You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARNAAN SPORA BAKTERI


Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi
Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si

Oleh :
Kelompok 5 / Offering I
Fahrun Nisa (150342605770)
Feby Diah Ayu R. (150342605541)
Fitria Maulita (150342606010)
Lukas Adi Nugroho (150342607308)
Mastika Marisahani U. (150342607507)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
TUJUAN :
1. Untuk memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan spora bakteri
2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya spora bakteri

DASAR TEORI

Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan
Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel vegetatif
(eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri membentuk spora bila kondisi
lingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya: medium
mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).

1.Eksospora
Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal. Streptomyces, misalnya,
meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di ujung hifa, suatu filamen
vegetatif. Proses ini serupa dengan proses pembentukan spora pada beberapa cendawan
(Irianto, 2006).

2. Endospora
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel
dan merupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki tingkat
metabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa
memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006).
Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari suatu siklus
hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini berbeda dari peristiwa pembelahan sel karena
tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar, 1986).
Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologis pada bakteri, karena
memungkinkan bakteri itu bertahan dalam keadaan buruk. Langkah-langkah utama di dalam
proses pembentukan spora sebagai berikut :
1. Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membran sel di dekat
satu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora
2. Pembentukan sederet lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora diikuti
dengan selubung spora berlapis banyak
3. Pelepasan spora bebas seraya sel induk mengalami lisis (Pelczar, 1986).

Salah satu ciri endospora bakteri adalah susunan kimiawinya. Semua endospore bakteri
mengandung sejumlah besar asam dipikolinat yaitu suatu substansi yang tidak terdeteksi pada sel
vegetatif. Sesungguhnya, asam tersebut merupakan 5-10 % berat kering endospora. Sejumlah
besar kalsium juga terdapat dalam endospora, dan diduga bahwa lapisan korteks terbuat dari
kompleks asam dipikolinat peptidoglikan (Pelczar, 1986).
Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama
bagi semua spesies sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk ditengah-
tengah sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung dan yang lain lagi lateral yaitu dibentuk
di tepi sel (Pelczar, 1986).
Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya.
dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resinten terhadap kondisi-kondisi fisik yang
kurang menguntungkan seperti suhu tinggi dan kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti
desinfektan. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras
(Hadioetomo, 1985).
Berdasarkan struktur dan komponen kimia penyusun lapisan spora, spora bakteri tidak
dapat dilihat tanpa pewarnaan. Spora dapat diamati setelah spora terwarnai dengan
menggunakan pewarnaan spora Pewarnaan spora Schaeffer-Fulton dilakukan dengan menutup
sediaan dengan larutan hijau malakit. Kemudian dengan hati-hati sediaan dipanaskan selama 3
menit dan didinginkan sebelum dicuci dengan air. Pemanasan menyebabkan warna hijau malakit
meresap ke dalam endospora, selanjutnya sediaan diwarnai dengan safranin. Bila pewarnaan spora
bakteri ini berhasil dengan baik, maka sel vegetatif bakteri akan berwarna merah. Jika sel
membentuk spora, maka spora hasil pewarnaan akan berwarna hijau
(Hastuti, 2012)
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop
2. Kaca benda
3. Lampu spiritus
4. Mangkuk pewarna
5. Kawat penyangga
6. Pipet
7. Pinset
8. Botol penyemprot
Bahan :
1. Biakan murni bakteri
2. Aquades steril
3. Larutan hijau malakit 0.5%
4. Larutan safranin 0.5%
5. Kertas lensa
6. Alkohol 70%
7. Lisol
8. Sabun cuci
9. Korek api
10. Lap
11. Kertas kertas tissue
CARA KERJA
Disediakan kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus

Ditetesi akuades steril di atas kaca benda tersebut

Diambill sampel bakteri secara aseptik menggunakan jarum inokulum berkolom dan diletakkan
di atas tetesdan akuades kemudian diratakan perlahan dan ditunggu sampai mengering

Dilakukan fiksasi dengan dilewatkan di atas api dengan cepat

Ditetesi larutan hijau malakit 0.5%, dipanaskan di atas api selama 3 menit jangan sampai
mendidih dan mengering

Didinginkan dengan diletakkan di atas mangkuk yang ditumpangi kawat penyangga

Dibilas dengan air kran dengan disemprotkan

Ditetesi safranin dan didiamkan 3 menit

Dibilas dengan air

Dikeringkan dengan kertas hisap dan diamati di bawah mikroskop


DATA PENGAMATAN

No Ada/ tidak ada spora Bentuk spora Letak spora Gambar dan keterangan

1. Ada spora ( bentuk bakteri cocus central


cocus)

2. Ada spora ( bentuk bakteri cocus terminal


cocus

Analisis Data
Pada praktikum pewarnaan spora pada kedua biakan bakteri menunjukkan hasil yang sama
tetapi berbeda pada letak sporanya. Setelah dilakukan pewarnaan spora terhadap koloni bakteri
didapatkan bahwa pada koloni A dan koloni B sama-sama memilki spora dan bentuk bakteri cocus
sedangkan berbeda pada letak sporanya, koloni bakteri a letaknya sentral sedangkan koloni bakteri
b letaknya terminal.
PEMBAHASAN
Jenis jenis bakteri tertentu, ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora,
yaitu genus Bacillus dan genus Clostridium.Strukturspora yang terbentuk di dalamtubuh
vegetative bakteri disebut sebagai endospora (endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang
terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang
mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan
tambahan (Santoso, 2010).
Spora bakteri umumnya disebut endospora, karena spora dibentuk di dalam sel. Ada dua
tipe sel spora yang terbentuk, yang pertama terbentuk di dalam sel, yang disebut dengan endospora
dan spora yang terbentuk di luar sel yang disebut eksospora. Spora bakteri tidak berfungsi untuk
perkembangbiakan. Bentuk spora bermacam-macam, bulat atau bulat memanjang, bergantung
pada spesiesnya. Ukuran endospora lebih kecil atau lebih besar daripada diameter sel induknya.
Kebanyakan bakteri pembentuk spora adalah penghuni tanah, tetapi spora bakteri dapat tersebar
dimana saja (Waluyo, 2007).
Letak endospora di dalam sel serta ukurannya tidak sama bagi semua spesies. Beberapa
spora letaknya sentral yaitu dibentuk di tengah-tengah sel, terminal, yaitu dibentuk di ujung,
subterminal yaitu dibentuk di dekat ujung. Adanya letak serta ukuran endospora sangat bermanfaat
di dalam pencirian dan identifikasi bakteri (Pelczar & Chan, 2008). Pewarnaan spora merupakan
pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya
akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada
Bacillus subtitulis (Lay, 1994).
Pada pewarnaan spora bakteri ini digunakan pewarna hijau malakit 5% dan safranin 0,5%.
Dalam prosesnya, larutan hijau malakit diteteskan di atas sediaan yang telah difiksasi kemudian
dipanaskan. Pemanasan akan menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehingga pori-pori
dapat membesar dan zat warna (larutan hijau malakit) meresap ke dalam dinding pelindung spora
bakteri. Proses selanjutnya adalah pendinginan, melalui pendinginan ini warna hijau akan melekat
di dalam spora. Warna hijau malakit ini berfungsi sebagai indikator adanya spora bakteri. Sediaan
yang telah didinginkan kemudian dicuci dengan air, pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan
kelebihan warna hijau malakit sehingga pewarna kedua (safranin) dapat meresap pada sel
vegetatif. Adanya pewarnaan kedua ini menyebabkan sel vegetatif bakteri berwarna merah.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop didapatkan bahwa
pada koloni 1 terdapat spora yang bentuk sporanya adalah cocus dan letak spora berada di sentral
dan lateral. Sedangkan pada koloni 2 terdapat spora yang bentuk sporanya adalah cocus bewarna
merah dengan bulat yang bewarna hijau dengan letak berada pada terminal, sentral, dan lateral.

KESIMPULAN
Praktikum ini menggunakan pewarna hijau malakit 5% dan safranin 0,5% dengan
menghasilkan Koloni 1 terdapat spora yang bentuk sporanya adalah cocus dan letak spora berada
di sentral dan lateral. Sedangkan pada koloni 2 terdapat spora yang bentuk sporanya adalah cocus
bewarna merah dengan bulat yang bewarna hijau dengan letak berada pada terminal, sentral, dan
lateral.

DISKUSI
1. Apa fungsi kapsula pada bakteri?
-untuk membantu melekatkan bakteri pada permukaan bakteri lain ( pertahanan )
2. Adakah hubungan antara kapsula dan virulensi bakteri? Jelaskan!
- virulensi merupakan kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit
Hubungannya dengan kapsul melindungi bakteri dari fagosit oleh sel sel yang
berperan dalam imunitas inang,juga untuk melekatkan diri pada inang.
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT. Gramedia
Hastuti, S.U. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UMM Press
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung : Yrama Widya
Pelczar, M.J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Jakarta: UI Press
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Pelczar., Michael J. dan E. C. S. Chan, 2008. Dasar-dasar Mikroorganisme. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Santoso. 2010. Enzimologi. Seri Buku Kuliah Biokimia Kedokteran I. Semarang.
Waluyo. L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang
Lampiran

Gambar 1 Koloni 2 pada bakteri setelah pewarnaan spora (sumber : dok. pribadi)

Gambar 2 Koloni 1 pada bakteri setelah pewarnaan spora (sumber : dok. pribadi
Gambar 2 Proses pewarnaan spora bakteri (suber: dok. pribadi)

You might also like