You are on page 1of 19

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir (BBL)

Disusun oleh :

Rince Nita Sumarni

012015021

Dosen Pembimbing : Connie Melva Sianipar S.Kep, Ns, M.Kep

Program Studi DIII Keperawatan

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat tuhan YME, sehingga saya dapat


menyelesaikan penulisan Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Bayi
Baru Lahir ini dengan baik. Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai tugas
untuk Klinik.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan
dari pihak tertentu, oleh karena itu saya tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada orang tua, guru pembimbing, dan teman-teman yang telah
membantu hingga selesainya laporan pendahuluan ini.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan


dan kelemahannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan pendahuluan ini. Semoga
laporan pendahuluan ini bermanfaat untuk para pembaca. Akhir kata saya ucapkan
terimakasih.

Medan,10 Juni 2017

penulis
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)
yang berat. (Kukuh Rahardjo, 2014 : 5). Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir
normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu
jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan
menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo, 2009 :
28).Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia
neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll.
(Muslihatun, 2010 : 6).

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2013 angka kelahiran di


Indonesia sebesar 4.738.692 bayi dan di Jawa Timur sebesar 582.233 bayi.
Sedangkan angka kelahiran berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang tahun 2013 sebesar 19.530 bayi. Dan angka kelahiran berdasarkan data
dari Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang tahun 2014 adalah sebesar 621
bayi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PONED Puskesmas


Peterongan Jombang, didapatkan jumlah kelahiran normal pada tahun 2014 adalah
81 bayi. Adapun bayi yang mengalami asfiksia adalah 2 bayi, bayi yang terkena
infeksi 9 bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah 2 2 bayi dan bayi sakit 14
bayi. Sedangkan pada bulan Januari tahun 2015 jumlah bayi lahir adalah 8 dengan
1 bayi asfiksia. Asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir di Puskesmas
Peterongan sudah sesuai standart, di mulai dari bayi lahir yaitu menilai sepintas,
mengeringkan tubuh bayi, melakukan pemotongan tali pusat, IMD, 1 jam setelah
lahir dilakukan pengukuran BB, TB, antropometri, pemberian salep mata, suntik
vit K 1, kemudian 1 jam setelahnya dilakukan suntik HB unijek dan pemantauan
pada bayi. Sedangkan pada ibu yang melahirkan di Puskesmas Peterongan
sebelum pulang ke rumah oleh petugas diberikan konseling yang nantinya bisa
dipraktekkan oleh ibu di rumah dengan panduan buku SMART yang
didalamnya menjelaskan tentang senam nifas, cara memandikan bayi, cara
menyusui yang benar, cara merawat tali pusat dan cara memberikan sentuhan
sekaligus perawatan melalui pijat bayi.

Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi tersebut. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterin)
yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala
kenyamanan karena ia tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya.
Sedangkan, pada waktu kelahiran, setiap bayi baru lahir akan mengalami adaptasi
atau proses penyesuaian fungsi fungsi vital dari kehidupan di dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus. (Muslihatun, 2010 : 10).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan Bayi Baru lahir
1.2.2 Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. melakukan pengkajian bayi baru lahir
2. melakukan interpretasi data yang meliputi diagnose
3. merumuskan diagnose bayi baru lahir
4. mengidentifikasi tindakan segera bayi baru lahir
5. merencanakan tindakan yang akan dilakukan bayi baru lahir
6. melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan bayi baru lahir
7. melaksanakan evaluasi tindakan bayi baru lahir\
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Medis
2.1.1. Definisi
Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologis yang sangat hebat.
Perubahan yang komplek ini harus terjadi pada jangka waktu yang tepat bagi bayi
baru lahir untuk dapat bertahan hidup dan berkembang sercara normal. Bayi baru
lahir harus melewati beberapa fase selama trassisi kehidupan di luar uterus. Masa
trassisi kehidupan dimulai saat lahirnya yaitu ketika bayi dirangsang oleh
kontraksi uterus dan perubahan tekanan akibat pecahnya ketuban, pada saat lahir
dan pernafasan harus di mulai.( Reedar, 2011, hal : 71)
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi
kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan
teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauteri (Marlyn
dongoes,1999). Masabayibarulahir (neonatal) adaalah masa 28 hari pertama
kehidupan manusia.

2.1.2.Etiologi

Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin
yang dilahirkan sebagai berikut :
1. Abortus ; umur hamil sebelum 28 minggu dengan berat janin < 1000 gram
2. Persalinan premature : kelahiran bayi sebelum kehamilan berumur 28 36
minggu dengan berat janin 2,499 gr
3. Persalinan Aterm : persalinan antara umur 37- 42 minggu dengan berat
janin 2,500-4000 gr
4. persalinan serotinus : persalinann yang lebih dari 42 minggu
5. Persalinan presipitatus : persalinan cepat kurang dari 3 jam
2.1.3. Tanda dan gejala
1. Mata (Berkedip atau reflek corneal)
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba tiba atau pada
pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak
ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
2. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus
sepanjang hidup.
3. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat. Mulut dan tenggorokan
1. Menghisap : Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral
sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi,
bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
2. Menguap : Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan
jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.

2.1.4. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam
kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi)
ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.Saat ini bayi
tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri
yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.Periode adaptasi
terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem
tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan
dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil
menggunakan glukosa.

2.2. Konsep keperawatan


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Biodata
Nama pasien : supaya membedakan dengan bayi lainya
Umur : dalam hari setelah kelahiran
Nama ibu :mengetahui nama ibu bayi
Umur :antara 17-35 tahun, <17 tahun alat reproduksi
belum sempurna/matang, >35 tahun banyak terjadi resiko saat
melahirkan
Suku/bangsa : Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil
pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang
makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi
berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.
Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si
bayi.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali
merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di
masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan
seperti misalnya:
Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan
akan sulit melahirkan
Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya:
ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin
Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang
Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang
agar mekoniumnya cepat keluar
Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah
duduk karena takut darah kotor naik ke mata
Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya
harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai,
diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan
Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-
benda tajam
Pekerjaan : kantoran seringnya makan makanan cepat saji, kurangnya
istirahat, menyebabkan ibu kelelahan dan beresiko tinggi terhadap
kehamilanya misalnya prematur.
Alamat : keadaan lingkungan yang seperti apa misalnya bersih apa
tidak, kumuh apa tidak dan lain-lain

2.2.2 Pengakjian fisik pada bayi


Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar
bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan
sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam
keadaan telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang
digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus
ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan
segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat
gabung).
Pemeriksaan yang dilakukanyaitu :

Tanda Skore 0 Skore 1 Skore 2


A Badan Tubuh Merah seluruh
Appearance /warna kulit biru/pucat kemerahan, tubuh
ektremitas biru
P Tidak ada Kurang dari Lebih dari100
Pulse rate/frekuensi nadi 100
G Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
Grimance/reaksi rangsangan mimik
(grimace)
A Lunglai/lemas Ektremitas Bergerak aktif
Activity/tonus otot dalam sedikit
fleksi
R Tidak ada Menangis Baik atau
Respiration/pernapasan lemah, tidak Menangis kuat
teratur

Keterangan :

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR adalah sebagai berikut :

Asfiksia berat : dengan nilai APGAR 0-3


Asfiksia ringan sedang : dengan nilai APGAR 4-6
Bayi normal atau sedikit asfiksia : dengan nilai APGAR 7-9
Bayi normal : dengan nilai APGAR 10
2.2.3 Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada
di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang
mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
1. Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-
koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C 37 0C
3. Kulit
Inspeksi : Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi : Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi :
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona
dan sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura
lambdoidalis dan sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi : Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut
garis tengah wajah dan simetris.
6. Mata
Inspeksi :Kelompak mata tanpa petosis atau udem., Skelera tidak ikterik,
cunjungtiva tidak anemis, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi
bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
Inspeksi :Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak
kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik
kokoh.
8. Hidung
Inspeksi :Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas
melalui hidung.
9. Mulut
Inspeksi :Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mukosa lembab dan
berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah,
reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi :Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
Palpasi :Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Inspeksi : Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris, Frekuensi
nafas 40 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi : Ictus cordis teraba di mid klavikula sinistra ruang interkosa
keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi : frekuensi jantung 120- 160x/menit dan lebih cepat saat
menanggis lebih dari 180x/menit.
Perkusi : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Abdomen
Inspeksi : Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua
arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Auskultasi : Bising usus ada 3-5 x / menit.
Palpasi : Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati
teraba
2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus
kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai
bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis
tengah dan tepi perut.
Perkusi : Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
13. Genitalia
Genitalia wanita : Labia mayora menutupi labia minora; verniks pada
lipatan vagina agak kemerahan atau edema,tanda vagina/hymen dapat
terlihat, rabas lendir, dan kemungkinan rabas berdarah
Genitalia pria :kulup uretra testis melekat pada glans penis, lubang pada
ujung penis, dapat diraba di tiap kantong skrotum.
14. Anus
Inspeksi :Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking), pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
15. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi : Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang
terlihat.Palpasi : Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
16. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi : Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada
tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa
berselaput, jarak antar jari sama, karpal dan metacarpal ada dan sama di
kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi : Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa
nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar
jari samabantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan
kuku rentang pergerakansendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki,
tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsalada dan sama kedua sisi reflek
plantar ada dan sismetris (reeder,2011 hal: 82-83.
17. Pemeriksaan reflek
a. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Grasping Reflex
adalah bila telapak tangan memberi rangsangan akan memberi
reaksi seperti menggenggam.
b. Refleks leher (tonic neck reflex) pada bayi jatuh tertidur atau
keadaan tertidur menunjukan reflek dengan cepat putar kearah satu
sisi repon yang khas jika bayi mengahadap kekiri lengan dan kaki
pada sisi itu sedangkan lengan dan tungkainya akan berada
dalamposisi fleksi (putar kepala kearah kanan dan ektermitas akan
mengambil postur yang berlawanan.
c. Refleks menghisap dan membuka mulut (rooting reflex)
menimbulkan reflek sentuh bibir, pipi, atau sudut mulut bayi
dengan puting. Respon yang khas bayi menoleh kearah stimulus,
membuka mulut, memasukan puting dan menghisap.
d. Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah bila diberi
rangsangan yang mengagetkan akan terjadi reflek lengan dan
tangan terbuka serta kemudian diakhiri dengan aduksi lengan
(Bobak,2004 hal:397-399)
18. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di
atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan
keselamatan .
BBL normal 2500 4000gram.

Keterangan :
Oksiput : bagian kepala atau ubun-ubun kecil
Verteks : puncak kepala/ antara ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar,
os parietalis
Bregma : ubun-ubun besar
Sinsiput : Depan ubun-ubun besar, terdiri atas :
Dahi : antara ubun-ubun besar sampai puncak
hidung
Dibawah puncak hidung dan pinggir orbita

Diameter pada ukuran-ukuran kepala

- Diameter oksipitofrontalis : 12 cm
- Diameter mentooksipitalis : 13,5 cm
- Diameter suboksipitobregmantika : 9,5 cm
- Diameter biparietalis : 9,25 cm
- Diameter bitemporalis : 8 cm
- Sirkumferensial frontooksipitalis : 34 cm
- Sirkumferensial mentooksipitalis : 35 cm
- Sirkumferensial suboksipitobregmantika : 32 cm
- Sirkumferensial submentobregmatikus : 32 cm
b. Panjang badan
c. Letakkan bayi datar dengan posisi lurus sebisa mungkin. Pegang
kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut
renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita. PB normal : 48-
50cm.

c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan
tarik pita mengelilingi bagian atas alis LK normal : 32 - 34 cm.
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita
mengelilingi kearah depan dan garis putih. LD normal : 32 34 cm
( llyasjumiarni ) hlm : 56.

2.2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
gangguan jalan nafas. Intervensi :
Observasi adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada.
Observasi pernafasan mendengkur.
Auskultasi bunyi Krekels/Ronchi.
Bersihkan jalan nafas (hisap naso faring secara perlahan).
Observasi warna kulit terhadap sianosis.
Tempatkan bayi pada posisi Trendelemburg yang dimodifikasi
pada sudut 10 derajat.
2. Resiko tinggi hypotermi berhubungan dengan usia ekstrem.
Intervensi :
Ukur suhu inti neonatus.
Pantau suhu kulit secara continue.
Atur suhu ruangan.
Keringkan kepala bayi dan tubuh kemudian pakaikan baju
dan popok serta dibedong dengan selimut hangat.
Anjurkan kepada Ibu untuk sering mendekap bayinya.
Kaji suhu tubuh bayi.
Berikan baby oil/minyak kayu putih kepada bayi (perut dan
punggung) setelah bayi dimandikan.
3. Resiko tinggi infeksi tali pusat berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
Intervensi :
Pantau tanda tanda infeksi pada tali pusat.
Balut tali pusat dengan kassa kering.
Pertahankan penutup tali pusat tetap kering.
Observasi kulit dan tali pusat setiap hari untuk tanda tanda
kemerahan, adanya cairan.
Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
Ajarkan tekhnik mencuci tangan yang tepat pada Ibu
sebelum memegang/merawat bayi

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan atau beberapa hari setelah
dilahirkan, perubahan fisiologis yang hebat yang penting bagi kesehatan dan
ketahanan hidup, terjadi pada bayi baru lahir. Selain perubahan fisiologis bayi
tersebut, bayi baru lahir harus beradaptasi dengan bermacam-macam cara yang
berbeda terhadap lingkungan yang benar-benar baru meliputi : Pernapasan,
Sirkulasi darah , Sistem imun, Pengaturan suhu-metabolisme, Sistem neurologis,
Sistem gastrointestinal, Fungsi ginjal dan sekresi urine. Masalah- masalah bayi
baru lahir seperti asfiksia, icterus neonatorum, infeksi neonatorum, hipertermi
adalah masalah masalah yang sering terjadi.
Oleh karena itu dibutuhkan peran perawat untuk memberikan penjelasan kepada
keluarga utamanya pada keluarga kelahiran anak pertama sehingga ibu dan ayah
tidak akan cemas dengan kondisi bayinya.

3.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangn dan
kesalahan,kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik
dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Buku Ajar Maternitas, Edisi 4, Jakarta : EGC. 2004
Doengoes, Marilynn, E. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta :
EGC. 2009
Manuaba, Ida Bagus Gde, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, KB untuk
Pendidikan
Bidan. Jakarta : EGC. 1998
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC. 1998
Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi I,
Jilid Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006.
Saifudin Abdul Bahri. 2007. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta

You might also like