Professional Documents
Culture Documents
Yasri Fardiansyah
NRP.0514040076
PROGRAM STUDI
2017
Kata Pengantar
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
berkontribusi dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Sebagai manusia biasa, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih memiliki beberapa
kekurangan dalam penyajian Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun penulis sangat diharapkan demi perbaikan lebih lanjut.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................................ 4
2.1 Fly Ash ....................................................................................................................... 4
2.1.1 Sifat Fly Ash ........................................................................................................ 4
2.1.2 Jenis Fly Ash ....................................................................................................... 5
2.1.3 Keunggulan Fly Ash ............................................................................................ 5
2.2 Definisi Kaca .............................................................................................................. 5
2.2.1 Penggunaan Kaca dalam Bidang Konstruksi ...................................................... 6
2.2.2 Sifat Kaca ............................................................................................................ 6
2.2.3 Kelebihan Kaca ................................................................................................... 7
2.3 Batako ....................................................................................................................... 7
2.4 Uji TCLP ..................................................................................................................... 8
2.5 Uji Tekan ................................................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................... 9
3.1.1 Alat .............................................................................................................. 9
3.1.2 Bahan - bahan ........................................................................................... 10
3.2 Prosedur Pembuatan Benda Uji ........................................................................ 10
3.3 Pengujian Visual ...................................................................................................... 11
3.1.1 Pengujian Visual ........................................................................................ 11
3.4 Analisa Data ............................................................................................................ 14
ii
3.5 Kesimpulan dan Saran............................................................................................. 14
3.6 Kerangka Penelitian ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Batako dapat digunakan sebagai alternatif bahan dinding yang relatif kuat
dan murah. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress
dengan ukuran standar. Seiring dengan pesatnya pembangunan khusunya
untuk perumahan, maka penggunaan batako sebagai bahan kebutuhan
bangunan akan semakin meningkat dengan majunya pembangunan
perumahan. Batako pada saat ini semakin populer digunakan sebagai
pengganti batu bata merah, karena batako di nilai lebih cepat dalam
pembuatan maupun pengerjaannya untuk pemasangan dinding, dan dalam
proses pembuatan batako tidak memerlukan proses pembakaran seperti
pembuatan batu bata merah, sehingga proses pembuatan akan lebih praktis.
Semakin banyaknya permintaan batako di pasaran, maka akan meningkatkan
kebutuhan bahan baku utama konstruksi, salah satunya adalah semen. Dengan
meningkatnya kebutuhan akan semen, maka harga semen pun akan semakin
tinggi, dan ini akan menjadi suatu masalah. Hal ini yang melatar belakangi
saya untuk mengembangkan suatu bahan yang dapat menggantikan atau
mengurangi kebutuhan dari salah satu bahan konstruksi tersebut untuk
mengurangi biaya bahan baku tanpa mengurangi kualitas hasil. Salah satu
bahan alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti sebagian semen
antara lain campuran fly ash dan serbuk kaca sebagai bahan tambah pada
pembuatan batako.
Dalam penelitian ini saya memilih fly ash karena Menurut PP No.
85 Tahun 1999 pasal 7 ayat 3, fly ash merupakan limbah Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3) karena bersifat beracun dan korosif. Fly ash tidak boleh
mengalir ke air dalam tanah dan dibuang ke dalam kolam, laguna dan lain-
lain, atau dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (landfill), sehingga
dibutuhkan penanganan khusus dalam mengelolanya. Banyaknya limbah
botol kaca yakni di tempat penjualan bahan bekas maupun di tempat sampah,
mendorong saya untuk mengelola pula limbah botol kaca tersebut, karena
1
botol kaca memilik kandungan yang sama dengan fly ash, yakni kandungan
silika yang cukup besar hingga 70 %. Pada penelitian ini diharapkan
pembuatan beton dapat mengetahui komposisi paling ideal yang ditinjau dari
segi kuat tekan untuk mengetahui kekuatan batako dan pengaruh terhadap
kesehatan manusia maka akan dilakukan uji tekan dan uji toksisitas sesuai
standar yang terdapat pada SNI 03-2843-2000.
2. Bagaimana nilai kuat tekan batako dengan berbahan campuran fly ash dan
limbah botol kaca dengan batako konvensional ?
1.3 Tujuan
1. Limbah fly ash dapat digunakan sebagai bahan campuran batako dan dapat
meminimalisir unsur-unsur logam berat.
2. Pemanfaatan limbah botol kaca dapat meningkatkan estetika lingkungan.
3. Pemanfaatan Limbah fly ash dapat membuat lingkungan kerja di PLTU
atau industri lainnya semakin bersih dan aman dari limbah B3 yang
berbahaya.
2
4. Pemanfaatan Limbah fly ash dan limbah botol kaca dapat meningkatkan
citra positif terhadap masyarakat sebagai industri teladan yang dapat
mengelola limbah B3 dengan baik .
5. Pemanfaatan Limbah fly ash dan limbah botol kaca dapat dijual sehingga
menjadi nilai tambah yang ekonomis untuk industri yang menghasilkan
limbah tersebut.
1.4 Batasan Masalah
Adapun Batasan Masalah dalam penelitian ini yakni :
1. Penelitian ini tidak membahas karakteristik kimia limbah fly ash di PLTU
Paiton unit 3 7 & 8 (PT. IPMOMI).
3
BAB II
DASAR TEORI
Fly ash bertindak sebagai pozzolona bila digunakan sebagai bahan untuk
semen tambahan dalam batako. Pozzolan adalah material yang tidak memiliki
sifat seperti semen tetapi dengan bentuknya yang halus akan menyerupai
semen ketika dikombinasikan dengan Kalsium Hidroksida dengan adanya air.
Pozzolan adalah reaksi kimia dengan Kalsium hidroksida pada temperarur
kamar untuk membentuk campuran semen.
Mayoritas komponen fly ash yaitu Silikon Dioksida (SiO2) and Kalsium
Oksida (CaO), Al2O3, Ferum Oksida (Fe2O3). Fly ash biasanya digunakan
untuk mengganti semen sampai 30% dari total massa material semen.
4
2.1.2 Jenis Fly Ash
Menurut (Madhavi, Raju, & Mathur, 2014) dalam ASTM C618, ada dua
jenis fly ash yakni kelas F dan fly ash kelas C. Fly ash kelas F adalah fly ash yg
diproduksi dari pembakaran antrasit tua dan bituminous sedangkan fly ash
kelas C diperoleh dari pembakaran lignit muda dan subbituminous. Fly ash
kelas F sedikit pozzolan, sedangkan fly ash kelas C mempunyai sifat pozzolan
bahkan beberapa dapat bersifat self cementitious. Fly ash kelas F digunakan
untuk volume tinggi beton fly ash sedangkan fly ash kelas C digunakan untuk
volume rendah campuran beton fly ash.
1. Kehalusan dan bentuk partikel fly ash yang bulat dapat meningkatkan
kemampuan kerja (workability) dengan kadar air yang sama.
2. Memiliki daya tahan (durabilitas) yang tinggi namun lemah di awal.
3. Dapat meningkatkan kuat tekan beton.
4. Meningkatkan kepadatan beton.
5. Mengurangi terjadinya penyusutan pada beton.
5
2.2.1 Penggunaan Kaca dalam Bidang Konstruksi
Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan
kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika, kaca merupakan zat cair
yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel
penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair, namun kaca sendiri
berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat
cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara
teratur. Kaca merupakan hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang
mana telah mengalami pendinginan tanpa kristalisasi.
Penggunaan agregat halus kaca yang dibuat dari jenis kaca leburan soda
lime, mulai dikembangkan untuk membuat beton kinerja tinggi. Agregat halus
kaca ini dibuat dalam bentuk bubuk dengan ukuran dan distribusi yang serupa
agregat halus/pasir alam. Penggunaannya diharapkan dapat memanfaatkan
limbah dari hasil samping industri untuk komponen industri konstruksi dan
untuk mengatasi kekurangan pasir alam yang tersedia. Menurut Nursyamsi dkk
(2016) dalam pengujian kandungan kimia di dalam bubuk kaca di
Laboratorium FMIPA Kimia Universitas Sumatera Utara didapatkan hasil
seperti terdapat pada Tabel 2.1
6
2.2.3 Kelebihan Kaca
2.3 Batako
Menurut (Nursyamsi , Ivan Indrawan, 2016) dkk dalam PUBI -1982 pasal
6, Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam
kondisi lembab.
Gambar 1. 3 Batako
7
2.4 Uji TCLP
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan batako antara
lain.
3.1.1 Alat
9
3.1.2 Bahan - bahan
4. Serbuk Kaca, Pada penelitian ini, bahan kaca yang dipakai untuk batako
berasal dari berbagai jenis botol minuman bekas yang dihancurkan di
Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November.
2. Timbang semen, pasir fly ash dan serbuk kaca dengan perbandingan yaitu
0% fly ash dan 0% serbuk kaca, 25% fly ash dan 0% serbuk kaca, 25% fly
ash dan 5% serbuk kaca , 25% fly ash dan 7,5 % serbuk kaca, dan 25% fly
ash dan 10 serbuk kaca Dengan 2 variasi ukuran butiran kaca, yakni butiran
kaca lolos ayakan 1,18 mm dan butiran kaca lolos ayakan 2,36 mm.
3. Campurkan bahan dengan perbandingan fly ash kaca dan serbuk kaca yang
diinginkan lalu aduk semua bahan sampai rata.
4. Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air secukupnya
sampai tercapai campuran setengah basah yang merata. Secara sederhana,
keadaan ini dapat diketahui dengan cara: campuran yang telah merata
dikepal dengan telapak tangan. Kemudian dijatuhkan dari ketinggian lebih
kurang lebih kurang 1,2 meter kepermukaan tanah keras. Bila campuran
sudah baik, 2/3 bagian tetap mengumpul dan 1/3 lainnya tersebar
10
5. Sebelum dimasukkan ke dalam cetakan, adonan yang sudah tercampur
merata dituangkan sebagian ke dalam sebuah pan besar yang tidak
menyerap air.
Setelah masa perawatan selama 28 hari, batako yang diuji harus dalam
keadaan kering. Tahapan yang harus dilakukan yaitu:
11
D. Pengujian Penyerapan Air
12
F. Pengujian Kuat Tekan
Peralatan yang diperlukan pada Pengujian Kuat Tekan
1. Timbangan dipergunakan untuk menimbang benda uji.
2. Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan.
Mistar sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
3. Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tekan beton
(compression machine).
Prosedur Pengujian
1. Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur selama
24 jam.
2. Timbang berat benda uji lalu letakkan pada compressor machine
sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya.
3. Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji
dengan cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh.
4. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah,
maka catat skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang
merupakan beban maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
6. Hitung kuat tekan batako.
G. Uji TCLP
Pengujian toksisitas batako dengan metode Toxicity Characteristic
Leaching Procedure ini dilakukan dengan menganalisa 4 logam berat
yakni Cr, Pb, Zn, dan Cu untuk masing-masing batako yang
memenuhi standar. Pengujian ini menggunakan alat AAS
(Automatic Absortion Spectrofotometer). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah kadar logam berat pada batako berbahaya
bagi lingkungan sesuai dengan PP No. 85 Tahun 1999.
13
3.4 Analisa Data
Pada penelitian ini dilakukan apakah limbah fly ash dan limbah botol
kaca dapat digunakan sebagai campuran pada batako dan menghasilkan
kekuatan sesuai dengan SNI-03-2834-2000. Selanjutnya dilakukan analisa
apakah batako dengan bahan campuran limbah fly ash dan limbah botol kaca
tidak bahaya bagi lingkungan sesuai dengan PP No. 85 Tahun 1999.
Tahap ini merupakan tahap yang terakhir yakni akan ditarik kesimpulan
terhadap analisa datayang telah terlebih dahulu dilakukan. Adanya saran
ditujukan untuk penelitian selanjutnya dikarenakan keterbatasan waktu dan
dana penelitian dalam meneliti semua aspek yang ada terkait permasalahan
yang diangkat serta pedoman untuk pengembangan lebih lanjut.
14
3.6 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penulisan tugas akhir ini sebagai berikut:
Mulai
Observasi
Pengayakan Ukuran
Semen Air Fly Ash Pasir
Serbuk Kaca
Memenuhi
Syarat ?
Tidak Ya
Pembuatan Batako
Perencanaan Komposisi
Batako
Pemeriksaan Tampak
Luar
Pemeriksaan Ukuran
Menimbang Berat Batako dalam Keadaan Kering dan Menimbang Batako yang
Telah Terendam Jenuh
Uji Tekan
Uji TCLP
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
15
6 DAFTAR PUSTAKA
Madhavi, T. C., Raju, L. S., & Mathur, D. (2014). Durabilty and Strength
Properties of High Volume Fly Ash Concrete, 4, 711.
https://doi.org/10.5923/c.jce.201401.02
Nursyamsi , Ivan Indrawan, I. P. H. (2016). PEMANFAATAN SERBUK KACA
SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM PEMBUATAN BATAKO.
Suarnita, I. W. (2011). Kuat tekan beton dengan aditif fly ash ex. pltu mpanau
tavaeli, 9, 110.
16