You are on page 1of 12

KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya / rupturnya selaput amnion sebelum
dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Hossam, 1992).
Ketuban pecah dini atau premature ruptur of membran (PROM) adalah pecahnya ketuban
sebelum inpartu yaitu bila pembukaaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm ( R.Muchtar, Sinopsis obstetric).
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onsetof
labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum
permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan.

B. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Trauma: amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau polihidroamnion.
3. Infeksi vagina, seviks atau karioamnionitis streptokokus, serta bakteri vagina.
4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah / selaput terlalu tipis.
5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi
6. Kelainan pada serviks atau alat genitalia seperti ukuran serviks yang pendek (< 25 cm)
7. Multipara dan peningkatan usia ibu
8. Defisiensi nutrisi.
Faktor lain penyebabnya adalah :
1. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Miranie , Hanifah, dan Desy
Kurniawati. 2009).
C. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme servik
ovaginal, menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi
secara lokal asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa
dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk
sekresi akibat aktivasi monosit/ makrofag, yaitu sitokin, interleukin 1,faktor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel
desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau produk host yang
disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan ruptur kulit
ketuban. Banyak flora servikovaginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan
memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban.
Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagentipe III pada
manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitiklain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase yang dihasilkan
netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin, potensial
menjadi penyebab ketuban pecah dini.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejela menurut Dr. Taufan dapat berupa :
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawa biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin beramba cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi
2. Golongan darah dan faktor Rh
3. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menetukan maturitas janin
4. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban
5. Ultrasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan
lokasi plasenta
6. Pelvimetri : identifikasi posisi janin

F. Komplikasi
1. Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.
2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3. Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering
terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
4. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini menurut Hamilton
(2009:391), Hidayat, Asri (2009:17) dan Nugroho (2011:7) antara lain :
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial.
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada faktor
presdisposisi.

2. Panduan mengantisipasi : jelaskan kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
a. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat:
Letak kepala selain vertex
Polihidramnion
b. Herpes aktif
c. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitikus sebelumnya

3. Bila ketuban telah pecah


a. Anjurkan pasien untuk pergi ke rumah sakit atau klinik
b. Catat terjadinya ketuban pecah
1) Lakukan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecah
ketuban.
2) Bila robekan ketuban tampak kasar :
Saat pasien berbaring telentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan
cairan dari vagina
Basahi kapas apusan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning di bawah mikroskop
Sebagian cairan diusap ke kertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual, tidak ada
perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksaan per vagina menggunakan jeli K-Y
3) Bila pecah ketuban dan/atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan spekulum steril.
Kaji nilai Bishop serviks ( lihat nilai bishop )
Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi
Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan
pada slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
4) Bila usia tingkat gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2,
rujuk ke dokter.

4. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina, kecuali
spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkat secara signifikan, dan/atau
mencapai 38 C, berikan 2 macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikan.
2. Observasi rabas vagina : bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan
menunjukkan adanya infeksi.
3. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apapun.

5. Penatalaksanaan agresif
a. Jel prostaglandin atau Misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak berespon
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda,
mulai pemberian Pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk diinduksi, kaji
nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu
persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan
maupun spekulum, sampai persalinan dimulai dan induksi dimulai
g. Periksaan hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST (nonstress test) setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia
janin yang merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
Terjadi takikardi janin
Lochea tampak keruh
Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
Kultur vagina menunjukan streptokus beta hemolitikus
Hitung darah lengkap menunjukkan kenaikan sel darah putih

6. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah


a. Persalinan spontan
1. Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2. Anjurkan pemantauan janin internal
3. Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesial anak atau praktisi perawat neonatus
4. Lakukan kultur sesuai panduan
b. Induksi persalinan
1. Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2. Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3. Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan, banyak yang
memberikan 1 2 g ampisilin per IV atau 1 2 g mefoxin per IV setiap 6 jam
sebagai profilaksis.
Adapun setelah dilakukan persalinan perlunya dilakukan asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir dengan tujuan umum:
1. Mempertahankan Pernapasan
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dari pada badan
agar supaya lendir keluar dari mulut dan mencegah lendir dan kadang-kadang darah dan
mekonium masuk kesaluran pernafasan.
2. Pengisapan lendir harus dilakukan dengan cepat dan lembut
Bayi normal dalam beberapa detik sampai satu menit dengan membersihkan mulut dan
hidung dari lendir akan segera timbul pernafasan spontan
3. Mencegah Infeksi
Usaha yang paling efektif untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir ialah mencuci
tangan sebelum memegang bayi dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat bayi,
mengisolasi bayi yang sakit dan memakai pakaian yang bersih.
4. Memperhatikan suhu tubuh
Suhu lingkungan mempengaruhi kehidupan dan kesehatan bayi baru lahir, karena bila
suhu lingkungan tidak ada; metabolisme dan konsumsi oksigen bayi akan meningkat. Segera
setelah bayi lahir harus dikeringkan dan ditempatkan ditempat yang hangat. Setelah suhu
tubuh bayi stabil biasanya 1-2 jam sesudah lahir, bayi dibersihkan atau dimandikan.
5. Mengenal tanda-tanda sakit
Kondisi bayi dapat berubah dengan cepat karena itu perlu diawasi dengan kontinyu.
Beberapa tanda-tanda kelainan yang harts diperhatikan misalnya kulit, kening pada ban
pertama kesukaran pernapasan, kenaikan atau penurunan suhu tubuh, biru atau pucat,
penyakit kembung, problem makan, muntah, kejang-kejang, tidak Bab selama 12 jam dan
Bak dalam 12 jam pertama kehidupan dan penurunan badan-badan bayi yang banyak.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit :
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
Sintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksusal
Kehamilan ganda, polihidramnion
Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptikokus
Selaput amnion yang lemah/tipis
Posisi fetus tidak normal
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek
Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi
c. Riwayat kesehatan keluarga: ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah
hamil kembar atau turunan kembar
3. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala dan leher
Mata perlu diperiksa di bagian sclera, konjugtiva
Hidung : ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ad/tidaknya hipersekresi
mukosa Mulut gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi
Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid
b. Dada
Toraks
Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernapasan torakoabdominal, dan tidak ada retraksi
dinding dada. Frekuensi pernapasan normal 26-24 kali/menit. Ictus kordis terlihat
/tidak.
Palpasi: payudara tidak ada pembengkakan.
Auskultasi : terdengar BJ1 dan II di IC kiri/kanan. Bunyi napas normal vesikuler.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak ada bekas operasi, striae, dan linea.
Palpasi : TFU, kontraksi ada /tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak
Auskultasi : DJJ ada /tidak
c. Genitalia
Inspeksi : kebersihan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema, Discharge,
Approximately); pengeluaran air ketuban(jumlah,warna, bau); dan lendir merah muda
kecoklatan.
Palpasi: pembukaan serviks (0-4)
Ekstremitas :edema, varises ada/tidak

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit
2. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri /janin
3. Resiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan, vagina berulang dan ruptur membran amniotik

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan proses
penyakit.
Tujuan : pertukaran gas pada janin kembali normal
Kriteria hasil yang diharapkan dalam waktu 1x24 jam :
a. Klien menunjukan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.
b. Bebas dari efek-efek merugikan dan hopoksia selama persalinan.
Intervansi Rasional
Mandiri
a. Pantau DJJ setiap 15-30 menit. a. Takikardi atau bradikardi janin adalah
indikasi dari kemungkinan penurunan
yang mungkin perlu intervensi
b. Periksa DJJ dengan segera bila b. Mendeteksi distres janin karena
terjadi pecah ketuban dan periksa 5 kolaps alveoli
menit kemudian, observasi perineum
ibu untuk mendeteksi prolaps tali
pusat.
c. Perhatikan dan catat warna serta c. Pada presentasi verteks, hiposia yang
jumlah cairan amnion dan waktu lama mengakibatkann cairan amnion
pecahnya ketuban berwarna seperti mekonium karena
rangsang vagal yang merelaksasikan
sfinger anus janin
d. Catat perubahan DJJ selama d. Mendeteksi beratnya hipoksia dan
kontraksi. Pantau aktivitas uterus kemungkinan penyebab janin rentan
secara manual atau elektronik. terhadap potensi cedera selama
Bicara pada ibu/pasangan dan persalianan karena menurunnya kadar
berikan informasi tentang situasi oksigen.
tersebut.
Kolaborasi
e. Siapkan untuk melahirkan dengan e. Degan penurunan viabilitas mungkin
cara yang paling baik atau dengan memerlukan kelahiran seksio caesaria
intervensi bedah bila tidak terjadi untuk mencegh cedera janin dan
perbaikan kematian karena ahipoksia

2. Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/janin
Tujuan : mengurangi kecemasan
Krieria hasil yang diharapakan dalam waktu 1 x 24 jam:
a. Menggunakan teknik pernafasan dan relaksasi yang efektif
b. Berpartisifasi aktif dalam proses melahirkan
Pada panggul yang normal, pada waktu pembukaaan lengkap, janin harus segera
dilahirkan. Pada letak sungsang janin harus dilahirkan dengan ekstraksi kaki. Pada
letak lintang dilakukan versi ekstraksi. Sedangkan pada presentasi belakang kepala
dilakukan dengan tekanan yang cukup pada fundus uteri ketika his, agar kepala janin
masuk dalam rongga panggul dan segera dapat dilahirkan, bila perlu tindakan ini
dapat dibantu dengan melakukan ekstrasi cunam.
Pada keadaan dimana janin sudah meninggal, tidak ada alasan untuk
menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan diawasi, sehingga berlangsung
spontan dan tindakan hanya dilakukan jika diperlukan demi kepentingan ibu. Ibu
ditidurkan dengan posisi Trendelenburg dengan harapan bahwa ketuban tidak pecah
terlalu dini dan tali pusat masuk kembali ke dalam cavum uterus. Selama menunggu,
denyut jantung janin diawasi dengan seksama, sedangkan kemajuan persalinan
hendaknya selalu dinilai dengan pemeriksaan dalam untuk menentukan tindakan yang
perlu dilakukan selanjutnya.
c. Klien dapat mengungkapkan harapannya dengan kata-kata tentang manajemen
yang sudah direncanakan, sehingga dapat mengurangi kecemasan klien .
Intervensi:
1.Terapi bersama pasien dan menyatakan perasaan
Rasional: Kehadiran perawat dan pemahaman secara empati merupakan alat terapi
yang potensial untuk mempersiapkan pasien untuk menanggulangi situasi yang tidak
diharapkan.
2.Menentukan tingkat pemahaman pasien tentang situasi dan manajemen yang sudah
direncanakan.
Rasional : Hal yang diberikan perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk
memberitahu dokter jika ada penjelasan yang penting.
3.Berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah direncanakan
Rasional: Pendidikan pasien yang diberikan merupakan cara yang efektif mencegah
dan menurunkan rasa cemas. Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan ha-hal
yang tidak diketahui.

3. Resiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif,


pemeriksaan vagina berulang, atau ruptur membran amniotik.
Tujuan: infeksi maternal tidak terjadi
Kriteria hasil : dalam waktu 3x24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi ( tidak
demam, cairan amnion jernih, hampir tidak berwarna, dan tidak berbau).
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Lakukan pemeriksaan vagina awal, a. Pengulanagn pemeriksaan vagina
ulangi bila pola kontraksi atau berperan dalam insiden infeksi
perilaku ibu menandakan kemajuan. saluran asendens.
b. Gunakan teknik aseptik selama b. Mencegah pertumbuhan bakteri dan
pemeriksaan vagina kontaminasi pada vagina
c. Anjurkan perawatan perineum c.
Menurunkan resiko infeksi saluran
setelah eliminasi setiap 4 jam dan
asendens
sesuai indikasi
d. Pantau dan gambarkan karakter d. Pada infeksi, cairan amnion menjadi
cairan amniotik lebih kental dan kuning pekat serta
dapat terdeteksi adanya bau yang
kuat.
e. Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan e. Dalam 4 jam setelah membran ruptur,
sel darah putih sesuai indikasi insiden korioamnionitis meningkat
secara progresif sesuai dengan waktu
yang ditunjukan melalui TTV
f. Tekankan pentinngnya mencuci f. Mengurangi perkembangan
tangan yang baik dengan benar. mikroorganisme
Kolaborasi
g. Berikan cairan oral dan parental g. Meski tidak boleh sering dilakukan,
sesuai indikasi. Berikan enema namun evaluasi usus dapat
pembersih bula sesuai indikasi meningkatkan kemajuan persalinan
dan menurunkan resiko infeksi
h. Berikan antibiotik profilaktik bila h. Antibiotik dapat melindungi
diindikasikan perkembangan koriamnionitis pada
ibu beresiko
i. Dapatkan kultur darah bila gejala i. Mendeteksi dan mengidentifikasi
sepsis ada organisme penyebab terjadinya
infeksi.

D. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi

E. Evaluasi Keperawatan
1. Pertukaran gas pada janin kembali normal.
2. Ansietas berkurang
3. Infeksi maternal tidak terjadi
TUGAS SISTEM REPRODUKSI

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

DiSUSUN OLEH :

KELOMPOK I

STANILAUS BAHARI 12.1101.127

ALFREDIANUS W. HURIT 12.1101.133

DEWI SUCIANTI 12.1101.136

IIN AL AMIN 12.1101.145

SRI WAHYUNI 12.1101.157

INDAH ANDARINI BAKRI 12.1101.173

NURHASNI 12.1101.177

DWI ADE PUTRA.S 12.1101.185

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
MAKASSAR
2015

You might also like