You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengoperasian, dan pengambilan risiko dari suatu usaha
bisnis. Seorang wirausahawan adalh seseorang yang terlibat dalam
kewirausahaan yang membedakan seorang wirausahawan dengan yang lain.
Yang membedakan adalah kemampuannya mengambil factor-faktor produksi
seperti lahan, tenaga kerja, dan modal, dan menggunakannya untuk
memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang
tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lainnya. Schermerhorn
(1993) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu
kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri
dalam melayanai kepentingan organisasi dan kepentingan public eksternal.
Menurut pandangan seorang psikolog wirausaha adalah seorang yang memiliki
dorongan dari dalam untuk mencapai suatu tujuan, suka mengadakan
eksperimen atau menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan.
Wirausahawan berbeda dengan manajer. Seorang manajer bisa menjalankan
usah milik orang lain dan mengolah sumber daya orang lain. Namun seorang
wirausaha mempertaruhkan sumber dayanya sendiri dan mengambil risiko
pribadi demi keberhasilan atau bahkan kegagalan dari usaha yang dijalaninya.
Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung
jawab dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung
jawab keperdataan. Salah satu perbedaan mencolok antara para wirausahawan
dengan para pekerja adalah wirausahawan selalu berpikir untuk menciptakan
bisnis (business cretion) sementara para pekerja berpikir mencari pekerjaan.
Para wirausahawan ini sangat bersemangat bila diajak berbicara tentang
penciptaan bisnis dan gagasan bisnis baru.
Ide mengenai Tanggunjawab Sosial Perusahaan ( TSP ) atau yang
dikenal dengan Corporate Social Responbility (CSR) kini semakin diterima
secara luas. Kelompok yang mendukung wacana TSP berpendapat bahwa

1
perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para individu yang terlibat didalamnya,
yakni pemilik dan karyawannya. Jika tanggung jawab itu belum ada
pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam
makna responsibility, dan sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah diatur di
dalam norma hukum, maka termasuk dalam makna liability. Namun mereka
tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansialnya saja, melainkan pula
harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap publik.Secara lebih teoritis
dan sistematis, konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang
dikembangakan oleh Archie B Carrol memberi justify logis mengapa sebuah
perusahaan perlu menerapkan TSP bagi masyarakat di sekitarnya. Sebuah
perusahaan tidak hanya memiliki tangungjawab ekonomis, melainkan pula
tanggungjawab legal, etis dan filantropis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wirausaha menurut Para ahli ?
2. Apa Definisi Tanggung jawab Sosial Perusahaan ?
3. Apa yang dimaksud Perkembangan Dan Motif Tanggung Jawab Sosial ?
4. Bagaimana model Tanggung jawab Sosial Perusahaan ?
5. Bagaimana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Konsumen dan
Lingkungan ?
6. Bagaimana Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan ?
7. Bagaimana Tanggung Jawab social terhadap lingkungan sekitar usaha ?
8. Bagaimana Tanggungjawab Social Perusahaan atau CSR ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian wirausaha menurut Para ahli
2. Untuk mengetahui Definisi Tanggung jawab Sosial Perusahaan
3. Untuk mengetahui Perkembangan Dan Motif Tanggung Jawab Sosial
4. Untuk mengetahui Bagaimana model Tanggung jawab Sosial Perusahaan
5. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Konsumen
dan Lingkungan
6. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan

2
7. Untuk mengetahui Tanggung Jawab social terhadap lingkungan sekitar
usaha
Bagaimana Tanggungjawab Social Perusahaan atau CSR
D. Manfaat
Selain tujuan daripada penulisan makalah, perlu diketahui bersama
bahwa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan makalah ini
adalah dapat menambah khazanah keilmuan Kewirausahaan terutama mengenai
Tanggung jawab Kewirausahaan. .

3
BAB II
TANGGUNG JAWAB WIRAUSAHA
A. Tinjauan Teori
1. Menurut pandangan seorang bussinessman wirausaha adalah ancaman,
pesaing baru atau juga bisa seorang partner, pemasok konsumen atau
seorang yang bisa diajak bekerja sama.
2. Menurut pandangan seorang ekonom wirausaha adalah seorang atau
sekelompok orang yang mengorganisasi faktor-faktor produksi, alam,
tenaga, modal dan skill untuk tujuan produksi.
3. Menurut pandangan seorang psikolog wirausaha adalah seorang yang
memiliki dorongan dari dalam untuk mencapai suatu tujuan, suka
mengadakan eksperimen atau menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan.
4. Menurut pandangan seorang pemodal wirausaha adalah seorang yang
menciptakan kesejahteraan untuk orang lain yang menemukan cara-cara
resources, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yang
disenangi masyarakat.
5. Menurut Gede Prama wirausaha adalah orang-orang yang berani memaksa
dirinya untuk menjadi pelayan bagi orang lain.
B. Pembahasan
1. Definisi Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan
cara-cara mereka sendiri dalam melayanai kepentingan organisasi dan
kepentingan public eksternal. Secara konseptual, TSP adalah pendekatan dimana
perusahaan mengintegarasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan ( stakeholders )
berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. ( Nuryana, 2005 ). Meskipun
sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative berbeda, beberapa nama lain
yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan TSP antara lain, Investasi

4
Sosial Perusahaan( corporate social Investment/investing), pemberian
perusahaan
( Corporate Giving), kedermawanan Perusahaan ( Corporate Philantropy ).
Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab yang harus dilaksanakan
oleh perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung 2 makna, yakni tanggung
jawab dalam makna responsibility atau tanggung jawab moral atau etis, dan
tanggung jawab dalam makna liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum.
a. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Responsibility
Burhanuddin Salam, dalam bukunya Etika Sosial, memberikan
pengertian bahwa responsibility is having the character of a free moral agent;
capable of determining ones acts; capable deterred by consideration of
sanction or consequences. (Tanggung jawab itu memiliki karakter agen yang
bebas moral; mampu menentukan tindakan seseorang; mampu ditentukan
oleh sanki/hukuman atau konsekuensi). Setidaknya dari pengertian tersebut,
dapat kita ambil 2 kesimpulan : a) harus ada kesanggupan untuk menetapkan
suatu perbuatan; dan b) harus ada kesanggupan untuk memikul resiko atas
suatu perbuatan. Kemudian, kata tanggung jawab sendiri memiliki 3 unsur :
1)Kesadaran (awareness). Berarti tahu, mengetahui, mengenal. Dengan kata
lain, seseorang(baca : perusahaan) baru dapat dimintai pertanggungjawaban,
bila yang bersangkutan sadar tentang apa yang dilakukannya; 2)Kecintaan
atau kesukaan (affiction). Berarti suka, menimbulkan rasa kepatuhan,
kerelaan dan kesediaan berkorban. Rasa cinta timbul atas dasar kesadaran,
apabila tidak ada kesadaran berarti rasa kecintaan tersebut tidak akan muncul.
Jadi cinta timbul atas dasar kesadaran, atas kesadaran inilah lahirnya rasa
tanggung jawab; 3)Keberanian (bravery). Berarti suatu rasa yang didorong
oleh rasa keikhlasan, tidak ragu-ragu dan tidak takut dengan segala rintangan.
Jadi pada prinsipnya tanggung jawab dalam arti responsibility lebih
menekankan pada suatu perbuatan yang harus atau wajib dilakukan secara
sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan atau konsekuensi apapun
dari perbuatan yang didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain
responsibility merupakan tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung

5
yang hanya disertai sanksi moral. Sehingga tidak salah apabila pemahaman
sebagian pelaku dan atau perusahaan terhadap CSR hanya sebatas tanggung
jawab moral yang mereka wujudkan dalam bentuk philanthropy maupun
charity.
b. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability
Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara
tanggung jawab dalam ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam
bentuk tanggung jawab keperdataan. Dalam hukum keperdataan, prinsip-
prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai berikut : 1)Prinsip
tanggung jawab berdasarkan adanya unsure kesalahan (liability based on
fault); 2)Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga(presumption of
liability); 3)Prinsip tanggung jawab mutlak (absolute liability or strict
liability). Selain ketiga hal tersebut, masih ada lagi khusus dalam gugatan
keperdataan yang berkaitan dengan hukum lingkungan ada beberapa teori
tanggung jawab lainnya yang dapat dijadikan acuan, yakni : 1)Market share
liability; 2)Risk contribution; 3)Concert of action; 4)Alternative liability;
5)Enterprise liability. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
perbedaan antara tanggung jawab dalam makna responsibility dengan
tanggung jawab dalam makna liability pada hakekatnya hanya terletak pada
sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum ada pengaturannya
secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam makna
responsibility, dan sebaliknya, jika tanggung jawab itu telah diatur di dalam
norma hukum, maka termasuk dalam makna liability.
2. Perkembangan Dan Motif Tanggung Jawab Sosial
Sebagaimana dinyatakan Porter dan Kramer (2002) diatas, Pendapat
yang menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan
bertentangan adalah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara
terpisah dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu Piramida Tanggungjawab
Sosial Perusahaan yang dikemukakan oleh Archie B. Carrol harus dipahami
sebagai satu kesatuan. Karenanya secara konseptual, TSP merupakan

6
Keedulian perusahaan yang didasari 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah
Triple Bottom Lines yaiu, 3P :
a. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
b. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti
pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana
pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan
ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi
warga setempat
c. Plannet, Perusahaan peduli terhadap lingkunga hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Beberapa program TSP yan berpijak pada prinsip ini
biasanay berupa penghijaunan lingkungan hidup, penyediaan sarana air
bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme ) .
3. Model Tanggung jawab Sosial Perusahaan
Menurut Saidi dan Abidin ( 2004:64-65) ada empat model pola TSP di
Indonesia:
a. Keterlibatan langsung, Perusahaan menjalankan program TSP secara
langsung dengan menyelengarakan sendiri kegaiatn social atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupaka
adopsi dari model yang lazm diterapkan di perusahaan-perusahaan di
negara maju.
c. Bermitra dengan pihak lain, Perusahaan menyelenggarakan TSP melalui
kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasinn pemerintah (Ornop),
Instansi Pemerintah, Universitas atau media masa, baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium, perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga social yang
didirikan untuk tujuan social tertentu.

7
4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Konsumen dan Lingkungan
Globalisasi dan industrialisasi telah membuka kesempatan bagi pekerja social
untuk terlibat dalam bidang yang relative baru Dan tidaklah jarang terjadi
adanya konflik kepentingan antara kepentingan masyarakat umum dan
kepentingan perusahaan. Benturan kepentingan tersebut banyak terjadi baik
terhadap perusahaan besar, menengah ataupun perusahaan kecil. Bentrokan
kepentingan ini sering terjadi terutama dalam hal ditimbulkannya polusi oleh
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Pelaksanaan tanggung jawab social
yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan menuntut diberlakukannya
etika bisnis. Perusahaan yang tidak memperhatikan kepentingan umum dan
kemudian menimbulkan gangguan lingkungan akan dianggap sebagai bisnis
yang tidak etis. Dorongan pelaksanaan etika bisnis itu pada umumnya dating
dari luar yaitu dari lingkungan masyarakat. Problem-problem social seperti
kebersihan kota, kesehatan lingkungan, ketertiban masyarakat, pelestarian
lingkungan alam dan sebagainya, mendorong perusahaan untuk melakukan
kegiatan bisnisnya seiring dengan terciptanya kondisi tersebut. Tanggung
jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya
dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi,
khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegangsaham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Penggunaan istilah
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau atau Corporate Social
Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin
meningkatnya praktek tanggung jawab sosial perusaan, dan diskusi-diskusi
global, regional dan nasional tentang CSR. Keberlanjutan perusahaan hanya
akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat
sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap
perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi
dan lingkungan hidupnya. Dan pada akhirnya keberlanjutan dan kelestarian
bumi juga akan lebih terjamin.

8
5. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan
Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial ketika menghasilkan produk dan
menjual produknya. Konsekuensinya praktik produksi yang bertanggung jawab
seperti produksi yang menjamin keselamatan pelanggan, dan memilki
peringatan yang semestinya untuk mencegah efek samping negative.
Sedangkan praktik penjualan yang bertanggung jawab seperti pedoman harga,
periklanan yang beretika dan survey kepuasan pelanggan. Untuk memastikan
tanggung jawab kepada pelanggan perlu diperhatikan seperti; menetapkan kode
etik; memantai keluhan; memperoleh dan menggunakan umpan balik
pelanggan. Berbicara tentang tanggung jawab social terhadap konsemen berarti
kita berbicara tentang nyaman atau tidaknya konsemen menggunakan
barang/benda produksi kita. Disini kita dituntut untuk membuat konsumen
sedemikian rupa menjadi nyaman dan terima semua produksi kita, selain itu
kita juga mau menerima kritik dan saran yang disampaikan konsumen kepada
kita untuk kedepannya kita dapat membuat konsumen kita menjadi betah dan
senang dengan produksi yang kita buat selanjutnya. Berikut contoh tanggung
jawab perusahaan terhadap konsumen-konsumen :
a. Memberikan garansi ketika ada kerusakan sebelum masa garansi habis.
b. Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas.
c. Memberikan informasi yang benar mengenai barang dan jasa yang akan
dijual.
d. Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar.
e. Konsumen dapat memesan sesuai dengan yang diinginkan.
f. Menerima saran dan kritik dari konsumen.
6. Tanggung Jawab social terhadap lingkungan sekitar usaha
Hal ini berhubungan erat dengan limbah dari hasil produksi yang kita buat.
Disini kita diharapkan dapat membuat masyarakat tidak merasa terganggu dengan
limbah dari produksi yang kita buat. Selain itu kita juga dituntut untuk
menyediakan tempat pembuangan limbah yang layak. Seperti yang kita ketahui
limbah dari sebuah produksi terdiri atas 2 yaitu limbah yang berbahaya dan
limbah yang tidak berbahaya. Disini apabila terdapat limbah yang tidak berbahaya

9
kita diusahakan untuk membuang limbah itu ke tempat yang aman / tempat yang
dapat membuat limbah ini hilang seperti Air(pembuangan limbah ke laut, kali dan
sebagainya). Sebaliknya apabila terdapat limbah yang berbahaya maka dita
dituntut untuk mendaur ulang lagi limbah itu agar limbah itu tidak membahayakan
lingkungan sekitar tempat produksi. Dalam tanggung jawab terhadap lingkungan
ini seperti: meminimalkan dampak polusi yaitu polisi udara akibat proses produksi
yang dihasilkan, CO2 yang dikeluarkan, dan pemanasan global. Polusi tanah
seperti akibat limbah padat maupun cair akibat hasil produksi, serta
memanfaatkan produk daur ulang. Berikut contoh tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan :
a. Membuang limbah pada tempat yang seharusnya.
b. Meminimalisir limbah perusahaan yang dapat mencemari lingkungan sekitar.
c. Kebersihan peralatan yang dipakai dan tidak merugikan masyarakat disekitar
perusahaan.
d. Mendaur ulang limbah
e. Memperdayakan masyarakat sekitar untuk mengurangi kesenjangan sosial
antara perusahaan dan masyarakat.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat
luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan
posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya
kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya
sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam
pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan
akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan,
termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat
keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal
dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku
kepentingan internal.
7. Tanggungjawab Social Perusahaan atau CSR
CSR sudah mulai di perkenalkan sejak tahun 1950 oleh Howard R.
Bowen yang menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The

10
Businessman di Amerika Serikat hingga mendapat apresiasi dari publik terhadap
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya
dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR mulai
di kenal pada tahun 1990-an . Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama
melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan.
Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati
konsep CSR yang merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian
perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi
social perusahaan seat belt, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat
sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan
melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dan pada tahun 2007
CSR mulai di Undangkan lebih tepatnya dalam Undang- Undang Perseroan
Terbatas ( UU.PT) pasal 74. Yang mewajibkan perseroan untuk menyisihkan
sebagian laba bersih dalam menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab
sosial terutama bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan sumber daya alam.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(selanjutnya disingkat CSR) itu sendiri adalah keseimbangan antara masyarakat,
lingkungan dan laba yang dalam artianya kepedulian perusahaan yang
menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan
manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan
prosedur (procedure) yang tepat dan professional.
Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas
kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati
serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memelihara, atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur
proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada suatu komunitas, atau
merupakan suatu proses yang penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal (pekerja,

11
shareholders, dan penanaman modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan
umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain).
Jadi, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep
pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif
dan statis, hanya dikeluarkan dari perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang
dimiliki bersama antara stakeholders. Konsep Corporate Social Responsibility
melibatkan tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumberdaya
komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif
dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara
stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate philantrophy) dalam
tanggung jawab sosial tidaklah lagi memadai karena konsep tersebut tidaklah
melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders
lainnya.
Tanggung jawab social perusahaan (corporate social responsibility) pada
dasarnya juga terkait dengan budaya perusahaan (coporate culture) yang ada
dipengaruhi oleh etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk
dari para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya
dibentuk oleh sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya alur dominasi
para pemimpin memegang peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan,
pemimpin perusahaan dengan motivasi yang kuat dalam etikanya yang mengarah
pada kemanusiaan akan dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara
keseluruhan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan
kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan
inovasi yang terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang
sudah ada sebelumnya yang akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi
masyarakat banyak. Seorang wirausaha harus memiliki etika dalam menjalankan
usahanya, yaitu antara lain: Sikap dan perilaku, Penampilan, Cara berpakaian,
Cara berbicara, dan Gerak-gerik. Dalam etika ada beberapa manfaat yang dapat
dipetik, yaitu: Persahabatan dan pergaulan, Menyenangkan orang lain,
Membujuk pelanggan, Mempertahankan pelanggan, Membina dan menjaga
hubungan, serta Berusaha menarik pelanggan. Sikap dan perilaku yang harus
dijalankan oleh pengusaha dan seluruh karyawan sesuai dengan etika wirausaha,
yaitu: jujur dalam bertindak dan bersikap, rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas,
selalu murah senyum, lemah lembut dan ramah-tamah, sopan santun dan hormat,
selalu ceria dan pandai bergaul; fleksibel dan memiliki rasa tanggung jawab,
serius dan suka menolong,serta rasa memiliki perusahaan yang tinggi. Beberapa
ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil, yaitu: memiliki visi dan tujuan yang
jelas, inisiatif dan selalu proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil
risiko,kerja keras, bertangung jawab, komitmen pada berbagai pihak, serta
mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.
B. Saran
Kegiatan kewirausahaan merupakan kegiatan sehari-hari yang sering kita
lakukan, namun tidak tau dimana posisinya. Oleh sebab itu untuk menjadi
wirausahawan yang sukses, alangkah baiknya dipahami dan diaplikasikan
dengan bertanggung jawab atas kewajibannya sebagai wirausaha yang baik dan
bertanggung jawab tentunya harus sesuai dengan etika dalam berwirausaha, agar
mudah dalam pencapaian tujuan perusahaan.

13

You might also like