Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari- hari, kesehatan itu memang sangat penting
untuk diperhatikan. Peranan tenaga medis juga sangat penting untuk memberi
pengetahuan tentang kesehatan. Agar senantiasa masyarakat tetap menjaga
kesehatan dan lingkungan sekitar hidup. Semakin berkembangnya zaman
yang modern ini, perlengkapan untuk melakukan penanganan medis yang
semakin maju, untuk itu diperlukan peranan penting bagi masyarakat
mengenai pengetahuan kesehatan.
Upaya menegakkan diagnosis pada pasien, seorang tenaga medis
harus menguasai teknik dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
sistematis. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan kesan umum,
tanda vital dan kemudian analisis sistem organ secara sistematis. Pengkajian
data terhadap pasien, seorang tenaga medis perlu melakukan adanya
pengukuran tanda- tanda vital terhadap pasien. Tanda vital merupakan cara
yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien dan mengidentifikasi
masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi teknik dasar
(Patricia dalam sitohang, 2011).
Pengukuran tanda- tanda vital ini merupakan aspek yang sangat
penting untuk mengetahui kondisi awal tubuh pasien.. Pemeriksaan ini sangat
penting dalam menilai sistem berbagai organ yang bekerja dalam tubuh
seseorang. Pemeriksaan tanda vital juga merupakan sarana untuk mendeteksi
perubahan sistem yang ada dalam tubuh pasien, prosedur pemeriksaan tanda
vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran tekanan darah, denyut
nadi, respirasi atau frekuensi nafas dan suhu tubuh. Semua tanda vital
tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. (Nuwati, dkk. 2016).
Adanya perubahan tanda vital dari seorang pasien merupakan
indikator adanya gangguan pada sistem tubuh seseorang, perubahan tersebut
dapat terjadi bila tubuh mengalami keadaan sakit. Tindakan pemeriksaan
tanda vital ini bukan hanya kegiatan rutin terhadap pasien melainkan tindakan
pengawasan terhadap perubahan atau gangguan dan digunakan untuk
memantau perkembangan tubuh pasien. Tingkat kegawatan pasien seperti
pada kondisi pasien yang kritis akan membutuhkan pengawasan terhadap
tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis.
Kegiatan yang dilakukan dalam pemeriksaan inipun sangat berbeda dengan
tindakan kesehatan yang lainnya. Tingkat penanganan untuk pasien pun
berbeda mulai dari pasien yang mengalami sakit ringan hingga pasien kritis
(Mahrifatulhijah, 2014).
Hal ini membuat penulis tertarik untuk menganalisis dan mempelajari
lebih lanjut mengenai penatalaksanaan pemeriksaan tanda - tanda vital yang
sesuai dengan prosedur yang berlaku di RSUD Salatiga. Selain itu, penulis
tertarik untuk menganalisis apakah adanya perbedaan penatalaksanaan
pemeriksaan tanda - tanda vital menurut teori yang ada dengan
penatalaksanaan di lapangan. Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang
akan membahas mengenai analisis perbandingan penatalaksanaan menurut
teori dengan kejadian di lapangan khususnya di RSUD Salatiga.
B. Tujuan
1. Melakukan pengkajian awal mengenai identitas dan keluhan pasien
2. Melakukan interpretasi data terhadap pasien
3. Mengetahui diagnosa potensial pasien
4. Mengetahui antisipasi masalah yang dilakukan oleh petugas kesehatan
5. Melakukan perencanaan asuhan kepada pasien
6. Melaksanakan asuhan kepada pasien
7. Melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan maupun terhadap pasien.
C. Manfaat
1. Bagi Tempat Praktik
a. Menjadi bahan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan kepada
pasien
b. Menjadi bahan perbaikan kualitas pelayananan terhadap pasien
2. Bagi Pasien
a. Sebagai bahan bacaan dan evaluasi sebagai penerima pelayanan.
b. Sebagai bahan mengkritisi kualitas pelayanan petugas kesehatan
3. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai bahan pembelajaran mengenai kualitas pelayanan di fasilitas
kehehatan.
b. Sebagai bahan pembelajaran rencana asuhan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan angka systolic
(bagian atas) dan dyastolic (angka bawah) pada pemeriksaan tensi bawah
menggunkan alat pengukur tekanan darah baik cuff air raksa maupun alat
digital lainnya ( Pudiastuti,20 )
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana keadaan dimana
tekanan darah mengalami kenaikan, tekanan syastole lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg (muwarni, 2011).
2. Klasifikasi
3. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi ada dua jenis (Muwarni, 2011), yaitu
a. Hipertensi primer (essential) yaitu :
1) Keturunan
2) Umur
3) Psikis
b. Hipertensi sekunder, yaitu :
1) Penyakit ginjal (glomerulus nephitis kronis atau akut)
2) Tumor dalam rongga kepala
3) Penyakit saraf
4) Toxemia gravidrum
c. Faktor yang menunjang, yaitu :
1) Ada riwayat kardiovaskuler atau ginjal sebelumnya
2) Obesitas
3) Aktivitas yang melelahkan
4) Emosional dan ketegangan mental
5) Umur semakin tua semakin bertambah desakan (50-60).
b) Auskultatoir
(1) Siapkan tensimeter dan stetoskop
(2) Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk
dengan jari.
(3) Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas
arteri brachialis.
(4) Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb
sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
(5) Turunkan tekanan perlahan, 2-3 mmHg/detik.
(6) Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi
Korotkoff I terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil
tekanan darah sistolik.
(7) Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff
V (bunyi terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan
darah diastolik.
(8) Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal
diulang 3 kali. Hasilnya diambil rata-rata dari hasil
pemeriksaan tersebut.
b. Pemeriksaan Nadi
Nadi adalah sensasi denyutan seperti gelombang yang dapat
dirasakan/dipalpasi di arteri perifer, terjadi karena gerakan atau aliran
darah ketika konstraksi jantung (Mahrifatulhijah, 2014).
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel
kiri) dan ke paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah
disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh
tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang
bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi.
Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi
denyut jantung dalam 1 menit (Mahrifatulhijah, 2014)
1) Pengertian
Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tentang aktivitas
pompa jantung maupun keadaan pembuluh itu sendiri. Kadang-
kadang nadi lebih jelas jika diraba pada pembuluh yang lebih besar,
misalnya arteri karotis (Nurwati dkk, 2016)
2) Faktor yang mempengaruhi nadi
Menurut (Mahrifatulhijah, 2014), yaitu :
a) Usia
Peningkatan usia, nadi berangsur-angsur menurun.
b) Jenis kelamin
Pria sedikit lebih rendah daripada wanita (P=60-65 x/menit
ketika istirahat, W=7-8 x/menit lebih cepat).
c) Circadian rhythm
Rata-rata meurun pada pagi hari dan meingkat pada siang dan
sore hari.
3) Kecepatan Nadi
Menurut (Mahrifatulhijah, 2014). kecepatan nadi dibagi menjadi 3,
yaitu :
a) Pulse rate
Jumlah denyut perifer yang dirasakan selama 1 menit, di hitung
dengan menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari.
b) Tachycardia
Nadi > 100-150 x/menit menyebabkan jantung over work jadi
oksigenasi sel tidak adequate.
c) Palpitasi
Perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardia.
d) Bradycardi
Denyut nadi < 60 x/menit biasanya kejadian lebih sedikit
dibandingkan tachycardia.
c. Pemeriksaan Pernafasan
1) Pengertian
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman, tipe atau
pola pernapasan serta menilai kemampuan fungsi pernapasan
(Mahrifatulhijah, 2014).
2) Teknik Prosedur penatalaksanaan pemeriksaan
Prosedur Pengukuran pemeriksaan pernafasan terdiri dari 3 teknik
(Muwarni dkk, 2016) :
a) Pemeriksaan inspeksi
Perhatikan gerakan pernafasan pasien secara menyeluruh
(lakukan inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis penderita).Pada
inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut
epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler,
suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot
pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior
rongga dada.
Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga,
menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan diameter
anteroposterior rongga dada.
b) Pemeriksaan palpasi
Pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik
turunnya gerakan dinding dada.
c) Pemeriksaan auskultasi
Menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada
di luar lokasi bunyi jantung.
d. Pemeriksaan Suhu
1) Pengertian
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.
Termogenesis (produksi panas tubuh) dan termolisis (panas yang
hilang) secara normal diatur oleh pusat Thermoregulator
hipothalamus (Nurwati, 2016).
2) Faktor yang mempengaruhi suhu panas tubuh
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
(Mahrifatulhijah, 2014) adalah:
a) Circadian Rhythms : perubahan fisiologis, seperti perubahan
suhu dan tada-tanda vital yang lain
b) secara fluktuatif : pagi hari lebih rendah dibandingkan sore hari,
suhu tubuh berfluktuatif 0,280-1,10C selama periode 24 jam
c) Usia : suhu tubuh bayi dan anak-anak berubah lebih cepat dalam
merespon perubahan panas dan dingin
d) Hormonal : perempuan cenderung lebih fluktuatif dibandingkan
dengan laki-laki, karena perubahan hormone
e) Stress : respon tubuh terhadap stress fisik dan emosi akan
meningkatkan produksi epineprin dan nor epineprin sehingga
mengakibatkan peningkatan metabolisme rate : peningkatan suhu
tubuh.
3) Prosedur pengukuran suhu
Nurwati dkk(2016), yaitu :
a) Oral
Thermometer diletakkan di bawah lidah : sublingual artery.
Biasanya hasil pengukuran 0,5-0,80C dibawah suhu inti.
Kontra indikasi (pengukuran suhu di oral) :
(1) Klien tidak kooperatif
(2) Bayi atau toodler
(3) Tidak sadar
(4) Dalam keadaan menggigil
(5) Orang yang biasa bernafas dengan mulut
(6) Pembedahan pada mulut
(7) Pasien tidak bisa menutup mulut
b) Rectal
Thermometer diletakkan pada anus, Berbeda 0,10C dengan
suhu inti. Kotraindikasi :
(1) Diare
(2) Pembedahan rectal
(3) Clotting disorders
(4) Hemorrhoids
c) Aksial
Thermometer diletakkan pada ketiak klien. Hasil pengukuran
0,60C lebih rendah dibandingkan suhu oral. Paling sering
dilakukan : mudah, nyaman. Kontra indikasi:
(1) Pasien kurus
(2) Inflamasi local daerah aksila
(3) Tidak sadar, shock
(4) Konstriksi pembuluh darah perifer
d) Telinga (Aural)
Riset menunjukkan suhu di telinga pada membrane timpani
paling mendekati suhu inti tubuh.
BAB III
PELAKSANAAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 100 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Dolongan kr. Gede, boyolali
B. Anamnesa
Keluhan Utama : kelemahan pada tangan sebelah kiri dan penurunan
kesadaran.
Alasan Datang : Ny. N mengatakan memiliki kelemahan pada
tangan sebelah kiri dan merasa pusing.
C. Hasil pemeriksaan
Ny. N tampak lemas, Ku: lemah, Kesadaran : Somnolen
D. Diagnosa
Hemiparese dan hipertensi
E. Penatalaksanaan
Dilakukan pemeriksaan TTV pada Ny. N usia100 tahun pada hari Minggu,
1 Januari 2017.
1. Persiapan alat
a. Tensi
b. Baki
c. Termometer
d. Jam
e. Buku catatan
f. Alat tulis
2. Prosedur Kerja Di Lapangan
a. Mencuci tangan 6 langkah
b. Menyapa pasien dan menjelaskan kepada pasien akan dilakukan
TTV
c. Meletakan termometer diketiak sebelah kiri pasien
d. Mengulung baju pasien dan memasang manset
e. Meraba arteri braciale
f. Meletakan stetoskop tepat pada arteri branchiale
g. Memompa tensi meter sampaitidak terdengar suara detakan dan
menaikan 20-30 mmHg, lalu buka skrup perlahan
h. Melepas manset dari lengan pasien
i. Mencatat hasil tekanan darah dan suhu
j. Meraba lengan pasien dan mencari nadi pada arteri radialis dengan
3 jari selama 1 menit
k. Melihat pergerakan dada pasien dan menghitung frekuensi nafas
pasien selama 1 menit
l. Mencatat hasil pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas
m. Merapikan pasien dan memposisikan senyaman mungkin
n. Membereskan alat dan mencuci tangan
o. Dokumentasi dibuku TTV
3. Evaluasi
Memberitahu pasien dan pasien sudah mengetahui hasil pemeriksaan
dengan hasil :
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 58 kali/menit
Respirasi : 16 kali/menit
Suhu : 37,0 derajat celcius
BAB IV
PEMBAHASAN
Tanda vital merupakan gabungan dua kata, yaitu tanda dan vital, yang
merupaka terjemahan istilah bahasa inggris yaitu vital sign. Vital sign
adalah suatu tanda yang sifatnya objektif yang dapat berubah setiap saat
yang mencerminkan hidup yang terdiri dari tekanan darah, respirasi, nadi,
suhu tubuh (sitohang, 2011)
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau
kondisi klien dan mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien
terhadap intervensi teknik dasar (Patricia , 2005).
A. Kesimpulan
Ny. N usia 100 tahun adalah seorang penderita hemiparese dan
hipertensi yang menyebabkan kelemahan pada tangan sebelah kiri dan
merasa pusing. Keadaan yang sedang dialami Ny. N dikarenakan oleh faktor
usia, usia Ny. N adalah usia lanjut dan memiliki tekanan darah 150/80
mmHg menurut teori Muwarni, 2011 hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana tekanan darah mengalami kenaikan, tekanan syastole lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg.
B. Saran
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu
tanda - tanda vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda -
tanda vital maka kita tidak bisa memberikan evaluasi respon klien terhadap
intravena yang diberikan karena pemeriksaan tanda tanda vital
merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.