You are on page 1of 24

MAKALAH AGAMA ISLAM

SYARIAH II

DISUSUN OLEH :

ATINA AZKIA (1606920652)

BHIMO FADHEL (1606868460)

CHORY AGITA (1606867792)

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya,


karena agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki
pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal
ini adalah Islam. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama
kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan
manusia akan sempurna dan bahagia. Agama merupakan sarana yang menjamin
kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati
pemeluknya. agama akan memelihara manusia dari segala bentuk perilaku
menyimpang, dan menjauhkanya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama
akan membuat hati manusia menjadi jernih, halus, dan suci. Di samping itu,
agama merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda dalam menghadapi
berbagai macam perilaku yang tidak sesuai dengan norma- norma yang berlaku
di masyarakat.
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw, diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia
itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang
seluas-luasnya.
Islam merupakan agama yang membawa kedamaian, rasa persaudaraan,
cinta kasih, dan tolong menolong. Agama yang telah di ridhai oleh Allah swt.
kepada hambanya. dalam Al Quran, semua Nabi memilih islam sebagai agama
mereka untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka, yaitu kehidupan
akhirat. Sebagai ummat islam kita tentunya harus memahami makna dari agama
yang kita anut. Karena dengan mengerti makna dan maksud dari ajaran islam,
maka di harapkan kita akan senatiasa melaksanakan kewajiban kita sebagai
umat islam dengan penuh keikhlasan dan kekhusyuan.
Islam dibangun di atas lima dasar, yakni yang disebut sebagai Rukun
Islam. Rukun Islam terdiri atas Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji. Dari
kelima Rukun Islam tersebut, ada dua diantaranya yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu Puasa dan Haji. Materi lain yang akan dibahas pula yakni
tentang Pernikahan dan Kewarisan.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam proses


penyusunan makalah ini antara lain Puasa, Haji, Pernikahan, dan
Kewarisan.
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1.Apa itu puasa?
2. Apa saja yang termasuk puasa wajib dan sunnah?
3. Apa saja syarat dan rukun puasa?
4. Kapankah kita haram untuk berpuasa?
5. Hal-hal apa saja yang membatalkan puasa?
6. Apa saja hikmah dan keutamaan puasa?
7. Apa itu Haji?
8. Apa saja jenis-jenis haji?
9. Bagaimana urutan kegiatan haji?
10. Apa saja syarat dan rukun haji?
11. Aapa saja larangan haji?
12. Apa itu pernikahan dalam islam?
13. Bagaimana hukum-hukum pernikahan dalam islam?
14. Apa saja syarat menikah?
15. Kapankah pernikahan dapat disebut haram?
16. Apa sajakah syarat dan rukun pernikahan?
17. Apa itu warisan?
18. Apa sajakah syarat dan rukun warisan dalam islam?

C. Tujuan Penulisan

Pada dasarnya, tujuan penulisan atau penyusunan makalah ini terbagi menjadi
dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam
penulisan atau penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Sementara tujuan
khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang beberapa
materi, yakni:
1. Puasa
2. Haji
3. Pernikahan
4. Kewarisan
BAB II
PEMBAHASAN

PUASA
Puasa / Puasa bagi orang islam (bahasa Arab: ,
transliterasi: Shuwam) adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala
perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan
seorang muslim. Berpuasa (puasa) merupakan salah satu dari lima Rukun
Islam. Puasa secara bahasa artinya menahan atau mencegah.
Jenis puasa dibagi menjadi dua hukum, wajib dan sunnah (dianjurkan).

Puasa wajib
Puasa yang hukumnya wajib adalah puasa yang harus dikerjakan dan akan
mendapatkan pahala, kemudian jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa.
Puasa-puasa wajib adalah sebagai berikut:

Puasa Ramadan,
Puasa karena nadzar,
Puasa kifarat atau denda.

Puasa sunnah
Puasa yang hukumnya sunnah adalah puasa yang jika dikerjakan mendapatkan
pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Puasa-puasa sunnah
adalah sebagai berikut:

Puasa 6 hari di bulan Syawal selain hari raya Idul Fitri,


Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak
menunaikan ibadah haji,
Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak
menunaikan ibadah haji,
Puasa Senin dan Kamis,
Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak), bertujuan untuk meneladani
puasanya Nabi Daud,
Puasa 'Asyura (pada bulan muharram), dilakukan pada tanggal 10,
Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)(Yaumul
Bidh), tanggal 13, 14, dan 15,
Puasa Sya'ban (Nisfu Sya'ban) pada awal pertengahan bulan Sya'ban,
Puasa bulan Haram (Asyhurul Hurum) yaitu bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah,
Muharram dan Rajab.

Syarat wajib puasa

1. Beragama Islam,
2. Berakal sehat,
3. Baligh (sudah cukup umur),
4. Mampu melaksanakannya.

Syarat sah puasa

1. Islam (tidak murtad),


2. Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk),
3. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita),
4. Mengetahui waktu diterimanya puasa.

Rukun puasa

1. Islam,
2. Niat,
3. Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar
hingga terbenam matahari.

Waktu haram

Hari raya Idul Fitri, yaitu pada (1 Syawal),


Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat
Islam. Hari itu adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan
bergembira. Karena itu syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak
diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat haram.
Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan
puasanya atau tidak berniat untuk puasa.

Hari raya Idul Adha, yaitu pada (10 Dzulhijjah),


Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai hari raya kedua
bagi umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam
disunnahkan untuk menyembelih hewan Qurban dan membagikannya
kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut
merasakan kegembiraan dengan menyantap hewan qurban itu dan
merayakan hari besar.

Hari-hari tasyrik, yaitu pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah,


Hari syak, yaitu pada 30 Syaban,
Puasa selamanya,
Wanita saat sedang haid atau nifas,
Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya.

Waktu makruh berpuasa


Puasa dikhususkan pada hari Jumat, tanpa diselingi puasa sebelumnya
atau sesudahnya.
Hal-hal yang membatalkan puasa

1. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya)


ke dalam rongga badan dengan disengaja,
2. Bersetubuh,[5]
3. Muntah dengan disengaja,
4. Keluar mani (istimna' ) dengan disengaja,
5. Haid (datang bulan) dan Nifas (melahirkan anak),
6. Hilang akal (gila atau pingsan),
7. Murtad (keluar dari agama Islam).
Dari kesemua pembatal puasa ada pengecualiannya, yaitu makan,
minum dan bersetubuhnya orang yang sedang berpuasa tidak akan batal
ketika seseorang itu lupa bahwa ia sedang berpuasa.
Orang yang boleh membatalkan puasa
Berikut ini adalah orang yang boleh membatalkan puasa wajib (puasa
Ramadhan):

Wajib mengqadha
Orang-orang yang tersebut di bawah ini, boleh tidak berpuasa, tetapi
wajib mengganti puasanya di hari lain (qada), sebanyak hari yang
ditinggalkan.

1. Orang yang sakit, yang ada harapan untuk sembuh,


2. Orang yang bepergian jauh (musafir) sedikitnya 89 km dari
tempat tinggalnya,
3. Orang yang hamil, yang khawatir akan keadaannya atau
bayi yang dikandungnya,
4. Orang yang sedang menyusui anak, yang khawatir akan
keadaannya atau anaknya,
5. Orang yang sedang haid (datang bulan), melahirkan anak
dan nifas,
6. Orang yang batal puasanya dengan suatu hal yang
membatalkannya selain bersetubuh,

Wajib mengqadha dan wajib fidyah


Orang-orang di bawah ini tidak wajib qada (menggantikan puasa di hari
lain), tetapi wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin
setiap hari yang ia tidak berpuasa, berupa bahan makanan pokok
sebanyak 1 mud (576 gram),

1. Orang yang sakit yang tidak ada harapan akan


sembuhnya,
2. Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat lagi
berpuasa.

Wajib mengqadha dan kifarat


Orang yang membatalkan puasa wajibnya dengan bersetubuh, wajib
melakukan kifarat dan qadha. Kifarat ialah memerdekakan hamba
sahaya yang mukmin. Jika tidak ada hamba sahaya yang mukmin maka
wajib berpuasa dua bulan berturut-turut (selain qadha' menggantikan
hari yang ditinggalkan), jika tidak bisa, wajib memberi makan 60 orang
miskin, masing-masing sebanyak 1 mud (576 gram) berupa bahan
makanan pokok.

Keutamaan dan hikmah puasa

Keutamaan
Ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah
ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera
dalam sebuah surah dalam al-Qur'an, yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa, (Al-Baqarah 2:183)

Keutamaan puasa menurut syariat Islam adalah, orang-orang yg berpuasa akan


melewati sebuah pintu surga yang bernama Rayyan, dan keutamaan lainnya
adalah Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka, sejauh 70 tahun
perjalanan.
Hikmah
Hikmah dari ibadah puasa itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam
menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih
dan ulet seperti yang dimaksud dalam Ali Imran/3: 146. Di antara hikmah dan
faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:

Pendidikan/latihan rohani,
Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri,
Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti,
Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya,
Mendidik kesabaran dan ketabahan.
Perbaikan pergaulan
Kesehatan

HAJI
Menurut bahasa Haji ialah menyengaja/ menuju dan mengunjungi.
Sedangkan menurut istilah Syara Haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-
tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula.

Jenis ibadah Haji

Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah
haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang
tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.
Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai
dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain
bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk
melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang sama. Tamattu' dapat juga
berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau
menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat
makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai,
meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

Kegiatan ibadah haji

Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:

Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong


untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah,
semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa
jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca
bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga
malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian
jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di
padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah
segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina
untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu
sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir
setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa
Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan
melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu
kedua, dan tugu ketiga.
Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan
Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).

Syarat Haji

Syarat haji adalah sesuatu yang apabila terpenuhi, maka menjadikan


orang tersebut wajib melaksanakan ibadah haji. Hal-hal yang termasuk syarat
haji adalah:
a. beragama Islam
b. baligh
c. sehat jasmani/rohani
d. merdeka
e. mampu

Rukun Haji
Rukun haji adalah perbuatan yang wajib dilakukan dalam berhaji dan
tidak dapat diganti dengan membayar dam. Rukun haji yaitu:
a. Ihram, yaitu berniat mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian ihram
(pakaian putih tidak berjahit).
b. Wukuf, yaitu hadir di Padang Arafah mulai tergelincir matahari pada tanggal
9 Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.
c. Tawaf, yaitu mengelilingi Kakbah 7 kali putaran dari Hajar Aswad dengan
posisi Baitullah di sebelah kiri. Dalam rukun haji, tawaf yang digunakan adalah
tawaf ifadah.
d. Sa'i, yaitu lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwa sebanyak 7 kali.
e. Tahalul, yaitu mencukur rambut sekurang-kurangnya 3 helai.
f. Tertib, maksudnya pengerjaan rukun haji secara berurutan.

Wajib Haji
Wajib haji adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan dan apabila
tidak dilakukan harus membayar denda atau dam dan hajinya tetap sah. Adapun
yang termasuk wajib haji yaitu:
a. Ihram dari miqat, ialah miqat makani dan miqat zamani yang telah
ditentukan.
b. Bermalam di Muzdalifah.
c. Melempar jumrah aqabah tanggal 10 Zulhijah.
d. Melempar jumrah di Mina selama 3 hari, sehari 3 lemparan masing-masing 7
batu (jumrah ula, jumrah wusta, dan jumrah ukhra).
e. Bermalam di Mina tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah.
f. Meninggalkan larangan-larangan haji.

Sunah Haji

Sunah haji adalah hal-hal yang dianjurkan untuk dilaksanakan dalam


ibadah haji. Adapun hal-hal yang termasuk sunah haji yaitu:
a. Mandi ketika akan ihram.
b. Melakukan haji ifrad.
c. Membaca talbiyah.
d. Membaca doa setelah talbiyah.
e. Melakukan tawaf qudum ketika masuk Masjidil Haram.
f. Membaca dzikir dan doa.
g. Minum air zam-zam.
h. Shalat sunah dua rakaat setelah tawaf.
Larangan Haji
a. Larangan bagi jamaah haji laki-laki yaitu:

1. Memakai pakaian yang berjahit.


2. Memakai tutup kepala.

b. Larangan bagi jamaah haji perempuan yaitu:

1. Memakai tutup wajah.


2. Memakai sarung tangan.

c. Larangan bagi jamaah haji laki-laki dan perempuan yaitu:

1. Memakai wangi-wangian.
2. Mencukur rambut atau bulu badan.
3. Menikah.
4. Bercampur suami istri.
5. Berburu atau membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.

PERNIKAHAN
Sebelum seseorang melakukan pernikahan, pasti terlebih dahulu
seseorang tersebut melakukan peminangan atau lamaran.

Peminangan ialah suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan


untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua
pihak. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum
peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara
sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian
seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan
pertunangan.

Pernikahan dalam Islam

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu.


Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang
mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh
kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan
yang diwajibkan oleh Islam.[1] Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya
adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

Hukum nikah
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut situasi
dan kondisi seseorang dan lingkungannya.

Jaiz, artinya boleh kawin dan boleh juga tidak, jaiz ini merupakan hukum
dasar dari pernikahan. Perbedaan situasi dan kondisi serta motif yang
mendorong terjadinya pernikahan menyebabkan adanya hukum-hukum
nikah berikut.
Sunnah, yaitu apabila seseorang telah berkeinginan untuk menikah serta
memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah lahir maupun batin.
Wajib, yaitu bagi yang memiliki kemampuan memberikan nafkah dan ada
kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zina bila tidak segera
melangsungkan perkawinan. Atau juga bagi seseorang yang telah memiliki
keinginan yang sangat serta dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam
perzinahan apabila tidak segera menikah.
Makruh, yaitu bagi yang tidak mampu memberikan nafkah.
Haram, yaitu apabila motivasi untuk menikah karena ada niatan jahat,
seperti untuk menyakiti istrinya, keluarganya serta niat-niat jelek lainnya.

Hikmah pernikahan

Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini
selain lewat perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah
dan amat merugikan.
Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
Memelihara kesucian diri
Melaksanakan tuntutan syariat
Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan
lingkungan yang sehat untuk membesarkan anak-anak. Anak-anak yang
dibesarkan tanpa orangtua akan memudahkan untuk membuat sang anak
terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi
kekeluargaan yang direkomendasikan Islam terlihat tidak terlalu sulit serta
sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
Dapat mengeratkan silaturahim
Islam mensyaratkan beberapa ciri bagi calon suami dan calon isteri yang
dituntut dalam Islam. Namun, ini hanyalah panduan dan tidak ada paksaan
untuk mengikuti panduan-panduan ini.
Ciri-ciri bakal suami

Beriman & bertaqwa kepada Allah


Bertanggungjawab terhadap semua benda
Memiliki akhlak-akhlak yang terpuji
Berilmu agama agar dapat membimbing calon isteri dan anak-anak ke jalan
yang benar
Tidak berpenyakit yang berat seperti gila, AIDS dan sebagainya
Rajin bekerja untuk kebaikan rumah tangga seperti mencari rezeki yang
halal untuk kebahagiaan keluarga.

Penyebab haramnya sebuah pernikahan


Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena
keturunannya (haram selamanya) serta dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23
yang berbunyi, Diharamkan kepada kamu menikahi ibumu, anakmu,
saudaramu, anak saudara perempuan bagi saudara laki-laki, dan anak saudara
perempuan bagi saudara perempuan.:

Ibu
Nenek dari ibu maupun bapak
Anak perempuan & keturunannya
Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu
Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan, yaitu
semua anak saudara perempuan

Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh


susuan ialah:
Ibu susuan
Nenek dari saudara ibu susuan
Saudara perempuan susuan
Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan

Perempuan mahram bagi laki-laki karena persemendaan ialah:


Ibu mertua
Ibu tiri
Nenek tiri
Menantu perempuan
Anak tiri perempuan dan keturunannya
Adik ipar perempuan dan keturunannya
Sepupu dari saudara istri
Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya

Rukun nikah

calon Pengantin laki-laki


calon pengantin perempuan
Wali bagi perempuan
Dua orang saksi laki-laki yang adil
Ijab dan kabul (akad nikah)

Syarat calon suami

Islam
Laki-laki yang tertentu
Bukan lelaki mahram dengan calon istri
Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan
istri

Syarat calon istri

Islam atau Ahli Kitab


Perempuan yang tertentu
Bukan perempuan mahram dengan calon suami
Bukan seorang banci
Akil baligh (telah pubertas)
Bukan dalam berihram haji atau umroh
Tidak dalam iddah
Bukan istri orang

Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Telah pubertas
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak fasik
Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
Merdeka
Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat wajib menjadi wali. Jika syarat-
syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai
seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal yag wajib
seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan
selamanya.
Syarat-syarat saksi

Sekurang-kurangya dua orang


Islam
Berakal
Telah pubertas
Laki-laki
Memahami isi lafal ijab dan qobul
Dapat mendengar, melihat dan berbicara
Adil (tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan
dosa-dosa kecil)
Merdeka

Syarat ijab

Pernikahan nikah ini hendaklah tepat


Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
Diucapkan oleh wali atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut'ah (nikah kontrak atau
pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muat'ah)
Tidak secara taklik (tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)
Contoh bacaan Ijab: Wali/wakil wali berkata kepada calon suami: "Saya
nikahkan anda dengan Nisa binti Abdullah dengan mas kawin berupa cincin
emas dibayar tunai".
Syarat qobul

Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab


Tidak ada perkataan sindiran
Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
Menyebut nama calon istri
Tidak ditambahkan dengan perkataan lain
Contoh sebutan qabul (akan dilafazkan oleh bakal suami):"Saya terima
nikahnya dengan Nisa binti Abdullah dengan mas kawin berupa seperangkap
alat salat dibayar tunai" atau "Saya terima Nisa binti Abdullah sebagai istri
saya".
Hikmah pernikahan
Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini
selain lewat perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci
Allah dan amat merugikan.
Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
Memelihara kesucian diri
Melaksanakan tuntutan syariat
Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan
lingkungan yang sehat untuk membesarkan anak-anak. Anak-anak yang
dibesarkan tanpa orangtua akan memudahkan untuk membuat sang anak
terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi
kekeluargaan yang direkomendasikan Islam terlihat tidak terlalu sulit
serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
Dapat mengeratkan silaturahim
WARISAN (FARAID)
Warisan berasal dari bahasa Arab al-irts ( )atau al-mirats ()
secara umum bermakna peninggalan (tirkah) harta orang yang sudah meninggal
(mayit).

Secara etimologis (lughawi) waris mengandung 2 arti yaitu (a) tetap dan (b)
berpindahnya sesuatu dari suatu kaum kepada kaum yang lain baik itu berupa
materi atau non-materi.

Sedang menurut terminologi fiqih/syariah Islam adalah berpindahnya harta


seorang (yang mati) kepada orang lain (ahli waris) karena ada hubungan
kekerabatan atau perkawinan dengan tata cara dan aturan yang sudah ditentukan
oleh Islam berdasar QS An-Nisa' 4:11-12.

Dalil dasar hukum waris

Hukum waris dalam Islam berdasarkan pada nash (teks) dalam Al-
Quran sebagai berikut:

QS An-Nisa' 4:11-12
QS An-Nisa' 4:176

Kewajiban ahli waris kepada pewaris

Sebelum harta dibagi, ahli waris punya kewajiban terdadap pewaris


yang wafat sbb:

a. mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;


b. menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan, termasuk
kewajiban pewaris maupun penagih piutang;"
c. menyelesaikan wasiat pewaris;
d. membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak.

*Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya
terbatas pada jumlah atau nilai harta peninggalannya.

Syarat warisan islam


1. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum
(misalnya dianggap telah meninggal).
2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal
dunia.
3. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-
masing.

Rukun waris islam


1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia.
2. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau menerima harta
peninggalan pewaris.
3. Harta warisan.

Nama ahli waris dan bagiannya

Dari seluruh ahli waris yang tersebut di bawah ini, yang paling penting
dan selalu mendapat bagian warisan ada 5 yaitu anak kandung (laki-laki dan
perempuan), ayah, ibu, istri, suami.Artinya apabila semua ahli waris di bawah
berkumpul, maka yang mendapat warisan hanya kelima ahli waris di
atas.Sedangkan ahli waris yang lain dapat terhalang haknya (hijab/mahjub)
karena bertemu dengan ahli waris yang lebih tinggi seperti cucu bertemu
dengan anak.

Daftar nama ahli waris dan rincian bagian harta warisan yang diperoleh
dalam berbagai kondisi yang berbeda.
Contoh:

1. Seseorang wafat meninggalkan ayah dan anak laki-laki. Maka, ayah


mendapat 1/6 sedangkan sisanya untuk anak lelaki.
2.Seseorang wafat meninggalkan ayah dan ibu. Maka, ibu mendapat 1/3, ayah
mendapat sisanya.
3.Seseorang meninggal meninggalkan ayah dan anak perempuan. Maka, anak
perempuan mendapat 1/2, ayah mendapat bagian pasti 1/6, dan sisanya untuk
ayah juga.
4.Seseorang meninggal meninggalkan bapak dan saudara lelaki kandung atau
saudara lelaki seayah atau seibu, maka seluruh harta untuk ayah sedangkan
saudara tidak mendapat apa-apa karena sebab terhalang ayah.

Hikmah warisan

Menghindarkan terjadinya persengketaan dalam keluarga karena


masalah pembagian harta warisan;
Menghindari timbulnya fitnah. Karena salah satu penyebab timbulnya
fitnah adalah pembagian harta warisan yang tidak benar;
Dapat mewujudkan keadilan dalam masyarakat.
BAB III

PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang


menjadi topic pembahasan dalam makalah ini, tentunya makalah ini tidak luput
dari kekurangan dan kesalahan karena terbatasnya pengetahuan, maupun
kurangnya referensi atau sumber yang dapat kami peroleh.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para


pembaca dan memenuhi kriteria tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Agama Islam.
Daftar pustaka

H. Idris Ahmad, 1983; jil. 2, 54


https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam
http://www.alkhoirot.net/2012/09/warisan-dalam-islam.html

Hadis riwayat Umar bin Khattab, ia berkata: Bahwa dua hari ini hari yang
dilarang rasulullah untuk berpuasa, yaitu hari raya Idul Fitri setelah
kalian berpuasa (Ramadan) dan hari raya makan (daging kurban) setelah
kalian menunaikan ibadah haji. (Shahih Muslim No.1920)

Hadis riwayat Abu Said Khudhri, ia berkata: Aku pernah mendengar


rasulullah bersabda: Tidaklah patut berpuasa pada dua hari tertentu, yakni
Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri setelah puasa Ramadan. (Shahih
Muslim No.1922)
LAMPIRAN PERTANYAAN

Della A : Bagaimana jika hutang ahli waris lebih banyak daripada


harta warisan ?

Aviastari : Jika ada orang yang kurang mampu dalam hal finansial
apakah harus menunggu sampai mampu baru bisa melangsungkan
pernikahan?

Tasya : Keluarga ahli waris beda agama dan gak punya anak
warisannya kemana ?

Ahmad Muflih Aji : Seorang Istri naik haji tidak didampingi suami,
bagaimana ?

Aldo : Bagaimana Sistematika puasa rajab ?

Farakhan : Boleh tidak berpoligami tanpa persetujuan istri ?

You might also like