Professional Documents
Culture Documents
2. Perubahan-Perubahan Fisik Dan Psikis Yang Terjadi Pada Masa Usia Lanjut
a. Perubahan Fisik Pada Masa Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga
fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan
bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Beberapa perubahan gangguan fisik yang timbul adalah sebagai berikut :
Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering
dan keriput, kulit di bagian bawah mata membentuk seperti kantung dan lingkaran
hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering
muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi lembek dan
mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut
Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada bagian tungkai
dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan
Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga kadang-
kadang memakai gigi palsu
Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung mengeluarkan
kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan menderita presbiop atau
kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya akomodasi karena menurunnya elastisitas
mata
Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga tidak
sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.
Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek dan sering
tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paru-paru, residu
volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan
elastisitas dari paru
Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung, dengan bertambahnya
usia sering pula disertai dengan perubahan-perubahan akibat penyakit kronis, obat-obat
yang diminum akibat operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti :
Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami penurunan ukuran, berat,
dan fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.
Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan elastisitas dari pembuluh
darah jantung dan menurunnya kardiak out put
Penyakit kronis misal diabetes melistus (DM), penyakit cardiovaskuler, hipertensi,
gagal ginjal, kanker, dan masalah yang berhubungan dengan persendian dan syaraf
Beberapa operasi seperti prostatectomy, histrectomy, dan mastectomy.
Hasil penelitian menunjukkan timbulnya masalah prostatectomy meliputi gagal ereksi
mencapai 12 % sampai timbulnya masalah tidak tercapainya ejakulasi sebesar 24 %,
kanker prostate dan operasi prostad (hilangnya libido, gagal ereksi, volume ejakulasi)
Perubahan pada sistem ginjal, kandung kencing, dan ureter mengalami penurunan
efisiensi, jumlah sel dalam ginjal mengalami penurunan menyebabkan gangguan
pengeluaran toksin dan air dari tubuh.
Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh besar
terhadap sisi kewanitaannya seperti :
Penurunan sekresi estrogen setelah menopause
Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
Cerviks yang menyusut ukurannya
Dinding vagina atropi ukurannya memendek
Berkurangnya pelumas vagina
Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks
Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan,
penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal
Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional, dimana beberapa
komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen lain nya malah menurun, lansia
akan semakin arif, tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan kecepatan memproses
informasi, misalnya lansia baru mempelajari komputer.
Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling umum yang
berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku seksual
mungkin berubah secara signifikan pada depresi dan dimensia .
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring
makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat seksual
pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun
akan mempengaruhi libido.
2. Fase arousal
Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,
elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan
kandung kemih.
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi
testis ke perineum lebih lambat.
3. Fase orgasmic
Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan
Fase tanggapan
Pada wanita lansia Pada pria lansia
seksual
Fase desire Terutama dipengaruhi oleh Interval untuk meningkaatkan
penyakit baik dirinya sendiri hasrat melakukan kontak seksual
atau pasangan, masalah meningkat;hasrat sangat
hubungan antar keduanya, dipengaruhi oleh penyakit;
harapan kultural dan hal-hal kecemasan akan kemampuan
tentang harga diri. Desire pada seks dan masalah hubungan
lansia wanita mungkin antara pasangan. Mulai usia 55
menurun dengan makin th testosteron menurun bertahap
lanjutny usia, tetapi hal ini bisa yang akan mempengaruhi libido.
bervariasi.
Fase arousal Pembesaran payudara M embutuhkan waktu lebih lama
berkurang, semburat panas untuk ereksi; ereksi kurang
dikulit menurun; elastisitas begitu kuat; testosteron
dinding vagina menurun; iritasi menurun; produksi sperma
uretra dan kandung kemih menurun bertahap mulai usia 40
meningkat;otot-otot yang th; elevasi testis ke perinium
menegang pada fase ini lebih lambat dan sedikit;
menurun. penguasaan atas ejakulasi
biasany membaik.
Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik
saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
1. Penyebab iatrogenic
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin
membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
2. Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak
dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :
Gangguan hasrat
Tahap pemanasan
Orgasme
Rasa nyeri
Sakit fisik
Obat dan alkohol
Gangguan yang tidak khusus
Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan seksual antara lain :
1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk
terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Pasca stroke
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual
ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke,
maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi
permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan
mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien
dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami
kerusakan. Kelemahan motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat
diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik bercinta alternatif. Kehilangan kemampuan
berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
3. Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik
operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi
seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan
saraf.
4. Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati
autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi
yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
5. Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi
mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin
berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.
8. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain
beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.
4. Perubahan Seksualitas Pada Pria Lansia
Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitasi juga akan mengalami penurunan.
Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut bergantung hanya pada
beberapa faktor yaitu kesehatan fisik dan mental, dan eksistensi yang aktif serta pasangan yang
menarik. Perubahan perilaku sekspada pria yang memasuki masa tua meliputi berkurangnya
respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi prematur, dan sakit pada alat kelamin sewaktu
masturbasi.
Beberapa perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan
hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis
akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis,
dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi
ovum
b. Kelenjar prostat biasanya membesar, di mana hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria
diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Dan hipertrofi prostat jinak ini
memerlukan terapi. Namun hal ini dibahas lebih lanjut dalam pembahasan sistem traktus
urinarius.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi yang sempurna
mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang,
mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin
kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga
dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon.
Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum
mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi orgasme
menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran
cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia
pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya
pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter
memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
d. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa.
Frekuensi kontaksi sfingter ani selama orgasme menurun.
e. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48
jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa
menit saja.
f. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya
berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang atau
seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi
seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi
rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun
menjadi 0,50 perminggu. Meski demikian, berdasarkan penelitian, banyak golongan lansia
tetap menjalankan aktivitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktivitas tersebut
hanya dibatasi oleh status kesehatan.
2) DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai penyebab utama DE, namun
menurut penelitian hal ini tidak benar. Justru penyebab utama DE pada lansia
gangguan organik, walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis
ini yang berpotensi reversibel potensial biasanya yang disebabkan oleh
kecemasan, depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa
takut akan gagal dalam hubungan seksual.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa impotensi merupakan akibat
masturbasi yang dahulu atau karena terlalu sering ejakulasi atau sebailiknya karena
terlalu lama menahan dan tidak disalurkan hasrat seks-nya itu. Namun penelitian
membuktikan bahwa ejakulasi atau tidak ejakulasi dalam waktu yang lama tidak
langsung mengganggu kesehatan. Masters dan Johnson mengatakan bahwa ereksi dan
ejakulasi tidak dapat dipelajari karena hal ini terjadi secara reflektoris.
Selain yang telah disebutkan di atas, sekitar 25 % DE disebabkan oleh obat-
obatan terutama obat antihipertensi ( Reserpin, blocker, guanethidin dan metildopa),
alkohol, simetidin, antipsikotik, antidepresan, lithium, hipnotik sedatif, dan hormon-
hormon seperti estrogen dan progesteron.
Bimbingan Psikososial
Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan
seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan Pharmakologi
Penyembuhan Hormon
Pada Pria Lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan
Viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi)
Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada
klimakterium