Professional Documents
Culture Documents
Sheren Natalia
Email : sherennatalia@yahoo.com
Abstract : this research aims to test the effect of agency cost toward
financial performance in family business measured by Tobins Q and
Altman Z-Score with proxied by insider ownership, dispersion
ownership, institutional ownership. This research was conducted at
family business firms listed in Indonesian Stock Exchange from 2010-
2014. In this research, multiple linear regression analysis were used.
The result show the agency cost (insider ownership, dispersion
ownership, institutional ownership) simultaneously have a significant
effect toward Tobins Q, insider ownership and institutional
ownership are not significant toward Tobins Q, dispersion ownership
has a significant effect toward Tobins Q, agency cost (insider
ownership, dispersion ownership, institutional ownership)
simultaneously and partial are not significant toward Altman Z-Score.
PENDAHULUAN
147
148 MODERNISASI, Volume 11, Nomor 3, Oktober 2015
sedangkan hal tersebut berbeda dengan tujuan dari pemegang saham (Fachrudin,
2011). Konflik keagenan menimbulkan biaya keagenan atau agency cost, yaitu
memberikan insentif kepada manajer dan juga biaya pengawasan agar manajer
melaksanakan fungsinya sejalan dengan tujuan pemegang saham.
Jarangnya penelitian mengenai agency cost terhadap kinerja keuangan dengan
objek family business yang terdaftar di BEI dengan metode Tobins Q dan Altman
Z-score menjadi salah satu hal yang mendasari dalam penelitian ini. Dengan
Tobins Q dan Altman Z-score akan diperoleh hasil manakah perusahaan yang
berpeluang besar untuk mendapatkan investasi karena kinerjanya yang baik dan
manakah perusahaan yang mengarah kepada kebangkrutan. Menurut teori agency
cost pada perusahaan keluarga tidak seharusnya terjadi karena pemegang saham
juga termasuk pengelola dari kegiatan perusahaan, tetapi penelitian menurut Morck
& Yeung (2003) menyatakan bahwa agency problem tetapi bisa terjadi pada
perusahaan keluarga. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat membuktikan
bahwa apakah metode pengukuran Tobins Q dan Altman Z-Score memberikan
hasil yang searah sesuai dengan teori.
. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak memilih perusahaan non-
keluarga, tetapi pada penelitian ini penulis ingin menjadikan perusahaan keluarga
sebagai objeknya. Menurut Susanto (2012) perusahaan keluarga di seluruh dunia
mampu menyumbang sekitar 70%-90% produk domestik bruto setiap tahunnya.
Yang menjadi sangat penting dari besarnya sumbangan GDP dari perusahaan
keluarga adalah apabila perusahaan-perusahaan keluarga tersebut memiliki kinerja
yang buruk, bukan hanya berdampak pada keluarga pemilik saja melainkan juga
memberi dampak pada perekonomian dunia. Untuk pertama kalinya Price
Waterhouse Coopper (PwC), menurut Supriadi (2014) melakukan survei tentang
bisnis keluarga di Indonesia yang menyebutkan bahwa 95% perusahaan di
Indonesia adalah bisnis keluarga.
Tobins Q dan Altman Z-Score merupakan salah satu metode untuk mengukur
kinerja keuangan. Menurut Wolfe dan Sauia dalam (Sudiyatno & Puspitasari, 2010)
Tobins Q sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan dari
perspektif investasi. Berbeda dengan Tobins Q, Altman Z-score mengukur kinerja
perusahaan yang berdampak pada potensi kebangkrutan atau potensi
ketidakbangkrutan perusahaan (Sudiyatno & Puspitasari, 2010). Penelitian ini
bertujuan untuk menguji secara simultan dan parsial pengaruh agency cost
terhadap kinerja perusahaan keluarga yang diukur dengan Tobins Q, juga menguji
menguji secara simultan dan parsial pengaruh agency cost terhadap kinerja
perusahaan keluarga yang diukur dengan Altman Z-Score, dan melihat arah
perhitungan Tobins Q dan Altman Z-Score.
TINJAUAN PUSTAKA
Agency Cost
Menurut Ahmad & Septriani (2008) perbedaan kepentingan antara pemilik
perusahaan dan manajer inilah yang menyebabkan timbulnya konflik agensi.
Konflik ini dapat diminimalisir dengan membuat suatu mekanisme pengawasan
yang dapat mensejajarkan kepentingan dari pihak-pihak yang terkait tersebut.
Sahala M dan Sheren N, Pengaruh Agency Cost... 149
Perusahaan Keluarga
Menurut Ward dan Handy dalam (Catherine M. Daily & Marc J. Dollinger,
1993) pengklasifikasian bisnis keluarga terbagi ke dalam 2 metode yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, pengklasifikasian bisnis keluarga
menggunakan metode kualitatif. 3 langkah pertanyaan pengklasfikasian bisnis
keluarga dan non keluarga menurut Ward & Handy dalam (Catherine M. Daily &
Marc J. Dollinger, 1993) dengan kriteria pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah manajer puncak juga menjadi pemilik dalam bisnis tersebut? (apabila
jawabannya Ya maka termasuk dalam bisnis keluarga yang dikelola sendiri;
apabila jawabannya Tidak maka berlanjut ke pertanyaan nomor 2)
b. Apakah manajer lainnya memiliki hubungan keluarga dengan pemilik ?
(apabila jawabannya Ya maka perusahaan termasuk perusahaan keluarga
yang dikelola secara profesional; apabila jawabannya tidak maka dilanjutkan
ke pertanyaan ke 3)
c. Apakah tidak ada manajer dalam perusahaan ? (apabila jawabannya Ya
maka jenis perusahaan keluarga ini adalah perusahaan yang dijalankan dan
dikontrol langsung oleh pemilik)
Tobins Q
Tobins Q merupakan alat ukur yang tidak asing lagi dan dianggap lebih akurat
untuk mengukur nilai perusahaan yang sesungguhnya Kusumajaya, (2011).
Menurut Sudiyatno & Puspitasari, (2010) Tobin Q merupakan indikator untuk
mengukur kinerja perusahaan yang berhubungan dengan nilai perusahaan.
Altman Z-Score
Altman Z-score mengukur kinerja perusahaan yang berdampak pada potensi
kebangkrutan atau potensi ketidakbangkrutan perusahaan, (Altman dalam
Sudiyatno & Puspitasari, 2010). Pada awalnya Altman menggunakan 22 rasio yang
relevan untuk memprediksi kebangkrutan. Setelah beberapa waktu Altman
menghilangkan rasio-rasio yang memiliki hubungan yang kecil dengan
kebangkrutan, sehingga model Altman Z-Score sekarang ini menjadi lima unsur
rasio.
Penelitian Haryanti, (2012) menemukan bahwa agency cost secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesisnya adalah:
Ha1 : agency cost (insider ownership, dispersion ownership, institutional
ownership) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang
diukur dengan Tobins Q.
Menurut Haryanti, (2012) secara parsial insider ownership berpengaruh negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis yang terbentuk adalah :
Ha1.1 : insider ownership berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
yang diukur melalui Tobins Q.
Menurut Rahmawati, (2006) teori dispersion ownership mengatakan bahwa
dispersion ownership yang menyebar akan menambah agency cost, dengan kata
lain dispersion ownership yang tinggi akan menurunkan kinerja keuangan,
sehingga hipotesisnya adalah :
Ha1.2 : dispersion ownership berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
yang diukur melalui Tobins Q.
Menurut Sujoko & Subiantoro, (2007) menemukan bahwa institutional ownership
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, hipotesis yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
Ha1.3 : institutional ownership berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
yang diukur melalui Tobins Q.
Menurut Fadhilah & Syafruddin, (2013) mengatakan bahwa agency cost
berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress, yang berarti apabila
agency cost naik maka juga akan meningkatkan financial distress. Pada metode
Altman Z-Score, potensi kebangkrutan ditunjukkan dengan nilai cut-off yaitu lebih
kecil dari 1,8, sehingga hipotesis yang terbentuk adalah,
Ha2 : agency cost (insider ownership, dispersion ownership, institutional
ownership) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang
diukur dengan Altman Z-Score.
Penelitian Fadhilah & Syafruddin, (2013) menemukan bahwa insider ownership
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress, sehingga
hipotesisnya adalah :
Ha2.1 : insider ownership berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
yang diukur melalui Altman Z-Score.
Sahala M dan Sheren N, Pengaruh Agency Cost... 151
METODE
Insider Ownership:
Total shares held by the commissioners and director
X100%
Total shares outstanding
Dispersion Ownership:
Jumlah saham dimiliki investor individuX100%
Jumlah saham yang beredar
Institutional Ownership:
Total shares owned by institutional investor X100%
Total shares outstanding
Tobins Q
Q = MVS + D
TA
Keterangan :
MVS = Market value of all outstanding shares
D = Debt
TA = Firms assets
Debt merupakan besarnya nilai pasar hutang yang dihitung sebagai berikut :
D = (AVCL AVCA) + AVLTD
Keterangan :
AVCL = Accounting value of the firmss current liabilities
= Short Term Debt + Taxes Payable
AVLTD = Accounting value of the firms long term debt
= Long term debt
AVCA = Accounting value of the firms current assets.
= Cash + Account Receivable + Inventories.
Sahala M dan Sheren N, Pengaruh Agency Cost... 153
Altman Z-Score
Altman Z-score mengukur kinerja perusahaan yang berdampak pada potensi
kebangkrutan atau potensi ketidakbangkrutan perusahaan (Altman dalam
Sudiyatno & Puspitasari 2010) Pada awalnya Altman menggunakan 22 rasio yang
relevan untuk memprediksi kebangkrutan. Setelah beberapa waktu Altman
menghilangkan rasio-rasio yang memiliki hubungan yang kecil dengan
kebangkrutan, sehingga model Altman Z-Score sekarang ini menjadi lima unsur
rasio. Berikut merupakan model dari persamaan dari Altman Z-score:
Keterangan :
Z = Overall index of corporate health.
X1 = Working capital divided by total assets.
X2 = Retained earnings divided by total assets.
X3 = Earnings before interest and taxes divided by total assets.
X4= Market value of equity divided by book value of total debt (In nonpublic
organization, substitute the book value of preferred and common equity)
X5 = Total revenue divided by total assets.
Cut off line pada metode Altman Z-Score yaitu sebesar 1,8.
Menurut Ramadhani & Lukviarman (2009) terdapat 3 kategori penggolongan
potensi kebangkrutan suatu perusahaan menurut metode Altman Z-Score , yaitu:
No Kriteria Keterangan
1. Z < 1,8 perusahaan yang berpotensi bangkrut
2. 1,8 < Z < 2,99 perusahaan termasuk dalam grey area, dimana tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan tersebut berpotensi bangkrut atau
tidak
3. Z > 2,99 perusahaan tidak berpotensi bangkrut
154 MODERNISASI, Volume 11, Nomor 3, Oktober 2015
Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Setelah melakukan uji
SPSS didapati hasil sebagai berikut :
Tabel 2 di atas diketahui agency cost secara simultan dan parsial tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Altman Z-Score.
Keterangan :
a. Sesuai : melewati nilai cut-off atau berada di atas nilai cut-off dari
masing-masing metode yaitu pada model Tobins Q dan Altman Z-Score.
b. Tidak Sesuai : tidak melewati nilai cut-off atau berada di bawah nilai
cut-off dari masing-masing metode yaitu pada model Tobins Q dan Altman
Z-Score.
c. Grey-Zone : kriteria ini berlaku untuk perhitungan Altman Z-Score dimana
kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa ditentukan apakah
berpotensi untuk mengalami kebangkrutan atau tidak.
ownership maka akan semakin meningkatkan agency cost. Hal ini terjadi karena
penyebaran saham yang terlalu luas akan menyulitkan untuk melakukan
monitoring terhadap perusahaan, sehingga adanya kemungkinan terjadinya
asymmetric information akan lebih besar. Pengaruh negatif antara dispersion
ownership dengan kinerja keuangan melalui Tobins Q menunjukkan bahwa
apabila dispersion ownership meningkat maka akan menurunkan kinerja keuangan
melalui Tobins Q.
ownership karena dengan adanya insider ownership akan meningkatkan nilai dari
perusahaan karena adanya pengelola perusahaan yang ikut memiliki perusahaan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, N., Rifa, D., & Meihendri, M. (2015, June 24). Pengaruh Agency Cost,
Corporate Governance Dan Profitabilitas Terhadap Financial Distress
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2013).
Universitas Bung Hatta.Retrieved from
Http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFEK&page=article&op=vi
ew&path%5B%5D=5587
Ahmad, A. W., & Septriani, Y. (2008). Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan
Cara Menguranginya. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen. Retrieved from
http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article/view/515
Dempsey, S. J., & Laber, G. (1992). Effects Of Agency and Transaction Costs on
Dividend Payout Ratio Further Evidence of The Agency- Transaction Cost
Hypothesi. Journal of Financial Research, 15(4), 317321.
http://doi.org/10.1111/j.1475-6803.1992.tb00115.x
Djumahir. (2009). Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Sahala M dan Sheren N, Pengaruh Agency Cost... 159
Machek, O., Kolouchov, D., & Hnilica, J. (2015). Identifying Family Businesses:
The Surname Matching Approach. Recent Advances in Environmental and
Earth Sciences and Economics, 96100.
Morck, R., & Yeung, B. (2003). Agency Problems in Large Family Business
Groups. Entrepreneurship Theory and Practice, 27(4), 367382.
http://doi.org/10.1111/1540-8520.t01-1-00015
Sastriana, D., & Fuad. (2013). Pengaruh Corporate Governance Dan Firm Size
Terhadap Perusahaan Yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial
Distress). Diponegoro Journal Of Accounting, 2(3), 110.
Sudiyatno, B., & Puspitasari, E. (2010). Tobins q. Kajian Akuntansi, 2(1), 921.
Waruwu, J. M., & Amin, M. N. (2014). Pengaruh Agency Cost Dan Siklus
Kehidupan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011. E-Journal Akuntansi,
1(1), 2040.