You are on page 1of 22

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN LIMBAH B3 FLY ASH DAN LIMBAH BOTOL


KACA SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO

Yasri Fardiansyah

NRP.0514040076

PROGRAM STUDI

D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2017
Kata Pengantar

Pada proses pembakaran batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap


(PLTU) tentunya akan menghasilkan limbah B3 fly ash. Sebagai seorang yang
hidup disekitar area PLTU dan sebagai orang yang peduli lingkungan, saya
pribadi ingin melakukan suatu upaya pemanfaatan limbah. Seiring dengan
kemajuan teknologi, inovasi penerapan teknologi secara tepat akan mengangkat
harkat limbah fly ash yang awalnya dapat mencemari lingkungan menjadi sesuatu
yang berguna dan bahkan memiliki nilai ekonomi. Dalam proposal Tugas Akhir
ini disajikan cara mengelola limbah fly ash. Mudah-mudahan pemanfaatan limbah
fly ash ini dapat menambah pendapatan perusahaan dalam skala besar.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
berkontribusi dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Sebagai manusia biasa, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki beberapa
kekurangan dalam penyajian Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun penulis sangat diharapkan demi perbaikan lebih lanjut.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat.

Surabaya, 14 Juni 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................................ 4
2.1 Fly Ash ....................................................................................................................... 4
2.1.1 Sifat Fly Ash ........................................................................................................ 4
2.1.2 Jenis Fly Ash ....................................................................................................... 5
2.1.3 Keunggulan Fly Ash ............................................................................................ 5
2.2 Definisi Kaca .............................................................................................................. 5
2.2.1 Penggunaan Kaca dalam Bidang Konstruksi ...................................................... 6
2.2.2 Sifat Kaca ............................................................................................................ 6
2.2.3 Kelebihan Kaca ................................................................................................... 7
2.3 Batako ....................................................................................................................... 7
2.4 Uji TCLP ..................................................................................................................... 8
2.5 Uji Tekan ................................................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 9
3.1.1 Alat .............................................................................................................. 9
3.1.2 Bahan - bahan ........................................................................................... 10
3.2 Prosedur Pembuatan Benda Uji ........................................................................ 10
3.3 Pengujian Visual ...................................................................................................... 11
3.1.1 Pengujian Visual ........................................................................................ 11
3.4 Analisa Data ............................................................................................................ 14

ii
3.5 Kesimpulan dan Saran............................................................................................. 14
3.6 Kerangka Penelitian ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel Unsur Kandungan Kimia Serbuk Kaca .................................................... 6

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Fly Ash ........................................................................................................... 4


Gambar 1. 2 Serbuk Kaca ................................................................................................... 5
Gambar 1. 3 Batako ............................................................................................................ 7

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batako dapat digunakan sebagai alternatif bahan dinding yang relatif kuat
dan murah. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress
dengan ukuran standar. Seiring dengan pesatnya pembangunan khusunya
untuk perumahan, maka penggunaan batako sebagai bahan kebutuhan
bangunan akan semakin meningkat dengan majunya pembangunan
perumahan. Batako pada saat ini semakin populer digunakan sebagai
pengganti batu bata merah, karena batako di nilai lebih cepat dalam
pembuatan maupun pengerjaannya untuk pemasangan dinding, dan dalam
proses pembuatan batako tidak memerlukan proses pembakaran seperti
pembuatan batu bata merah, sehingga proses pembuatan akan lebih praktis.
Semakin banyaknya permintaan batako di pasaran, maka akan meningkatkan
kebutuhan bahan baku utama konstruksi, salah satunya adalah semen. Dengan
meningkatnya kebutuhan akan semen, maka harga semen pun akan semakin
tinggi, dan ini akan menjadi suatu masalah. Hal ini yang melatar belakangi
saya untuk mengembangkan suatu bahan yang dapat menggantikan atau
mengurangi kebutuhan dari salah satu bahan konstruksi tersebut untuk
mengurangi biaya bahan baku tanpa mengurangi kualitas hasil. Salah satu
bahan alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti sebagian semen
antara lain campuran fly ash dan serbuk kaca sebagai bahan tambah pada
pembuatan batako.

Dalam penelitian ini saya memilih fly ash karena Menurut PP No.
85 Tahun 1999 pasal 7 ayat 3, fly ash merupakan limbah Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3) karena bersifat beracun dan korosif. Fly ash tidak boleh
mengalir ke air dalam tanah dan dibuang ke dalam kolam, laguna dan lain-
lain, atau dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (landfill), sehingga
dibutuhkan penanganan khusus dalam mengelolanya. Banyaknya limbah
botol kaca yakni di tempat penjualan bahan bekas maupun di tempat sampah,
mendorong saya untuk mengelola pula limbah botol kaca tersebut, karena

1
botol kaca memilik kandungan yang sama dengan fly ash, yakni kandungan
silika yang cukup besar hingga 70 %. Pada penelitian ini diharapkan
pembuatan beton dapat mengetahui komposisi paling ideal yang ditinjau dari
segi kuat tekan untuk mengetahui kekuatan batako dan pengaruh terhadap
kesehatan manusia maka akan dilakukan uji tekan dan uji toksisitas sesuai
standar yang terdapat pada SNI 03-2843-2000.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


1. Bagaimana pengaruh adanya fly ash ke lingkungan ?

2. Bagaimana nilai kuat tekan batako dengan berbahan campuran fly ash dan
limbah botol kaca dengan batako konvensional ?

3. Apa komposisi terbaik dalam pembuatan batako ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini antara lain :


1. Mengetahui perbedaan nilai kuat tekan batako dengan berbahan campuran
fly ash dan limbah botol kaca dengan batako konvensional.
2. Mengetahui hasil uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)
pemanfaatan limbah fly ash berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999.
3. Mengetahui komposisi terbaik dalam pembuatan batako berdasarkan uji
tekan dan uji TCLP.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Limbah fly ash dapat digunakan sebagai bahan campuran batako dan dapat
meminimalisir unsur-unsur logam berat.
2. Pemanfaatan limbah botol kaca dapat meningkatkan estetika lingkungan.
3. Pemanfaatan Limbah fly ash dapat membuat lingkungan kerja di PLTU
atau industri lainnya semakin bersih dan aman dari limbah B3 yang
berbahaya.

2
4. Pemanfaatan Limbah fly ash dan limbah botol kaca dapat meningkatkan
citra positif terhadap masyarakat sebagai industri teladan yang dapat
mengelola limbah B3 dengan baik .
5. Pemanfaatan Limbah fly ash dan limbah botol kaca dapat dijual sehingga
menjadi nilai tambah yang ekonomis untuk industri yang menghasilkan
limbah tersebut.
1.4 Batasan Masalah
Adapun Batasan Masalah dalam penelitian ini yakni :
1. Penelitian ini tidak membahas karakteristik kimia limbah fly ash di PLTU
Paiton unit 3 7 & 8 (PT. IPMOMI).

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Fly Ash

Menurut fly (Suarnita, 2011) ash merupakan sisa pembakaran batubara


dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang memiliki sifat pozzolan dan
dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk
senyawa bersifat mengikat kebanyakan digunakan pada PLTU.
Bagaimanapun, komponen fly ash Bervariasi, tergantung pada batu bara saat
dibakar. Material yang lebih berat dan tidak terbakar yang turun menuju ke
furnace disebut bottom ash. Bottom ash tidak cocok untuk campuran batako.

Gambar 1. 1 Fly Ash

2.1.1 Sifat Fly Ash

Fly ash bertindak sebagai pozzolona bila digunakan sebagai bahan untuk
semen tambahan dalam batako. Pozzolan adalah material yang tidak memiliki
sifat seperti semen tetapi dengan bentuknya yang halus akan menyerupai
semen ketika dikombinasikan dengan Kalsium Hidroksida dengan adanya air.
Pozzolan adalah reaksi kimia dengan Kalsium hidroksida pada temperarur
kamar untuk membentuk campuran semen.

Mayoritas komponen fly ash yaitu Silikon Dioksida (SiO2) and Kalsium
Oksida (CaO), Al2O3, Ferum Oksida (Fe2O3). Fly ash biasanya digunakan
untuk mengganti semen sampai 30% dari total massa material semen.

4
2.1.2 Jenis Fly Ash

Menurut (Madhavi, Raju, & Mathur, 2014) dalam ASTM C618, ada dua
jenis fly ash yakni kelas F dan fly ash kelas C. Fly ash kelas F adalah fly ash yg
diproduksi dari pembakaran antrasit tua dan bituminous sedangkan fly ash
kelas C diperoleh dari pembakaran lignit muda dan subbituminous. Fly ash
kelas F sedikit pozzolan, sedangkan fly ash kelas C mempunyai sifat pozzolan
bahkan beberapa dapat bersifat self cementitious. Fly ash kelas F digunakan
untuk volume tinggi beton fly ash sedangkan fly ash kelas C digunakan untuk
volume rendah campuran beton fly ash.

2.1.3 Keunggulan Fly Ash

keunggulan fly ash sebagai campuran batako antara lain :

1. Kehalusan dan bentuk partikel fly ash yang bulat dapat meningkatkan
kemampuan kerja (workability) dengan kadar air yang sama.
2. Memiliki daya tahan (durabilitas) yang tinggi namun lemah di awal.
3. Dapat meningkatkan kuat tekan beton.
4. Meningkatkan kepadatan beton.
5. Mengurangi terjadinya penyusutan pada beton.

2.2 Definisi Kaca

Menurut (Nursyamsi , Ivan Indrawan, 2016) dkk dalam Wibowo (2013)


Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang merupakan gabungan dari
berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta
berbagai penyusun lainnya.

Gambar 1. 2 Serbuk Kaca

5
2.2.1 Penggunaan Kaca dalam Bidang Konstruksi

Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan
kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika, kaca merupakan zat cair
yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel
penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair, namun kaca sendiri
berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat
cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara
teratur. Kaca merupakan hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang
mana telah mengalami pendinginan tanpa kristalisasi.

Penggunaan agregat halus kaca yang dibuat dari jenis kaca leburan soda
lime, mulai dikembangkan untuk membuat beton kinerja tinggi. Agregat halus
kaca ini dibuat dalam bentuk bubuk dengan ukuran dan distribusi yang serupa
agregat halus/pasir alam. Penggunaannya diharapkan dapat memanfaatkan
limbah dari hasil samping industri untuk komponen industri konstruksi dan
untuk mengatasi kekurangan pasir alam yang tersedia. Menurut Nursyamsi dkk
(2016) dalam pengujian kandungan kimia di dalam bubuk kaca di
Laboratorium FMIPA Kimia Universitas Sumatera Utara didapatkan hasil
seperti terdapat pada Tabel 2.1

Tabel 2. 1 Tabel Unsur Kandungan Kimia Serbuk Kaca

Unsur Serbuk Kaca


SiO2 91,0080%
Al2O3 0,1273
Fe2O3 0,0026
CaO 0,1084

2.2.2 Sifat Kaca

Menurut (Nursyamsi, Ivan Indrawan, 2016), Beberapa sifat-sifat kaca


secara umum adalah:
1. Padatan amorf (short range order).
2. Berwujud padat tapi susunan atomatomnya seperti pada zat cair.
3. Tidak memiliki titik lebur yang pasti ada range tertentu.
4. Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida
Karena itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.
5. Efektif sebagai isolator.
6. Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.

Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik


lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika
(SiO2) dan proses pembentukannya.

6
2.2.3 Kelebihan Kaca

Menurut (Nursyamsi , Ivan Indrawan, 2016) dkk dalam Wibowo (2013)


kelebihan kaca antara lain:
1. Mempunyai sifat tidak menyerap air (zero water absorption).
2. Kekerasan dari gelas menjadikan beton tahan terhadap abrasi yang
hanya dapat dicapai oleh sedikit agregat alami.
3. Bubuk kaca/serbuk kaca memperbaiki kandungan dari beton segar
sehingga kekuatan yang tinggi dapat dicapai tanpa penggunaan
superplasticizer.
4. Bubuk kaca/serbuk kaca yang baik mempunyai sifat pozzolan sehingga
dapat berfungsi sebagai pengganti semen dan filler.

2.3 Batako

Menurut (Nursyamsi , Ivan Indrawan, 2016) dkk, Batako merupakan


bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang
tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air. Batako
difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non struktural.
Batako yang baik adalah yang masingmasing permukaannya rata dan saling
tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.

Menurut (Nursyamsi , Ivan Indrawan, 2016) dkk dalam PUBI -1982 pasal
6, Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam
kondisi lembab.

Gambar 1. 3 Batako

7
2.4 Uji TCLP

Uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) merupakan uji


yang digunakan sebagai penentuan salah satu sifat bahaya atau beracun suatu
limbah. Tujuan dari uji TCLP ini adalah untuk mengetahui kadar logam berat
dari fly ash sesuai dengan batas maksimum yang diperbolehkan pada PP No.
85 Tahun 1999. Batako dikatakan aman bagi lingkungan apabila mempunyai
nilai dibawah baku mutu pada PP No. 85 Tahun 1999.

2.5 Uji Tekan

Kuat tekan batako merupakan gambaran mutu batako, karena biasanya


kenaikan kuat tekan batako akan diikuti oleh perbaikan sifat batako lainnya.
Besarnya kuat tekan batako dapat diuji dengan mesin uji kuat tekan beton
(compression machine).

8
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


eksperimen. Sedangkan faktor yang diteliti adalah faktor komposisi campuran
fly ash dengan serbuk kaca pada batako, dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh fly ash dan serbuk kaca sebagai bahan tambah dengan mengurangi
jumlah semen pada ukuran, daya serap air, kuat tekan dan kuat tarik. Adapun
perbandingan volume dari agregat penyusun batako, yaitu 0% fly ash dan 0%
serbuk kaca, 25% fly ash dan 0% serbuk kaca, 25% fly ash dan 5% serbuk kaca
, 25% fly ash dan 7,5 % serbuk kaca, dan 25% fly ash dan 10% serbuk kaca.
Dengan 2 variasi ukuran butiran kaca, yakni butiran kaca lolos ayakan 1,18
mm dan butiran kaca lolos ayakan 2,36 mm.

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan batako antara
lain.

3.1.1 Alat

3.1 Mesin pembuatan serbuk kaca.


3.2 Peluru pengaus.
3.3 Ayakan butiran kaca ukuran 1,18 mm dan 2,36 mm.
3.4 Timbangan bahan.
3.5 Ember air.
3.6 Sendok spesi.
3.7 Sekop dan cangkul.
3.8 Mesin pencampur (agitator).
3.9 Batang perojok atau vibrator.
3.10 Cetakan batako terbuat dari plat besi berbentuk balok dengan ukuran
cetakan adalah 400 x 200 x 100 mm.
3.11 Cetakan kubus, terbuat dari besi berbentuk kubus dengan ukuran 15 x
15 x 15 cm.
3.12 Cetakan/mould briquette, terbuat dari besi berbentuk angka delapan
dengan ukuran 7,5 x 4,15 x 2,5 cm.

9
3.1.2 Bahan - bahan

1. Semen Portland, Semen Portland yang dipergunakan adalah semen type 1


dengan merk dagang Semen Gresik dalam kemasan 50 kg.

2. Pasir, Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan pasir


Lumajang.

3. Air, Air yang digunakan sebagai bahan pencampur berasal dari


Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November.

4. Serbuk Kaca, Pada penelitian ini, bahan kaca yang dipakai untuk batako
berasal dari berbagai jenis botol minuman bekas yang dihancurkan di
Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November.

3.2 Prosedur Pembuatan Benda Uji

1. Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.

2. Timbang semen, pasir fly ash dan serbuk kaca dengan perbandingan yaitu
0% fly ash dan 0% serbuk kaca, 25% fly ash dan 0% serbuk kaca, 25% fly
ash dan 5% serbuk kaca , 25% fly ash dan 7,5 % serbuk kaca, dan 25% fly
ash dan 10 serbuk kaca Dengan 2 variasi ukuran butiran kaca, yakni butiran
kaca lolos ayakan 1,18 mm dan butiran kaca lolos ayakan 2,36 mm.

3. Campurkan bahan dengan perbandingan fly ash kaca dan serbuk kaca yang
diinginkan lalu aduk semua bahan sampai rata.

4. Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air secukupnya
sampai tercapai campuran setengah basah yang merata. Secara sederhana,
keadaan ini dapat diketahui dengan cara: campuran yang telah merata
dikepal dengan telapak tangan. Kemudian dijatuhkan dari ketinggian lebih
kurang lebih kurang 1,2 meter kepermukaan tanah keras. Bila campuran
sudah baik, 2/3 bagian tetap mengumpul dan 1/3 lainnya tersebar

10
5. Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, adonan yang sudah tercampur
merata dituangkan sebagian ke dalam sebuah pan besar yang tidak
menyerap air.

6. Masukkan adonan batako kedalam cetakan setinggi 2/3 bagian cetakan,


kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai benar-benar padat
dengan alat pemadat.

7. Masukan kembali adonan batako kedalam cetakan hingga penuh, kemudian


dipadatkan lagi.

3.3 Pengujian Visual

3.1.1 Pengujian Visual

A. Peralatan yang diperlukan pada Pemeriksaan Tampak Luar

Penggaris siku dipergunakan untuk memeriksa kesikuan pada tiap-tiap


sudut dan kedataran permukaan bidang dari batako pejal. Selebihnya
pemeriksaan tampak luar dilakukan dengan menggunakan alat indra,
seperti pemeriksaan pada ketajaman dan kekuatan rusuk-rusuk batako
tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan jari-jari tangan.

B. Peralatan yang diperlukan pada Pemeriksaan Ukuran

Kaliper atau mistar sorong, dipergunakan untuk mengukur dimensi batako.


Kaliper yang dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.

C. Prosedur Pengujian Visual

Setelah masa perawatan selama 28 hari, batako yang diuji harus dalam
keadaan kering. Tahapan yang harus dilakukan yaitu:

1. Bersihkan permukaan benda uji batako dari berbagai kotoran yang


menempel.
2. Ukur panjang, lebar dan tebal benda uji.
3. Pengamatan permukaan benda uji meliputi: keadaan permukaan,
kerapatan dan keadaan sudutsudutnya.

11
D. Pengujian Penyerapan Air

Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air :


1. Wadah berisi air untuk merendam benda uji hingga batako jenuh air.
2. Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dari
kelebihan air setelah di rendam.
3. Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dalam keadaan
jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan dengan
kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
4. Oven dipergunakan untuk mengeringkan batako akan kandungan air
setelah direndam.

E. Prosedur Pengujian Penyerapan Air


Batako yang akan diuji penyerapan airnya harus dalam keadaan kering.
Adapun langkahlangkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1. Batako dibersihkan dari bahanbahan lain yang menempel.
2. Batako dimasukan kedalam oven selama 24 jam/sehari, sehingga
didapati batako dalam kering oven.
3. Timbang batako, sehingga didapat berat batako dalam keadaan
kering oven.
4. Rendam batako selama 24 jam /sehari atau hingga batako sudah
keadaan jenuh.
5. Timbang batako, sehingga didapati berat batako dalam keadaan
jenuh. Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, penyerapan
air dapat dihitung.

12
F. Pengujian Kuat Tekan
Peralatan yang diperlukan pada Pengujian Kuat Tekan
1. Timbangan dipergunakan untuk menimbang benda uji.
2. Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan.
Mistar sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
3. Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tekan beton
(compression machine).
Prosedur Pengujian
1. Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur selama
24 jam.
2. Timbang berat benda uji lalu letakkan pada compressor machine
sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya.
3. Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji
dengan cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh.
4. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah,
maka catat skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang
merupakan beban maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
6. Hitung kuat tekan batako.

G. Uji TCLP
Pengujian toksisitas batako dengan metode Toxicity Characteristic
Leaching Procedure ini dilakukan dengan menganalisa 4 logam berat
yakni Cr, Pb, Zn, dan Cu untuk masing-masing batako yang
memenuhi standar. Pengujian ini menggunakan alat AAS
(Automatic Absortion Spectrofotometer). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah kadar logam berat pada batako berbahaya
bagi lingkungan sesuai dengan PP No. 85 Tahun 1999.

13
3.4 Analisa Data

Pada penelitian ini dilakukan apakah limbah fly ash dan limbah botol
kaca dapat digunakan sebagai campuran pada batako dan menghasilkan
kekuatan sesuai dengan SNI-03-2834-2000. Selanjutnya dilakukan analisa
apakah batako dengan bahan campuran limbah fly ash dan limbah botol kaca
tidak bahaya bagi lingkungan sesuai dengan PP No. 85 Tahun 1999.

3.5 Kesimpulan dan Saran

Tahap ini merupakan tahap yang terakhir yakni akan ditarik kesimpulan
terhadap analisa datayang telah terlebih dahulu dilakukan. Adanya saran
ditujukan untuk penelitian selanjutnya dikarenakan keterbatasan waktu dan
dana penelitian dalam meneliti semua aspek yang ada terkait permasalahan
yang diangkat serta pedoman untuk pengembangan lebih lanjut.

14
3.6 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penulisan tugas akhir ini sebagai berikut:

Mulai

Observasi

Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur

Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan Data Primer 1. Uji Penyerapan Air
1. Jenis Fly Ash 2. Uji Tekan
2. Kadar Air Fly Ash 3. Uji TCLP

Persiapan Alat dan Bahan

Pengayakan Ukuran
Semen Air Fly Ash Pasir
Serbuk Kaca

Memenuhi
Syarat ?
Tidak Ya

Pembuatan Batako

Perencanaan Komposisi
Batako

Pembuatan Benda Uji

Pemeriksaan Tampak
Luar

Pemeriksaan Ukuran

Uji Penyerapan Air

Menimbang Berat Batako dalam Keadaan Kering dan Menimbang Batako yang
Telah Terendam Jenuh

Uji Tekan

Uji TCLP

Analisa Data

Kesimpulan

Selesai

15
6 DAFTAR PUSTAKA

Madhavi, T. C., Raju, L. S., & Mathur, D. (2014). Durabilty and Strength
Properties of High Volume Fly Ash Concrete, 4, 711.
https://doi.org/10.5923/c.jce.201401.02
Nursyamsi , Ivan Indrawan, I. P. H. (2016). PEMANFAATAN SERBUK KACA
SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM PEMBUATAN BATAKO.
Suarnita, I. W. (2011). Kuat tekan beton dengan aditif fly ash ex. pltu mpanau
tavaeli, 9, 110.

16

You might also like