Professional Documents
Culture Documents
Tingkat : III.C
A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah
dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara
berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha
untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi
keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat,
cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan
keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya
pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan
keracunan ikan laut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan Keracunan
1. Pengertian
Keracunan adalah masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui
system pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian (krisanti paula,2009).
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu
yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.
2. Penyebab Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Bahan
makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal
dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai
bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan
makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun.
Salah satu jenis keracunan adalah keracunan ikan laut. Beberapa jenis
ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari
ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai
binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala
itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah
bernafas.
3. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal
ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu
bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain
meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan
gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat
kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut
morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang
sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak
sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli,
takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut
(aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim di mulut, Garam logam
mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, Nitrit
pusing, sesak nafas, gemetar, lemah,
pingsan.
1-6 jam (rerata 2- Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus
4) Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa mual. Bacillus Cereus.
muntah)
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran Jamur
pupil, pingsan, koma. berjenis Amanita.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, mual, muntah, Streptococcus
pengeluaran secret dari hidung, terkadang Pyogene
ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, eksudat Corynebacterium
berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri diphtheria
tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening leher.
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat badan Taenia sanginata
menurun, sakit perut, kadang gastroenteritis dan taenia solium
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, Fosfat organic
nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil
mengecil, bernafas seperti orang asma. Jamur jenis muscaria
2 jam-6 hari (12- Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti Chlorinated
36 jam) dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu hydrocarbon
makan, berat badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau diplobia,
reflek cahaya hilang, sulit menelan,
berbicara dan bernafas; mulut kering,
lemah, paralisis pernafasan. Clostridium
botulinum dan
toksinnya.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, Air raksa organic
penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan
tangan jatuh.
Triortrocresyl
phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa Scombrotoxin
panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, (histamine)
muka sembab dan merah, sakit perut, gatal
dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti
digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit
kepala, mual. Monosodium
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, glutamate (MSG)
edema lutut dan wajah.
Asam nikotinat
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, Saxitoxin (paralytic
mengantuk, bicara inkoheren, paralisis shelifish poisoning:
pernafasan. PSP)
2-5 menit sampai Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa Brevetoxin
3-4 jam geli; baal disekitar bibir, lidah dan (neurotoxic shelifish
tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, poisoning: NSP)
muntah.
30 menit sampai 2- Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, Dinophysis toxin,
3 jam mengigil, demam. okadaic acid,
pectenotoxin,
yessotoxin
(Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)
24 jam Muntah, diare, sakit perut, bingung, hilang Domoic Acid
(gastrointestinal) ingatan, deisorientasi, kejang dan koma. (Amnestic shelifish
sampai 48 jam poisoning: ASP)
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar
Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema disekitar Trichinella spiralis
hari) mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil,
lemah, sulit bernafas.
7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit Salmonella typhi
14 hari) kepala, demam, batuk, mual, muntah,
sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah
dikulit, tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, Mungkin virus
25-30) mual, sakit perut, kuning (ikterus).
b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan
masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-
organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan
gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan,
kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan
gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem
pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat (SSP).
5. Patofisiologi
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, sebagai akibat
penyerapan toksin yang dikeluarkan oleh clostridium botulinum. Toksin
botulinum mempunyai efek farmakologis yang sangat spesifik yaitu menghambat
hantaran pada serabut saraf kolinergik. Pada penyelidikan diperlihatkan bahwa
sejumlah kecil toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan
di ujung serabut saraf dan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion autonom, ujung ujung saraf
simpatis dan ujung ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat tempat
tersebut.
Pada susunan saraf pusat, perangsangan permulaan akan segera di ikuti
dengan depresi sel-sel yang menyebabkan kekejangan (konvulsi).yang kemudian
di ikuti dengan gangguan / penurunan kesadaran.rangsangan permulaan dan di
ikuti dengan hambatan pada ganglion autonom menyebabkan gangguan /
disfungsi yang bervariasi dan multiple alat-alat tubuh yang dipersyarafi oleh
system syaraf autonom. Penumpukan asetilkolin pada ujung syaraf simpatis
menyebabkan konstriksi pupil, penglihatan kabur, stimulasi otot-otot intestinal,
kontriksi otot-otot bronchial dengan gejala-gejala gangguan pernapasan:
penekakan aktifitas cardiac pace maker.
Pathway
c. Pemberian antidot
Antidot (bahan penawar) berguna untuk melawan efek racun yang
telah masuk dalam organ target.tidak smua racun mempnyai antidote yang
spesifik.
d. Tindakan suportif
Guna mempertahankan fungsi vital, perlu perawatan menyeluruh,
termasuk perawatan temperature koreksi keseimbangan asam basa atau
elektrolit, pengobatan infeksi dll.
8. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium toksikologi
Uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
Foto sinar X abdomen
7
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas
dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
.
Bresler, Michael Jay.2006. Manual kedokteran Darurat. Jakarta : EGC
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol:
3. Jakarta: EGC.
Widodo, Djoko.2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka