You are on page 1of 21

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Pada Pasien dengan Keracunan Ikan Laut

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


Ajeng Arum Minarsyeh
Khoirunnisak
Nanda Puji Attriansya
Nurul Indah Sari
Ria Anggraini Afrianti
Triyas Okta Rika
Wira Mas Kusuma Jaya

Tingkat : III.C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah
dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara
berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha
untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi
keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat,
cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan
keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya
pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.

B. Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan
keracunan ikan laut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendahuluan Keracunan
1. Pengertian
Keracunan adalah masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui
system pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian (krisanti paula,2009).
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu
yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.

2. Penyebab Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Bahan
makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal
dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai
bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan
makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun.
Salah satu jenis keracunan adalah keracunan ikan laut. Beberapa jenis
ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari
ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai
binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala
itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah
bernafas.

3. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal
ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu
bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain
meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan
gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat
kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut
morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang
sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak
sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli,
takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut
(aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim di mulut, Garam logam
mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, Nitrit
pusing, sesak nafas, gemetar, lemah,
pingsan.
1-6 jam (rerata 2- Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus
4) Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa mual. Bacillus Cereus.
muntah)
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran Jamur
pupil, pingsan, koma. berjenis Amanita.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, mual, muntah, Streptococcus
pengeluaran secret dari hidung, terkadang Pyogene
ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, eksudat Corynebacterium
berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri diphtheria
tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening leher.

Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan


2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B.
12) disebabkan Clostridiumperfringens, kadang- cereus; S; faecalis;
kadang rasa mual dan muntah S. faecium

12-72 jam (rerata Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella


18-36) mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala, spp (termasuk
kadang-kadang diare berdarah dan S.Arizonae), E. coli
berlendir, lesi kulit yang disebabkan Vibrio enteropatogenik, dan
vulnificuis. Yersinia Enterobakteriacae, V.
enterocolitica menyebabkan gejala yang cholera (01 dan non-
menyerupai flu apendisitis akut. 01), vulvinicus, V.
fluvialis.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan nyeri perut, Virus-virus enteric
gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, Giardia lamblia
berat badan menurun
1-beberapa Sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, Entamoeba
minggu mengantuk, kadang tanpa gejala hystolitica

3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat badan Taenia sanginata
menurun, sakit perut, kadang gastroenteritis dan taenia solium
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, Fosfat organic
nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil
mengecil, bernafas seperti orang asma. Jamur jenis muscaria

1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, pucat, Tetrodotoxin


pendarahan perut, pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis
otot.
Rasa baal atau gatal, gastroenteritis, pusing,
mulut kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot. Ciguatoxin

2 jam-6 hari (12- Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti Chlorinated
36 jam) dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu hydrocarbon
makan, berat badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau diplobia,
reflek cahaya hilang, sulit menelan,
berbicara dan bernafas; mulut kering,
lemah, paralisis pernafasan. Clostridium
botulinum dan
toksinnya.

>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, Air raksa organic
penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan
tangan jatuh.
Triortrocresyl
phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa Scombrotoxin
panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, (histamine)
muka sembab dan merah, sakit perut, gatal
dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti
digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit
kepala, mual. Monosodium
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, glutamate (MSG)
edema lutut dan wajah.

Asam nikotinat
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, Saxitoxin (paralytic
mengantuk, bicara inkoheren, paralisis shelifish poisoning:
pernafasan. PSP)

2-5 menit sampai Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa Brevetoxin
3-4 jam geli; baal disekitar bibir, lidah dan (neurotoxic shelifish
tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, poisoning: NSP)
muntah.
30 menit sampai 2- Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, Dinophysis toxin,
3 jam mengigil, demam. okadaic acid,
pectenotoxin,
yessotoxin
(Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)
24 jam Muntah, diare, sakit perut, bingung, hilang Domoic Acid
(gastrointestinal) ingatan, deisorientasi, kejang dan koma. (Amnestic shelifish
sampai 48 jam poisoning: ASP)
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar
Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema disekitar Trichinella spiralis
hari) mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil,
lemah, sulit bernafas.

7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit Salmonella typhi
14 hari) kepala, demam, batuk, mual, muntah,
sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah
dikulit, tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, Mungkin virus
25-30) mual, sakit perut, kuning (ikterus).

Bervariasi, Demam, mengigil, sakit kepala atau sendi, Bacillus anthracis,


bergantung pada lemah-lesu, bengkak dikelenjar getah brucella
tipe penyakit bening, dan gejala yang khas untuk penyakit melitensis, B.
lain. abortus, B.
suis, coxiella
bernetti, francisella
tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella
multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

4. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan


Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal)
atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran
darah atau keduanya.
a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka
pada selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara
lokal mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti
jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.

b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan
masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-
organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan
gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan,
kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan
gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem
pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat (SSP).

Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:


a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah
atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan
reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup
ipekak.
b) Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
c) Bilas lambung:
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun
atau gliserin).

b. Racun melalui melalui kulit atau mata


1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi


1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.

d. Racun melalui suntikan


1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan

e. Mengeluarkan racun yang telah diserap


Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange

5. Patofisiologi
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, sebagai akibat
penyerapan toksin yang dikeluarkan oleh clostridium botulinum. Toksin
botulinum mempunyai efek farmakologis yang sangat spesifik yaitu menghambat
hantaran pada serabut saraf kolinergik. Pada penyelidikan diperlihatkan bahwa
sejumlah kecil toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan
di ujung serabut saraf dan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion autonom, ujung ujung saraf
simpatis dan ujung ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat tempat
tersebut.
Pada susunan saraf pusat, perangsangan permulaan akan segera di ikuti
dengan depresi sel-sel yang menyebabkan kekejangan (konvulsi).yang kemudian
di ikuti dengan gangguan / penurunan kesadaran.rangsangan permulaan dan di
ikuti dengan hambatan pada ganglion autonom menyebabkan gangguan /
disfungsi yang bervariasi dan multiple alat-alat tubuh yang dipersyarafi oleh
system syaraf autonom. Penumpukan asetilkolin pada ujung syaraf simpatis
menyebabkan konstriksi pupil, penglihatan kabur, stimulasi otot-otot intestinal,
kontriksi otot-otot bronchial dengan gejala-gejala gangguan pernapasan:
penekakan aktifitas cardiac pace maker.
Pathway

6. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-
inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung,
untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan
tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditelan, yaitu:
1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan
gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

7. Penatalaksanaan Kegawatan Keracunan


a. Tindakan ABCD
1) Airway (jalan napas)
Bebaskan jalan napas dari sumbatan, apabila perlu pasang pipa
endotrakeal.
2) Breathing (pernapasan)
Jaga agar pasien dapat bernapas dengan baik.apabila perlu berikan
bantuan pernapasan .
3) Circulation (peredaran darah )
Tekanan darah dan nadi dipertahankan dalam batas normal
4) Dekontamination(pembersihan)
Guna mengurangi absorpsi bahan racun dilakukan pembersihan racun,
tergantung cara masuk bahan racun.
b. Bahan racun yang tertelan atau melalui saluran cerna dapat dilakukan
pengosongan lambung dan usus dengan :
1) Emesis
Dapat dilakukan secara mekanik dengan merangsang daerah orofaring
bagian belakang.dengan obat-obatan dapat diberikan larutan ipekak
10-20 cc dalam 1gelas air hangat, dan dapat di ulang setelah 30 menit.
2) Kumbah lambung
Kumbah lambung bertujuan mencuci sebersih mungkin bahan racun
dari lambung, namun kurang bermanfaat apabila dilakukan 4 jam
setelah bahan tertelan, karena bahan telah melewati lambung dan telah
diabsorbsi oleh usus.
3) Kataris (urus-urus)
Dilakukan apabila bahan racun diperkirakan telah mencapai usus,
yang berguna membersihkan usus halus sampai kolon, dengan
memakai 30 g magnesium sulfat.
4) Eliminasi
Eliminasi adalah melakukan pembersihan racun dimana diperkirakan
racun telah beredar dalam darah,dengan cara diuresis paksa,
hemodialisis, hemoperfusi.
5) Diuresis paksa
Terutama berguna pada keracunan yang dapat dikeluarkan melalui
ginjal.tidak boleh dikerjakan pada keadaan syok, dekompensasi
jantung, gagal ginjal, edema paru dan kercunan akibat bahan yang
tidak dapat di ekresi melalui ginjal.
6) Dialisis
Dapat dilekukan hemodialisis maupun dialisis peritoneal.

c. Pemberian antidot
Antidot (bahan penawar) berguna untuk melawan efek racun yang
telah masuk dalam organ target.tidak smua racun mempnyai antidote yang
spesifik.

d. Tindakan suportif
Guna mempertahankan fungsi vital, perlu perawatan menyeluruh,
termasuk perawatan temperature koreksi keseimbangan asam basa atau
elektrolit, pengobatan infeksi dll.

8. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium toksikologi
Uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
Foto sinar X abdomen

7
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas
dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

2. Diagnosa dan Intervensi


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
Intervensi :
Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Auskultasi area paru, catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan
bunyi bunyi napas
Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukan atau bantu pasien
mempelajari melakukan batuk.
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik.

b. Penurunan curah jantung b.d konduksi elektrik


Intervensi
Ukur tekanan darah
Pantau irama dan frekuensi jantung
Selidiki adanya keluhan nyeri dada,panas pada ulu hati atau jantung.
Sediakan alat-alat atau obat-obatan darurat
Berikan tambahan O2 bila dibutuhkan

c. Gangguan sensori perceptual penglihatan b.d gangguan status organ indra


Intervensi
Pastikan drajat atau tipe kehilangan penglihatan
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
Tunjukan pemberian tetes mata contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal,tidak salah dosis

d. Perubahan nutrisi b.d anoreksia


Intervensi
Pastikan pola masukan diet setelah beberapa minggu
Antisipasi hipervagia dan timbang setiap hari
Diskusikan kebutuhan/kesukaan / ketidaksukaan mengenai pilihan
makanan
Konsultasikan dengan ahli gizi

e. Resti cedera b.d gerakan klonik, kekakuan otot (kejang)


Intervensi:
Singkirkan benda-benda yang mungkin digunakan untuk melukai diri
atau orang lain
Pantau tanda-tanda vital, tingkat / kedalaman dan irama pernapasan
Kaji respon gangguan / menelan dan karakter pernapasan.
Posisikan pasien miring
Siapkan peralatan kedaruratan (termasuk penambahan /penghisapan
aliran udara) dan obat-obatan
Berikan cairan IV dan amonium klorida / asam askorbat sesuai
indikasi
C. Penanganan Pada Keracunan
Mungkin kita sering mendengar berita di Koran, majalah, atau televisi
bahwa sekelompok pekerja di pabrik tiba-tiba muntah dan pusing setelah melahap
jatah makan siang yang disediakan oleh catering. Atau tamu undangan yang tiba-
tiba mencret setelah menyantap hidangan dalam acara pesta pernikahan. Kira-kira
apa yang ada di pikiran kita? Keracunan kah?
Ya betul kita bisa mencurigai seseorang dicurigai menderita keracunan bila :
1. Seorang yang sehat mendadak sakit.
2. Gejalanya tak sesuai dengan suatu kadaan patologik tertentu.
3. Gejalanya menjadi cepat karena dosis yang besar.
4. Keracunan kronik diduga bila penggunaan obat dalam waktu yang lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia.

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama:


1. Netralisir dengan cairan
2. Upayakan muntah
3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit

Prinsip Penatalaksanaan Keracuna


Mungkin jika kita harus menghapalkan langkah-langkah yang harus dilakukan
seperti tertera di atas, barangkali akan sulit, tapi prinsip utama penatalaksanaan
keracunan adalah: Mencegah /menghentikan penyerapan racun.
a. Bila Racun ditelan, prinsipnya cuma dua:
1. Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi
penyerapannya dengan cara memberikan cairan dalam jumlah banyak.
Cairan yang dipakai adalah air biasa atau susu. Pengenceran dengan susu
tidak boleh dilakukan pada penderita yang menelan kamper.
2. Upayakan pasien muntah (emesis), efektif bila dilakukan dalam 4 jam
setelah racun ditelan. Dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan
merangsang dinding faring dengan jari atau suruh penderita untuk berbaring
tengkurap, dengan kepala lebih rendah dari pada bagian dada. Emesis tidak
boleh dilakukan pada keracunan zat korosif, keracunan zat kerosene, serta
pada penderita tidak sadar.

b. Segera bawa ke Rumah Sakit


Apabila kita membawa ke Rumah sakit <> jam, maka tindakan kuras lambung
tidak bisa dilakukan. Dan pengobatan biasanya hanya penanganan
simptomatiknya saja.

Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah


tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan
buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
BAB III
KESIMPULAN

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
.
Bresler, Michael Jay.2006. Manual kedokteran Darurat. Jakarta : EGC

Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol:

3. Jakarta: EGC.

Widodo, Djoko.2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka

You might also like