengakap. Meneran secara berlebihan menyebabkan
ibu sulit bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan risiko
asfiksia pada bayi.
6. Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persxalin an
7. Memberikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan
berlangsung.
Pengosongan kandung kemih

Kandung kemih yang penuh mengga nggu penurunan kepala bayi, selain iti juga akan
menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat penatalaksanaan distosia bahu jika terjadi
distosia bahau, menghalangi lahirnya plasenta, dan perdarahan pacapersalinan,

Anjurkan ibu dapat berkemih setiapa 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa
penuh. Jika diperlukan, bantu ibu ke kamar mandi atau jika tidak memungkinkan ibu untuk tidak
ke kamar mandi, bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urine.

Hidrasi dan kondisi umum ibu

Keadaan hidrasi pda kala II persalinan dipengaruhi oleh hilangnya cairan melalui kulit dalam
bentuk keringbat dalam kala II persalinan. Wanita dapat berkeringat banyak karena usah
meneran. Oleh karena itu, bidcan harus tanggap terhadap kondisi pasien,jika tidak ada keinginan
untuk meneran, tawarkan ibu untuk minum.

Kondisi umum wanita selama kala II persalinan akan bergantung pada kondisi umumnya di
akhir kala I persalinan. Jika wanita memasuki Kala II persalinan wanita sudah kehabisan tenaga,
ia akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang diperlukan untuk meneran, terutama jika
ia primigravida. Hal ini disebabkan karena rata-rata waktu kala II Pada primigravida lebih
panjang dari pada multipara. Bidan haruda dapat meyakinkan ibu bahwa kelahiran akan segera
terjadi kareana sebagian besar wanita akan berespons baik terhadap tanda-tanda kemajuan
persalinan.

Evaluasi kemajuan persalinan

Kontraksi

Setelah dilatasi serviks lengkap di mna hal ini menandakan dimulainya persalinan kala II, wanita
akanmemiliki dorongan yag sangat kuat untuk meneran. Hal ini beriringan dengan datangnya
kontraksi uterus dan daya dorong yang menyertainya dapat berlangsung selama 1 menit dan
terjadi lagi setelah satu fase istirahat miometrium yang lamanya tidak lebih dari semenit.

Media durasi kontraksi pada persalinan kala II adalh 50 menit pada nulipara dan 20 menit pada
multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi. Pada seorang wanita yang mempunyai paritas
yang lebih tinggi dengan vagina dan perineum yang lemas, untuk menyelesaikan kelahiran bayi
cukup membutuhkan dua atau tiga daya dorong setelah pembukaan serviks lengkap. Sebaliknya,
pada seorang wanita dengan panggul sempit, janin besar, atau terdapat gangguan meneran akibat
anastesi regional dan sedasi yang kuat, kala II dapat terjadi sangat lama.

Tanda-tanda persalinan kala II

Gejala dan tanda persalinan kala II adalah sebagai berikut.

1. Ibu merasa ingin meneran seiring dengan bertambahnya kontraksi. Rasa inginmeneran
dsebabkan oleh tekanan kepala janin pada vagina dan rectum, serta tekanan oleh uterus
yang berkontraksi lebih kuat dan lenih sering.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vaginanya . Tekanan dan
rectum dan vagina disebabkan oleh daya dorong uterus dan turunya kepala ke dasar
panggul.
3. Perinium menionjol yang disebabkan oleh penurunan kepala janin sebagai akibat dari
kontraksi yang semakin sering.
4. Vulva vagina dan sfingter ani membuka. Membukanya vulva vagina dan sfingter ani
terjadi akibat adanya tahanan kepala janin pada perineum.
5. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. Lendir bercampur darah ini
merupakan lender yang berasal dari jalan lahir akibat turunya kepala ke dasar panggul.
Upaya meneran pada ibu

Bila tanda pasti kala II telah di peroleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan
untuk meneran. Upaya meneran yang dilakukan ibu harus diawasi keefektifannya. Bukti
keefektifannya adalah penurunan kepala janin yang progresif dan rangakaian mekanisme
persalinan yang dialami janin.

Meneran spontan dan alamiah biasanya bersifat involunter dan ditandai dengan keadaan
sebagai berikut.

1. Inspirasi pendek
2. Periode menahan napas pendek (biasanya tidak lebih dari 6detik)
3. Diikuti dengan dengkuran ekspirasi
4. Ibu meneran hanya setelah kontraksi penuh. Bagian terdini kontraksi menarik membuat
vagina menguncup, mencegahnya terdorong ke bawah di depan bagian presentasi yang
turun.

Jika pembekuan sudah lengakap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi
yang nyaman, bombing ibu u tuk meneran secara efektif dan benar mengikuti dorongan alamiah
yang terjadi. Anjurkan keluarga ibiu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catat hasil
pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu
dapat beristirahat di antara ko ntraksi.

Cara meneran yaitu sebagai berikut.

1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi


2. Beritahu ibu untuk tidak menahan napas saat meneran
3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontaraksi
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran
apabiala lutut ditarik kea rah dada dan dagu ditempelkan di dada.
5. Minta ibu untuk tidak mengangakt bokong ketika meneran
6. Bidan tidak diperbolehkan melakukan pendorongan pada fundus karena akan
meningkatkan terjadinya distosia bahu.

Jika pembukaan sudah lengkap, tetapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk
memperoleh posisi yang nyaman (bila ibu masih mampu, anjurkan untuk berjala-jalan). Posisi
berdiri dapat membantu penurunan bayi yan g berlanjut dengan dorongan untuk meneran.
Ajarkan cara bernapas selam kontraksi berlangsung yaitu bernapas melalui hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut, pantau kondisi ibu dan janin. Catat dalam partograf . berikan
cukup cairan dan anjurkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit.
Stimulasi putting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.

Jika tetap tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap, anjurkan
ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu untuk mengubah posisinya
secara teratur. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit dilakukan upaya tersebut di ats atau jika
kelahiran bayi tidak segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunya kepala mungkin
disebabkan oleh CPD.

Integritas perineum

Integritas perineum dievaluasi untuk menentukan apakah kelahiran kemungkinan dapat


dilakukan dengan perineum yang utuh apakah episiotomy diindikasikan. Keputusan ini harus
terus dievaluasi sampai bayi lahir.

Beberapa teknik yang belum terbukti memiliki nilai untuk dapat melindungi perineum adalah
sebagai berikut.
1. Peregangan dengan jari pada pintu bawah vagina atau pasangannya yang dilakukan saat
prenatal.
2. Ironing out ( menyetrika keluar) pada perineum dengan mengusapa jari-jari penolong
maju mundur dari sisi ke sisi sam bil memberikan tekanan yang kuat pada dinding
posterior vagina tepat di atas kepala bayi.
3. Kompres hangat diberikan pada perineum yang menyebabkan relaksasi otot perineum
4. Masase perineum, biasanya menggunakan minyak hangat. Tindakan ini bertujuan untuk
meregangkan jaringan dan meningkatkan relaksasi perinium
5. Sokongan perineum pada saat proses kelahiran dengan langsung menahan peri neum
menggunakan tangan, atau dengan cara membentangkan ibu jari dan jari tengah hingga
berada di kunci paha kiri dan kunci paha kanan, kemudian tekan kedalam untuk
memberikan ruang ekstra di seluruh badan perineum
6. Kepala janin dikendalikan dangan pemberian tekanan pada kepala janin untuk
mempertahankan kepala agar tetap fleksi dengan baik setelah ekstensi bertahap pada saat
peregangan perineum.
Kebutuhan episiotomy

Episiotomy rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peningkatan jumlah pengeluaran
darah dan resiko hematoma, kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada
episiotomy rutin dibandingkan dengan tampa episiotomy, meningkatnya nyeri pascasalin di
daerah perineum, dan meningkatnya risiko infeksi.

Perineum harus mulai dievaluasi sebelum waktu kelahiran untuk mengetahui panjangnya,
ketebalan, dan distenbilitasnya. Evaluasi ini membantu menentukan apaakah episiotomy
diindikasikan dan jika ya, jenis episiotomi apa yang diperlukan. Indikasi utama episiotomi adalah
gawat janin. Episiotomi memungkinkan ibu melahirkan bayinya lebih cepat agar bidan dapat
mengkaji dan melakukan tindakan resusitasi dengan tepat. Indikasi lainnya adalah tanda
integritas jaringan yang buruk di mana jika dipaksakan akan dapat maenjadikan laserasi yang
lebar.

Pemantauan fetal
Evaluasi kesejahteraan janin pada kala II merupakan kelanjutan dari pemantauan kesejahteraan
janin pada kala I. termasuk evaluasi hal berikut ini.

1. Kenormalan letak, presentasi, dan variasi janin, faktor ini di nilai saat pemeriksaan
dalam. Namun, pada kala II persalinan, hal tersebut dapat dilihat di introitus vagina jika
janin sudah crowning.
2. Adaptasi janin terhadap pelvis yaitu keadaan kepala janin yang menyesuaikan terhadap
panggul ibu seperti sinklitismus, asinklitismus, moulage tengkorak janin, atau
pembentukan caput suksedaneum. Hal ini dapat diperiksa melalui pemeriksaan vagina
3. Frekuensi dan pola DJJ dilakukan sama seperti pada kala I Persalinan, tetapi pada kala II
pemeriksaan DJJ lebih sering dilakukan yaitu setiap tidak ada kontraksi pada uterus atau
saat ibu beristirahat setelah meneran.
4. Evaluasi kenormalan mekanisme persalinan yaitu apakah janin telah melewati fase-fase
dalam mekanisme persalinan. Pada pemeriksaan vagina, bidan menilai kemajuan janin
melewati pelvis dan gerakan memutar janin yang utama (fleksi dan rotasi internal)
seperti yang ditunjukan pada perubahan posisi (variasi) kepala janin sebelim kelahiran.

You might also like