You are on page 1of 308

KATA PENGANTAR

Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program


Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya memberi perlindungan sosial
bagi Keluarga Miskin (KM). Sebagai bagian dari upaya penanggulangan
kemiskinan melalui pemberian bantuan dana tunai bersyarat, dalam
jangka pendek PKH diharapkan mampu membantu KM mengurangi
beban pengeluaran. Pada jangka menengah PKH diharapkan mampu
menciptakan perubahan perilaku peserta dalam mengakses layanan
kesehatan dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih
sehat dan cerdas. Dalam jangka panjang PKH diharapkan dapat
memutus rantai kemiskinan antar generasi.

Peserta PKH hingga tahun 2015 berjumlah 3,5 juta keluarga miskin.
Tahun 2016 terdapat penambahan target 2,5 juta keluarga miskin,
sehingga jumlah keseluruhan menjadi 6 juta keluarga miskin. Kebijakan
pelaksanaan PKH untuk kepesertaan kohor 2007-2015 secara umum
menggunakan ketentuan sebelumnya, sementara untuk kepesertaan
baru kohor 2016 menggunakan beberapa ketentuan baru, diantaranya
komponen kesejahteraan sosial yang terdiri atas penyandang disabilitas
berat dan lanjut usia 70 tahun ke atas, dan perubahan indeks bantuan
dan komponen.

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi stakeholder PKH baik di


pusat dan daerah dan diharapkan dapat menyamakan gerak langkah
semua pihak terkait dalam mensukseskan PKH.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah berkontribusi terhadap


penyusunan Pedoman Pelaksanaan PKH, kami sampaikan apresiasi
dan ucapan terima kasih.

Jakarta, Maret 2016


Direktur Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial

R. Harry Hikmat

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


i
ii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
ISI BUKU

BAGIAN PERTAMA

BUKU I PEDOMAN UMUM

BAGIAN KEDUA

BUKU II VALIDASI CALON PESERTA PKH


BUKU III PENYALURAN BANTUAN
BUKU IV VERIFIKASI KOMITMEN
BUKU V PEMUTAKHIRAN DATA
BUKU VI PENGELOLAAN SDM
BUKU VII RAPAT KOORDINASI
BUKU VIII PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN
KELUARGA

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


iii
iv Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
DAFTAR ISTILAH

AKB Angka Kematian Bayi


AKBAL Angka Kematian Balita
AKI Angka Kematian Ibu
APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APK Angka Partisipasi Kasar
APM Angka Partisipasi Murni
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBKPM Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
BCG Bacillus Calmate Guerrin
BKIM Balai Kesehatan Indera Masyarakat
BKMM Balai Kesehatan Mata Masyarakat
BKPM Balai Kesehatan Paru Masyarakat
BLT SKPD Bantuan Langsung Tunai Satuan Kerja Perangkat
Daerah
BP4 Balai Pelayanan Pengobatan Penyakit Paru
BPKB Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
BSM Bantuan Siswa Miskin
CCT Conditional Cash Transfers
DISABILITAS Cacat
DPT Diphteri Pertusis Tetanus
FDS Family Development Session
Fe Ferrum
HB HepatitisB
IPM Indeks Pembangunan Manusia
IU International Unit
Jampersal Jaminan Persalinan
K1 Pemeriksaan kehamilan yang pertama dilakukan
pada trimester I kehamilan
K4 Pemeriksaan kehamilan yang ke empat dilakukan
pada trimester III
Kemenag Kementerian Agama
Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


v
Kemenkes Kementerian Kesehatan
Kemenkominfo Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kemensos Kementerian Sosial
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIP Kartu Indonesia Pintar
KIS Kartu Indonesia Sehat
KKS Kartu Keluarga Sejahtera
KMS Kartu Menuju Sehat
KN Kunjungan Neonatal
Komplementaritas Pelengkap
KSM Keluarga Sangat Miskin
KM Keluarga Miskin
KUBE Kelompok Usaha Bersama
LKD Layanan Keuangan Digital
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDGs Millenium Development Goals = Sasaran
Pembangunan Milenium
Orsos Organisasi Sosial
P2K2 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga
PA Pertemuan Awal
Pedum PKH Pedoman Umum Program Keluarga Harapan
PIP Program Indonesia Pintar
PIS Program Indonesia Sehat
PKBM Pusat Kegiatan Belajar Mengajar
PKH Program Keluarga Harapan
Polindes Pondok Bersalin Desa
PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif
Poskesdes Pos Kesehatan Desa
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PPK Pemberi Pelayanan Kesehatan
PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial
PSKS Program Simpanan Kesejahteraan Sejahtera
PSM Pekerja Sosial Masyarakat

vi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


Pusdatin Pusat Data dan Informasi
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Pusling Puskesmas Keliling
Pustu Puskesmas Pembantu
RASKIN Beras Miskin
RTM Rumah Tangga Miskin
RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin
SALAFIYAH Pendidikan Pondok Pesantren Setara SMP
SALAFIYAH ULA Pendidikan Pondok Pesantren Setara SD
SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
SDKI Survei Demografidan Kesehatan Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia
SIM Sistem Informasi Manajemen
SIM PKH Sistem Informasi Manajemen Program Keluarga
Harapan
Sinergitas Proses memadukan beberapa aktifitas dalam
rangka mencapai satu hasil yang
SKP Surat Keabsahan Peserta
SLB Sekolah Luar Biasa
SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMALB Sekolah Menengah Luar Biasa
SMP/MTS Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah
SPM PKH Sistem Pengaduan Masyarakat Program Keluarga
Harapan
TKPKD Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah
TT Tetanus Toksoid
UEP Usaha Ekonomi Produktif
Pelaksana PKH Pelaksana Program Keluarga Harapan

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


vii
viii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Aspek Kesehatan 2
1.3. Aspek Pendidikan 4
1.4. Aspek Kesejahteraan Sosial 6
1.4.1. Penyandang Disabilitas 6
1.4.2. Penyandang Disabilitas Berat 8
1.4.3. Komponen Lanjut Usia 10
1.5. Sinkronisasi Penyedia dan Kebutuhan Layanan 12
1.6. Dasar Hukum 13
1.7. Tujuan 14
1.8. Sasaran 15
1.9. Pengertian 16
1.10. Perluasan PKH Tahun 2016 18

BAB II
RANCANGAN UMUM 19
2.1. Rancangan Umum PKH 19
2.2. Kegiatan PKH 19
2.3 Hak dan Kewajiban Peserta PKH 20
2.3.1. Hak Peserta PKH 20
2.3.2. Kewajiban Peserta PKH 21
2.4. Sanksi 22
2.4.1. Sanksi Bagi Peserta PKH 22
2.4.2. Sanksi Bagi Pendamping PKH 23
2.5. Transformasi Kepesertaan 23
2.5.1. Tujuan Resertifikasi 23
2.5.2. Tujuan P2K2 25
2.6. Komplementaritas dan Sinergitas Program 25
2.6.1. Jaminan Kesehatan Nasional 25
2.6.2. Beras untuk Masyarakat Sejahtera (Rastra) 26

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


ix
2.6.3. Program Indonesia Pintar (PIP) 26
2.6.4. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 27
2.6.5. Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) 27
2.6.6. Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut) 27
2.6.6. Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat
(ASPDB) 27
2.7. Pendampingan 28

BAB III
PELAKSANAAN PKH 31
3.1. Penetapan Sasaran (Targeting) 31
3.1.1.Penyiapan Data dan Penetapan Sasaran 31
3.1.2.Penetapan Data Awal Validasi 32
3.2. Persiapan Daerah 33
3.3. Pertemuan Awal dan Validasi 33
3.3.1.Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi 33
3.3.2.Penetapan Peserta 35
3.3.3.Usulan Proposal Daerah 35
3.3.4.Penetapan Lokasi 35
3.4. Penyaluran Bantuan 37
3.5. Pembentukan Kelompok Peserta PKH 37
3.6. Verifikasi Komitmen 38
3.7. Penangguhan dan Pembatalan 39
3.7 Pemutakhiran Data 39
3.8. Pengaduan 40

BAB IV
KELEMBAGAAN PKH 43
4.1. Pelaksana Program di Pusat 43
4.1.1. Tim Koordinasi Nasional 43
4.1.2. Tim Koordinasi Teknis 44
4.1.3. Pelaksana PKH 44
4.2. Pelaksana PKH Daerah 45
4.2.1. Tim Koordinasi Teknis PKH Daerah 45
4.2.2. Pelaksana PKH Daerah 46

x Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


BAB V
REKRUTMEN, BIMTEK, WORKSHOP,
RAKOR, DAN PEMANTAPAN 51
5.1.Rekrutmen dan Seleksi 51
5.2 Pendidikan dan Pelatihan 51
5.3. Workshop 53
5.4. Bimbingan Teknis 54
5.5. Rapat Koordinasi (Rakor) PKH 55
5.6. Pemantapan PKH 58
5.7. Sosialisasi PKH 59
5.7.1. Sasaran Sosialisasi 59
5.7.2. Materi Sosialisasi 61
5.7.3. Sarana Sosialisasi 61

BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI 63
6.1. Monitoring 63
6.1.1. Tujuan Monitoring 63
6.1.2. Jenis Monitoring 63
6.1.2. Pengumpulan Data dan Analisis 64
6.2. Evaluasi 65
6.2.1. Tujuan Evaluasi 65
6.2.2. Cakupan Evaluasi 65

BAB VII
PENUTUP 67

Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016


xi
xii Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun


2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Bantuan
Langsung Tunai Bersyarat (BLTB) yang dikenal dengan nama Program
Keluarga Harapan (PKH) sebagai salah satu tahapan menuju sistem
perlindungan sosial. Program Perlindungan Sosial yang juga dikenal
di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT)
ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan yang
dihadapi di negara-negara tersebut, terutama masalah kemiskinan
kronis.

Gambar 1. Perluasan PKH Tahun 2016

Pada PJPTahun 2010 - 2014 terjadi peningkatan target beneficeries


dan alokasi budget PKH, melampaui baseline target perencanaan
Pelaksanaan PKH tahun 2015 sebanyak 3,5 juta keluarga miskin
dengan anggaran sebesar Rp. 6,4 Triliun (setelah ditambah
APBN-P sebesar 1,3T)
Target pelaksanaan PKH tahun 2016 sebanyak 6 juta keluarga
miskin dengan anggaran kurang lebih Rp. 10Triliun
Sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Keluarga
Miskin (KM) berdasarkan Basis Data Terpadu. Peserta PKH harus
terdaftar dan hadir pada fasilitas kesehatan dan pendidikan

1
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
terdekat. Kewajiban peserta PKH di bidang kesehatan meliputi
pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi,
dan imunisasi serta timbang badan anak balita dan anak
prasekolah. Sedangkan kewajiban di bidang pendidikan adalah
mendaftarkandan memastikan kehadiran anggota keluarga PKH
ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan menengah.
Khusus anggota keluarga peserta PKH penyandang disabilitas,
kewajibannya disesuaikan dengan kondisi disabilitasnya.

Gambar 2. Akses Layanan PKH

B. Aspek Kesehatan

Rendahnya penghasilan menyebabkan KM tidak mampu memenuhi


kebutuhan kesehatan dan pendidikan, bahkan untuk tingkat minimal
sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil yang tidak memadai
berakibat pada buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan
seringkali menyebabkan tingginya kematian bayi.

Gambar 3. Data Angka Kematian Ibu

2
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Secara nasional, kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI) dari
tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan penurunan
signifikan. Namun kondisi inikemudian memburuk. Berdasarkan data
SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2012, jumlah angka
kematian ibu dan anak tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup.

Rata-rata kematian ini meningkat sekitar 57% bila dibanding hasil


SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Terpaut jauh dari komitmen
Pemerintah untuk menekan tingkat AKI hingga 102 per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 2015. Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan negara
tetanggga, angka kematian di Vietnam 159 per 100 ribu kelahiran hidup
dan I Malaysia hanya 29 per 100 ribu kelahiran hidup.

Tingginya angka kematian ibu tersebut pada banyak kasus


disebabkan oleh tidak adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran,
fasilitas kesehatan yang tidak tersedia pada saat membutuhkan tindakan,
atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang lebih memilih tenaga
kesehatan tradisional daripada tenaga medis profesional lainnya.

Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih rendah.


Berdasarkan data SDKI 2012, tingkat AKB hanya 34 per 1000 kelahiran
hidup. Sementara target MDG tahun 2015 adalah 23 per 1000 kelahiran
hidup.

Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga


berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak,
terutama pada usia 0-5 tahun. Selama kurun waktu 1998-2007, angka
kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan
adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi
pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau Iebih
tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan
oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di
antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.

Masalah Indonesia, bukan cuma kematian ibu dan anak saja, namun
juga masalah gizi buruk. Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara
kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi

3
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
di Indonesia mencapai 8 juta jiwa dengan prevalansi kekurangan gizi
balita sebesar 17,9% (SDKI 2012). Dibanding target MDGs yang 15%,
kondisi Indonesia sangatlah buruk.

Artinya, lebih dari 400 anak-anak meninggal setiap hari di Indonesia.


Berita baiknya, itu juga berarti di Indonesia jumlah kematian anak di
bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990
menjadi 152.000 pada tahun 2012 dan 147,000 pada tahun 2015.

Laporan berjudul Promise Renewed: 2015 Progress Report dari


UNICEF menyatakan bahwa tingkat kematian balita saat ini berada di
angka 27 kematian per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan 85
kematian per 1.000 kematian di tahun 1990. Dengan begitu, Indonesia
masuk ke dalam kelompok 24 negara dari 81 negara berpenghasilan
rendah dan menengah yang berhasil mengurangi kematian balita hingga
dua pertiga dalam periode tersebut yang merupakan target Tujuan
Pembangunan Millenium Empat (Millennium Development Goal Four).

C. Aspek Pendidikan

Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report


yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan
peringkat indeks pembangunan rendah. Karenanya, mendorong anak
untuk tetap bersekolah pada usia remaja menjadi hal mendasar.
Keikutsertaan mereka yang berada di luar sistem sekolah pun harus
menjadi perhatian utama. Hal ini karena meningkatnya resiko anak
putus sekolah rentan menjadi korban eksploitasi, termasuk perdagangan
anak. Bahkan mereka rentan pula terhadap pelanggaran hukum dari
penyalahgunaan obat terlarang sampai dengan kriminalitas. Pada usia
ini mereka rawan terjangkit HIV/AIDS. Kondisi sosial dan budaya di
Indonesia ikut andil meningkatkan resiko tersebut, terutama terhadap
para remaja putri.

Sampai saat ini tingkat partisipasi anak dalam bersekolah, baik di


satuan pendidikan formal maupun informal masih rendah. Berdasar
data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013 menunjukkan rata-rata
nasional angka putus sekolah usia 7-12 tahun mencapai 0,67 persen
atau 182/73 anak, usia 13-15 tahun sebanyak 2,21 persen, atau 209.976

4
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
anak, dan usia 16-18 tahun semakin tinggi hingga 3,14 persen atau
223.676 anak. Tahun ini, UNICEF melaporkansebanyak 2,5 juta anak
Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak
600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP).

Penyebab utama angka putus sekolah menurut data BPS diatas


disebabkan ketiadaan biaya untuk melanjutkan sekolah dan tidak
adanya minat anak untuk bersekolah. Data statistik tingkat provinsi
dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok anak-anak
tertentu yang terkena dampak paling rentan sebagian besar berasal
dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan
ke jenjang selanjutnya. Anak-anak yang berasal dari keluarga kurang
mampu, memiliki kemungkinan putus sekolah empat kali lebih besar
daripada mereka yang berasal dari keluarga berkecukupan. Untuk data
statistik geografis, tingkat putus sekolah anak SD di desa 3:1
dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Hal tersebut terjadi antara
lain dipicu oleh faktor kekurangan tenaga pengajar untuk daerah
terpencil dan tergolong berpenghasilan rendah. Tingkat putus sekolah
anak di desa dapat mencapai 3% jika dibandingkan dengan anak di
perkotaan

Tabel 1. Data Anak Putus Sekolah

5
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Anak putus sekolah sebagian besar kernudian menjadi pekerja
anak untuk menopang ekonomi keluarganya. Berdasar data dari Survei
Tenaga Kerja Nasional (Sakernas, 2004-2009) dan Hasil Survei Pekerja
Anak yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama
Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada 2009 menunjukkan, jumlah
penduduk berumur 5-12 tahun yang bekerja mencapai 674,3 ribu jiwa
atau mencakup sekitar 16,64 persen dari jumlah total pekerja anak
(penduduk usia 5-17 tahun) yang mencapai 4,05 juta orang. Pada 2014,
misalnya, jumlah anak berumur 10-17 tahun yang secara ekonomi aktif
bekerja mencakup 2,77 persen dari jumlah total penduduk 10-17 tahun.

Tabel 2. Tingkat Pekerja Anak

D. Aspek Kesejahteraan Sosial

1. Penyandang Disabilitas

Sebagai bagian dari anak Indonesia, anak penyandang disabilitas


terutama dari KM perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Hal ini sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

6
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Undang-
Undang Nomor 8 Tentang Penyandang Disabilitas.

Sebagian besar Penyandang Disabilitas di Indonesia hidup dalam


kondisi rentan, terbelakang, dan/atau miskin dikarenakan masih adanya
pembatasan, hambatan, kesulitan, dan pengurangan atau penghilangan
hak Penyandang Disabilitas.

Untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan


bagiPenyandang Disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri,
dan tanpa diskriminasi diperlukan bantuan sosial terhadap penyandang
disabilitas.

Karenanya, upaya pelayanan kesehatan maupun pendidikan perlu


dikembangkan untuk memberikan akses bagi anak dengan disabilitas
demi kemandirian dan masa depan yang lebih baik. WHO
memperkirakan jumlah anak dengan disabilitas mencapai sekitar 7-
10% dari total populasi anak (Kemenkes, 2014). Di Indonesia, gambaran
data anak dengan disabilitas sangat bervariasi dan belum merefleksikan
fakta sebenarnya.

Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun


2011, terdapat 130.572 anak penyandang disabilitas dari keluarga miskin.
Angka tersebut belum dapat mewakili total jumlah anak penyandang
disabilitas secara komprehensif. Sebagai rujukan, menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, terdapat 8,3 juta anak dengan disabilitas
di Indonesia, atau 10% dari total populasi anak di Indonesia (82.840.600
anak). Susenas berikut menunjukkan kecenderungan peningkatan
selama tahun 2007-2011.

7
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Sumber: Pedoman Umum PKH, 2015
Gambar 4. Anak Usia 5 - 15 Tahun Tidak Sekolah Karena Difabel

Selanjutnya, UNESCO memperkirakan bahwa sepertiga dari 75


juta anak di seluruh dunia yang tidak bersekolah adalah penyandang
disabilitas (Global Monitoring Report and Education For All, 2010).
Kemungkinan seorang anak usia 6-11 tahun dengan disabilitas untuk
bersekolah hanya setengah dari anak tanpa disabilitas (Global Monitoring
Report and Education For All, 2008). Dalam konteks Indonesia, meskipun
pemerintah sudah mengupayakan pendidikan yang inklusif, tingkat
partisipasi sekolah dasar dari anak-anak penyandang disabilitas masih
sekitar 60 persen lebih rendah dibanding dengan anak-anak tanpa
disabilitas (Global Monitoring Report and Education For All, 2010).

2. Penyandang Disabilitas Berat

Penyandang Disabilitas Berat adalah mereka yang memiliki


keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu
lama kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat
melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang
hidupnya pada bantuan/pertolongan orang lain, tidak mampu
menghidupi diri sendiri, serta tidak dapat berpartisipasi penuh dan
efektif dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya

8
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
(Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pemberian Asistensi Sosial Bagi
Penyandang Disabilitas Berat, 2015).

Meski belum ada data jumlah penyandang disabilitas beratyang


akurat dan dapat dijadikan rujukan nasional, namun jumlah mereka
diperkirakan cukup tinggi. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Kementerian Sosial RI telah memiliki data lengkap by name
and by address (BNBA) sebanyak 110.000 penyandang disabilitas berat.
Sampai dengan tahun 2016 Jaminan Sosial bagi mereka baru mencakup
sekitar 29.500 jiwa (26,8%) (ASPBD, 2016) dari yang terdata.

Bantuan yang diberikan berupa dana tunai sejumlah Rp. 300.000


per bulan dan mendapatkan pendampingan. Penyandang disabilitas
berat menjadi beban ekonomi, sosial dan psikologis yang sangat menekan
bagi keluarga miskin terutama jika tidak mendapat dukungan dari
pemerintah untuk perawatannya.

Pada implementasinya diperlukan sinergi lintas sektor dalam


penanganan lanjut usia dan penyandang disabilitas miskin berdasarkan
status tinggal.Bantuan PKH diberikan kepada penyandang disabilitas
dalam keluarga. Baik keluarga tersebut memilikikomponen kesehatan
dan atau pendidikan, maupun keluarga yang tidak memiliki komponen
kesehatan dan atau pendidikan.

Sedangkan untuk penyandang disabilitas berat di luar keluarga


PKH dilakukan intervensi program panti atau penanganan lainnya.
Sinergi lintas sektor untuk bantuan penyandang disabilitas berat dapat
dilihat pada gambar 5.

Sumber: Diolah dari Paparan Bappenas, 2016


Gambar 5. Komponen disabilitas berat penerima PKH
9
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
3. Komponen Lanjut Usia

Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia merupakan seseorang yang telah
berusia 60 tahun ke atas. Secara fisik, lanjut usia dapat dibedakan
menjadi lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial.

Lanjut usia rentan mengalami masalah fisik, mental, sosial, dan


psikologis, sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah
lanjut usia 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen penduduk. Tahun 2014 lalu,
jumlah lansia mencapai 18,78 juta orang lebih. Sementara jumlah lanjut
usia terlantar berjumlah 2.848.854 jiwa (berdasarkan data Pusdatin
Kesos Tahun 2012).

Perbaikan perawatan dan penyediaan fasilitas kesehatan serta


semakin baiknya gizi masyarakat selama tiga dekade terakhir berdampak
pada meningkatnyausia harapan hidup penduduk Indonesia yang
membawa konsekuensi meningkatnya jumlah lanjut usia dari tahun
ke tahun. Semakin panjangnya usia harapan hidup dapat berimplikasi
pada timbulnya permasalahan sosial yang berkaitan dengan kondisi
fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi sehingga permasalah jumlah lanjut
usia terlantar akan cenderung meningkat.

Data proyeksi penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk


lanjut usia di Indonesia diprediksi semakin meningkat dalam masa
mendatang.

Tabel 3. Prediksi Jumlah Lanjut Usia

Sumber: Bappenas, 2016

10
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Tabel 4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia

Sumber: Riskesdas, 2013

Lanjut usiayang menjadi target bantuan PKH adalah lansia yang


berusia 70 tahun ke atas. Lansia dalam keluarga PKH memiliki
kebutuhanakan pemeliharaan kesehatan maupun kebutuhan harian
yang dapat menambah komponen pengeluaran keluarga. Bantuan
bersyarat yang diberikan kepada lansia dalam keluarga PKH ditujukan
untuk meringankan beban ekonomi keluarga, sekaligus memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kesehatannya. Dengan demikian, perbaikan
taraf hidup dalam kesehatan dan pendidikan untuk ibu dan anak
keluarga PKH dapat terjamin dengan mengurangi beban perawatan
lansia dalam keluarga.

Upaya perluasan kepesertaan PKH dengan penambahan komponen


disabilitas berat dan lanjut usia 70 tahun ke atas akan berdampak
signifikan pada penambahan kuantitas penerima PKH.

Bantuan PKH untuk lanjut usia 70 tahun ke atas diberikan kepada


lansia yang berada dalam keluarga. Baik keluarga tersebut memiliki
memiliki komponen kesehatan dan atau pendidikan, maupun keluarga
yang tidak memiliki komponen kesehatan dan atau pendidikan.
Sedangkan lanjut usia 70 tahun ke atas yang di luar keluarga

11
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
(homeless) bantuannya diintervensi melalui program panti.Intervensi
program untuk lanjut usia 70 tahun ke atas secara umum dapat dilihat
pada gambar 6.

Sumber: Diolah dari Paparan Bappenas, 2016


Gambar 6. Komponen lanjut usia penerima PKH

E. Sinkronisasi Penyedia dan Kebutuhan Layanan

Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan


kebutuhan dasar, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, terutama
bagi KM perlu ditingkatkan sejalan dengan upaya pemerintah
membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta
meluncurkan program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin.

Berdasar banyak kajian, penyebab KM tidak dapat memenuhi


kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan terletak pada masalah yang
dihadapi oleh sisi permintaan, yaitu KM itu sendiri (demand side)
maupun sisi penyedia layanan (supply side). Alasan terbesar para KM
tidak melanjutkan sekolah umunya karena tidak adanya biaya, bekerja
untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan
lainnya. Begitupun dari aspek kesehatan, KM tidak mampu membiayai
pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarga akibat
rendahnya tingkat pendapatan.

12
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Sementara itu, permasalahan pada sisi pelayanan (supply side)
yang menyebabkan rendahnya akses KM terhadap pendidikan dan
kesehatan antara lain belum tersedianya pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang mudah dijangkau oleh KM. Biaya pelayanan yang
mahal menurut ukuran KM serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi
pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia
pelayanan pendidikan dan kesehatan.

F. Dasar Hukum

Secara teknis, kegiatan PKH melibatkan kementerian dan lembaga,


yaitu: Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BPS,
TNP2K dan Pemerintah Daerah. Sumber dana PKH berasal dari
APBN.Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya PKH dijalankan berdasar
peraturan dibawah ini:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
Fakir Miskin.
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
7. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8).
9. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
86).
13
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
10. Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan
Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat
Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin Sebagai Peserta Program
Keluarga Harapan.
11. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 254/PMK.05/2015
tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga.

G. Tujuan

Buku Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan ini


bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang
kebijakan, petunjuk teknis operasional serta mekanisme pelaksanaan.

Buku ini ditujukan bagi pelaksana PKH di tingkat Pusat, Provinsi,


dan Kabupaten/Kota, serta pemangku kepentingan terkait.

Dalam jangka pendek dana bantuan ini diharapkan mampu


mengurangi beban pengeluaran rumah tangga (dampak konsumsi
langsung), dan dalam jangka panjang merupakan investasi generasi
masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kesehatan dan
pendidikan (dampak pengembangan modal manusia). Artinya, PKH
diharapkan sebagai program yang mampu memutus rantai kemiskinan
antar generasi. Secara khusus, tujuan PKH dijelaskan sebagaimana
gambar berikut.

Gambar 7. Tujuan PKH

14
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
H. Sasaran

Sasaran peserta PKH adalah Keluarga Miskin (KM) dan yang


memiliki komponen kesehatan (ibu hamil, nifas, balita, anak prasekolah)
dan komponen pendidikan (SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat)
atau anak usia 6-21 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan wajib
12 tahun, penyandang disabilitas berat, dan lanjut usia diatas 70 tahun.

Program Keluarga Harapan terdiri atas tiga komponen, yaitu


komponen pendidikan yang mensyaratkan anak-anak peserta
PKHterdaftar dan hadir di sekolah minimal kehadiranya 85% dari
jumlah hari efektif sekolah yang berlaku, komponen kesehatan dengan
kewajiban antara lain peserta mendapatkan layanan prenatal dan
postnatal, proses kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
melakukan imunisasi sesuai jadwal, dan memantau tumbuh kembang
anak secara teratur dengan minimal kehadiranya 85% dan komponen
kesejahteraan sosial yang terdiri dari penyandang disabilitas berat dan
lanjut usia 70 tahun atau lebih.

Akses terhadap kesehatan dan pendidikan yang diberikan tersebut


diharapkan mampu mengubah perilaku masyarakat (miskin) agar lebih
peduli terhadap kesehatan dan pendidikan generasi penerusnya,
sehingga mampu menghilangkan kesenjangan sosial, ketidakberdayaan
dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada diri masyarakat
miskin.

Sejak 2012, penerima bantuan diperluas dengan rnenarnbah kategori


rentan seperti keluarga yang memiliki penyandang disabilitas dan atau
manula dalarn rumah tangganya.

Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan secara


berkelanjutan (multiyear) yang dimulai pada tahun 2007 di tujuh
provinsi. Sampai dengan tahun 2015, PKH sudah dilaksanakan di 34
provinsi dan mencakup 472 Kabupaten/Kota dan 6.080
Kecamatan.Target peserta PKH pada tahun 2016 mencapai 6 juta
keluarga miskin di 514 Kabupaten/Kota.

15
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Tabel 5. Perkembangan Jumlah Peserta PKH

I. Pengertian

1. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian


bantuan tunai bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang
ditetapkan sebagai peserta PKH. Kriteria peserta PKH adalah
keluarga miskin yang memenuhi minimal salah satu syarat berikut:

a. Memiliki komponen kesehatan yakni anak dengan usia di


bawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui, termasuk anak
penyandang disabilitas ringan/ sedang.
b. Memiliki komponen pendidikan anak usia sekolah 6 hingga
21 tahun untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat,
SMP/MTs sederajat dan/atau SMA/MA sederajat, termasuk
anak penyandang disabilitas ringan/ sedang.
c. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk Penyandang
Disabilitas Berat di dalam keluarga peserta PKH.
Penyandang Disabilitas Berat adalah mereka yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam
jangka waktu lama kedisabilitasannya sudah tidak dapat
direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya
sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya pada
bantuan/pertolongan orang lain, tidak mampu menghidupi
diri sendiri, serta tidak dapat berpartisipasi penuh dan efektif
16
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan lainnya
(Sumber: Pedoman Pelaksanaan Pemberian Asistensi Sosial
Bagi Penyandang Disabilitas Berat, 2015).
d. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk lanjut usia 70
tahun ke atas di dalam keluarga peserta PKH dengan kriteria:
1. Lanjut usia berusia 70 tahun ke atas per 1 Januari pada
tahun validasi.
2. Lanjut usia berusia 70 tahun ke atas yang menjadi orang
tua yang mengurusi keluarga PKH.
3. Pendamping PKH adalah sumber daya manusia yang
direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Sosial sebagai pelaksana pendampingan di
tingkat Kecamatan.
4. Operator PKH adalah sumber daya manusia yang direkrut
dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh Kementerian
Sosial sebagai pelaksana teknis pengolahan data di tingkat
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota.
5. Koordinator Kabupaten/Kota PKH adalah sumber daya
manusia yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang
ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai pelaksana
koordinator PKH diKabupaten/Kota dan membawahi
pendamping dan operator.
6. Koordinator Wilayah PKH adalah sumber daya manusia
yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Sosial sebagai pelaksana koordinator PKH
di tingkat Provinsi dan membawahi Koordinator
Kabupaten/Kota.
7. Koordinator Regional PKHadalah sumber daya manusia
yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Sosial yang membawahi koordinator wilayah
PKH.
8. Koordinator Divisi PKH adalah sumber daya manusia
yang direkrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Sosial yang bertanggung jawab terhadap
subdivisi-subdivisi yang ada di Pusat.
9. Sinergitas Program adalah mekanisme penyelenggaraan
PKH yang bersifat multisektor, baik di pusat maupun di
daerah, yang melibatkan Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
Kecamatan, Desa/Kelurahan serta masyarakat.

17
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
J. Perluasan PKH Tahun 2016

Sebagai upaya perluasan pelaksanaan PKH tahun 2016 dengan


target sasaran menjadi 6 (enam) juta keluarga penerima manfaat
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Target kepesertaan kohor 2007 - 2015 adalah 3,5 juta keluarga
miskin.
2. Target kepesertaan baru kohor 2016 adalah 2,5 juta keluarga
miskin
3. Mekanisme penyaluran bantuan untuk kepesertaan kohor 2007-
2015 sesuai dengan ketentuan penyaluran bantuan pada tahun
2015.
4. Indeks bantuan untuk kepesertaan baru kohor 2007-2015 sesuai
SK Menteri Sosial RI No. 294/HUK/2016 Tentang Indeks dan
Komponen PKH tahun 2016 tanggal 13 Oktober 2016.
5. Bantuan tetap untuk kepesertaan kohor 2007-2015 disalurkan
pada tahap pertama tahun 2016, sedangkan kepesertaan baru
kohor 2016 tidak mendapatkan bantuan tetap.
6. Kepesertaan baru tahun 2016 terdapat penambahan komponen
kesejahteraan sosial, yaitu: Penyandang Disabilitas Berat dan
Lanjut Usia 70 tahun ke atas
7. Kehamilan keempat dan berikutnya tidak dihitung sebagai
komponen penerima bantuan
8. Penyaluran bantuan untuk kepesertaan barukohor 2016 disalurkan
pada tahap IVtahun 2016. Jumlah bantuan masing-masing
komponen disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dengan
mengacu padaindeks bantuan sesuai SK Menteri Sosial RI No.
294/HUK/2016 Tentang Indeks dan Komponen PKH tahun 2016
tanggal 13 Oktober 2016.

18
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB II
RANCANGAN UMUM

A. Rancangan Umum PKH

Dalam pelaksanaan PKH, Kementerian Sosial RI berperan sebagai


pelaksana yang bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga (K/L)
baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah sebagai mitra kerja antara
lain:
1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan RI berperan mengkoordinasikan penyelenggaraan
seluruh program penanggulangan kemiskinan, termasuk PKH.
2. Kementerian Sosial RI, berperan dalam pelaksanaan PKH dan
seluruh proses bisnis di dalamnya, termasuk menjalin kerja sama
dengan pemangku kepentingan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Lembaga Non Pemerintah dan masyarakat.
3. Kementerian PPN/Bappenas, berperan dalam perencanaan serta
monitoring dan evaluasi program.
4. Kementerian Kesehatan RI, berperan sebagai penyedia Iayanan
kesehatan dan membantu pelaksanaan verifikasi kesehatan.
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian
Agama RI, berperan sebagai penyedia Iayanan pendidikan dan
membantu pelaksanaan verifikasi pendidikan.
6. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, berperan dalam
pelaksanaan sosialisasi PKH secara Nasional.
7. Kementerian Dalam Negeri RI, berperan dalam memfasilitasi
penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga
(KK) peserta PKH.
8. Badan Pusat Statistik (BPS), berperan dalam pelaksanaan
pendataan kemiskinan untuk Basis Data Terpadu.
9. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berperan
dalam dukungan PKH secara langsung melalui alokasi
sharingdana APBD termasuk SDM pelaksana PKH sesuai dengan
komitmen Bupati/Walikota.

B. Kegiatan PKH

Kegiatan PKH terbagi atas pengelolaan di lokasi yang sudah


melaksanakan PKH dan pengembangan di lokasi yang baru terjangkau
kegiatan PKH.

19
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Kegiatan PKH di lokasi yang telah melaksanakan program antara
lain: pendampingan, penyaluran bantuan, verifikasi, pemutakhiran
data, Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dan
transformasi kepesertaan.

Sedangkan kegiatan di lokasi baru antara lain: menyediakan Kantor


Sekretariat Pelaksana PKH Kabupaten/Kota, SDM pelaksana PKH,
melakukan koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah, melakukan
sosialisasi, Diklat pendamping dan operator PKH, bimbingan teknis,
melaksanakan pertemuan awal dan validasi calon peserta PKH, entry
data hasil validasiserta penyaluran bantuan pertama untuk peserta
PKH baru.

C. Hak dan Kewajiban Peserta PKH

Gambar 8. Komponen peserta PKH

D. Hak Peserta PKH

1. Mendapatkan bantuan uang tunai yang besarannya disesuaikan


dengan ketentuan program.
2. Mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi
seluruh anggota keluarga.
3. Terdaftar dan mendapatkan program-program komplementaritas
dan sinergitas penanggulangan kemiskinan Iainnya.
20
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
E. Kewajiban Peserta PKH

Seluruh anggota keluarga peserta PKH memiliki kewajiban


memenuhi komitmen berdasarkan kriteria komponen masing-masing
sebagai berikut:

Gambar 9. Kewajiban peserta PKH

1. Kewajiban komponen kesehatan


a. Peserta PKH wajib memenuhi persyaratan kesehatan yang
sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan.
b. Peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah
peserta yang memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau anak
usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD.

2. Kewajiban komponen pendidikan


Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-21 tahun diwajibkan
untuk didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar
(SD/MI/SDLB/ SalafiyahUla/Paket A,
SMP/MTs/SMLB/Salafiyah Wustha/Paket B termasuk
SMP/MTs terbuka, atau SMA/MA/Paket C termasuk SMA/MA
terbuka) dan kehadiran minimal 85% dari hari belajar efektif
setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak
yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan
sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan verifikasi bidang
pendidikan.
21
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
3. Kewajiban Komponen Kesejahteraan Sosial
a. Penyandang disabilitas berat melakukan pemeliharaan
kesehatan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui kunjungan ke rumah
(home care).
b. Lansia melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
atau mengunjungi puskesmas santun lanjut usia (jika tersedia).
Lansia harus dipastikan mengikuti kegiatan sosial di fasilitas
pelayanan kesejahteraan sosial melalui kegiatan day care dan
mengikuti berbagai kegiatan yang dibutuhkan. Lansia yang
mengalami kesulitan mengikuti day care dapat mengikuti
kegiatan home care dengan pendamping lansia mendatangi
ke rumah.

F. Sanksi

1. Sanksi Bagi Peserta PKH


Sanksi dalam hal penangguhan dan pembatalan diberlakukan
apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dengan
ketentuan:
a. Tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas layanan
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial sesuai dengan
protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan secara rutin
setiap bulannya berupa pengurangan nominal bantuan sebesar
10% pada setiap tahapan penyaluran bantuan.
b. Jika tiga bulan berturut-turut seluruh anggota keluarga peserta
PKH tidak memenuhi komitmen kehadiran pada fasilitas
layanan kesehatan dan/ataupendidikan sesuai dengan
protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan maka
pengurangan nominal bantuan sebesar 100% atau tidak
mendapatkan bantuan akan tetapi masih menjadi peserta
PKH.
c. Jika enam bulan berturut-turut seluruh anggota keluarga
peserta PKH tidak memenuhi komitmen kehadiran pada
fasilitas layanan kesehatan dan pendidikan sesuai dengan
protokol yang berlaku di setiap fasilitas layanan, maka akan
dikeluarkan dari kepesertaan PKH secara permanen meskipun
masih memenuhi kriteria PKH.
d. Khusus bagi daerah pengembangan yang infrastruktur
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial belum

22
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
memadai maka penerapan sanksi akan dilakukan secara
bertahap.
e. Jika dalam tiga kali siklus penyaluran bantuan berturut-turut
atau selama sembilan bulan peserta PKH tidak mengambil
bantuan, maka dikeluarkan dari kepesertaan PKH.
f. KM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai peserta PKH,
maka dikeluarkan dari kepesertaan PKH.
g. Peserta PKH yang telah dikeluarkan kepesertaannya, tidak
dapat diajukan kembali sebagai Peserta PKH.
2. Sanksi Bagi Pendamping PKH
Bagi pendamping yang KM dampingannya tidak memenuhi
kondisionalitas akan diberikan sanksi dapat berupa:
a. Teguran secara lisan maupun tertulis
b. Penundaan pembayaran honorarium
c. Penghentian kontrak kerja

G. Transformasi Kepesertaan

Masa kepesertaan penerima bantuan PKH dirancang selama 6


tahun, dengan asumsi selama masa kepesertaan terjadi perubahan
perilaku dalam bidang pendidikan, kesehatan dan status sosial ekonomi
keluarga.

Untuk kesuksesan rancangan tersebut, pada tahun kelima


kepesertaan PKH akan didata ulang melalui kegiatan resertifikasi.
Proses ini merupakan evaluasi atas kepemilikian komponen kepesertaan
PKH dan status sosial ekonomi peserta PKH. Bila hasil resertifikasi
menunjukkan perubahan status sosial ekonomi atau tidak memiliki
komponen kepesertaan PKH, maka pada tahun keenam peserta PKH
dapat keluar dari program (graduasi). Jika belum dianggap layak keluar
(transisi), para peserta PKH akan dibekali dengan kegiatan P2K2 dan
progam komplementaritas berbasis ekonomi maupun program
perlindungan sosial yang terintegrasi dan relevan sehingga membantu
para peserta meningkatkan daya dan kapasitas kesejahteraannya hingga
mandiri.

1. Tujuan Resertifikasi
Dalam jangka pendek dana bantuan tunai bersyarat ini diharapkan
mampu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga (dampak

23
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
konsumsi langsung), dan dalam jangka panjang merupakan investasi
generasi masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kesehatan
dan pendidikan (dampak pengembangan modal manusia). Artinya,
PKH diharapkan sebagai program yang mampu memutus rantai
kemiskinan antar generasi. Secara khusus. Sedangkan tujuan resertifikasi
adalah: mengidentifikasi program yang dimiliki peserta atau program
lainya, menilai status sosial ekonomi peserta PKH, identifikasi
keikutsertaan peserta PKH pada programperlindungan sosial lainya
dan penggalian karekteristik sosial peserta pkh untuk komplementaritas
program .

Pemberian bantuan tunai saja tidak cukup jika yang diharapkan


adalah tumbuhnya kesadaran. Pengetahuan kondisi kesehatan yang
baik, pendidikan yang memadai, akan dapat meningkatkan kondisi
kesejahteraan hidup mereka di masa depan.

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang


dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan sebuah
intervensi perubahan perilaku yang diberikan bagi peserta PKH. P2K2
merupakan proses belajar secara terstruktur untuk meningkatkan
keterampilan hidup masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan
anak, kesehatan, dan perlindungan anak. Materi P2K2 disampaikan
melalui pertemuan kelompok bulanan yang disampaikan oleh
Pendamping PKH terhadap kelompok-kelompok binaannya.

Gambar 10. Pendampingan P2K2

24
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
2. Tujuan P2K2
a. Meningkatkan pengetahuan peserta PKH mengenai
pengasuhan anak dan mendukung pendidikan anak di sekolah.
b. Meningkatkan pengetahuan praktis peserta PKH tentang
pengelolaan keuangan keluarga. Peserta PKH belajar
bagaimana membedakan antara kebutuhan dan keinginan,
membuat target menabung dan menghindari hutang, serta
meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha.
c. Meningkatkan kesadaran peserta PKH dalam hal kesehatan
khususnya pentingnya 1000 hari pertama kehidupan yang
secara khusus memberi perhatian pada kesehatan ibu hamil
dan bayi.
d. Meningkatkan kesadaran peserta PKH terhadap pencegahan
kekerasan terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak.
e. Meningkatkan kesadaran peserta PKH terhadap hak-hak
lansia dan disabilitas.
f. Secara umum meningkatkan kesadaran peserta PKH akan
hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, khususnya
dalam pemanfaatan layanan umum yang disediakan
pemerintah untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan
pendidikan.
P2K2 diberikan sebagai kewajiban Pendamping PKH terhadap
Peserta PKH yang menjadi dampingannya dalam pertemuan
yang diselenggarakan sebulan sekali. Dalam pelaksanaannya,
P2K2 menjadi bagian dari ukuran kinerja seorang pendamping
dengan supervisi dari koordinator Kabupaten/Kota, dan
koordinator wilayah. Pelaksanaan P2K2 secara lebih rinci
dijelaskan dalam lampiran pedoman operasional P2K2.

H. Komplementaritas dan Sinergitas Program

PKH sebagai program perlindungan sosial yang berfokus pada


perbaikan kualitas hidup dasar masyarakat miskin akan menjadi dasar
penargetan program-program jaminan dan perlindungan sosial lainnya.
Program-program tersebut antara lain:

1. Jaminan Kesehatan Nasional


Seluruh peserta PKH pada saat yang bersamaan juga adalah
Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari program Jaminan Kesehatan
Nasional.Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjamin dan memastikan

25
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
masyarakat kurang mampu untuk mendapat manfaat pelayanan
kesehatan seperti yang dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Lebih dari itu, secara bertahap cakupan peserta akan diperluas
meliputi penyandang masalah kesejahteraan sosial dan bayi yang
lahir dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang selama ini tidak
dijamin.

2. Beras untuk Masyarakat Sejahtera (Rastra)


Seluruh penerima PKH berhak menjadi penerima bantuan beras
bersubsidi (Rastra) yang dikeluarkan oleh pemerintahuntuk
memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga. Rastra diberikan
sebanyak 15 Kg/bulan dengan harga tebus Rp.1.600/Kg.

3. Program Indonesia Pintar (PIP)


Peserta PKH dengan usia 6-21 tahun berhak menjadi penerima
manfaat dari Kartu Indonesia Pintar, yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk
mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan
pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan
Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12
tahun.
b. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah
(drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan
ekonomi.
c. Menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan
agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di
sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) maupun Lembaga Kursus dan
Pelatihan.
Prioritas sasaran dari penerima Program Indonesia Pintar adalah:
a. Penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) 2014 Pemegang KKS
yang ada dalam Data Pokok Pedidikan (Dapodik);
b. Siswa/anak dari keluarga pemegang KKS yang belum
menerima BSM 2014;
c. Siswa/anak dari keluarga peserta PKH non KKS;
d. Siswa/anak yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari
Panti Sosial/Panti Asuhan;
e. konflik sosial, siswa dari keluarga terpidana, anak berada di
LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan), dan siswa memiliki lebih
dari tiga saudara tinggal serumah;

26
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
f. Siswa dari SMK yang menempuh studi keahlian kelompok
bidang: Pertanian (bidang Agrobisnis dan Agroteknologi)
Perikanan, Peternakan, kehutanan dan
Pelayaran/Kemaritiman.
Siswa/anak yang berasal dari prioritas sasaran penerima PIP,
dapat diusulkan dengan syarat sebagai berikut:
a. Siswa Pendidikan Formal:
1) Terdaftar sebagai siswa/peserta didik pada sekolah;
2) Terdaftar dalam Dapodik sekolah;
3) Diusulkan oleh sekolah melalui dinas pendidikan
kabupaten/kota ke direktorat teknis di Kemdikbud
b. A n a k D i d i k L e m b a g a P e n d i d i k a n N o n - F o r m a l :
1) Terdaftar sebagai anak didik pada SKB/PKBM/lembaga
kursus dan pelatihan;
2) Diusulkan oleh SKB/PKBM/Lembaga kursus dan
pelatihan melalui dinaspendidikan kabupaten/kota ke
direktorat teknis di Kemdikbud;
c. Anak Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah:
1) Terdaftar kembali di sekolah/SKB/PKBM/Lembaga
kursus dan pelatihan.
2) Diusulkan oleh sekolah/SKB/PKBM/Lembaga kursus
dan pelatihan melalui dinas pendidikan kabupaten/kota
ke direktorat teknis di Kemdikbud.
3) Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
KUBE merupakan kelompok warga yang dibentuk dengan
tujuan melaksanakan kegiatan ekonomi bersama. Peserta
PKH diharapkan menjadi penerima bantuan KUBE dengan
tujuan meningkatkan penghasilannya.
4) Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu)
Rutilahu adalah program bantuan perbaikan rumah yang
diharapkan dapat menjangkau peserta PKH termasuk
perbaikan fasilitas lingkungan tempat tinggal.
5) Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut)
Aslut merupakan bantuan sosial berupa uang serta
pendampingan bagi lanjut usia. Penerima PKH yang
memiliki lanjut usia 70 tahun ke atas diberikan bantuan
sosial sebagai penerima PKH komponen kesehjateraan
sosial..
6) Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB)
ASPDB merupakan bantuan sosial beraupa uang serta
pendampingan bagi penyandang disabilitas berat. Anggota

27
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
keluarga penerima PKH yang merupakan penyandang
disabilitas berat diberikan bantuan sosial sebagai penerima
PKH komponen kesejahteraan sosial.

I. Pendampingan

Sebagai ujung tombak dalam pelaksana program dilapangan,


pendamping PKH memfasilitasi peserta PKH untuk mengakses layanan
fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan kesejahteraan sosial,
termasuk melaksanakan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga
(P2K2) secara rutin untuk tujuan perubahan perilaku yang lebih baik.
Pendamping PKH bertugas untuk memastikan peserta PKH memenuhi
kewajibannya dalam memanfaatkan layanan kesehatan dan layanan
pendidikan sesuai ketentuan dan persyaratan.

Pendamping PKH direkrut oleh Kementerian Sosial melalui seleksi


secara terbuka dengan persyaratan pendidikan minimal D3 dan bersedia
ditempatkan di lokasi pelaksanaan PKH, dengan jumlah dampingan
berkisar antara 250 hingga 300 peserta PKH. Khusus untuk daerah
terpencil dan daerah dengan kategori sulit, jumlah dampingan berkisar
100 hingga 200 peserta PKH.

Tugas utama pendamping PKH adalah melaksanakan seluruh


tahapan pelaksanaan PKH yakni pertemuan awal, validasi KM,
pemutahiran data, verifikasi komitmen kehadiran di layanan pendidikan
dan kesehatan, mengawal penyaluran bantuan, melakukan pertemuan
peningkatan kemampuan keluarga (P2K2), melakukan penanganan
pengaduan, membuat laporan serta menyelesaikan permasalahan yang
timbul dalam pelaksanaan PKH di lapangan.

Pendampingan komponen kesehatan dan pendidikan, dilakukan


dengan ketentuan berikut:
1. Pendamping PKH berkewajiban mengadakan pertemuan
kelompok bulanan dengan peserta PKH dampingannya.
2. Pendamping PKH berkewajiban memastikan bantuan komponen
kesehatan dan pendidikan sampai kepada sasaran.

28
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Pendampingan komponen kesejahteraan sosial untuk lansia dan
PDB, dilakukan dengan ketentuan berikut:
1. Pendampingan komponen lansia dilaksanakan oleh Pendamping
Lansia Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia.
2. Pendampingan PDB dilaksanakan oleh Pendamping Penyandang
Disabilitas Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiltas.
3. Pendamping PKH berkewajiban memastikan bantuan komponen
lansia dan PDB sampai kepada sasaran.

29
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
30
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB III
PELAKSANAAN PKH

Bab ini menjelaskan seluruh proses utama dalam implementasi


Program Keluarga Harapan (PKH). Proses utama Pelaksanaan PKH
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 11. Alur Pelaksanaan PKH

A. Penetapan Sasaran (Targeting)

Penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan


jangkauan penerima manfaat PKH. Sumber data penetapan sasaran
berasal dari TerpaduProgram Penanganan Fakir Miskin sesuai Peraturan
Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2016 tanggal 3 Mei 2016 tentang
Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Miskin.

1. Penyiapan Data dan Penetapan Sasaran


a. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan penelusuran

31
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
data KKS per kecamatan untuk dijadikan penetapan kuota calon
penerima PKH yang akan divalidasi.

b. Penetapan kuota dihitung berdasarkan proporsi jumlah KKS per


kecamatan dikalikan jumlah target PKH tahun berjalan dibagi
jumlah KKS secara nasional.

c. Data dimaksud adalah data KKS yang memiliki kelengkapan


komponen PKH berupa kepala keluarga dan anggota keluarga.

2. Penetapan Data Awal Validasi

Data Peserta PKH diperoleh dari Basis Data Terpadu (BDT) yang
diolah berdasarkan ranking kemiskinan terendah (sekitar 11% dari
Keluarga Miskin). Adapun alur penetapan data adalah sebagai berikut:

a. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengirimkan data calon


penerima PKH kepada Pemerintah Daerah cq. Dinas/Instansi
Sosial Kabupaten/ Kota.

b. Pemerintah Daerah cq. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota


melakukan pemilahan data yang sudah dan belum menjadi
peserta PKH.

c. Dalam hal Pemerintah Daerah memiliki data baru di luar data


yang dikriim oleh Pusat, maka Pemerintah Daerah dapat
mengusulkan data tersebut untuk dijadikan data awal validasi
untuk kemudian dilakukan pemadanan dengan data BDT oleh
Kementerian Sosial RI sesuai kuota.

d. Hasil pemilihan data pada butir b dan usulan data pada butir c
dikirimkan ke Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebagai data
awal validasi PKH sesuai kuota yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Sosial disertai Berita Acara Penetapan yang disahkan
oleh Pemerintah Daerah cq. Dinas/Instansi Sosial
Kabupaten/Kota.

e. Pengusulan data oleh Pemerintah Daerah akan dijadikan sebagai


data awal pelaksanaan validasi tahun berjalan.
32
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
f. Peserta PKH ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Direktur
Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial
RI tentang Penetapan Lokasi PKH.

Hasil penetapan sasaran berupa Surat Keputusan (SK) Direktur


Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI tentang
Penetapan Lokasi PKH Tahun berjalan.Alur penentuan sasaran itu bisa
dilihat dari bagan-bagan berikut ini.Penetapan sasaran (targeting)
dilakukan dalam rangka perluasan wilayah jangkauan.

B. Persiapan Daerah

Menindaklanjuti penetapan lokasi PKH di masing-masing daerah,


maka daerah perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim koordinasi PKH di Kabupaten/Kota dengan


berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK).

2. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menyediakan infrastruktur


terkait untuk mendukung pelaksanaan PKH Kabupaten/Kota.

3. Kantor Kecamatan menyediakan infrastruktur terkait untuk


mendukung pelaksanaan PKH di Kecamatan.

4. Melakukan sosialisasi, meliputi:


1) Sosialisasi kepada timkoordinasi Kabupaten/Kota,
2) Sosialisasi kepada aparat pemerintah di tingkat kecamatan
dan kelurahan,
3) Sosialisasi kepada masyarakat.

C. Pertemuan Awal dan Validasi

1. Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi


Setelah proses penetapan sasaran (targeting), Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga melakukan validasi calon peserta PKH. Tahapan proses
validasi, meliputi:
a. Pengiriman Data Calon Peserta PKH
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan pengiriman data
KM calon peserta PKH ke Pelaksana PKH Kabupaten/Kota untuk

33
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
keperluan validasi (pencocokkan data). Data ini mencakup seluruh
anggota KM yang berhak menerima bantuan program PKH di
Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah PKH.
b. Persiapan Pertemuan Awal (PA)
Setelah menerima data calon peserta PKH, Pelaksana PKH
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan pendamping
dan operator untuk menetapkan pembagian jumlah calon peserta
PKH berdasarkan wilayah kerja pendamping. Kemudian
melakukan pencetakan formulir validasi dan Surat Undangan
Pertemuan Awal (SUPA). SUPA yang telah tercetak dikirimkan
kepada calon peserta PKH sesuai nama dan alamat yang telah
tercantum.
c. Pertemuan Awal dan Validasi
Sebelum pelaksanaan PA, Pendamping harus berkoordinasi
dengan aparat Kecamatan dan Kelurahan/Desa setempat.
Tujuan pertemuan awal adalah:
1) M e n g i n f o r m a s i k a n t u j u a n d a n k e t e n t u a n P K H
2) Melakukan sosialisasi program dan validasi data KM dengan
syarat kepesertaan PKH
3) Menjelaskan komitmen yang harus dilakukan oleh peserta
PKH untuk dapat menerima bantuan
4) Menjelaskan sanksi dan implikasi apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program
5) Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan
pengaduan atas pelaksanaan PKH
6) Meminta KM menandatangani surat pernyataan yang tertera
di dalam surat undangan pertemuan awal sebagai tanda
kesediaan mengikuti komitmen yang ditetapkan dalam
program
7) Menjelaskan hak dan kewajiban ibu peserta PKH
8) Menerimapengaduan
9) Penjelasan tentang jadwal penyaluran bantuan PKH
10) Penjelasan jadwal kunjungan ke fasilitas kesehatan (oleh
petugas kesehatan)
11) Penjelasan tentang pendaftaran sekolah
12) Penjelasan tentang pelayanan kesejahteraan bagi penyandang
disabilitas dan lansia
Apabila terdapat KM yang menerima SUPA namun tidak hadir,
maka pendamping berkewajiban mendatangi rumah KM tersebut
setelah pertemuan awal dan melakukan proses sebagaimana di
atas. Penjelasan lebih lanjut tentang pertemuanawal dijelaskan
dalam buku Pedoman Operasional Validasi.
34
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
2. Penetapan Peserta

Setelah Pertemuan Awal dan Validasi, Pendamping melakukan


entry data menggunakan aplikasi SIM PKH Hybrid. Selanjutnya data
hasil entry diunduh (download) dan diserahkan ke Operator Instansi
Sosial Kabupaten/Kota untuk diunggah (upload) ke SIM PKH Nasional.
Dan kemudian Direktorat Jaminan Sosial Keluargamengolah data hasil
validasi dan menentukan Daftar Tetap Peserta PKH untuk mendapatkan
bantuan PKH.

Seluruh data peserta PKH yang telah ditetapkan akan menjadi


Data Dasar Database tersebut kemudian dikirim Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga ke Mitra Kerja/Vendor untuk selanjutnya dicetak Kartu
Peserta PKH. Dalam hal karena keterbatasan waktu pencetakan kartu,
maka pelaksanaannya akan dimasukkan kedalam tahun berikutnya.

Kartu ini sebagai bukti kepesertaan dalam PKH dan nama yang
tercantum dalam kartu tersebut adalah nama ibu/wanita yang mengurus
anak. Kartu Peserta PKH dikirimkan ke Instansi Sosial Kabupaten/Kota
untuk selanjutnya didistribusikan oleh pendamping kepada Peserta
PKH.

3. Usulan Proposal Daerah

Daerah yang akan menjadi pelaksana PKH diharuskan membuat


usulan berupa proposal yang memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Ketersediaan fasilitas pendidikan (fasdik) dan fasilitas kesehatan
(faskes) yang memadai untuk mendukung program PKH.
b. Penyediaan fasilitas sekretariat Pelaksana PKH Kabupaten/Kota.
c. Penyediaan fasilitas sekretariat untuk Pendamping PKH di
Kecamatan.
d. Penyediaan alokasi dana penyertaan PKH melalui APBD I dan
II minimal sebesar 5% dihitung dari total bantuan yang diterima
peserta PKH baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

4. Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi Kabupaten/Kota berdasarkan proposal daerah


dan ketersediaan data awal. Penetapan lokasi pelaksana PKH dilakukan
melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan

35
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Setelah penetapan sasaran (targeting) selesai, Pelaksana PKH Pusat
melakukan validasi calon peserta PKH. Pertemuan awal adalah kegiatan
sosialisasi tentang program kepada calon peserta PKH. Sedangkan
validasi adalah kegiatan mencocokkan data awal hasil pendataan PPLS
dengan kondisi terkini calon peserta PKH. Tujuan validasi calon peserta
PKH dalam rangka memperoleh peserta PKH yang valid dan memenuhi
kriteria (eligible) sesuai syarat kepesertaan PKH. Mekanisme pertemuan
awal dan validasi dijelaskan lebih rinci pada buku pedoman operasional
pertemuan awal dan validasi.

Gambar 12. Persiapan Pertemuan Awal

Gambar 13. Pelaksanaan Pertemuan Awal

36
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
D. Penyaluran Bantuan

Penyaluran bantuan diberikan kepada peserta PKH berdasarkan


komponen kepesertaan PKH. Penyaluran bantuan bagi peserta yang
telah ditetapkan pada tahun anggaran sebelumnya dilaksanakan empat
tahap dalam satu tahun, sedangkan untukkepesertaan yang ditetapkan
pada tahun berjalan, penyalurannya dilaksanakan dalam satu tahap.
Penyaluran bantuan PKH dilakukan tunai dan non tunai oleh lembaga
bayar.
Bantuan PKH diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bantuan tetap diberikan per tahun.
2. Bantuan diberikan kepada penerima manfaat maksimal tiga
anggota keluarga yang memenuhi kriteria kepesertaan PKH.
3. Jika dalam satu keluarga terdapat lebih dari tiga anggota keluarga
yang memenuhi kriteria kepesertaan PKH, maka bantuan
diberikan berdasarkan nilai nominal bantuan terbesar.
4. Kehamilan keempat dan berikutnya tidak dihitung sebagai
komponen penerima bantuan.
Jadwal dan pelaksanaan penyaluran bantuan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada pada tahun berjalan serta disesuaikan
dengan kebijakan yang dibuat untuk memperlancar pelaksanaan
penyaluran bantuan.

Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penyaluran bantuan PKH


dapat dilihat pada buku pedoman operasional penyaluran bantuan.

E. Pembentukan Kelompok Peserta PKH

Setelah penyaluran bantuan pertama dilakukan, setiap pendamping


menetapkan dan melakukan pertemuan kelompok peserta PKH minimal
dilaksanakan setiap bulan sekali. Setiap kelompok berjumlah antara
15-25 KM dan menunjuk/menetapkan ketua kelompok, yang berfungsi
sebagai contact person bagipendamping untuk persiapan pelaksanaan
kegiatan, seperti kegiatan sosialisasi, pelatihan, penyuluhan, penyelesaian
masalah, sesi pemberdayaan keluarga (P2K2- FDS), dan sebagainya.

Ketua kelompok dipilih secara terbuka untuk menjaring kandidat


yang secara sukarela memiliki komitmen tinggi (tanpa gaji atau honor)
untuk mensukseskan pelaksanaan PKH. Ketua kelompok terpilih tidak
37
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
diperkenankan memungut bayaran apapun dari peserta PKH, tetapi
dapat mengikuti kegiatan seperti mengikuti sosialisasi, pelatihan,
penyuluhan dan sebagainya yang dilaksanakan oleh program.
Mekanisme pembentukan kelompok dijelaskan lebih rinci pada Pedoman
Operasional Kelembagaan PKH.

F. Verifikasi Komitmen

Verifikasi komitmen peserta PKH pada prinsipnya dilakukan


terhadap pendaftaran (enrollment) dan kehadiran (attendance) anak
baik di sekolah untuk komponen pendidikan maupun Puskesmas dan
jaringannya untuk komponen kesehatan. Kepada pihak pelaksana
pelayanan pendidikan, baik sekolah/madrasah/ penyelenggara Paket
A/B/C sangat diharapkan peran aktifnya untuk dapat menarik kembali
anak-anak KM, khususnya yang belum menyelesaikan pendidikan
dasar namun telah meninggalkan bangku sekolah atau bekerja, untuk
kembali ke sekolah. Verifikasi anggota keluarga peserta PKH
penyandang disabilitas hanya diberlakukan pemeriksaan satu kali
dalam setahun.

Mekanisme verifikasi komitmen dijelaskan lebih rinci pada Pedoman


Operasional verifikasi komitmen.

Gambar 14. Pelaksanaan Verifikasi Komitmen

38
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
G. Penangguhan dan Pembatalan

1. Bantuan tidak dibayarkan bila peserta PKH tidak memenuhi


komitmen yang telah ditentukan untuk 1 kali siklus penyaluran
bantuan (3 bulan berturut-turut), namun masih tercatat sebagai
peserta PKH.
2. Kepesertaan PKH akan dikeluarkan bila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen verifikasi yang telah ditentukan untuk 2
kali siklus penyaluran bantuan (6 bulan berturut-turut) melalui
investigasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan.
3. Dalam 3 kali siklus penyaluran bantuan berturut- turut (9 bulan)
peserta PKH tidak mengambil bantuan, maka dikeluarkan dari
kepesertaan PKH melalui investigasi dalam monitoring dan
evaluasi kegiatan
4. KM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai peserta PKH, maka
dikeluarkan dari kepesertaan PKH.
5. Peserta PKH yang telah dikeluarkan kepesertaannya, tidak dapat
diajukan kembali sebagai Peserta PKH.
6. Penangguhan program bagi pemerintah Kabupaten/Kota dapat
terjadi apabila pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
tidak melaksanakan komitmennya yaitu menyediakan dan
memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan sebagaimana
telah ditetapkan pada saat awal pelaksanaan program melalui
proses berikut:
a. Terdapat pengaduan terkait pelayanan pendidikan dan
kesehatan, seperti ketidak-tersediaan guru, tenaga kesehatan,
dan vaksin, hingga melebihi 20% dari total jumlah peserta
PKH di Kabupaten/Kota tersebut dalam waktu 4 bulan
berturut-turut;
b. Dalam 3 (tiga) bulan, belum ada penyelesaian terhadap indikasi
permasalahan penyediaan pelayanan kesehatan dan
pendidikan;
c. Kabupaten/Kota menyatakan keluar dari program.

H. Pemutakhiran Data

Pemutakhiran data adalah perubahan sebagian atau seluruh data


awal yang tercatat pada Master Database. Beberapa contoh perubahan
informasi dari KM sebagai berikut:
1. Perubahan tempat tinggal,
2. Kelahiran anggota keluarga,
39
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
3. Penarikan anak-anak dari program (kematian, keluar/pindah
sekolah, dan sebagainya),
4. Masuknya anak-anak baru ke sekolah,
5. Ibu hamil,
6. Perbaikan nama atau dokumen-dokumen,
7. Perubahan nama ibu/perempuan penerima PKH (menikah/cerai,
meninggal, pindah/bekerja di luar domisili),
8. Perubahan fasilitas kesehatan yang diakses,
9. Perubahan variabel sinergitas program.

Pemutakhiran data dilakukan oleh Pendamping PKH setiapada


perubahan. Pendamping PKH beker-jasama dengan ketua kelompok
PKH untuk memeriksa perubahan data terkait. Mekanisme
pemutakhiran data dijelaskan lebih rinci pada Pedoman Operasional
Pemutahiran Data.

I. Pengaduan

Mengingat pelaksanaan suatu program tidak selalu dapat


diharapkan berjalan sempurna, maka Pelaksana PKH Pusat, Pelaksana
PKH Provinsi dan Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dibentuk layanan
Sistem Pengaduan Masyarakat (SPM) PKH. SPM PKH berfungsi
memfasilitasi segala jenis pengaduan terkait dengan pelaksanaan PKH
dan penyelesaiannya secara berjenjang.

Selain itu, SPM PKH juga berfungsi sebagai feedback atas


pelaksanaan PKH, sebagai salah satu mekanisme monitoring dan
evaluasi implementasi program.Mekanisme pengaduan dijelaskan lebih
rinci pada Pedoman Operasional SPM PKH.

Gambar 15. Mekanisme pengaduan


40
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Pengaduan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Pengaduan dapat dilakukan oleh peserta PKH maupun bukan
peserta PKH
2. Pengaduan berupa ketidaksesuaian pelaksanaan PKH di
lapangan
3. Pendamping PKH membantu pengadu untuk mengisi formulir
pengaduan dan menyampaikan ke Pelaksana PKH Pusat
4. Pendamping PKH berkewajiban memberi informasi pihak
yang bisa dihubungi oleh pelapor untuk mengetahui
perkembangan pengaduan
5. Ketua pelaksana PKH Kabupaten/Kota memeriksa dan
mengumpulkan laporan dari Kecamatan tempat kejadian
perkara dan melaporkan ke Pelaksana PKH Pusat.

41
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
42
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB IV
KELEMBAGAAN PKH

Kelembagaan PKH terdiri dari Tim Koordinasi Teknis serta


Pelaksana Program Keluarga Harapan (Pelaksana PKH) yang dibentuk
di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

A. Pelaksana Program di Pusat

1. Tim Koordinasi Nasional


Pengarah : Menteri Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (PMK)
Ketua : Menteri Sosial

Tim Koordinasi Nasional berada pada tingkat pengembangan


kebijakan dan sebagai perumus dalam melakanakan PKH dalam masing-
masing kementerian.Tim Koordinasi Nasional melakukan kajian
pelaksanaan, mekanisme yang sedang berjalan, hasil audit dan evaluasi,
dan memberikan solusi atas permasalahan lintas sektor yang
teridentifikasi serta berperan kunci dalam menyetujui perubahan
pelaksanaan program.

Tim Koordinasi Nasional beranggotakan pejabat Eselon 1 yang


membidangi urusan pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan,
anak, keluarga, disabilitas, lanjut usia, data, komunikasi dan informasi
di kementerian:

a. Kementerian Sosial
b. Kementerian Kesehatan
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
d. Kementerian Agama
e. Kementerian Komunikasi dan Informatika
f. Kementerian Keuangan
g. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
h. Kementerian Dalam Negeri
i. Kementerian PPN/Bappenas
j. Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal
k. Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak
l. Badan Pusat Statistik
43
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
2. Tim Koordinasi Teknis
Pengarah : Menteri Sosial
Ketua : Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan
Sosial
Sekretaris : Direktur Jaminan Sosial Keluarga

Secara umum, Tim Koordinasi Teknis Pusat bertugas


menerjemahkan kebijakan tim Koordinasi Nasional dan mendorong
kegiatan operasional PKH. Tim ini juga merupakan jembatan antara
Tim Koordinasi Nasional, Pelaksana PKH Pusat, dan jaringan yang ada
di bawahnya.
a. Tugas pokok dan fungsi
Mengkaji berbagai rencana operasional yang disiapkan oleh
Pelaksana PKH Pusat, mengkoordinasikan berbagai kegiatan
sektoral terkait agar tujuan dan fungsi program dapat berjalan
baik, membentuk Tim Lintas Sektor yang bertugas untuk
menentukan peserta PKH, memonitor perkembangan pelaksanaan
program.
b. Susunan keanggotaan
Anggota Tim Koordinasi Teknis terdiri dari pejabat Eselon 2
yang membidangi urusan pengentasan kemiskinan, pendidikan,
kesehatan, anak, keluarga, fakir miskin, disabilitas, lanjut usia,
data, komunikasi informasi, publikasi, kerjasama, kelembagaan,
perencanaan, keuangan dan audit.

3. Pelaksana PKH
Pelaksana Program Keluarga Harapan adalah Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan
Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Sosial No. 20


Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial
bagian keenam pasal 175 disebutkan bahwa Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang validasi dan terminasi,
bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber daya jaminan sosial
keluarga;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang seleksi dan verifikasi,
kemitraan, penyaluran bantuan, serta pendampingan jaminan
sosial keluarga;

44
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan criteria
di bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan,
serta sumber daya jaminan sosial keluarga;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang
validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber
daya jaminan sosial keluarga;
e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan
di bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan,
dan sumber daya jaminan sosial keluarga.
Personil pelaksana Program Keluarga Harapan di Pusat terdiri atas
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Iingkungan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga dan pegawai non PNS dengan Ikatan Perjanjian Kerja dengan
Waktu Tertentu (IPKWT) yang terdiri atas Tenaga Ahli dan Tenaga
Operator.
Tenaga Ahli dalam Direktorat Jaminan Sosial Keluarga bertugas
membantu Direktur dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
serta evaliasi PKH agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan program.

B. Pelaksana PKH Daerah

Pelaksana PKH Daerah adalah Dinas/Instansi Sosial yang


membidangi urusan perlindungan dan jaminan sosial. Personil pelaksana
Program Keluarga Harapan di daerah terdiri atas Pegawai Negeri Sipil
di Dinas/Instansi Sosial dan tenaga pelaksana dengan Ikatan Perjanjian
Kerja dengan Waktu Tertentu (IPKWT) yang terdiri atas Koordinator
Wilayah Provinsi, Supervisor Kabupaten/Kota, Pendamping dan
Operator.
Kelembagaan PKH daerah terdiri dari: (i) Tim Koordinasi Teknis
ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan, (ii) Pelaksana
Program Keluarga Harapan ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan.
1. Tim Koordinasi Teknis PKH Daerah
a. Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi
1) Tujuan pembentukan Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi
adalah untuk memantau semua kegiatan PKH di wilayah
Provinsi serta untuk memastikan komitmen daerah terkait
dengan PKH terpenuhi.
2) Tugas dan Tanggung Jawab
a) Koordinasi persiapan provinsi untuk mendukung

45
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
pelaksanaan PKH.
b) Koordinasi rutin terhadap partisipasi provinsidan
Kabupaten/Kota terkait dalam pelaksanaan PKH.
3) Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi terdiri atas:
a) Gubernur sebagai Pembina
b) Sekretaris Daerah Provinsi selaku Ketua Tim Pengarah
c) Kepala Bappeda Provinsi selaku Ketua Tim Koordinasi
Teknis
d) Kepala Dinas/Instansi Sosial selaku Sekretaris
e) Anggota Tim Koordinasi Teknis PKH Provinsi:
(1) Kepala Dinas/Instansi Pendidikan
(2) Kepala Dinas/Instansi Kesehatan
(3) Kepala BPS Provinsi
(4) Kepala BPS Provinsi
(5) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
(6) Kepala Dinas/Instansi Komunikasi dan Informatika
(7) Kepala Dinas/Instansi Tenaga Kerja
(8) Kepala Dinas/Instansi Kependudukan dan Catatan
Sipil
(9) Lembaga lain yang dianggap sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan daerah
b. T i m K o o r d i n a s i T e k n i s P K H K a b u p a t e n / K o t a
1) Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota
terdiri atas:
a) Bupati selaku Pembina
b) Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota, selaku Ketua tim
pengarah
c) Kepala Bappeda Kabupaten/ Kota, selaku Ketua Tim
Koordinasi Teknis
d) Kepala Dinas/Instansi Sosial, selaku Sekretaris
e) Anggota Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota:
(1) Kepala Dinas/Instansi Pendidikan
(2) Kepala Dinas/Instansi Kesehatan
(3) Kepala BPS Kabupaten/ Kota
(4) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
(5) Kepala Dinas/Instansi Komunikasi dan Informatika
(6) Kepala Dinas/Instansi Tenagakerja
(7) Kepala Dinas/Instansi Kependudukan dan Catatan
Sipil
(8) Lembaga lain yang dianggap sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan daerah.

46
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
2) Tim Koordinasi Teknis PKH Kabupaten/Kota dibentuk
untuk memastikan persiapan dan pemenuhan tanggung
jawab Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan PKH. Tim
koordinasi ini akan menjadi saluran utama informasi
program ke berbagai pihak terkait pada Kabupaten/Kota
agar semua pihak bisa merespon dalam waktu yang singkat
jika diperlukan. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota
diperlukan untuk mendorong partisipasi pemberi
pelayanan dan menyelesaikan masalah pengadaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terkait dengan
program.
3) Tugas dan tanggungjawab Tim Koordinasi Teknis PKH
Kabupaten/Kota, secara umum, terdiri atas:
a) Koordinasi persiapan Kabupaten/Kota untuk
mendukung pelaksanaan PKH.
b) Koordinasi rutin terhadap partisipasi Kabupaten/Kota
terkait dalam pelaksanaan PKH.
Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Teknis PKH
Kabupaten/Kota, secara lebih rinci dijelaskan dalam
Pedoman Operasional Kelembagaan PKH.
c. Tim Koordinasi PKH Kecamatan
1) Susunan Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan:
a) Kepala Bappeda selaku Pembina
b) Kepala Dinas Sosial, selaku ketua tim pengarah
c) Camat, selaku Ketua Tim Teknis
d) Koordinator Pendamping, selaku Sekretaris
e) Anggota Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan:
(1) Kepala UPT Pendidikan SD/sederajat dan
SMP/sederajat
(2) Kepala UPT Kesehatan
(3) Pendamping PKH
(4) Kepala Desa/Lurah lokasi PKH
(5) Lembaga lain yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan Kecamatan
2) Tim Koordinasi Teknis PKH Kecamatan dibentuk untuk
memastikan persiapandan pemenuhan tanggung jawab
Kecamatan terhadap pelaksanaan PKH. Tim koordinasi
akan menjadi saluran utama informasi program keberbagai
pihak terkait pada Kecamatan agar semua pihak bisa
merespon dalam waktu yang singkat jika diperlukan. Tim
Koordinasi Kecamatan diperlukan untuk mendorong

47
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
partisipasi pemberi pelayanan dan menyelesaikan masalah
pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan
yang terkait dengan program.
3) Tugas dan tanggungjawab Tim Koordinasi Teknis PKH
Kecamatan:
a) Koordinasi persiapan Kecamatan untuk mendukung
pelaksanaan PKH.
b) Koordinasi rutin terhadap partisipasi Kecamatan terkait
dalam pelaksanaan PKH.
Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Teknis PKH
Kecamatan, secara lebih rinci dijelaskan dalam Pedoman
Operasional Kelembagaan PKH.

2. Pelaksana PKH Daerah

Pelaksana PKH dibentuk di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota dan


Kecamatan di mana PKH dilaksanakan. Pelaksana PKH Daerah
merupakan kunci untuk menyukseskan pelaksanaan PKH dan akan
menjadi saluran informasi terpenting antara Pelaksana PKH daerah
dengan Pelaksana PKH Pusat serta Tim Koordinasi Pusat dan daerah.

Pelaksana PKH Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan dibentuk


dan ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah yang
kemudian disampaikan kepada Kementerian Sosial RI (up. Direktorat
Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial).

Kebutuhan personel Pelaksana PKH Provinsi, Kabupaten/Kota


dan Kecamatan ditetapkan berdasarkan tugas pokok dan
tanggungjawabnya. Wilayah kerja personel Pelaksana PKH Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Kecamatan meliputi seluruh daerah dalam satuan
wilayah kerjanya.

a. Pelaksana PKH Provinsi

Susunan keanggotaan Pelaksana Program Keluarga Harapan


Provinsi berjumlah 8 orang berasal dari Dinas Sosial yang terdiri
atas:
1) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial selaku Pengarah2)
Kepala Bidang Perlindungan/Jaminan Sosial Dinas

48
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Sosial/Institusi Sosial selaku Ketua Pelaksana PKH Provinsi
3) Kepala Seksi Dinas Sosial/Institusi Sosial selaku sekretaris
Pelaksana PKH Provinsi
4) Staf Dinas Sosial berjumlah 5 orang yang bertanggungjawab
pada bidang Data Keluarga Miskin, Sistem Pengaduan
Masyarakat, Penyaluran bantuan, Verifikasi, dan Monitoring
Evaluasi selaku anggota
5) Tenaga Ahli yang bertanggungjawab untuk membantu tugas
dan fungsi pelaksana PKH di tingkat Provinsi
6) Supervisi yang bertanggung jawab untuk memantau jalanya
bisnis proses PKH dalam Kabuapten / Kota

b. Pelaksana PKH Kabupaten/Kota

Struktur Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten/Kota


terdiri dari:
1) Pengarah : Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial
2) Ketua : Kepala Bidang Perlindungan/Jaminan
Sosial
3) Sekretaris : Kepala Seksi Bidang Sosial
4) Koordinator Kabupaten/Kota
5) Pendamping dan Operator
Dengan tugas pokok dan fungsi:
1) Bertanggung jawab dalam berbagai penyediaan informasi
dan sosialisasi PKH di Kabupaten/Kota.
2) Melakukan supervisi, pengawasan dan pembinaan
terhadap pelaksanaan PKH di tingkat Kabupaten/Kota.
3) Melaporkan secara berkala capaian pelaksanaan PKH
ditingkat Kabupaten/Kota kepada Pelaksana PKH Provinsi
dan Pelaksana PKH Pusat.
4) Membantu menyelesaikan masalah yang timbul selama
pelaksanaan PKH dilapangan.

c. Pelaksana PKH Kecamatan

Pelaksana PKH Kecamatan dibentuk di setiap kecamatan yang


terdapat peserta PKH. Pelaksana PKH Kecamatan merupakan
ujung tombak PKH karena unit ini akan berhubungan langsung
dengan peserta PKH. Personil Pelaksana PKH Kecamatan terdiri
dari Pendamping PKH. Jumlah Pendamping disesuaikan dengan

49
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
jumlah peserta PKH yang terdaftar di Kecamatan.

Rasio dampingan untuk satu orang Pendamping adalah 1


berbanding 200 hingga 250 KM peserta PKH. Rasio ini dapat
pula disesuaikan dengan kondisi daerah terkait geografis,
topografis, maupun iklim di lokasi pelaksana PKH.

Khusus untuk daerah kepulauan atau daerah yang sulit dijangkau


rasio pendamping dan KM bisa lebih kecil dari ketentuan di atas.
Pendamping dan Koordinator Pendamping yang ditunjuk akan
ditetapkan oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga Kementerian
Sosial RI.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Pelaksana PKH Kecamatan


bertanggung jawab kepada Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan
berkoordinasi dengan Camat.Tugas dan tanggungjawab
Pendamping PKH atau Pelaksana PKH Kecamatan secara umum
adalah melaksanakan tugas pendampingan kepada KM peserta
PKH.

Wilayah kerjanya meliputi seluruh desa/kelurahan dalam satuan


wilayah kerja di Kecamatan dan lebih rinci dijelaskan dalam
Pedoman Operasional Kelembagaan dan SDM PKH.Dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, Pelaksana PKH Kecamatan
bertanggung jawab kepada Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan
berkoordinasi dengan Camat setempat. Pelaksana PKH di tingkat
kecamatan adalah seksi yang membidangi kesejahteraan sosial,
bantuan sosial, perlindungan sosial dan atau jaminan sosial.

Jika dalam satu wilayah Kecamatan terdapat lebih dari dua


Pendamping, maka wajib ditunjuk salah seorang dari Pendamping
untuk menjadi Koordinator Pendamping tingkat Kecamatan.Di
masa yang akan datang, jika diperlukan dalam pelaksanaan PKH
di daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).

50
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB V
REKRUTMEN, BIMTEK, WORKSHOP,
RAKOR, DAN PEMANTAPAN

A. Rekrutmen dan Seleksi

1. Pengertian
a. Tujuan
Tersedianya SDM Pelaksana PKH baik di Pusat maupun di
Kabupaten/Kota yang profesional dan memiliki kemampuan
serta kualitas memadai baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan yang terstandar termasuk komitmen, dedikasi
dan integritas sesuai bidang tugasnya.
b. Kebutuhan Rekrutmen
Kebutuhan rekrutmen SDM Pelaksana PKH terdiri dari :
1) Tenaga Ahli PKH Pusat
2) Koordinator Wilayah tingkat provinsi
3) Koordinator Kabupaten/Kota
4) Pendamping dan Operator
c. Tahap Rekrutmen dan Seleksi
1) Persiapan Rekrutmen
2) Pengumuman penerimaan melalui sistem online dan
offline
3) Seleksi Administrasi
4) Pengumuman lulus administrasi
5) Pelaksanaan tes kompetensi, meliputi:
a) Tes psikologi
b) Tes tertulis pengetahuan tentang program
perlindungan dan jaminan sosial
c) Tes praktik komputer (untuk seleksi Operator)
d) Interview dan Diskusi Kelompok Terarah (untuk seleksi
Koordinator Kab./Kota, Korwil dan Tenaga Ahli)
d. Peserta/Pendaftar
Peserta adalah warga negara Indonesia yang telah
mendaftar dan lulus syarat admistrasi.

B. Pendidikan dan Pelatihan

1. Training of Trainer (TOT)


a. Tujuan
Diperolehnya SDM Pelatih untuk pelaksanaan Diklat
51
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Pendamping dan Operator PKH yang mempunyai
pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan profesionalitas
sebagai tenaga pelatih.
b. Peserta
1) PNS non fungsional di lingkungan Kementerian Sosial
2) Widyaiswara Pusdiklat dan Balai Diktat Kesoas
3) Dosen STKS
4) Tenaga Ahli/Pelaksana PKH Pusat
c. Pelatih/Narasumber
1) Pejabat struktural di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
2) Tenaga Ahli PKH Pusat
3) Pusdiklat Kesos Kementerian Sosial
4) Tenaga Pelaksana PKH Pusat
5) Praktisi PKH
d. Bentuk Kegiatan
1) Dinamika Kelompok
2) Paparan materi oleh Pelatih/Narasumber
3) Diskusi kelompok
4) Bermain peran/Role-play
5) Simulasi
6) Rekomendasi
7) Praktek belajar lapangan
8) Tindak lanjut
2. Diklat Pendamping PKH
a. Tujuan
Diperolehnya SDM yang mempunyai pengetahuan,
kemampuan,ketrampilan dan profesionalitas sebagai
Pendamping PKH
b. Peserta
Pendamping yang telah dinyatakan lulus pada seleksi
penerimaan Pendamping PKH
c. Pelatih/Narasumber
1) Pejabat struktural di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
2) Tenaga Ahli Pelaksana PKH Pusat
3) Pusdiklat Kesos, Kementerian Sosial
4) Praktisi PKH
d. Bentuk Kegiatan
1) Dinamika Kelompok
2) Paparan materi oleh Pelatih/Narasumber

52
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
3) Diskusi Kelompok
4) Bermain peran/Role-play
5) Simulasi
6) Rekomendasi
7) Praktek Belajar Lapangan
8) Tindak Lanjut
3. Diklat Operator PKH
a. Tujuan
Diperolehnya SDM yang mempunyai pengetahuan,
kemampuan,keterampilan dan profesionalitas sebagai
operator PKH
b. Peserta
Operator yang telah dinyatakan lulus pada seleksi
penerimaan operator.
c. Pelatih/Narasumber
1) Pejabat struktural di Iingkungan Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga
2) Tenaga Pelaksana PKH Pusat
3) Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial
4) Praktisi
d. Bentuk Kegiatan
1) Dinamika Kelompok
2) Penyajian Materi Pelatihan Operator
3) Diskusi Kelompok
4) Simulasi/praktek operasional Aplikasi SIM PKH
5) Praktek Belajar Lapangan
6) Tindak Lanjut

C. Workshop

1. Tujuan
Memberikan bekal kepada SDM pelaksana PKH terkait dengan
kebijakan PKH, cakupan tugas, koordinasi, penyelesaian masalah
dan solusi.
2. Peserta
a. Tenaga Ahli PKH
b. Koordinator Wilayah
c. Koordinator Kabupaten/Kota
3. Bentuk Kegiatan
a. Penyajian Materi oleh Narasumber
b. Diskusi Kelompok
c. Pleno hasil diskusi kelompok
53
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
d. Pembuatan rekomendasi
e. Tindak Lanjut
4. Narasumber berasal dari Pusat

D. Bimbingan Teknis

1. Bimbingan Teknis Reguler


a. Tujuan
Diperolehnya SDM yang mempunyai pengetahuan,
kemampuan teknis, pemahaman terhadap peran, tugas dan
fungsidalam pendampingan PKHdi lapangan.
b. Peserta
1) Pelaksana PKH daerah
2) Pendamping dan Operator
3) Mitra Kerja PKH
c. Narasumber
1) Pejabat struktural di lingkungan DirektoratJaminan Sosial
Keluarga
2) Tenaga Ahli/Praktisi PKH
3) N a r a s u m b e r P r o v i n s i d a n K a b u p a t e n / K o t a
d. Bentuk Kegiatan
1) P e n y a j i a n m a t e r i p e l a k s a n a a n P K H d i
Provinsi/Kabupaten/Kota
2) Penyajian materi pengetahuan PKH, dukungan serta
peran, tugas dan fungsi mitra kerja
3) Diskusi dan tanya jawab
4) Simulasi dan praktik
5) Tindak lanjut.
2. Bimbingan Teknis Khusus
a. Tujuan
1) Mempersiapkan pelaksanaan PKH untuk lokasi baru
2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tertentu
bagi pelaksana dan mitra kerja PKH
3) Sosialisasi PKH, peran, tugas dan fungsi mitra kerja untuk
memberikan dukungan dan partisipasi terhadap PKH.
b. Peserta
1) Pendamping dan Operator PKH
2) Mitra kerja PKH
c. Narasumber
1) Pejabat struktural di lingkungan DirektoratJaminan Sosial
Keluarga
54
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
2) Tenaga Ahli/Praktisi PKH
3) Narasumber Daerah
d. Bentuk Kegiatan
1) Penyajian materi Kesiapan Provinsi/Kabupaten/Kota
dalam pelaksanaan PKH
2) Penyajian materi oleh Pelatih/Narasumber Pusat tentang
Kebiajakan dan Mekanisme PKH, Pertemuan Awal dan
Validasi serta Praktek operasional Aplikasi SIM PKH.
3) Penyajian materi oleh Mitra Kerja dalam pelaksanaan
PKH
4) Praktek Belajar Lapangan
Catatan : Penjelasan lengkap dapat dilihat pada Buku
Pedoman Bimbingan Teknis PKH

E. Rapat Koordinasi (Rakor) PKH


1. Rakor PKH Tingkat Pusat
a. Tujuan
1) Terinformasikannya kebijakan terkini dalam pelaksanaan
PKH
2) Teridentifikasi permasalahan pelaksanaan PKH serta solusi
pemecahannya
3) Komitmen Kementerian/Lembaga terkait dalam
pelaksanaan PKH yang optimal
b. Peserta
1) Kementerian Sosial
2) Kementerian Bppenas
3) Kementerian Pendidikan
4) Kementerian Kesehtan
5) Kementerian Agama
6) Badan Pusat Statistik Pusat
7) BPJS Kesehatan
8) Tenaga Ahli PKH
9) K o o r d i n a t o r W i l a y a h P K H t i n g k a t P r o v i n s i
c. Narasumber
1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial
2) Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan
3) Direktur Jaminan Sosial
4) Deputi Kementerian Bappenas Bidang Kemiskinan,
Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah
5) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
55
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
6) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak
7) Kepala BPJS Kesehatan
8) Deputi BPS Bidang Statistik Sosial
d. Bentuk Kegiatan
1) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab
2) Rekomendasi dan Tindak Lanjut
2. Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional (Rakornas)
a. Tujuan
1) Tersosialisasikannya PKH untuk Kabupaten/Kota
Lokasi Baru
2) Memantapkan persiapan Pelaksanaan PKH untuk
Kabupaten/Kota Lokasi Baru
3) Terinformasikannya Kebijakan Terkini Dalam
Pelaksanaan PKH
4) Terinformasikannya Kebijakan Lintas Sektor
Kementerian/ Lembaga Terkait
5) Memantapkan sinergitas dan dukungan pelaksanaan
PKH
6) Terpecahkannya permasalahan pelaksanaan PKH
b. Peserta
1) Pusat (Kementerian/Lembaga Terkait, Pelaksana PKH
Pusat )
2) Provinsi (BAPPEDA, Dinas/Institusi Sosial, Dinas
Kesehatan, Dinas/Institusi Pendidikan, Kanwil
Kementerian Agama)
3) Kabupaten/Kota (BAPPEDA, Dinas/Institusi Sosial)
4) Nominator/Pemenang PKH Award (BAPPEDA,
Dinas/Institusi Sosial)
5) Narasumber
6) D i r j e n P e r l i n d u n g a n d a n J a m i n a n S o s i a l
7) Direktur Jaminan Sosial
8) Deputi Kementerian Bappenas Bidang Kemiskinan,
Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah
9) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
10) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak
c. Bentuk Kegiatan
1) PKH Award
2) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab
3) Diskusi Kelompok dan Pleno
4) Rekomendasi Rakornas

56
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
3. Rakor PKH Tingkat Provinsi
a. Tujuan
1) Pemantapan Persiapan Pelaksanakan PKH untuk
Kab/Kota Lokasi Baru
2) Dipahaminya Kebijakan Pelaksanaan PKH Terkini
3) Dipahaminya peran, tugas dan fungsi Dinas/Institusi
Terkait dalam Pelaksanaan PKH
4) Teridentifikasi Potensi Pendukung dan Masalah Untuk
Merumuskan Solusinya
5) Terwujudnya komitmen provinsi dalam pelaksanaan
PKH
b. Peserta
1) Dinas/Instansi terkait tingkat Provinsi
2) Dinas/Instansi terkait tingkat Kabupaten/Kota
3) Koordinator Wilayah
c. Narasumber
1) Narasumber Pusat (Direktorat Jaminan Sosial)
2) Narasumber Provinsi (BAPPEDA, Dinas Sosial)
d. Bentuk Kegiatan
1) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab
2) Perumusan Kesepakatan Rakor
4. Rakor PKH Tingkat Kabupaten/Kota
a. Tujuan
1) Diketahui dan Dipahaminya Program Keluarga Harapan
2) Diketahui dan Dipahaminya Peran, Tugas dan Fungsi
Instansinya Masing-Masing
3) Peserta Dapat Mengidentifikasi Potensi dan Masalah serta
solusinya
4) Terwujudnya Komitmen Kabupaten/Kota Dalam
Pelaksanaan PKH
b. Peserta
1) Dinas/Instansi Terkait Tingkat Kabupaten/Kota
2) Mitra Kerja
3) Koordinator Wilayah
4) Koordinator Kabupaten/Kota
c. Narasumber
1) Narasumber Pusat
2) Narasumber Provinsi
3) Narasumber Kabupaten/Kota
d. Bentuk Kegiatan
1) Paparan Narasumber dan Tanya Jawab
2) Perumusan Hasil Rakor
57
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
Catatan : Penjelasan lengkap dapat dilihat pada Buku
Pedoman Rakor PKH

F. Pemantapan PKH

1. Pemantapan Korwil dan Koordinator Kabupaten/Kota


a. Tujuan
Pemberian bekalkepada Koordinator Wilayah dan Koordinator
Kabupaten/Kota untuk meningkatkan kemampuan tugas dan
fungsi, peningkatan motivasi kerja, peningkatan kinerja dan
kapasitas sebagai Kowil dan Korkab/Kota.
b. Peserta
1) Koordinator Wilayah
2) Koordinator Kabupaten/Kota
c. Narasumber
1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial
2) Pejabat Struktural dilingkungan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
3) Tenaga Ahli PKH
d. Bentuk Kegiatan
1) Pengarahan dan paparan narasumber
2) Paparan permasalahan dan solusi
3) Diskusi kelompok dan pleno
4) Rekomendasi dan tindak lanjut
2. Pemantapan Pendamping dan Operator PKH
a. Tujuan
Pemberian bekalkepada Pendamping dan Operator PKH
untukmeningkatkan motivasi kerja,peningkatan kinerja dan
kapasitas
b. Peserta
1) Pendamping dan Operator PKH untuk kohor terpilih
2) Ketua Pelaksana PKH Provinsi/Kabupaten/Kota
merangkap pimpinan rombongan daerahnya
c. Narasumber
1) Menteri Sosial RI
2) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial
3) Direktur Jaminan Sosial
4) Motivator
d. Bentuk Kegiatan
1) Pengarahan Pejabat dilingkungan Kementerian Sosial
2) Seminar
58
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
3) Diskusi kelompok dan pleno
4) Motivasi dari motivator
5) Pagelaran seni dan budaya
6) Rekomendasi dan Tindak Lanjut

G. Sosialisasi PKH

Sosialisasi PKH kepada semua pihak, baik langsung maupun tidak


langsung merupakan salah satu kunci sukses pelaksanaan PKH. Fokus
sosialisasi PKH tidak hanya pada aspek implementasi dan keberhasilan
pelaksanaan program PKH, tetapi juga pada aspek pengembangan
kebijakan, khususnya dalam membangunan dukungan dan komitmen
untuk melembagakan PKH dalam bentuk Sistem Jaminan Sosial.
Pelaksanaan sosialisasi PKH dilakukan oleh SDM Pelaksana PKH Pusat,
Provinsi dan kab/Kota dan dapat melibatkan instansi terkait.

H. Sasaran Sosialisasi

Secara garis besar, kelompok sasaran sosialisasi PKH meliputi:


1. Tingkat Pusat, adalah para perumus kebijakan dan penentu
kebijakan di pusat yang memengaruhi pelaksanaan program
PKH, seperti: Tim Pengendali, Tim Pengarah, Tim Teknis
Pelaksana PKH Pusat; Instansi lain yang terkait, termasuk
seluruh anggota Kabinet, DPR, Media; Kelompok Strategis
seperti: LSM, Ormas, Lembaga Donor, Kelompok Profesional
dan kelompok lainnya.
2. Tingkat Provinsi, adalah para perumus kebijakan dan penentu
kebijakan pada provinsi yang memengaruhi pelaksanaan
program PKH seperti: Tim Koordinasi Provinsi, DPRD, Media;
Kelompok Strategis seperti: LSM, Ormas, Kelompok
Profesional dan kelompok lainnya.
3. Tingkat Kabupaten/Kota, adalah para perumus kebijakan,
penentu kebijakan dan pelaksana program pada daerah
Kabupaten/Kota yang mempengaruhi pelaksanaan PKH
seperti: Tim Koordinasi Kabupaten/ Kota, Pelaksana PKH
Kabupaten/Kota, DPRD, Media; Kelompok Strategis seperti:
LSM, Ormas, Kelompok Profesional dan kelompok lainnya.
4. Tingkat Kecamatan, adalah para pelaksana program pada
daerah kecamatan seperti: Camat, Pelaksana PKH Kecamatan,
Organisasi Sosial dan kelompok-kelompok masyarakat
setempat.
59
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
5. Kelompok Masyarakat
a. Peserta PKH, yaitu wanita/ibu dalam keluarga yang
menerima bantuan PKH. Untuk itu akan dilakukan
sejumlah kegiatan yang dapat mengubah pola pikir dan
perilaku yang mendukung pada peningkatan kualitas
keluarga.
b. Anak-anak dan kepala keluarga yang menerima bantuan
PKH - agar tercipta pemahaman dan kerjasama yang baik
sehingga pelaksanaan program PKH dapat berjalan dengan
baik.
6. Kelompok Pendukung
a. Kelompok Pendukung mempunyai arti yang sangat
penting dan strategis dalam pelaksanaan PKH, baik untuk
penyebarluasan informasi maupun untuk mendukung
pelaksanaan PKH yang dapat dilibatkan secara aktif sebagai
agen sosialisasi dan edukasi. Kelompok Pendukung, seperti:
Media Massa, LSM dan Ormas, Jaringan dalam Masyarakat,
Kelompok Profesional, Perguruan Tinggi dan Lembaga-
lembaga yang berada di masyarakat penerima.
b. Kelompok Lembaga Donor/Dunia Usaha, mengingat
keterkaitan dengan tujuan dan sasaran PKH dalam
pencapaian MDGs, maka dukungan lembaga donor dan
dunia usaha melalui corporate social responsibility sangat
diperlukan, seperti: membantu pemerintah daerah dalam
menyediakan pelayanan pendidikan dan kesehatan,
penyediaan progam bantuan komplementaritas kepada
peserta PKH khususnya bagi masyarakat miskin di daerah-
daeah terpencil dan terbelakang.
7. Masyarakat Umum
Masyarakat sebagai lingkungan yang langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan peserta PKH mempunyai peran
penting dalam menjamin kelancaran pelaksanaan program
PKH. Secara khusus, Pelaksana PKH perlu mempersiapkan
- perangkat sosialisasi bagi masyarakat umum agar mereka
dapat berperan mendukung peserta PKH untuk mengakses
fasilitas pelayanan- pendidikan dan kesehatan yang disediakan
pemerintah. Masyarakat dapat juga berperan aktif untuk
melakukan kontrol sosial dalam pelaksanaan program PKH,
baik kepada peserta maupun petugas pelaksana PKH.

60
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
I. Materi Sosialisasi

Materi sosialisasi PKH berisi muatan informasi tentang mekanisme


dan alur pelaksanaan PKH, hasil kajian dan evaluasi tentang PKH,
pelbagai kebijakan pelaksanaan PKH.

J. Sarana Sosialisasi

Sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai jenis sarana, yaitu:


1. Media Massa, TV, radio, Koran, dan majalah, leaflet, poster,
brosur
2. Media online, website, media sosial
3. Media yang berkaitan dengan kebijakan lokal, rembug desa,
musyawarah desa.

61
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
62
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring merupakan salah satu cara yang dapat digunakan


untuk memantau pelaksanaan suatu program. Kegiatan monitoring
menjadi bagian dari kegiatan evaluasi operasional yang bertujuan untuk
menilai efektivitas pelaksanaan program (Khandker dkk., 2010). Ruang
Iingkup monitoring PKH secara umum adalah untuk memantau
pelaksanaan PKH dari sisi input, proses, dan output (Kemensos, 2014).
Kegiatan monitoring PKH didesain menjadi sebuah sistem yang menyatu
dengan seluruh aspek pelaksanaan program.

A. Monitoring

Monitoring merupakan pemantauan secara terus menerus proses


perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan
dengan cara mengikuti langsung kegiatan atau menganalisis hasil
pelaporan dan perkembangan pelaksanaan PKH dalam waktu tertentu
melalui pengumpulan data dan informasi tentang yang sebe-narnya
terjadi selama implementasi program.

1. Tujuan Monitoring
Secara umum monitoring PKH bertujuan untuk:
a. Memastikan konsistensi antara kebijakan penanggulangan
kemiskinan dengan pelaksanaan PKH
b. Mengetahui sejauh mana tahapan-tahapan dalam rencana
kerja tahunan telah dilaksanakan dengan baik. Bagaimana
alur dan mekanisme PKH ber jalan dengan baik dalam
implementasi program.
c. Apakah jadwal yang telah disusun dalam perencanaan satu
tahun anggaran yang sesuai dengan rencana PKH dalam
implementasinya sudah sesuai atau tidak
d. Apakah setiap aspek dalam perencanaan dan implementasi
sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Jenis Monitoring
a. Monitoring dengan partisipasi masyarakat
Monitoring oleh masyarakat melibatkan warga masyarakat
secara luas dalam pengawasan dan pemantauan
kegiatan/program. Dalam PKH ada kelompok ibu yang dipilih

63
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
dan ditugaskan untuk memastikan pelaksanaan PKH: apakah
itu pemutakhiran data, kondisi peserta PKH.
b. Monitoring oleh Pemerintah
Pemerintah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan
desa/kelurahan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
PKH serta pencapaian target sesuai dengan mekanisme yang
telah ditetapkan. Untuk kepentingan tersebut Pemerintah
melakukan monitoring secara berkala agar pelaksanaan PKH
sesuai rencana dan mekanisme yang ditetapkan.
c. Monitoring oleh pihak lain
Kegiatan monitoring PKH juga dilakukan pihak lain, seperti
Lembaga Donor, Bappenas, TNP2K, dll. Pihak lain yang
melakukan monitoring dengan cara melakukan kunjungan
secara berkala ke lokasi-lokasi PKH untuk memantau
pelaksanaan PKHdan memastikan kegiatan sesuai rencana
dan target PKH serta dampak pelaksanaan PKH.
3. Pengumpulan Data dan Analisis
Pengumpulan data dilakukan oleh tenaga lapangan dan
manajemen data dilakukan oleh tim MIS (Management
Information System) PKH.Monitoring rutin PKH dijalankan
menggunakan beberapa jenis formulir pendataan. Beberapa
formulir yang digunakan antara lain:
a. Formulir pemutakhiran data keluarga;
b. Formulir verifikasi kehadiran anak sekolah;
c. Formulir verifikasi kesehatan;
d. Formulir pengaduan peserta PKH;
e. Formulir pengaduan non-peserta.
Analisis data monitoring secara rutin dilakukan oleh Pelaksana
PKH Pusat. Seluruh informasi dalam formulir monitoring
diinput ke dalam basis data Sistem Informasi Manajemen
(SIM) yang dikelola Pelaksana PKH Pusat. Analisis data MIS
PKH dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apakah peserta PKH telah menerima bantuan sesuai
ketentuan?
b. Apakah peserta PKH telah menjalankan kewajibannya
(verifikasi)?
c. Apakah peserta PKH pada wilayah yang ditunjuk telah
menjalankan Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga (P2K2)?

64
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
B. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan mengukur keberhasilan atau kegagalan


dari pelaksanaan PKH dengan menggunakan indikator dan instrumen
yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor penyebab keberhasilan
atau kegagalandari seluruh tahapan pelaksanaan program. Kegiatan
evaluasi didasarkan atas hasil dari monitoring.

Untuk menjamin pengukuran yang akuratdiperlukan survei dasar


(baseline survey) yang menjadi titik tolak dari pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan PKH.

1. Tujuan Evaluasi
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan yang telah disusun
dalam rencana kerja tahunan
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada Program
secara keseluruhan dan peserta PKH
c. Mengetahui dan menganalisa hal-hal lain yang mungkin di
luar rencana
d. Menyusun indikator kinerja PKH yang menjadi acuan bagi
Keberhasilan program.
2. Cakupan Evaluasi
Berdasarkan tujuan dan keluaran program yang ingin dicapai,
diperlukan indikator kinerja program untuk mengukur
pencapaian program selama kurun waktu satu
tahun.Pengukuran indikator kinerja program dilakukan secara
berkala dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait secara
berjenjang.
Secara umum cakupan/ruang lingkup pemantauan dan
evaluasi meliputi:
a. Ruang lingkup subtansi (tahapan) program. Meliputi:
penyusunan dan penetapan pedoman umum, penyusunan
dan penetapan target PKH, sosialisasi program, penyaluran
bantuan PKH, pencapaian target kegiatan, dan tindak
lanjut.
b. Ruang lingkup pendukung program, meliputi rekrutmen
Pendamping/Operator, diklat Pendamping/operator,
Bimbingan Teknis PKH, dan Rapat Koordinasi PKH.
Proses evaluasi dilakukan secara berkala setelah hasil
pemantauan diterima. Evaluasi terhadap sasaran menjadi

65
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
masukan penting untuk meningkatkan kinerja PKH kedepan,
seperti halnya peninjauan kembali penyebab dari
ketidaktercapaian sasaran program.

66
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
BAB VII
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan PKH edisi tahun 2016 ini merupakan


kelanjutan dari Pedoman PKH sebelumnya dengan berbagai revisi,
tambahan dan perbaikan sesuai dengan dinamika PKH.

Buku ini terdiri atas dua bagian besar dan berjumlah 8 (delapan)
buku. Bagian pertama terdiri atas satu buku yaitu Buku Pedoman
Umum dan bagian kedua terdiri atas tujuh buku yaitu Validasi Calon
Peserta PKH, Penyaluran Dana Bantuan PKH, Verifikasi Komitmen,
Pemutakhiran Data, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Rapat
Koordinasi, dan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga.

Pedoman Pelaksanaan PKH disusun untuk menjadi acuan


pengembangan kebijakan PKH dan penyusunan pedoman yang
diperlukan bagi pelaksanaan PKH. Persyaratan, ketentuan, mekanisme
dan prosedur lebih lanjut akan diatur di dalampedoman operasional
PKH yang tecantum pada bagian kedua buku ini.

Apabila dikemudian hari diperlukan perubahan terhadap Pedoman


Pelaksanaan ini, maka perubahannya perlu mendapat persetujuan Tim
Pengarah PKH Pusat.

67
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
68
Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016
VALIDASI CALON PESERTA PKH

A. SUMBER DATA PKH

1. Penyedia data awal calon peserta adalah Pusdatin Kesos


Kemensos RI
2. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengajukan permintaan data
hasil verifikasi dan validasi (verivali) kepada Pusdatin Kesos
Kemensos RI untuk dijadikan sumber data calon peserta PKH.
3. Proses Pengecekan Data
Setelah data hasil verivali Pusdatin Kesos diterima, dilakukan
proses pengecekan data meliputi:
a. Kebersihan data dari anomali dan duplikasi data.
b. Kesesuaian dengan struktur data PKH (nama, alamat, wilayah)
c. Jumlah dan lokasi sesuai dengan data sasaran
4. Pembuatan Nomor Peserta PKH
Pembuatan nomor peserta PKH oleh Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga sebanyak 15 digit berdasarkan wilayah tempat tinggal
calon peserta, dengan format PPKKCCCLLLYXXXX :
PP : Kode Provinsi
KK : Kode Kabupaten/Kota/Kota
CCC : Kode Kecamatan
LLL : Kode Kelurahan/Desa
Y : Kode Tahun Awal Kepesertaan
XXXX : Nomor Urut

B. KONSEP KEPESERTAAN

1. Definisi Rumah Tangga

Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang


mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan
umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.Yang dimaksud
dengan satu dapur adalah jika pembiayaan keperluan atau kebutuhan
sehari-hari dikelola bersama-sama.

Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang bertempat


tinggal di suatu rumah, baik yang berada di rumah pada waktu
pencacahan maupun yang sementara tidak ada.

1
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
Anggota rumah tangga yang telah bepergian enam bulan atau
lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari enam
bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah enam
bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga.

Tamu yang telah tinggal di rumah tanggal enam bulan atau lebih
dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari enam bulan tetapi
akan bertempat tinggal enam bulan atau lebih dianggap sebagai anggota
rumah tangga.

Definisi Rumah Tangga ini diperlukan untuk memahami konsep


kepesertaan dalam PKH.Di awal program kepesertaan PKH berdasarkan
Rumah Tangga yaitu peserta kohor 2007 - kohor 2012, namun mulai
tahun 2013 dasar kepesertaan PKH berubah menjadi Keluarga.

2. Definisi Keluarga

Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan keluarga sebagai dua


orang atau lebih yang berkaitan dengan kelahiran, perkawinan, atau
adaptasi, yang tinggal bersama-sama. Dengan demikian, sebuah keluarga
dapat terdiri dari dua atau lebih orang dewasa yang tinggal bersama
dengan saudara kandung, orangtua, anak-anak, atau dua orang dewasa
yang dihubungkan oleh tali perkawinan.

Dalam PKH keluarga dibatasi dalam definisi Keluarga Inti, yaitu


anggota keluarganya memiliki hubungan darah atau terikat secara
hukum dalam satu garis keluarga.

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau
adopsi.
b. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam
satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga.
c. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan
saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri,
bapak dan ibu, anak dan saudara.
d. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian
besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.

2
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
3. Definisi Komponen Anggota Keluarga (*memastikan siapa
sajakah yang bisa menjadi anggota keluarga peserta PKH)

Sesuai dengan definisi diatas maka dapat disimpulkan anggota


keluarga adalah orang dewasa atau anak-anak yang memiliki hubungan
darah atau terikat secara hukum (adopsi/perkawinan) segaris yang
membentuk sebuah Keluarga.

Definisi ini diperlukan untuk menentukan siapa sajakah yang


berhak menjadi peserta PKH.dan dipecah menjadi keluarga selanjutnya
digunakan sebagai basis data calon peserta PKH.

Dalam proses validasi data seringkali ditemukan perbedaan anggota


keluarga antara data yang tercetak dalam formulir validasi dengan
kondisi riil dilapangan, hal ini seringkali menjadi polemik dikalangan
pelaksana validasi data yaitu pendamping PKH.

Anggota keluarga yang diperbolehkan masuk menjadi peserta


PKH jika tidak tercantum dalam formulir validasi ditinjau dari
hubungannya dengan kepala keluarga adalah :
a. Istri
b. Anak Kandung
c. Anak Tiri / Anak angkat
d. Cucu/ Cicit
Selain dari hubungan diatas, maka anggota keluarga juga harus
memiliki persyaratan yang telah ditentukan.

C. ALUR PERTEMUAN AWAL

Secara garis besar, kegiatan pertemuan awal adalah sebagai berikut:

3
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
Usai penetapan sasaran peserta PKH, Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga melakukan validasi calon peserta PKH yang dilakukan lewat
pertemuan awal. Tahapan proses validasi ini antara lain: mencetak
dan mengirim data KSM calon peserta PKH ke Dinas/Instansi
Sosial.Data ini mencakup seluruh anggota KSM yang berhak menerima
bantuan program PKH di Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah PKH.

Setelah data diterima, Operator Dinas/Instansi Sosialberkoordinasi


dengan Pendamping untuk melakukan Persiapan Pertemuan Awal.

Persiapan Pertemuan Awal adalah pertemuan persiapan awal


dengan Camat,RT/RW, Dinas Sosial, Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan yang tujuannya:

1. Memperkuat komitmen dalam melaksanakan kewajiban


sebagai penyedia pelayanan program.
2. Mengumpulkan fakta dan masalah yang ada di lapangan
3. Ajang sosialisasi untuk menyukseskan program secara
bersama.
4. Pembicaraan koordinasi mengenai Pertemuan Awal yang
akan ditetapkan jadwalnya oleh Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
Keluaran dari Persiapan Pertemuan Awal adalah penguatan
komitmen dari pemangku kepentingan tersebut serta solusi
kesiapan untuk menjalankan pertemuan Awal.

Melakukan Koordinasi
Setelah mendapat informasi mengenai adanya Surat Undangan
Pertemuan Awal (SUPA) dan formulir validasi di Dinas/Instansi Sosial,
maka Pendamping berkoordinasi dengan Dinas/Instansi Sosialdan
Operator untuk membahas:
1. pembagian jumlah calon peserta PKH yang akan didampingi
oleh masing-masing pendamping dalam satu kecamatan (bila
jumlah pendamping lebih dari satu untuk satu kecamatan).
2. Rencana jadwal pertemuan awal
3. Biaya pertemuan awal
4. Pembuatan surat tugas sebagai pendamping PKH dari Dinas
Sosial Kabupaten/Kota
5. Kegiatan kesekretariatan dalam pelaksanaan tugas sebagai
pendamping PKH
4
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
Pendamping melakukan koordinasi dengan aparat kecamatan
dan kelurahan/desa setempat untuk menyelenggarakan
pertemuan awal yang telah ditetapkan jadwalnya. Pertemuan
dengan camat dan kelurahan antara lain bertujuan:
1. Mengenalkan diri sebagai pendamping PKH di wilayah kerja
yang bersangkutan
2. Melakukan sosialisasi PKH sehingga mampu meyakinkan
dan meminta komitmen pejabat bersangkutan dalam
mendukung PKH
3. Mengundang camat dan jajarannya untuk hadir di pertemuan
awal yang akan ditentukan jadwalnya.
4. Meminta dukungan lancarnya penyelenggaran acara terutama
dalam hal partisipasi dalam kegiatan dan menjaga keamanan
pelaksanaan.
Pendamping melakukan koordinasi dengan Penyedia Layanan
Kesehatan dan Pendidikan dengan tujuan:
1. Memperkenalkan diri sebagai pendamping PKH di wilayah
kerja yang bersangkutan
2. Melakukan sosialisasi PKH sehingga mampu meyakinkan
dan meminta komitmen unit pelayanan bersangkutan dalam
mendukung PKH
3. Mengundang PPK dan PPP serta jajarannya untuk menghadiri
pertemuan awal yang akan ditentukan jadwalnya.
4. Memastikan bahwa semua buku registrasi kesehatan dan
formulir pendidikan disediakan sehingga bisa dibagikan ketika
Pertemuan Awal.

Menyebarkan Undangan
Undangan pertemuan awal(SUPA = surat undangan pertemuan
awal) yang diterima dari pusat disampaikan oleh pendamping ke calon
peserta PKH. Pendamping juga menyiapkan lembar validasi dan surat
pernyataan komitmen yang akan diisi pada saat pertemuan awal untuk
kemudian dikembalikan ke SIM PKH Nasional untukdibuatkan
ketetapan menjadi peserta PKH (jika data masih cocok dengan syarat
PKH).

D. PERSIAPAN PERTEMUAN AWAL DAN VALIDASI

Kegiatan pertemuan awal dan validasi melibatkan seluruh unit


pelaksana PKH tingkat pusat hingga daerah. Mekanisme pelaksanaan
5
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
a. melakukan proses pengecekan data verivali PUSDATIN
Kemensos RI terkait komponen kepesertaan PKH.
b. mengolah data verivali menjadi data calon peserta PKH,
kemudian membagi-bagi data by name by address
perkabupaten/kota, lalu mendistribusikannya kepada seluruh
operator di kabupaten dan kota.
c. data calon peserta didistribusikan ke setiap kabupaten/kota
melalui FTP server.
d. memberikan bimbingan teknis pelaksanaan validasi data
kepada pendamping dan operator.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi terkait jalanya validasi
data peserta PKH.
2. Dinas /Instansi Sosial Provinsi
Melakukan monitoring persiapan pelaksanaan pertemuan awal
dan validasi yang akan dilaksanakan di Kabupaten/Kota.
3. Dinas /Instansi Sosial Kabupaten/Kota
a. Menerbitkan surat resmi kepada ketua camat, aparatur desa,
untuk mempermudah birokrasi pendamping dalam
melakukan pertemuan awal.
b. Melakukan monitoring terhadap mekanisme pertemuan awal
dan validasi penetapan peserta PKH.
c. Operator di Kabupaten dan Kota menerima data calon peserta,
d. kemudian dilakukan pemecahan data menjadi per kecamatan
untuk disebarkan kepada setiap pendamping.
e. Operator memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
pendamping untuk mempersiapkan aplikasi hibrid yang akan
digunakan untuk mencetak form SUPA dan melakukan entry
data hasil validasi.
f. Setiap pendamping melakukan Download dan Instal aplikasi
hibrid di laptop/PC masing-masing, kemudian menerima
data awal validasi dari operator, lalu diimpor ke aplikasi
hibrid.

6
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
Pendamping mencetak SUPA dengan bantuan aplikasi hibrid.

E. PERTEMUANAWAL

1. Tahap Persiapan
a. K o o r d i n a s i dengan aparat pemerintah
Kabupaten/Kotasetempat
b. Koordinasidengan Dinas /Instansi Sosial Kabupaten/Kota
1) Pendamping dan Operator berkoordinasi dengan
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kotasetempat mencetak
Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA) dan formulir
validasi sudah tersedia di Dinas /Instansi Sosial
Kabupaten/Kota.
2) Hal-hal yang perlu dikoordinasikan dengan Dinas/Instansi
Sosial Kabupaten/Kotaadalah:
a) Pembagian jumlah calon peserta PKH yang akan
didampingi oleh masing-masing pendamping dalam

7
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
satu kecamatan (mempertimbangkan rasio jumlah KM
per Pendamping).
b) Rencana jadwal pelaksanaan pertemuan awal.
c) Pejabat dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota yang akan
mendampingi pelaksanaaan pertemuan awal.
d) Pembuatan surat tugas sebagai Pendamping PKH dari
Dinas Sosial Kabupaten/Kota.
e) Sekretariat dalam pelaksanaan tugas sebagai
Pendamping PKH.
c. Koordinasi dengan Camat
Pendamping dan Operator harus berkoordinasi dengan Camat
dengan cara:
1) Pendampingan menemui Camat.
2) Perkenalkan diri bahwa Saudara sebagai Pendamping
PKH.
3) Sosialisasikan PKH dan mohon dukungan dari Camat.
d. Mengisi SUPA
e. Mendistribusikan SUPA
1) Pendamping PKH menyampaikan Surat Undangan
Pertemuan Awal (SUPA) kepada seluruh calon peserta
dan memastikan kesediaannya untuk hadir dalam
pertemuan awal.
2) Pendamping memastikan Camat dapat hadir dalam
pertemuan awal.
3) Pendamping memastikan Kepala Desa dapat hadir dalam
pertemuan awal.
4) Pendamping menyampaikan undangan kepada UPTD
Pendidikan.
5) Pendamping menyampaikan undangan kepada UPTD
Kesehatan.
6) Pendamping menyampaikan undangan kepada salah
seorang tokoh masyarakat.
f. Pelaksanaan pertemuan awal

F. VALIDASI DATA

1. Operator dan Pendamping mencetak form validasi yang


dihasilkan dari aplikasi hibrid.
2. Pengenalan formulir validasi data (*masukkan gambar form
validasi terbaru)

8
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
9
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
10
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
11
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
3. Pengisian formulir validasi data
a. Tanyakan setiap keterangan yang ada di formulir ini kepada
KSM.
b. Jika ada keterangan yang berubah atau berbeda, maka tulis
perubahannya di baris bawahnya yang bertanda **.
c. Kode keterangan dapat dilihat pada bagian bawah formulir
ini.
d. Jika ada AK (Anggota Keluarga) baru, maka ditulis di baris
yang masih kosong.

4. Kelengkapan administrasi formulir


a. KTP/KK atau surat keterangan domisili
b. Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)
c. Kartu Indonesia Pintar (KIP)
d. Rapor
e. Kartu Indonesia Sehat (KIS)
f. Dokumen pendukung lainnya(bukti bantuan sosial lainya :
Rastra, KUBE, Rutilahu, PSKS, dll.)

5. Penggantian nama pengurus


a. Syarat pengurus pengganti di antaranya adalah:
1) Perempuan dewasa dari keluarga inti yang masih
mengurus anggota keluarganya.
2) Perempuan dewasa dari keluarga luas yang bersedia
mengurus anggota keluarga tersebut.
3) Perempuan dewasa yang tidak ada hubungan darah
namun bersedia mengurus anggota keluarga tersebut.
4) Dalam hal tidak ditemukan pengurus pengganti pada
poin i sampai dengan iii di atas maka pengurus dapat
diganti oleh bapaknya.
5) Penggantian nama pengurus keluarga dapat dilakukan
apabila:
a) Kesalahan data nama pengurus.
b) Meninggal dunia.
c) Pindah domisili (bekerja di luar domisili dalam waktu
yang lama baik dalam maupun luar negeri/Tenaga
Kerja Indonesia).
d) Sakit kronis menahun (fisik atau jiwa).
e) Tidak mampu menjadi pengurus.
6. Perubahan anggota keluarga baru
Anak kandung yang belum tercatat dalam formulir validasi

12
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
dapat ditambahkan untuk dicatat pada halaman
terakhir formulir validasi. Orang tua pengurus
dan/atau pengurus yang sudah lanjut usia dengan
umur 70 tahun ke atas.
7. Persetujuan calon peserta PKH
Calon peserta PKH menyetujui syarat dan ketentuan
yang ditetapkan oleh PKH dan dinyatakan sah setelah
formulir validasi ditandatangani oleh yang
bersangkutan dan Pendamping PKH.

G. ENTRY DATA VALIDASI

Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk entry data validasi


melalui aplikasi hibrid, adalah :
1. Login
Operator dan pendamping harus login menggunakan user dan
password yang diberikan.

2. Impor Data Awal


Operator terlebih dahulu melakukan impor data awal untuk di
oleh di aplikasi hibrid.

13
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
Kemudian operator melakukan peangalokasian kecamatan
binaan kepada masing-masing pendamping.

Setelah operator membagikan data-data calon peserta kepada


masing masing pendamping sesuai kecamatan binaannya.

Operator membagikan data awal kepada masing masing


pendamping, sesuai wilayah dampingannya.Pendamping
melakukan impor data awal tersebut ke dalam aplikasi hibrid
pendamping.

14
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
3. Entry Validasi
Setelah aplikasi dan data siap digunakan, pendamping melakukan
entry validasi pada menu validasi.

Validasi dilakukan dengan memiliki keluarga yang akan di entry


dan di validasi datanya.

Hal-hal yang dilakukan saat melakukan entry validasi adalah


a. Pendamping memastikan formulir validasi sudah
ditandatangani oleh calon peserta PKH
b. Pendamping memasukkan data yang ada pada formulir
validasi ke dalam aplikasi sesuai dengan informasi yang tertera
15
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
pada formulir validasi.
c. Pendamping memastikan status eligibilitas calon peserta.
d. Pendamping mengisi atau memperbaiki konten data di aplikasi
sesuai dengan data yang tercantum dalam formulir.
e. Operator berkordinasi dengan Pendamping terkait dengan
data yang ada pada formulir validasi agar tidak ada kesalahan
pengisian.
f. Operator memeriksa hasil validasi agar sesuai dengan formulir
validasi.
g. Operator Berkordinasi dengan Pendamping mengenai data
yang sudah tervalidasi dan yang belum di validasi.
h. Operator menginformasikan data ke Pendamping jika ada
data yang belum di validasi atau data yang tidak sesuai dengan
formulir validasi.
i. Operator memperbaiki jika ditemukan kesalahan validasi atau
data

4. Temporary Closing
Temporary closing/penutupan sementara, bisa dilakukan
Pendamping setelah selesai melakukan validasi.

16
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
Tujuan dilakukan temporary closing adalah :
" Pendamping memastikan jumlah peserta yang divalidasi baik
menurut eligibilitas maupun dari Komponen PKH sudah sesuai
termasuk hitungan bantuannya.
" Hasil validasi sudah benar dan bisa di ekspor untuk di kirimkan
kepada operator kabupaten/kota.
" Setelah operator menerima data hasil validasi dari pendamping
dan melakukan impor ke aplikasi hibrid, Operator dapat
memastikan seluruh calon peserta sudah di validasi.
" Operator melakukan pemeriksaan terhadap hasil closing.
" Operator mendistribusikan data hasil temporary closing ke
masing-masing Pendamping (printing hardcopy).

5. Final Closing
Final closing/penutupan akhir dilakukan oleh operator
kabupaten/kota setelah seluruh data hasil validasi atau
pemuktahiran data terkumpul dari pendamping dan di ekspor
ke aplikasi hibrid.

Final closing di aplikasi hibrid dilakukan untuk memastikan


berapa nilai bantuan di kabupaten/kota tersebut.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh operator adalah :
a. Cross check Data Temporary Closing
Jika Pendamping menemukan ada data yang tidak masuk
dalam data closing, perubahan dapat dilakukan dengan cara
masuk ke dalam login Pendamping untuk dilakukan perbaikan.
b. Setelah dilakukan pengecekan oleh Pendamping dan tidak
ada lagi perbaikan, Operator lakukan final closing pada menu
aplikasi validasi.
c. Membuat Berita Acara yang berisi rekapitulasi jumlah bantuan
dan nominal dalam satu Kabupaten/Kota.
d. Meminta kepada Dinas/Institusi Sosial untuk menandatangani
Berita Acara final closing.
e. Operator mengirimkan data hasil closing (data txt dan excel)
ke Dit. Jaminan Sosial Keluarga dan proses ini akan dianggap
sebagai final closing.
f. Memeriksa kembali hasil closing Kabupaten/Kota dengan
hasil closing Dit. Jaminan Sosial Keluarga dan membuat Berita
Acara sesuai dengan hasil closing Dit. Jaminan Sosial Keluarga.
g. Operator mengirimkan Berita Acara yang sudah
ditandatangani ke Dit. Jaminan Sosial Keluarga sebagai acuan

17
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
penyaluran bantuan.
h. Mengirimkan file (SPM.xls) hasil final closing ke Dit. Jaminan
Sosial Keluarga beserta Berita Acara yang sudah
ditandatangani kepada Dinas/Institusi Sosial.
i. Berkoordinasi dengan Dit. Jaminan Sosial Keluarga untuk
memastikan data bayar sesuai dan tidak ada kesalahan.
j. Memeliharakerjakan formulir pemutakhiran data dan
menyimpan dengan baik di Dinas Sosial/Instansi Sosial
Kabupaten/Kota.

6. Percetakan SUPA.
Percetakan surat undangan pertemuan awal, dilakukan dengan
bantuan aplikasi hibrid. Data calon peserta yang menjadi sasaran
yang akan diundang.

H. BERITA ACARA FINAL CLOSING

1. Pembuatan Berita Acara final closing


a. Berita Acara (BA) harus mengacu pada format yang sama di
setiap Kabupaten/Kota. (Format disamakan di semua wilayah
PKH)
b. BA harus dicantumkan Nominal/Jumlah Uang (Rp), yaitu
nilai Total Terima, bukan Nilai Total Bantuan.
c. BA final closing dari Kabupaten/Kota harus sesuai dengan
file txt dan excel Surat Perintah Membayar (SPM).
d. BA final closing dari Kabupaten/Kota harus menyertakan file
txt dan excel SPM.
2. Pengiriman data dan Berita Acara Final Closing ke Dit. Jaminan
Sosial Keluarga
a. Harus disampaikan melalui email Zimbra Pusat.
b. Ditujukan kepada Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga dan
ditembuskan ke Koordinator Operator Dit. Jaminan Sosial
Keluarga.
c. Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga melakukan pengecekan
dan berkoordinasi dengan Koordinator Dit. Jaminan Sosial
Keluarga.
d. Jika tidak/belum ada kesesuaian antara data file SPM dengan
BA Final Closing, Operator Dit. Jaminan Sosial Keluarga
berkoordinasi dengan Operator Kabupaten/Kota untuk
memberi info bahwa BA final closing tidak/belum sesuai
dengan data file SPM dan agar dilakukan perbaikan.
18
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
e. Tim Asisten Payment hanya menerima BA Final Closing
Kabupaten/Kota dari hasil pengecekan Operator Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga dan Koordinator Operator
Dit. Jaminan Sosial Keluarga yang sama dengan file SPM. Jika
data sudah dinyatakan bersih, tahap selanjutnya dilakukan
pengajuan penyaluran bantuan.

19
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
20
Validasi Calon Peserta Program Keluarga Harapan
DAFTAR ISI

A. Tujuan 5
B. Sasaran 5
C. Bantuan PKH 5
D. Penerima Bantuan 6
E. Nilai Bantuan 6
1. Bantuan Tetap 6
2. Nilai Bantuan Komponen 7
F. Proses Penyaluran Dana Bantuan 8
1. Penyaluran Bantuan Melalui PT Pos Indonesia
(Persero) 8
a. Pembukaan Rekening 8
b. Aktivasi Rekening 8
c. Penyerahan Data ke Lembaga Bayar 9
d. Penerbitan Surat Perintah Pemindahbukuan 9
e. Penerbitan SK Penerima Bantuan 9
f. Pencairan Dana 10
g. Pemindah bukuan Rekening 10
h. PembuatanJadwal pembayaran (form kontrol
pendamping) 10
i. Proses Pembayaran Bantuan 10
j. Setelah Penyaluran 11
k. Penyaluran Dana Bantuan PKH yang diwakilkan 12
l. Pelaksanaan Pencairan 12
m. Saldo Dalam Rekening 13
n. Rekonsiliasi 13
1. Rekonsiliasi tingkat kecamatan 14
2. Rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kota 14
3. Rekonsiliasi tingkat Pusat 15
G. Penggantian Nama Penerima bantuan 19
H. Pengembalian Sisa Bantuan 20
1. Sistem rekening 20
I. Alur Kerja Penyaluran 20
1. Alur proses GIRO 21
2. Alur proses penarikan dana GIRO 22
J. Formulir - formulir 23
1. Format berita acara penyelesaian entry data 23
2. Formulir berita acara rekonsiliasi 24
3. Formulir penjelasan peserta yang tidak
mencairkan bantuan 25

1
Penyaluran Bantuan

2
Penyaluran Bantuan
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ATM : Anjungan Tunai Mandiri (Automatic Teller Machine)


Bansos : Bantuan Sosial
Burekol : Buka Rekening Kolektif (Pembukaan Rekening Massal)
BAST : Berita Acara Serah Terima Data
CCT : Conditional Cash Transfers
CD : Compact Disk
CDD : Customer Due Diligence (Verifikasi Data Nasabah)
CIF : Customer Information File(Data Informasi Nasabah)
Kemensos : Kementerian Sosial RI
Dinsos : Dinas Sosial
e_warong : Elektronik Warung Gotong Royong
KKS : Kartu Keluarga Sejahtera
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KPM : Keluarga Penerima Manfaat
LKD : Layanan Keuangan Digital
PESERTA PKH : Keluarga Sangat Miskin
PKH : Program Keluarga Harapan
Paket A : Program Pendidikan Setara SD
Paket B : Program Pendidikan Setara SMP
PIN : Personal Identified Number
SD/MI : Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
SDM : Sumber Daya Manusia
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SMP/MTS : Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah
SMA/MA : Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
SOP : Standard Operational Procedure
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SPM : Surat Perintah Membayar
SPM-LS : Surat Perintah Membayar Langsung
SPPB : Surat Perintah Pemindah Bukuan
PELAKSANA PKH : Pelaksana Program KeluargaHarapan

3
Penyaluran Bantuan
4
Penyaluran Bantuan
PENYALURAN BANTUAN

A. Tujuan

Pedoman operasional penyaluran bantuan PKH sebagai acuan


dalam proses penyaluran dana bantuan PKH agar tepat sasaran, waktu
dan jumlah.

B. Sasaran

Pedoman Operasional ini diperuntukkan bagi Pelaksana PKH


Pusat,Provinsi,Kabupaten/Kota,Kecamatan, dan Lembaga Bayar.

C. Bantuan PKH

Bantuan PKHdiberikan kepada peserta PKH.Penyaluran bantuan


bagi pesertayang telah ditetapkan pada tahun anggaran sebelumnya
dilaksanakan empat tahap dalam satu tahun, sedangkan untuk
kepesertaan yang ditetapkan pada tahun berjalan, penyaluran
dilaksanakan satu tahap.

Bantuan PKH disalurkan melalui Kantor Pos untuk penyaluran di


Kantor Lembaga Bayar maupun di Komunitas serta disalurkan melalui
Bank Umum Milik Negara.

Jadwal dan pelaksanaan penyaluran bantuan disesuaikan dengan


situasi dan kondisi yang ada pada tahun berjalan serta disesuaikan
dengan kebijakan yang dibuat untuk memperlancar pelaksanaan
penyaluran bantuan.

Siklus penyaluran bantuan PKH dapat dilihat pada gambar di


bawah ini :

5
Penyaluran Bantuan
Gambar 1 Siklus Penyaluran

D. Penerima Bantuan

Penerima Bantuan Sosial PKH adalah pesertaPKH hasil validasi


data yang bersumber dari hasil verifikasi validasi (verivali) Kartu
Keluarga Sejahtera (KKS) dan memenuhi satu atau beberapa kriteria
program, yaitu:
1. Memiliki komponen kesehatan yakni anak dengan usia di bawah
6 tahun, ibu hamil/menyusui, termasuk anak penyandang
disabilitas ringan/ sedang.
2. Memiliki komponen pendidikan anak usia sekolah 6 hingga 21
tahun untuk peserta pendidikan SD/MI sederajat, SMP/MTs
sederajat dan/atau SMA/MA sederajat, termasuk anak
penyandang disabilitas ringan/ sedang.
3. Memiliki komponen kesejahteraan sosial untuk Penyandang
Disabilitas Berat di dalam keluarga peserta PKH.

E. Nilai Bantuan

1. Bantuan Tetap
Nilai bantuan tetap adalah sejumlah uang yang diberikan kepada
penerimabantuan tanpa memperhatikan komponen anggota
keluarga.Besaran nilai bantuan tetap dalam satu tahun anggaran sebesar
Rp. 500.000,- yang diberikan pada tahap pertama. Hal ini dimaksudkan
untuk mengantisipasimeningkatnyakebutuhan peserta dalam rangka
memasuki tahun ajaran baru. Sedangkan bantuan tetap untuk peserta
baru menerima bantuan satu tahap,adalah sebesar Rp. 125.000,-.

6
Penyaluran Bantuan
2. Nilai Bantuan Komponen
Sesuai SK Menteri Sosial No. 294/HUK/2016 tanggal 13 Oktober
2016 tentang Indeks Bantuan dan Komponen PKH seperti pada
tabel 1.

Tabel 1 Skema Bantuan PKH per tahun

Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga peserta


PKH, maka besar bantuan yang diterima akan bervariasi pada setiap
tahapan bantuan seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2 Variasi Nominal Bantuan per tahun

Seluruh anggota rumah tangga peserta PKHyang menjadi penerima


bantuan, seperti yang tertera pada tabel 2 di atas, diharuskan
menjalankan kewajibannya.
7
Penyaluran Bantuan
F. Proses Penyaluran Dana Bantuan

1. Penyaluran Bantuan Melalui Kantorpos


Langkah-langkah dalam mekanisme penyaluran adalah:
a. Pembukaan Rekening
Aktivitas pembukaan rekening dilaksanakan untuk seluruh
KM penerima bantuan PKH yang belum mempunyai rekening
giro penempatan bantuan. Aktifitas pembukaan rekening
disesuaikan dengan prosedur pembukaan rekening yang ada
pada lembaga bayar. Untuk mempercepat proses pelaksanaan
pembukaan rekening, maka input pembukaan rekening
dilakukan secara terpusat.

Data hasil pembukaan rekening tersebut selanjutnya dijadikan


data sumber untuk mencetak formulir Speciment tandatangan
dan formulir identitas pembukaan rekening yang telah
dilengkapi dengan nomor peserta, identitas peserta PKH dan
CIF number. Formulir tersebut selanjutnya dikirimkan oleh
lembaga bayar pusat ke lembaga bayar di tingkat
Kabupaten/Kota.

Selanjutnya formulir-formulir tersebut diserahkan kepada


Pendampinguntuk diteruskan kepada peserta PKH dan
dilakukan aktifitas pengecekan kelengkapan syarat dan
ketentuan pembukaan rekening.

Pendampingdengan dalih apapun tidak dibenarkan untuk


menandatangani formulir-formulir tersebut.

b. Aktivasi Rekening
Aktivasi rekening adalah satu proses yang dilakukan oleh
lembaga bayar terhadap data peserta PKH yang telah
menyerahkan kembali formulir-formulir administrasi seperti
yang dijelaskan pada bagian pembukaan rekening. Dalam hal
aktifasi rekening,Pendamping melakukan:
1) Membantu peserta PKH mengisi nama dan alamat serta
membimbing peserta PKH dalam proses penarikan dana
bantuan PKH di kantor lembaga bayar.
2) Pendamping mencatat nomor PKH, nomor rekening,
nomor CIF, nama dan alamat peserta PKH yang tidak
melengkapi dokumen pembukaan rekening.
8
Penyaluran Bantuan
c. Penyerahan Data ke Lembaga Bayar
Sebagai dasar bagi lembaga bayar dalam melakukan aktivitas
penyaluran dana, maka secara administrasi perlu adanya
dokumen berita acara penyerahan data ke lembaga bayar.
Pembuatan Berita Acara Serah Terima data (BAST) ini mengacu
kepada data pengolahan di Pelaksana PKH Pusat yang
bersumber dari data hasil final closing.

Penandatangan BAST pada dasarnya adalah PPK atau pejabat


struktural di Subdit BLTB yang ditunjuk apabila PPK tidak
berada ditempat. Penyerahan data ke lembaga bayar dilakukan
pada hari kerja dan dibatasi waktu penyerahan data sesuai
dengan jam kerja. Penyerahan data dapat dilakukan diluar
waktu yang telah ditentukan apabila telah dilakukan
konfirmasi dan persetujuan antara petugas penerima data
dan petugas penyerah data.Penyerahan data oleh Pelaksana
PKHPusat dilakukan di tempat kedudukan lembaga bayar
atau di PelaksanaPKH Pusat.

Apabila terdapat kesalahan data dalam BAST maka perbaikan


data harus menggunakan BAST Perubahan Data.

d. Penerbitan Surat Perintah Pemindahbukuan


Setelah diterimanya SP2D oleh bagian keuangan, maka
selanjutnya PPK menerbitkan Surat Perintah pemindahbukuan
ke lembaga bayar dari rekening giro Program Keluarga
Harapan Ditjamsos ke masing-masing rekening peserta PKH.
Tanggal terbitnya SP2D merupakan tanggal awal dimulainya
proses penyaluran bantuan kepada peserta PKH di tingkat
Kabupaten/Kota hinggamasuk ke masing-masing rekening
peserta PKH maksimal selama 30 (tiga puluh) hari kerja dan
disebut sebagai realisasi penyaluran bantuan PKH.

e. Penerbitan SK Penerima Bantuan


Sesuai dengan peraturan bahwa setiap peserta PKH yang
menerima bantuan diwajibkan untuk dibuatkan Surat
Keputusan Penerima Bantuan yang ditandatangani oleh Pejabat
Pembuat Komitmen sebagai dasar pertanggungjawaban
penggunaan anggaran.

9
Penyaluran Bantuan
f. Pencairan Dana
Kegiatan pencairan dana adalah serangkaian kegiatan setelah
proses pengolahan data di Pelaksana PKH Pusat selesai
dilakukan berdasarkan data dari Pelaksana PKH
Kabupaten/Kota.

g. Pemindahbukuan Rekening
Proses pencairan kepada KM diawali dengan pemindah-
bukuan rekening. Pemindahbukuan rekening akan dilakukan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) selambat-lambatnya
1 (satu) hari kerja setelah SP2D terbit dari KPPN Jakarta VII.
Pemindahbukuan dilakukan setelah terbitnya Surat Perintah
Pemindahbukuan dari PPK Direktorat Jaminan Sosial.Waktu
pelaksanaan pemindahbukuan maksimal 7 (tujuh) hari
kalender sejak terbitnya Surat Perintah Pemindahbukuan.

h. Pembuatan Jadwal pembayaran (form kontrol pendamping)


1) Setelah dilakukan pemindahbukuan maka diterbitkan
surat perintah kepada Pendamping untuk melakukan
jadwal penyaluran bantuan dengan lembaga bayar.
2) Jadwal pembayaran yang telah disetujui antara
PelaksanaPKH Kabupaten/Kota dan Lembaga Bayar wajib
dilaporkan penjadwalan tersebut kepada PelaksanaPKH
Pusat.
3) Pendamping memberitahukan jadwal penyaluran bantuan
kepada peserta PKH dampingannya.
4) Operator PKH mempersiapkan "Daftar Bayar Peserta
PKH" dampingannya per Pendamping. Data tersebut
diperoleh pada saat closing data dan digunakan sebagai
formulir kontrol.

i. Proses Pembayaran Bantuan


1) Pendamping PKH mengatur antrian peserta pada saat
pencairan dana di Kantor Bayar.
2) Pendamping PKH memeriksa kebenaran dan keabsahan
kartu identitas(KTP), Surat Keterangan Diri, surat
keterangan kepesertaan PKH dari Dinas/Instansi Sosial
setempat, dan atau kartu PKH dengan bukti resi
pengambilan dana.
3) Pendamping PKH memastikan jumlah bantuan yang
diterima Peserta PKH sama dengan jumlah nominal yang

10
Penyaluran Bantuan
tertera pada resi penarikan dana.
4) Sebelum uang diterima oleh peserta PKH, Pendamping
PKH mengarahkan dan memastikan Peserta PKH untuk
memberikan tanda tangan atau cap jempol pada resi
pengambilan.
5) Pendamping PKH bersama Petugas Kantor Lembaga
Bayar melakukan penyobekan lembarresi pengambilan,
selanjutnya lembar resi 1 pengambilan disimpan oleh
Pendamping PKH dan lembar resi 2 oleh petugas kantor
lembaga bayar sebagai bukti peserta telah mencairkan
dana.
6) Jika masih didapati sisa resi penarikan yang tidak dicairkan
setelah waktu yang ditentukan, Pendamping PKH bersama
petugas Kantor Lembaga Bayar memberikan tanda silang
pada resi pengambilan dari pojok kanan atas ke pojok kiri
bawah, dan dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah
dengan bolpoint tinta warna merah.

j. Setelah Penyaluran
1) Pendamping PKH membuat rekapitulasi penyaluran
bantuan berdasarkan slip pengambilan yang dikumpulkan
dan direkatkan dalam buku besar sebagai bukti realisasi
penyaluran bantuan peserta PKH dampingannya sesuai
format yang ditentukan oleh Pelaksana PKH Pusat.
2) Pendamping PKH menyerahkan berita acara rekonsiliasi
realisasi penyaluran bantuan kepada koordinator
Pendamping PKH untuk selanjutnya diserahkan kepada
koordinator Operator PKH.
3) Pendamping PKH berkoordinasi dengan Petugas Lembaga
Bayar yang berada di Kecamatan/Kantor Cabang Lembaga
Bayar untuk melakukan rekonsiliasi penyaluran bantuan
dengan mencocokan data hasil rekapitulasiresi
pengambilan dengan data hasil rekapitulasi pencairan
dana dari Petugas Lembaga Bayar (Rekonsiliasi Tingkat
Kecamatan).
4) Koordinator Kabupaten/Kota bersama dengan Kantor
Unit membuat Berita Acara penyaluran danatingkat
Kabupaten/Kota (Rekonsiliasi Kabupaten/Kota).
5) Koordinator Operator PKH mengirimkan Berita Acara
tersebut ke Pelaksana PKH Pusat
6) Pelaksana PKH Kabupaten/Kota wajib menyimpan resi
pengambilan setelah rekonsiliasi.
11
Penyaluran Bantuan
7) PendampingPKH membuat rekapitulasi Peserta PKH
yang tidak mengambil beserta alasannya.
8) Berdasarkan dokumen Rekonsiliasi Kabupaten/Kota,
maka dilakukan rekonsiliasi tingkat Pusat (Rekonsiliasi
Pusat).

k. Penyaluran Dana Bantuan PKH yang diwakilkan


Penyaluran dana PKH berupa bantuan kepada peserta PKH
melalui sistim cash atau rekening dapat diberikan kepada
anggota keluarga yang memiliki hubungan keluarga, dengan
syarat sebagai berikut :
1) Membawa surat kuasa atau surat keterangan dari
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kotadengan
melampirkan fotocopy identitas pemberi dan penerima
kuasa serta fotocopy kartu PKH atau fotocopy identitas
lainnya.
2) Surat Kuasa ditandatangani oleh pemberi kuasa dan
penerima kuasa serta diketahui oleh Pendamping PKH
dengan melampirkan surat keterangan dari Dinas
Sosial/Instansi Kabupaten/Kota.

l. Pelaksanaan Pencairan
Setelah adanya jadwal pencairan seperti diatas, maka seluruh
Pendamping mengundang peserta PKH untuk
pelaksanaanya.Pelaksanan pencairan dilaksanakan di dua
tempat yaitu sebagai berikut :
1) Kantor Lembaga Bayar adalah Unit Pelaksana Teknis yang
melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada pelanggan,
tugas-tugas operasional dan kegiatan pendukungnya.
2) Komunitas adalah tempat pelaksanaan pembayaran dana
bantuan PKH kepada peserta PKH yang dilakukan bukan
di kantor lembaga bayar untuk menjangkau tempat tinggal
peserta PKH, dengan pertimbangan:
a) Lokasi Komunitas tidak ada sarana kantor lembaga
bayar;
b) Lokasi kantor lembaga bayar cukup jauh dari lokasi
komunitas, memerlukan waktu lebih dari 3 jam menuju
lokasi (atau Pergi-Pulang lebih dari 6 jam) dengan
kendaraan bermotor atau perahu/speedboat;
c) Tidak ada sarana angkutan umum dari lokasi
komunitas menuju Kantor lembaga bayar terdekat.

12
Penyaluran Bantuan
d) A d a p e r m i n t a a n t e r t u l i s d a r i P e l a k s a n a
PKHKabupaten/Kota setempat untuk kegiatan
penyaluran dana PKH di lokasi Komunitas.
e) Jumlah KM untuk dibayarkan di Komunitas minimal
250 (dua ratus lima puluh) orang. Apabila jumlah KM
tidak mencapai 250 (dua ratus lima puluh) orang,
Kepala Kantor Lembaga Bayar harus mengajukan ijin
tertulis kepada Manajer Penyaluran Dana di Kantor
Pusat.

m. Saldo Dalam Rekening


Bantuan yang disalurkan dalam rekening KM adalah hak
sepenuhnya dari KM tanpa saldo minimal. Lembaga Bayar
tidak diperkenankan memotong bantuan dengan alasan
apapun.
Jika ada peserta yang tidak menginginkan penarikan karena
alasan untuk disimpan/ditabung, maka mekanisme
penyimpanan dilakukan sesuai aturan yang ditetapkan
dilembaga bayar.

n. Rekonsiliasi
Setelah pelaksanaan pencairan bantuan oleh peserta PKH
selesai, maka proses terakhir rangkaian penyaluran bantuan
kepada peserta PKH adalah melakukan rekonsiliasi penyaluran
bantuan. Rekonsiliasi sebagai wujud pertanggungjawaban
lembagabayarterhadap penyaluran bantuan kepada peserta
PKH.

Gambar 4 Alur proses rekonsiliasi


13
Penyaluran Bantuan
Rekonsiliasi dilakukan berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan,
Kabupaten/Kota dan pusat.

Rekonsiliasi dibagi menjadi:


1) Rekonsiliasi tingkat Kecamatan
Sebagai bukti pertanggungjawaban bantuan telah diterima
peserta PKH, maka berdasarkan pertinggal slip pengambilan
bantuan dan rekapitulasi yang dibuat oleh Pendamping,
Koordinator Pendamping melakukan rekonsiliasi dengan
lembaga bayar tingkat kecamatan untuk mencocokkan bantuan
yang telah tersalurkan pada setiap tahapan bayar. Kegiatan
ini harus menghasilkan Berita Acara rekonsiliasi yang
ditandatangani oleh Koordinator Pendamping dan Kepala
unit/cabang lembaga bayar.

2) Rekonsiliasi Tingkat Kabupaten/Kota


Berdasarkan Berita Acara hasil rekonsiliasi tingkat Kecamatan,
Koordinator Operator melakukan rekapitulasi Berita Acara
tersebut untuk tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan
dokumen rekonsiliasi tingkat Kecamatan, Koordinator
Operator melakukan rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kota
dengan lembaga bayar. Hasil rekonsiliasi dibuat dalam Berita

14
Penyaluran Bantuan
Acara rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kotayang
ditandatangani oleh Koordinator Operator dan Kepala Cabang
(Kacab) lembaga bayar serta diketahui oleh Ketua Pelaksana
PKH Kabupaten/Kota.
Berita acara rekonsiliasi, selanjutnya disampaikan kepada
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebagai Pelaksana PKH
Pusat.

3) Rekonsiliasi Tingkat Pusat


Berdasarkan hasil rekonsiliasi tingkat Kabupaten/Kota,
Pelaksana PKH Pusat dalam hal ini Direktorat Jaminan Sosial
melakukan rekonsiliasi tingkat pusat dengan lembaga bayar
tingkat pusat. Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita
Acara sebagai dasar tim penerima hasil pekerjaan untuk
membuat Berita Acara pemeriksaan pekerjaan pengadaan
barang/jasa sebagai syarat penagihan imbal jasa lembaga
bayar pada setiap tahapan penyaluran bantuan PKH.

2. Penyaluran Bantuan Melalui Bank Umum Milik Negara :


a. Pembukaan Rekening
1) Data penerima bantuan yang diserahkan oleh Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga, Kementerian Sosial adalah data
hasil Final Closing.
2) Mempersiapkan Data Pendukung Pembukaan Rekening.
3) Data pendukung pembukaan rekening memuat minimal
Customer Due Diligence (CDD) sederhana diserahkan
oleh Kementerian Sosial dalam bentuk soft copy dan hard
copy(Lampiran Berita Acara Serah Terima).
4) Data yang digunakan untuk pembukaan rekening adalah
data yang diserahkan dalam bentuk soft copy.
5) CDD sederhana memuat data sebagai berikut :
a) Basic Saving Account
- Nama Lengkap/alias
- Alamat tempat Tinggal sesuai dokumen identitas
- Tempat Tanggal Lahir
- Pekerjaan
- Data tambahan berupa nomor Hand Phone (HP)
apabila ada dan nama ibu kandung.
b) Uang Electronic
- Nama Lengkap/alias
- Alamat tempat Tinggal sesuai dokumen identitas
- Tempat Tanggal Lahir
15
Penyaluran Bantuan
-
Nama Ibu kandung
-
Kartu Identitas calon nasabah yang masih berlaku/
NIK/KK/No. PKH
- Data tambahan nomor HP
6) Pengisian Formulir pembukaan rekeningakan dilakukan
oleh penerima bantuan didampingi oleh Pendamping PKH
dengan melampirkan dokumen pendukung yang valid
untuk kemudian di serahkan ke unit kerja Bank yang
ditunjuk.
7) Dokumen pendukung adalah Fotokopi KTP/KK/Surat
Keterangan dari Aparat Pemerintahan Setempat minimal
setingkat Kelurahan dan Kartu PKH (apabila ada).
b. Dalam hal pendistribusian terjadi terkendala verifikasi karena:
1) KPM tidak bisa hadir antara lain karena kondisi kesehatan,
tidak berada ditempat domisili maka :
a) Formulir Pembukaan Rekening tetap harus diisi
lengkap dan ditanda tangani/Cap Jempol/Cap Jari
oleh KPM
b) Petugas Perbankan wajib memastikan keberadaan
KPM sesuai dengan data yang telah diverifikasi oleh
pendamping sebagai petugas dari Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga.
c) Dalam hal KPM mewakilkan pengambilan KKS, Bukti
Kepemilikan Rekening dan PIN Pihak Perbankan dan
Pendamping memastikan bahwa yang mengambil
tersebut adalah keluarga antara lain anak kandung
yang cakap dan berwenang secara hukum, orang tua
dan suami dengan KPM yang dibuktikan dari asli
Dokumen Pendukung.
d) Petugas Bank meminta kepada pihak yang mewakili
KPM untuk menyerahkan Surat Kuasa Pengambilan
KKS dan PIN yang telah diketahui dan ditandatangani
oleh Pendamping.
e) Dalam hal kondisi KPM sakit dan/atau tidak ada
dalam domisili pada waktu yang lama serta adanya
perwakilan dari KPM selain yang telah diatur pada
point c) diatas maka KKS, Bukti Kepemilikan Rekening
dan PIN tidak diperkenankan untuk diserahkan.
f) Dinsos Kabupaten/Kota membuat laporan kepada
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga akan menerbitkan Surat Instruksi (SI)
lebih lanjut terkait hal tersebut.
16
Penyaluran Bantuan
2) KPM meninggal dunia maka penyerahan KKS, Bukti
Kepemilikan Rekening dan PIN tidak diperkenankan, dan
dilanjutkan dengan langkah sebagai berikut:
a) Pihak Perbankan mengarahkan Perwakilan KPM untuk
berkoordinasi kepada pendamping terkait perubahan
nama penerima Penyaluran Bantuan PKH Non Tunai
untuk selanjutnya diteruskan kepada Dinsos
Kabupaten/Kota setempat.
b) Data perubahan nama penerima Penyaluran Bantuan
PKH Non Tunai diteruskan oleh Dinsos
Kabupaten/Kota Setempat ke Kementerian Sosial
untuk ditindaklanjuti dilakukan pergantian nama
penerima dan Rekening. Data pergantian rekening
dikeluarkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
c) Perubahan nama penerima dan Rekening dilaksanakan
setelah mendapat surat penggantian rekening dari
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
3) Adanya data KPM yang tidak sesuai maupun tidak
lengkap, dengan keterangan sebagai berikut :
a) Perbedaan huruf maupun ejaan nama antara asli
Dokumen Identitas dengan Dokumen Pendukung
KPM.
b) Perbedaan alamat antara asli Dokumen Identitas
dengan Dokumen Pendukung KPM atau alamat KPM
tidak lengkap.
c) Perbedaan data KPM yang disampaikan oleh Kemensos
untuk dilakukan burekol atau bulk dengan data KPM
yang diisi oleh KPM pada Formulir Pembukaan
Rekening.
d) Tidak membawa asli Dokumen Identitas atau
Dokumen Pendukung.Maka penyerahan KKS, Bukti
Kepemilikan Rekening dan PIN tidak diperkenankan.
e) Dinsos Kabupaten/Kota membuat laporan kepada
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga akan menerbitkan SI lebih lanjut terkait
hal tersebut.
c. Penggantian KKS
1) Apabila KKS rusak atau expired. Penerima manfaat dapat
datang ke kantor cabang yang ditunjuk dengan membawa
KKS yang rusak/expired, bukti kepemilikan rekening (bila
ada), kartu PKH dan identitas asli. Atas penggantian KKS
ini akan dikenakan biaya yang di bebankan kepada
penerima manfaat.
17
Penyaluran Bantuan
2) Apabila KKS hilang atau tertelan di mesin ATM, penerima
manfaat dapat datang ke kantor bank yang ditunjuk dengan
membawa bukti kepemilikan rekening (bila ada), kartu
PKH, identitas asli dan surat keterangan kehilangan dari
kepolisian. Atas penggantian kartu ini akan dikenakan
biaya yang di bebankan kepada penerima manfaat.
3) Penyelesaian penggantian KKS mengacu kepada ketentuan
bank yang berlaku.
d. Penggantian Bukti Kepemilikan Rekening
1) Apabila Bukti Kepemilikan Rekening yang dapat
berbentuk buku tabungan, dokumen lainnya atau kartu
rusak/ tidak lagi dapat digunakan, maka penerima manfaat
dapat datang ke kantor bank yang ditunjuk dengan
membawa Bukti Kepemilikan Rekening yang rusak/yang
tidak dapat digunakan, KKS, kartu PKH dan identitas asli.
2) Apabila buku Bukti Kepemilikan Rekening (yang dapat
berbentuk buku tabungan, dokumen lainnya atau KKS)
hilang, penerima manfaat dapat datang ke kantor bank
yang ditunjuk dengan membawa kartu KKS, kartu PKH,
identitas asli dan surat keterangan kehilangan dari
kepolisian.
3) Pendistribusian KKS dan Bukti Kepemilikan Rekening
Pendistribusian KKS dan Bukti Kepemilikan Rekening
menjadi tanggung jawab bersama antara kantor cabang
yang ditunjuk dan Dinas Sosial Kab/Kota setempat. Teknis
penyerahkan KKS dan bukti kepemilikan rekening
langsung ke penerima manfaat di dampingi oleh
pendamping sebagai verifikator dan di monitoring oleh
Dinas Sosial Kab/Kota setempat.
e. Penanganan Keluhan Nasabah/Complaint Handling
1) Penanganan Keluhan Nasabah terkait PIN, Transaksi dan
KKS dapat disampaikan penerima manfaat melalui agen
atau unit kerja yang ditunjuk maupun call center masing-
masing bank.
2) Penanganan Keluhan Nasabah terkait agen dapat
disampaikan penerima manfaat melalui unit kerja yang
ditunjuk maupun Call Center masing-masing bank.

18
Penyaluran Bantuan
G. Penggantian Nama Penerima Bantuan

Sesuai dengan dinamika perubahan data peserta pada saat dilakukan


pemutahiran data, ada kalanya harus dilakukan penggantian nama
Penerima bantuan sesuai dengan kondisi peserta pada saat itu. Dinamika
perubahan ini sesuai dengan tugas rutin Pendamping dalam melakukan
pemutakhiran data.

Perubahan data yang dapat dilakukan pada saat pemutahiran data


apabila:
1. Perubahan struktur keluarga/penerima bantuan PKH,baik dari
segi penambahan atau pengurangan tanggungan maupun
perubahan status pendidikan.
2. Perpindahan sekolah/pindah kelas.
3. Perpindahan alamat.
4. Kesalahan identitas.

Jika perubahan data dikarenakan adanya penggantian Penerima


bantuan keluarga maka pada saat penarikan bantuan dapat
menggunakan surat keterangan kepesertaan PKH dari Dinas/Instansi
Sosial Kabupaten/Kota. Untuk penyaluran bantuan yang menggunakan
sistem rekening, beberapa hal yang harus dilakukan adalah :

1. Pendamping membuat laporan tertulis tentang perubahan nama


dengan mencantumkan : nomor peserta, nomor rekening, nama
Penerima bantuan lama, nama Penerima bantuan baru, alamat
Penerima bantuan lama, alamat Penerima bantuan baru dan
diberikan kepada OperatorKabupaten/Kota.
2. Operator Kabupaten/Kota melakukan kompilasi keseluruhan
perubahan data tersebut dan dikirimkan kePelaksana PKH Pusat
dalam sheet tersendiri pada file hasilfinal closing termasuk
permintaan untuk pencetakan kartu peserta PKH pengganti.
3. Pelaksana PKH Pusat setelah mendapatkan data tersebut
selanjutnya mengolah dan mengajukan pembuatan rekening baru
ke lembaga bayar.
4. Lembaga bayar melakukan pembukaan rekening baru dan
mengirimkan kembali nomor rekening ke Pelaksana PKH Pusat.
5. Setelah nomor rekening diterima di Pelaksana PKH Pusat, maka
akan diproses untukperubahan nama dan alamat serta
memindahbukukan dari rekening lama ke rekening baru terhadap
saldo yang ada pada rekening lama.
19
Penyaluran Bantuan
6. Berdasarkan surat dari Direktorat Jaminan Sosial ke lembaga
bayar untuk melakukan perubahan dan pemindahbukuan dari
rekening lama ke rekening baru sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Pelaksana PKH Pusatakan melakukan pengadaan barang dan
jasa berupa Kartu PKH melalui Mitra kerja.

H. Pengembalian Sisa Bantuan

1. Sistem rekening
Dinamika perubahan data yang terjadi pada identitas serta alamat
peserta PKH tidak menutup kemungkinan pada saat dilakukannya
proses administrasi pembukaan rekening, peserta PKH tersebut dapat
berubah status dari eligible menjadi non eligible, dari alamat yang
ditemukan menjadi alamat tidak ditemukan dan lain sebagainya.

Jika hal tersebut terjadi,formulir kelengkapan administrasi tidak


dapat diproses lebih lanjut karena sudah tidak valid lagi.Pendamping
yang dampingannya mengalami mutasi data melaporkan ke Pelaksana
PKHKabupaten/Kota. Operator Pelaksana PKH Kabupaten/Kota
melaporkan dan mengusulkan untuk penarikan kembali bantuan yang
sudah masuk ke rekening peserta PKH.

Pengembalian bantuan PKH ke Kas Negara dikarenakan peserta


PKH tidak melengkapi dan menandatangani formulir pembukaan
rekening serta formulir specimen tandatangan. Berdasarkan hasil
rekonsiliasi Pelaksana PKHKabupaten/Kota, Direktorat Jaminan
SosialKeluarga memerintahkan kepada lembaga bayar untuk
menyetorkan kembali ke Kas Negara. Batas waktu yang ditolerir adalah
maksimal 6 (enam) hari kerja sejak tanggal surat perintah disampaikan.

20
Penyaluran Bantuan
I. Alur Kerja Penyaluran

1. Alur proses GIRO

21
Penyaluran Bantuan
2. Alur proses penarikan dana GIRO

22
Penyaluran Bantuan
J. Formulir - formulir

1. Format berita acara penyelesaian entry data

23
Penyaluran Bantuan
2. Formulir berita acara rekonsiliasi

24
Penyaluran Bantuan
3. Formulir penjelasan peserta yang tidak mencairkan
bantuan

25
Penyaluran Bantuan
26
Penyaluran Bantuan
VERIFIKASI KOMITMEN PESERTA

A. TUJUAN

1. Tujuan Pedoman Operasional verifikasi menggunakan DMR


adalah sebagai pedoman kegiatan verifikasi komitmen peserta
PKH.
2. Tujuan Khusus Pedoman Operasional Verifikasi menggunakan
DMR adalah:
a. Panduan alur kerja dari pelaksanaan kegiatan verifikasi
menggunakan DMR.
b. Tersusunnya uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap
pelaksana.

B. SASARAN

Pedoman Operasional ini diperuntukkan bagi pelaksana kegiatan


verifikasi menggunakan DMR baik di UPPKH Pusat maupun Daerah
(Provinsi dan Kabupaten/Kota).

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan verifikasi menggunakan


DMRini dapat berjalan dengan baik dibutuhkan sarana-sarana
pendukung baik berupa perangkat keras, perangkat lunak dan sarana
pendukung lainnya.

C. PERANGKAT KERAS

Perangat keras adalah mesin yang digunakan dalam pelaksanaan


kegiatan verifikasi menggunakan DMR. Perangkat keras yang
dibutuhkan adalah:
a. Komputer
Perangkat ini akan berfungsi sebagai pengolah informasi dalam
pelaksanaan verifikasi menggunakan DMR.
b. Printer
Perangkat ini akan berfungsi untuk dapat melakukan pencetakan
formulir mandiri baik untuk formulir verifikasi kesehatan maupun
formulit verifikasi pendidikan.
c. Scanner
Perangkat ini akan berfungsi sebagai pembaca hasil verifikasi
dengan menggunakan formulir DMR.
1
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
d. Dongle DMR
Perangkat ini berfungsi sebagai kunci dari aplikasi DMR, dimana
tanpa menggunakan dongle ini, maka aplikasi DMR tidak akan
dapat dijalankan.

D. PERANGKAT LUNAK

Perangkat lunak adalah aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk


dapat melaksanakan kegiatan verifikasi menggunakan DMR. Perangkat
lunak yang dibutuhkan adalah:
a. Driver scanner
Perangkat lunak ini digunakan untuk membuat agar scanner
yang digunakan dapat berkomunikasi dengan komputer yang
digunakan. Perangkat lunak ini harus diinstall ke dalam komputer
yang terhubung dengan scanner. Tata cara instalasinya dapat
dilihat pada bagian 9.1.2.1 dalam dokumen ini mengenai instalasi
driver scanner.
b. Aplikasi DMR
Perangkat lunak ini digunakan untuk dapat melakukan
pembacaan formulir verifikasi menggunakan format DMR sesuai
dengan desain yang telah dibuat. Aplikasi ini terdiri dari 2 buah
yaitu DMR creator dan DMR extractor. DMR creator digunakan
untuk melakukan perubahan posisi pembacaan atas lokasi vmr1,
vmr2 dan vmr3 (lihat bagian 9.1.2.2 mengenai instalasi aplikasi
DMR dan verifikasi DMR).
c. Aplikasi verifikasi DMR
Perangkat lunak berupa aplikasi ini digunakan untuk membaca
hasil scanning menggunakan DMR extractor dan export data
hasil scanning verifikasi untuk dapat diimpor ke dalam aplikasi
SIM PKH (lihat bagian 9.1.2.2 mengenai instalasi aplikasi DMR
dan verifikasi DMR).

E. FORMULIR

Selain perangkat keras dan perangkat lunak, dibutuhkan pula


formulir-formulir yang membantu pelaksanaan verifikasi DMR yaitu
formulir verifikasi kesehatan dan formulir verifikasi pendidikan, selain
daripada kedua formulir tersebut telah dibuatkan formulir bantuan
yang dapat digunakan untuk membantu pelaksana PKH di lapangan
dalam melakukan verifikasi komitmen peserta PKH.

2
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
1. Formulir verifikasi kesehatan
Formulir ini digunakan untuk melakukan verifikasi terhadap
komitmen dari peserta PKH yang memiliki komponen kesehatan
yaitu ibu hamil/nifas,balita/APRAS, serta PDB dan Lansia.

2. Formulir verifikasi pendidikan


Formulir ini digunakan untuk melakukan verifikasi terhadap
komitmen dari peserta PKH yang memiliki komponen pendidikan
yaitu anak SD dan anak SMP.

3. Formulir bantuan
Formulir ini digunakan untuk memberikan bantuan kepada para
Pendamping PKH untuk mengetahui informasi dari para peserta
dampingannya.
Di dalam Aplikasi SIM PKH telah disediakan menu baru khusus
untuk menunjang kegiatan verifikasi dengan menggunakan DMR
yaitu menu untuk mencetak formulir bantuan bagi para
Pendamping.

Formulir bantuan terdiri atas:


a. Daftar Anak SD dan Anak SMP per penyedia layanan
pendidikan per Pendamping.
b. Daftar Bumil/Bufas dan Balita per penyedia layanan kesehatan
per Pendamping.
c. Daftar Penyandang Disabilitas Berat per penyedian layanan
kesehatan per pendamping
d. Lansia per penyedia layanan kesehatan per Pendamping
e. Daftar tabel prosentasi kehadiran peserta didik.

4. Berita Acara Verifikasi


Dokumen ini harus dibuat oleh para pendamping setelah selesai
melakukan verifikasi di fasilitas layanan kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan social. Kegiatan ini menginformasikan bahwa
pelaksanaan kegiatan verifikasi terhadap penyedia layanan
tersebut telah selesai dilaksakanan dengan memberikan informasi
mengenai jumlah peserta yang memenuhi komitmen dan tidak
memenuhi komitmen pada setiap bulan.

3
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Khusus komponen kesejahteraan sosial (PDB dan Lansia)
diverifikasi hanya satu kali dalam setahun pada fasilitas kesehatan.

F. ALUR KERJA VERIFIKASI MENGGUNAKAN DMR

Gunakan formulir dengan ketebalan minimal 100 gsm agar formulir


tidak mudah kusut)

4
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
1. Lokasi file verifikasi pendidikan:
c:\dmr\vdidik_baru\vdidik_dmr.pdf
2. Lokasi file verifikasi kesehatan:
c:\dmr\vsehat_baru\vsehat_dmr.pdf
3. Buka file diatas menggunakan adobe acrobat,
4. Untuk mencetak, pilih opsi berikut ini
5. Pilih menu File lalu pilih print

5
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
6. Pada bagian Page Handling, pilih Page Scaling lalu pilih None

7. Pilih Properties (pastikan ukuran kertas adalah A4)

6
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
8. Pilih OK lalu print formulir tersebut

Berikut ini adalah rincian tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing pelaksana kegiatan verifikasi menggunakan DMR,

Agar pelaksanaan kegiatan verifikasi DMR dapat berjalan dengan


baik, berikut ini adalah beberapa cara pengisian dari formulir verifikasi
DMR baik untuk kesehatan maupun pendidikan yang harus diikuti.
a. Yang diisi hanya yang tidak komitmen atau tidak hadir saja (baik
untuk Formulir Verifikasi Pendidikan Dan Formulir Verifikasi
Kesehatan).
b. Jumlah rekapitulasi kehadiran baik untuk formulir verifikasi
pendidikan maupun kesehatan tidak perlu diisi dan dibuatkan
dokumen Berita Acara untuk setiap penyedia layanan baik
kesehatan maupun pendidikan yang telah diverifikasi.
c. Harus ada cap dan tanda tangan dari penanggung jawab fasilitas
penyedia layanan baik pendidikan maupun kesehatan dilakukan
di ujung kiri di tempat yang telah disediakan.
d. Pengisian menggunakan pensil 2B dan memenuhi seluruh bulatan.
e. Untuk pengisian yang bukan menggunakan bulatan dapat diisi
menggunakan pulpen.
f. Jika keseluruhan peserta ternyata memenuhi kewajibannya dalam
satu penyedia layanan baik pendidikan maupun kesehatan, maka
yang diisikan pada formulir hanya bagian headernya saja yaitu
kode fasdik/faskes, tahap dan tahun serta cap dan tanda tangan
saja, yang lainnya dikosongkan.

7
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
G. TATA CARA PENGISIAN FORMULIR DMR

Berikut ini adalah tata cara pengisian formulir DMR baik untuk
kesehatan maupun pendidikan.

1. Formulir Verifikasi Kesehatan

a. Kode Fasilitas Kesehatan


Tuliskan kode fasilitas kesehatan pada kotak yang tersedia lalu
beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode tersebut

b. Tahap
Beri bulatan pada tahapan pelaksanaan verifikasi dilakukan

c. Nama Fasilitas Kesehatan


Tuliskan nama fasilitas penyedia layanan kesehatan tempat
verifikasi dilakukan.

8
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
d. Alamat
Tuliskan alamat fasilitas penyedia layanan kesehatan tempat
verifikasi dilakukan

e. Tahun
Beri bulatan pada tahun pelaksanaan verifikasi

f. Nomor Anggota Keluarga


Tuliskan kode anggota keluarga pada kotak yang tersedia lalu
beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode tersebut.

g. Nama Anggota Keluarga


Tuliskan nama dari anggota rumah tangga yang diverifikasi.

9
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
h. Nama Pengurus Keluarga
Tuliskan nama pengurus dari anggota rumah tangga yang
diverifikasi

i. Verifikasi Ketidakhadiran Bumil/Balita


Beri bulatan pada setiap bulan verifikasi sesuai dengan kriteria
kehadiran

j. Rekapitulasi Kehadiran
Tuliskan rekapitulasi kehadiran dari anggota rumah tangga yang
diverifikasi pada penyedia layanan kesehatan yang bersangkutan
dan mintalah tanda tangan dari kepala penyedia layanan
kesehatan.

k. Verifikasi Ketidakhadiran PDB dan Lansia


Beri bulatan pada setiap bulan verifikasi sesuai dengan kriteria
kehadiran

10
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
l. Rekapitulasi Kehadiran
Tuliskan rekapitulasi kehadiran dari anggota rumah tangga yang
diverifikasi pada penyedia layanan kesehatan yang bersangkutan
dan mintalah tanda tangan dari kepala penyedia layanan
kesehatan.

m. Catatan
Rekapitulasi kehadiran hanya diisi pada lembar terakhir dari
seluruh lembar yang ada di penyedia layanan kesehatan yang
diverifikasi kehadiran dari anggota rumah tangga.
Jika seluruh anggota rumah tangga pada penyedia layanan
kesehatan tersebut ternyata hadir semua. Maka yang diisi hanya:
1) Kode fasilitas kesehatan (lihat pada bagian 8.1.1)
2) Tahap (lihat pada bagian 8.1.2)
3) Nama fasilitas kesehatan (lihat pada bagian 8.1.3)
4) Alamat (lihat pada bagian 8.1.4)
5) Tahun (lihat pada bagian 8.1.5) dan
6) Rekapitulasi Kehadiran (lihat pada bagian 8.1.10)

2. Formulir Verifikasi Pendidikan


a. Kode Sekolah
Tuliskan kode fasilitas pendidikan pada kotak yang tersedia
lalu beri bulatan yang sesuai dengan karakter dari kode
tersebut

11
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
b. Tahap
Beri bulatan pada tahapan pelaksanaan verifikasi dilakukan

c. Nama Sekolah
Tuliskan nama fasilitas penyedia layanan pendidikan tempat
verifikasi dilakukan.

d. Alamat Sekolah
Tuliskan alamat fasilitas penyedia layanan pendidikan tempat
verifikasi dilakukan

e. Tahun
Beri bulatan pada tahun pelaksanaan verifikasi

12
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
f. Nomor Anggota Keluarga Tuliskan kode anggota keluarga
pada kotak yang tersedia lalu beri bulatan yang sesuai dengan
karakter dari kode tersebut

g. Nama Anggota Keluarga


Tuliskan nama keluarga yang diverifikasi.

h. Nama Pengurus Keluarga


Tuliskan nama pengurus keluarga yang diverifikasi

i. Jumlah Kehadiran
Beri bulatan pada setiap buan dilaksanakannya verifikasi,
isian hanya dilakukan jika anggota rumah tangga tersebut
tidak memenuhi persyaratan kehadiran yang telah ditentukan
yaitu kurang dari 85% atas hari efektif belajar di penyedia
yayanan pendidikan tersebut.

13
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
j. Rekapitulasi Kehadiran
Tuliskan rekapitulasi kehadiran dari anggota rumah tangga
yang diverifikasi pada penyedia layanan pendidikan yang
bersangkutan dan mintalah tanda tangan dari kepala penyedia
layana kesehatan.

k. Catatan
Jika seluruh anggota rumah tangga pada penyedia layanan
pendidikan tersebut ternyata hadir semua. Maka yang diisi
hanya:
o Kode fasilitas pendidikan (lihat pada bagian 8.2.1)
o Tahap (lihat pada bagian8.2.2)
o Nama fasilitas pendidikan (lihat pada bagian8.2.3)
o Alamat sekolah (lihat pada bagian8.2.4)
o Tahun (lihat pada bagian 8.2.5) dan
o Rekapitulasi Kehadiran (lihat pada bagian 8.2.10)

H. INSTALASI

Cara instalasi dari aplikasi cukup mudah, dimana instalasinya


terbagi menjadi 3 bagian utama,
1. Instalasi perangkat keras
a. Persyaratan minimal dari perangkat yang digunakan agar
scanning formulir verifikasi dapat dilakukan dengan baik
adalah sebagai berikut,
1) K o m p u t e r d e n g a n s i s t e m o p e r a s i W i n d o w s
2) Driver Scanner
3) Dongle DMR
4) Aplikasi DMR
5) Aplikasi verifikasi DMR
b. Cara instalasi perangkat keras adalah sebagai berikut,
1) Hubungkan kabel USB dari scanner ke komputer
2) Hubungkan kabel listrik dari scanner ke outlet listrik

14
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
2. Instalasi perangkat lunak
Langkah-langkah instalasi adalah sebagai berikut:
a. Instalasi driver scanner
Agar perangkat scanner dapat dikenal oleh komputer yang
digunakan maka perlu dilakukan instalasi driver scanner
dengan cara sebagai berikut:
1) Masukan CD driver scanner
2) Akan muncul jendela sebagai berikut:

3) Pilih INSTALL (Recommended)


Setelah itu akan muncul konfirmasi bahasa yang akan
digunakan

4) Pilih English, kemudian klik Next, akan muncul jendela


berikut ini.

15
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
5) Pilih scanner yang sesuai dengan scanner yang ada lalu
klik next
6) Akan muncul pesan konfirmasi instalasi

7) Klik Yes, I accept the terms of license agreement


Driver scanner akan diinstall ke komputer hingga selesai.

3. Instalasi aplikasi DMR dan verifikasi DMR


Setelah instalasi driver scanner selesai, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan instalasi aplikasi DMR. Cara instalasi sangatlah
mudah,
a. M a s u k k a n C D I n s t a l a s i D M R d a r i P K H P u s a t
b. Jalankan aplikasi setup exe.

Setelah setup.exe selesai dijalankan, maka pada komputer akan


dibuat 2 buah directory baru yaitu C:\DMR dan C:\DMRAPP.

I. PENGATURAN

1. Pengaturan awal
Setting awal dilakukan untuk memastikan bahwa formulir yang
akan digunakan baik untuk formulir verifikasi kesehatan maupun
formulir verifikasi pendidikan sudah sesuai formatnya dan dapat
dibaca dengan benar oleh scanner DMR.

Cara melakukan setting awal adalah sebagai berikut,


Jalankan aplikasi DMRX yang ada dalam folder c:\DMR, USB
dongle DMR harus terpasang dalam salah satu slot USB pada
computer

Instalasi aplikasi DMR dan Aplikasi Verifikasi DMR


Klik Data Scan > Select Scanner, sehingga muncul gambar
berikut.

16
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Pada bagian Sources, pilihlah driver scanner yang digunakan,
kemudian klik Select.

2. Pengaturan DMR Creator (nama file: DMRE?_??_??.EXE)


Langkah berikutnya melakukan perubahan setting konfigurasi
scanner. Lakukan perintah berikut ini untuk melakukan setting
formulir,
Click Setting
Click Option
Pilih tab Extra
Click Edit Global Extras Parameters
Perubahan pengaturan dilakukan untuk formulir-formulir berikut
ini.
Formulir verifikasi kesehatan
Formulir verifikasi kesehatan (cetak mandiri)
Formulir verifikasi pendidikan
Formulir verifikasi pendidikan (cetak mandiri)

Berikut ini adalah pengaturan yang perlu dilakukan,

a. Formulir verifikasi kesehatan


Nama file : VSEHAT.dmr

17
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi.

Formulir verifikasi kesehatan (cetak mandiri)


Nama file : VSEHATA4.dmr

Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi.

b. Formulir verifikasi kesehatan


Nama file : VDIDIK.dmr

Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi.

Formulir verifikasi pendidikan (cetak mandiri)


Nama file : VDIDIKA4.dmr

18
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Mohon untuk membaca bagian mengenai posisi pembacaan verifikasi.

c. Pengaturan DMR Extractor


Seluruh formulir menggunakan setting sebagai berikut
Pilih menu Data Scan

Pilih Scan resolution

Pilih Option
Lakukan setting sesuai dengan komponen berikut

19
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
20
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
21
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
d. Ujicoba pembacaan formulir verifikasi
Untuk memastikan bahwa pembacaan dari scanner akurat, maka
perlu dipastikan bahwa posisi pembacaannya benar.
Cara melakukan setting untuk posisi pembacaan adalah sebagai
berikut,
Jalankan aplikasi DMRX, lalu scan formulir yang akan dicek.
Akan muncul tambilan dari formulir dengan kotak yang ada
di sudut kiri atas, kanan atas dan kiri bawah yang disebut
dengan triple marker (Lihat bab mengenai triple marker).
Setiap kotak dari sudut tersebut harus persis mengenai
pinggiran dari border formulir.
Buka aplikasi DMR Extractor (DMRE), kemudian pilih menu
setting > Option
Pilih tab Extra
Kemudian klik Edit Global Extra Parameters
Ubah setting vmr1 (untuk sudut kiri atas), vmr2 (untuk sudut
kanan atas) dan vmr3 (untuk sudut kiri bawah) dengan format
x,y,p,l dimana yang perlu diperhatikan hanya x dan y saja
untuk menentukan posisi kotak. X adalah untuk menggeser
secara horisontal dan y adalah untuk menggeser secara vertikal.
Nilai minus untuk x akan membuat kotak naik keatas sebesar
angka yang dituliskan, sedangkan nilai minus untuk y akan
membuat kotak bergeser ke kiri (lihat bab 9.3.2 mengenai
vmr).
Lakukan setting untuk vmr1, vmr2 dan vmr3 sehingga kotak
akan terlihat seperti gambar dibawah ini

22
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Jangan lupa menyimpan setting tersebut dengan cara klik File >
Save
Tutup aplikasi DMR Extractor

e. Triple marker
Triple marker merupakan tiga kotak utama pada DMR-x yang
berfungsi sebagai penentu dalam pengambilan referensi.Referensi
yaitu kotak atau suatu bentuk obyek yang dijadikan acuan dalam
pembacaan obyek-obyek pada formulir verifikasi.
Hubungan antara triple marker dan referensi adalah bahwa kotak
triple marker harus tepat berada di atas referensi.
Triple marker pada DMR-x yaitu:

23
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
f. VMR
Merupakan fungsi yang menunjukkan posisi dan ukuran triple
marker.

Vmr2

Terletak di kanan atas.

24
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Vmr3

Terletak di kiri bawah.

Prinsipnya vmr1, vmr2, dan vmr3 harus ditempatkan pada kotak


referensi pada image.

g. Scan formulir verifikasi


Setelah setting awal dilakukan, maka proses scanning atas
formulir-formulir verifikasi dapat dilakukan.

CATATAN:
Pada saat melakukan scanning, sebaiknya dipisahkan antara
formulir verifikasi kesehatan dan formulir verifikasi pendidikan.
Pastikan sebelum melakukan scanning, menuliskan halaman
pada setiap lembar formulir menggunakan pensil pada ujung
kiri atas formulir dan harus diluar border.

Cara melakukan scan dokumen dengan menggunakan DMR


adalah sebagai berikut,
Masukkan kertas lembar formulir verifikasi dengan posisi
tertutup dan terbalik ke tray scanner (maksimum lembar
tergantung dari tray scanner, dimana cara mengujinya adalah
bahwa kertas yang masuk dalam tray tidak tersangkut jika
diambil kembali dari tray).
Jalankan aplikasi verifikasi DMR (C:\DMRAPP\vdmr.exe)

25
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Pilih jenis formulir yang akan di scan. Pastikan formulir yang
ada dalam tray scanner sama dengan pilihan anda.

Klik tombol Extract Data Scan

Kemudian aplikasi DMR Extractor akan muncul

Klik tombol scan

Lalu pilih formulir yang akan di scan

26
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
File yang akan digunakan adalah sebagai berikut,
Verifikasi kesehatan dg formulir dari Pusat :
C:\DMR\VSEHAT_BARU\VSEHAT.dmr
Verifikasi kesehatan dg formulir cetak mandiri :
C:\DMR\VSEHAT_BARU\VSEHATA4.dmr
Verifikasi pendidikan dg formulir dari Pusat :
C:\DMR\VDIDIK_BARU\VDIDIK.dm
Verifikasi pendidikan dg formulir cetak mandiri :
C:\DMR\VDIDIK_BARU\VDIDIKA4.dmr

Scanner akan menarik kertas yang ada dalam tray


Setelah selesai, klik tombol Extract

Tutup aplikasi DMR


Lakukan proses no.1 untuk setiap jenis formulir yang akan
di scan.

h. Verifikasi data error


Tahapan selanjutnya adalah melakukan verifikasi data error yang
muncul dari hasil scanning.
Hal ini dilakukan untuk dapat dilakukan perbaikan atas data-
data error tersebut, sehingga hasil dari scanning yang dilakukan
dapat di import ke dalam aplikasi SIM PKH Online di tahapan
selanjutnya.
Tata cara melakukan verifikasi data error dan melakukan
perbaikan datanya adalah sebagai berikut,
Pilih formulir yang akan di verifikasi atas data error yang
muncul

Klik tombol Check Data Scanned

Jika data hasil scanning belum ada atas formulir yang dipilih,
maka akan muncul pesan berikut ini

27
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Jika tidak ada data error, maka akan muncul pesan berikut
ini

Jika ada error, maka yang akan muncul adalah tampilan


berikut ini

Lakukan perbaikan dengan melihat data-data yang tidak


sesuai.
Perbaiki data-data tersebut dengan meng klik kotak dimana
data yang salah ingin diperbaiki. Lakukan perbaikan sampai
daftar data error kosong, jangan lupa klik tombol SIMPAN
setiap selesai melakukan satu perbaikan. Perhatikan informasi
halaman (hal) dan Baris, informasi tersebut menunjukkan
kesalah yang terjadi pada halaman dan baris dari lembar yang
di scan.

Klik Selesai

i. Export data

Setelah data error sudah diperbaiki, maka data tersebut dapat


diexport ke dalam aplikasi SIM PKH Online yang untuk
selanjutnya, hasil verifikasi tersebut akan menjadi dasar
perhitungan penyaluran bantuan.
Tata cara export data hasil verifikasi dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut,

28
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
Pilih formulir yang akan diexport

Klik tombol export data

Jika belum ada data hasil scan untuk formulir yang akan
diexport, maka akan muncul pesan berikut ini

Jika masih ada data error maka akan muncul tampilan berikut
ini

Jika data sudah ada data maka akan muncul pilihan berikut

Pilih tombol Export, lalu akan muncul pesan berikut ini

Klok tombol OK lalu pilih tombol Tutup

29
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
J.CONTOH FORMULIR VERIFIKASI KESEHATAN

K.CONTOH FORMULIR VERIFIKASI PENDIDIKAN

30
Verifikasi Komitmen Peserta PKH
MEKANISME DAN PROSEDUR PEMUTAKHIRAN DATA
PESERTA PKH

A. PEMUTAKHIRAN DATA PERTAMA

Pemutakhiran data pertama adalah proses yang dilakukan setelah


pelaksanaan validasi yaitu melengkapi dan mengumpulkan data yang
diperlukan untuk kesempurnaan data hasil validasi, terutama data
fasilitas kesehatan,pendidikan,data fasilitas Kesejateraan Sosial (KESOS)
dan Komplementaritas program kesejateraan sosial.
1. Data Fasilitas Layanan Kesehatan
a) Provinsi
b) Kabupaten/Kota
c) Kecamatan
d) Desa/Kelurahan
e) Alamat Faskes
f) Jenis Faskes (bidan, klinik, mantri, polindes, posyandu,
puskesmas, pustu, pusling, Rumah sakit)
g) Nama pimpinan
2. Data Fasilitas Layanan Pendidikan
a) Provinsi
b) Kabupaten/Kota
c) Kecamatan
d) Desa/Kelurahan
e) Alamat Fasdik
f) Jenjang sekolah (SD/MI/SDLB/Paket A/Pesantren setingkat
SD, SMP/MTs/SMPLB/Paket B/ Pesantren setingkat SMP)
g) Nama kepala sekolah
h) Kementerian / Lembaga (Kemendikbud dan Kemenag)
i) Jenis Fasdik (informal, negeri dan swasta)
j) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)
k) Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)
3. Data FasilitasLayanan KESOS
a) Provinsi
b) Kabupaten/Kota
c) Kecamatan
d) Desa/Kelurahan
e) Jenis fasilitas kesejahteraan sosial ( panti sosial, rumah singgah,
rumah perlindungan sosial, lembaga kesejahteraan sosial)

1
Pemutakhiran Data
f) Rutilahu
g) KUBE dan usaha ekonomi produktif
h) Jamsostek/askesos
4. Data Bantuan Sosial Lainnya
a) Program Beras Sejahtera (rastra)
b) Program Indonesia Pintar
c) Program Indonesia Sehat
5. Data Status Keluarga
a) Nama penanggungjawab keluarga penerima PKH
b) Nama Anggota Keluarga Penyandang Disabilitas berat
c) Nama Anggota Keluarga Lanjut Usia
d) Tempat dan tanggal lahir pengurus
e) Pekerjaan pengurus
f) Nama ibu kandung
g) Nama pendamping PKH
h) Alamat pengurus
i) Jenis kelamin
j) Kategori AK (anggota keluarga)
k) Hubungan AK
l) Jenjang pendidikan
6. Formulir Pemutakhiran
a) Pengenalan Formulir Pemutakhiran
b) Tata carapengisian

2
Pemutakhiran Data
Pengisian formulir pemutakhiran data dilakukan dengan cara:
1) M e m e r i k s a k e l e n g k a p a n d o k u m e n p e n d u k u n g
2) Mengisi dan mencatat formulir pemutakhiran data:
(a) Apakah alamat KMini ditemukan :
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah alamat
KM ditemukan atau tidak
(b) Apakah KM ini pindah alamat keluar wilayah PKH
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah KM
ini pindah alamat ke wilayah yang bukan lokasi pelaksana
PKH
Prosedur pindah domisili antar wilayah PKH (desa,
kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi) akan dijelaskan
pada bagian....
(c) Apakah KM ini double dengan KM lain
Pertanyaan ini untuk mengetahui apakah KM ini rangkap
dengan KM lainnya, baik yang sudah menjadi peserta
PKH maupun belum menjadi peserta PKH.
Yang dimaksud dengan rangkap adalah jika terdapat
nomor peserta PKH yang sama dengan anggota keluarga
yang sama atau nama pengurus dan anggota keluarganya
sama.
(d) Apakah peserta PKH ini merupakan keluarga miskin ?
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah peserta
PKH ini merupakan keluarga miskin.
Untuk peserta PKH yang dinyatakan mampu harus
dilengkapi dengan surat keterangan dari aparat setempat.
(e) Nama pengurus:
Perempuan dewasa dari keluarga inti yang masih
mengurus anggota keluarganya

Identitas Pengurus keluarga


(1) Tempat lahir : tempat lahir pengurus peserta PKH
(2) Tanggal lahir : tanggal lahir pengurus
(3) Alamat pengurus : alamat pengurus peserta PKH
saat ini
(4) Provinsi : provinsi tempat peserta PKH berada
(5) Kabupaten : kabupaten tempat peserta PKH berada
(6) Kecamatan : kecamatan tempat peserta PKH berada

3
Pemutakhiran Data
I. dentitas Anggota Keluarga
(1) Nama anggota keluarga (AK ) :
Nama semua orang yang terdapat dalam satu
keluarga
(2) Kategori :
Apa sebagai ibu hamil, anak balita, anak SD, anak
SMP, l anak SMA ,disabilitas berat, lanjut usia dan
meninggal
(3) H u b u n g a n d e n g a n k e p a l a K M ( K R T ) :
Apa sebagai suami, istri, anak, menantu, cucu,
orang tua, mertua, family lain dan lainnya
(4) Jenis kelamin:
Isi dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan
(5) Tanggal lahir:
Isi dengan tanggal, bulan dan tahun kelahiran AK
(6) Umur:
Isi dengan umur AK saat ini
(7) Jenjang pendidikan:
Isi jenjang pendidikan AK
(8) Usia kehamilan:
Isi dengan usia kehamilan dalam minggu
(9) Status anak (pekerja anak, disabilitas):
Isi status anak calon peserta PKH saat ini, apa ada
yang bekerja (Pekerja anak) atau penyandang
disabilitas
(10)Nama sekolah:
Isi nama sekolah tempat anak calon peserta PKH
bersekolah baik formal maupun non formal
(11)Nama pelayanan kesehatan:
Isi nama layanan kesehatan seperti puskesmas,
pustu, polindes, posyandu, pusling tempat ibu
hamil dan atau anak balita mendapatkan layanan
kesehatan
(i) menjelaskan kewajiban yang harus dilakukan
peserta PKH sebelum menandatangani
kesediaan menjadi peserta PKH di formulir
pemutakhiran data
(ii) menjelaskan sanksi yang akan diberikan kepada
peserta PKH sebelum menandatangani
kesediaan menjadi peserta PKH di formulir
pemutakhiran data

4
Pemutakhiran Data
(iii) menjelaskan tentang ketentuan sebagai peserta
PKH dan meminta calon peserta untuk
menandatangani form pemutakhiran data
(iv) menjelaskan sanksi dan implikasi apabila tidak
menjalankan komitmen
(v) memberi kesempatan kepada peserta TOT untuk
bertanya tentang formulir pemutakhiran data
(12)Nama pelayanan kesos

b. Waktu Pelaksanaan
Pemutakhiran data peserta PKH dilakukan setiap saat dan terus
menerus sesuai dengan kondisi peserta PKH. Hasil pemutakhiran
ini akan berpengaruh pada jumlah bantuan dan pelaksanaan
verifikasi.
Pada umumnya proses pemutakhiran data dilakukan sebelum
pelaksanaan verifikasi kesehatan dan pendidikan. Namun
demikian pada setiap tahapannya pelaksanaan pemutakhiran
data berbeda-beda.
Pelaksanaan pemutakhiran data pada setiap tahapan penyaluran
bantuan dilaksanakan sebagai berikut:

1) Tahap I
a) Penyaluran tahap I yang dilaksanakan pada bulan Maret
mengacu pada pemutakhiran data yang dimulai bulan
November, Desember dan Januari.
b) Entry data dilaksanakan sampai dengan bulan Februari
c) Entry verifikasi dilaksanakan pada bulan Februari
d) Final closing dilaksanakan pada bulan Februari
2) Tahap II

a) Penyaluran bantuan tahap II yang dilaksanakan pada


bulan Juni mengacu pada pemutakhiran data yang dimulai
bulan Februari, Maret dan April.
b) Entry data dilaksanakan sampai dengan bulan Mei
c) Entry verifikasi dilaksanakan pada bulan Mei
d) F i n a l c l o s i n g d i l a k s a n a k a n p a d a b u l a n M e i

5
Pemutakhiran Data
3) Tahap III

a) Penyalurantahap III hanya berdasarkan verifikasi


b) Setelah dilakukan entry verifikasi langsung dilakukan
temporary dan final closing
c) Besaran nilai bantuan berdasarkan pemutakhiran data
tahap II
d) Pemutakhiran data dilakukan setelah final closing tahap
III

4) Tahap IV

a) Penyaluran bantuan tahap IV yang dilaksanakan pada


bulan Desember mengacu pada pemutakhiran data yang
dimulai bulan Agustus, September dan Oktober.
b) Entry data dilaksanakan sampai dengan bulan November
c) Entry verifikasi dilaksanakan pada bulan November
d) Final closing dilaksanakan pada bulan November

c. Entry Pemutakhiran
a) Pemutakhiran Data
Modul ini berfungsi untuk melakukan pemutakhiran data
Peserta PKH.

Gambar Sub Menu Pemutakhiran Data

6
Pemutakhiran Data
Proses untuk mengakses halaman Pemutakhiran Data:
Pilih Menu Pemutakhiran Data
Pilih Sub Menu Pemutakhiran Data
Tampilan Utama halaman Pemutakhiran Data akan
muncul seperti dibawah ini

Gambar Halaman Utama Pemutakhiran Data (menunggu aplikasi terbaru)

Jumlah anggota keluarga secara otomatis akan menghitung jumlah


indeks bantuan tertinggi sebanyak 3 (tiga) anggota keluarga.

Proses untuk mengakses halaman Utama Pemutakhiran Data:


Pilih kriteria berdasarkan Propinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan, Kelurahan, Pendamping dan Kata Kunci
Tekan tombol Tampilkan
Data sesuai kriteria akan muncul jika ada, jika tidak ada
sesuai kriteria maka data tidak akan muncul di daftar
Klik angka 1, atau 2 dst.. jika ingin melihat daftar data
selanjutnya
Klik tanda > jika ingin melihat daftar data selanjutnya
Klik tanda >> jika ingin melihat daftar data terakhir
Klik tanda < jika ingin melihat daftar data sebelumnya
Klik tanda << jika ingin melihat daftar data pertama
Select All berfungsi untuk memberi tanda thick (?) di
semua daftar data Peserta
Deselect All berfungsi untuk menghapus tanda thick (?)
di semua daftar data Peserta

7
Pemutakhiran Data
Valid berfungsi untuk mengecek ke Valid an data peserta
Hapus berfungsi untuk menghapus data peserta
PDF berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke
format file PDF
Excel berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke
format file Ms. Excel
Klik No. Peserta di dalam daftar, untuk melakukan proses
pemutakhiran data peserta tersebut
Setelah meng-klik No. Peserta, maka halaman
pemutakhiran Peserta akan muncul seperti dibawah ini:

Gambar Halaman Detail Pemutakhiran Data

Proses untuk mengakses halaman Detail Pemutakhiran Data


Peserta PKH:
Pilih data Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Kelurahan
Pilih data Nama Pengurus
Pilih data Pendamping
Masukkan data alamat di kotak Alamat
Masukkan data No. RT/RW di kotak RT/RW
Pilih pilihan "Apakah Alamat KM ditemukan?". Ya atau
Tidak
Pilih pilihan "Apakah KM ini pindah alamat keluar wilayah
PKH?". Ya atau Tidak
Pilih pilihan "Apakah KM ini double dengan KM lain?".
Ya atau Tidak
Pilih pilihan "Apakah KM ini merupakan KM sangat
miskin?". Ya atau Tidak
8
Pemutakhiran Data
Edit berfungsi untuk mengedit data sesuai dengan row
data AK , maka daftar data AK akan muncul sperti
dibawah ini:

Beberapa keterangan mengenai field informasi yang dapat


diupdate:
NamaAK : informasi nama anggota keluarga
KAT atau Kategori data AK
HUB atau Hubungan Keluarga: hubungan anggota
keluarga, pilih salah satu di antara: KRT, Anak, Istri/Suami,
Mertua, dan Menantu
JK atau Jenis Kelamin: informasi jenis kelamin anggota
keluarga
Tanggal Lahir: informasi tanggal lahir anggota keluarga,
penting sekali untuk disesuaikan karena akan menentukan
Persyaratan masuk program PKH (harus diisi)
Umur: Umur data AK
JNJG atau Jenjang Sekolah: informasi jenjang sekolah
terakhir yang pernah/sedang ditempuh anggota keluarga
KELAS: informasi kelas pada jenjang sekolah terakhir
yang pernah/sedang ditempuh anggota keluarga
STS atau Status Daftar Sekolah
Sekolah atau Bersekolah di: informasi di mana anggota
keluargabersekolah, posisi sistem saat ini menampilkan
daftar sekolah menurut Kelurahan di mana anggota
keluarga berdomisili
Ketik minimal 3 huruf di kotak Sekolah, seperti gambar
dibawah ini
9
Pemutakhiran Data
Status Hamil: informasi kehamilan anggota keluarga,
hanya berlaku bagi Ibu Hamil
Usia atau Usia Kehamilan
FASKES atau Fasilitas Kesehatan: informasi pelayanan
fasilitas yang digunakan oleh anggota keluarga
bersangkutan
Ketik minimal 3 huruf di kotak FASKES, seperti gambar
dibawah ini

Hapus berfungsi untuk meng-hapus data AK sesuai


dengan row data AK yang di hapus
Jika ingin menambah data AK, klik tombol Tambah, maka
akan mucul daftar seperti dibawah ini:

Gambar daftar input data AK

Klik tombol Simpan di dalam kotak daftar AK , untuk


memasukkan data AK ke dalam daftar data AK
Tekan tombol Batal jika ingin membatalkan proses update
data
Tekan tombol Simpan jika ingin menyimpan data dan
mengakhiri proses

b) Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti


Modul ini berfungsi untuk melakukan pemutakhiran data
Pindah Alamat/Berhenti.
10
Pemutakhiran Data
Gambar Sub Menu Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti

Proses untuk mengakses halaman Pemutakhiran Data Pindah


Alamat/Berhenti:
Pilih Menu Pemutakhiran Data
Pilih Sub Menu Pemutakhiran Data Pindah
Alamat/Berhenti
Tampilan Utama halaman Pemutakhiran Data Pindah
Alamat/Berhenti akan muncul seperti dibawah ini:

Gambar Halaman Utama Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti

Proses untuk mengakses halaman Utama Pemutakhiran Data


Pindah Alamat/Berhenti:
Pilih kriteria berdasarkan Propinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan, Kelurahan, Pendamping dan Kata Kunci
Tekan tombol Tampilkan
Data sesuai kriteria akan muncul jika ada, jika tidak ada
sesuai kriteria maka data tidak akan muncul di daftar
Klik angka 1, atau 2 dst... jika ingin melihat daftar data
selanjutnya
Klik tanda > jika ingin melihat daftar data selanjutnya
Klik tanda >> jika ingin melihat daftar data terakhir
Klik tanda < jika ingin melihat daftar data sebelumnya
Klik tanda << jika ingin melihat daftar data pertama
PDF berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke
format file PDF
11
Pemutakhiran Data
Excel berfungsi untuk mengupload daftar data peserta ke
format file Ms. Excel
Klik radio button pada kolom pilih di tabel untuk memilih
peserta yang akan dimutakhirkan pindah alamat/berhenti

Gambar tabel Pemutakhiran Pindah Alamat/Berhenti

Tekan tombol berhenti jika peserta akan diberhentikan


sebagai peserta PKH
Setelah menekan tombol berhenti maka akan muncul
halaman seperti di bawah ini:

Gambar Halaman Detail Berhenti

Tekan tombol pindah jika peserta pindah alamat


Setelah menekan tombol pindah maka akan muncul
halama seperti di bawah ini :

12
Pemutakhiran Data
Gambar Halaman Detail Pindah Alamat

Proses untuk mengakses halaman detail berhenti:


Pilih alasan peserta diberhentikan
Tekan Tombol Simpan untuk menyimpan data
Pemberhentian Peserta
Tekan Tombol Batal untuk membatalkan penyimpanan

Proses untuk mengakses halaman detail Pindah Alamat :


Pilih Drop Down Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan
dan Kelurahan baru peserta
Ketik alamat baru peserta
Ketik RT/RW baru peserta
Ketik alasan peserta pindah
Tekan Tombol Simpan untuk menyimpan data Pindah
Alamat Peserta
Tekan Tombol Batal untuk membatalkan penyimpanan

B. PEMUTAKHIRAN DATA REGULER / RUTIN

Jenis-Jenis Pemutakhiran data


1. Data status KM:
a. Data Double : ada double saat pemutakhiran
b. Bukan KSM : status ekonomi bukan keluarga sangat miskin
c. Tidak diketemukan : data KM tidak ditemukan saat
dilakukan pemutakhiran data
2. Data Perubahan Komponen
a. Status ibu hamil
13
Pemutakhiran Data
b. Status ibu hamil menjadi nifas
c. Status bayi menjadi balita
d. Status balita menjadi Anak prasekolah (APRAS)
e. Status APRAS menjadi anak SD
f. Status anak SD menjadi SMP
g. Status anak SMP menjadi SMA
h. Status anak yang tidak melanjutkan sekolah
i. Status anak yang putus sekolah kembali kesekolah
j. Status anak berkebutuhan khusus
k. Status penyandang disabilitas berat
l. Status lanjut usia
3. Data Penggantian Pengurus
a. Ibu meninggal
b. Ibu pergi keluar kota/negeri karena bekerja menjadi TKW
c. Pergantian nama pengurus adalah wanita dewasa yang
mengurus KM (nenek, bibi/tante, bude, kakak)
4. Data Perubahan Pendamping/Operator
a. Perubahan pendamping / operator yang mengundur
kandiri
b. Perubahan pendamping / operator yang diberhentikan
c. Perubahan pendamping / operator yang tidak
diperpanjang
d. Perubahan pendamping / operator yang di relokasi
e. Perubahan pendamping / operator yang pindah
kecamatan (wilayah kerja)
5. Data KM pindah alamat
Perubahan KM yang pindah alamat dalam satu kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi di wilayah PKH
6. Data KM mengundurkan diri
a. Perubahan data KM yang mengundurkan diri dengan
dilengkapi dokumen pendukung dari aparat desa
b. Perubahan data KM tidak dapat digantikan oleh orang
lain
7. Data KM dikeluarkan karena sanksi
Data KMyang dikeluarkan karena tidak memenuhi komitmen
selama 3 (tiga) kali berturut-turut

C. PEMUTAKHIRAN DATA BESAR

Pemutakhiran data besar dilakukan pada saat pergantian tahun


ajaran bagi murid/siswa sekolah.
14
Pemutakhiran Data
1. Murid/siswa naik kelas
2. Murid SD lulus
3. Murid SD tidak lulus
4. Murid SD tidak melanjutkan ke SMP
5. Murid SD melanjutkan ke SMP
6. Siswa SMP lulus
7. Siswa SMP tidak lulus
8. Siswa SMP melanjutkan ke SMA
9. Siswa SMP tidak melanjutkan ke SMA

D. CLOSING

1. Printing file temporary closing dan berikan kepada pendamping


untuk dilakukan pengecekan ulang
2. Beritahukan kepada pendamping untuk memperbaiki atau
mengedit data yang salah dengan cara masuk ke dalam login
pendamping
a. Melakukan final closing
b. Setelah dilakukan pengecekan oleh pendamping dan tidak
ada lagi perbaikan lakukan final closing pada menu aplikasi
validasi

1) Membuat berita acara yang berisi rekapitulasi jumlah


bantuan dan nominal dalam satu kabupaten
2) Meminta kepada dinas social untuk menandatangani
berita acara final closing

15
Pemutakhiran Data
3) Mengirimkan file (SPM.xls) hasil final closing ke PKH
Pusat beserta berita acara yang sudah ditandatangani
kepada dinas sosial
4) Berkoordinasi dengan PKH pusat untuk memastikan data
bayar sesuai dan tidak ada kesalahan
5) Meng-administrasikan formulir pemutakhiran data dan
menyimpan dengan baik di PKH Kabupaten/Kota

16
Pemutakhiran Data
PENGELOLAAN SUMBER DAYA

A. PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang (SDM) merupakan komponen utama


yang berperan terhadap suksesnya tujuan organisasi dalam mengelola
sebuah kegiatan/program. Merujuk kepada Undang-undang No. 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, SDM PKH merupakan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan di
lingkup Direktorat Jaminan Sosial.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian


Sosial harus memiliki sistem pengelolaan sumber daya manusia yang
terukur dan komprehensif, sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan
pengembangannya dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara.

Mengingat perannya yang cukup strategis dalam suksesnya


pelaksanaan PKH, maka sumber daya manusia harus dikelola secara
profesional dan senantiasa ditingkatkan kualifikasi kompetensinya
sebagai bagian dari tuntutan profesional serta ditingkatkan kualitas
kepribadian dan tertib administrasinya. Hal ini penting, mengingat
sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugasnya, khususnya tugas
pendampingan dan pemberdayaan bagi keluarga miskin yang menjadi
sasaran dari Program Keluarga Harapan.

Dalam pedoman ini terdapat 5 bagian yaitu seleksi, pengelolaan,


penilaian kinerja, bimbingan teknis dan pendidikan latihan bagi SDM
PKH.

I. SELEKSI SUMBER DAYA MANUSIA

1. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


a. Maksud dan Tujuan
Pedoman Operasional Seleksi SDM PKH dimaksudkan untuk
memberikan arah dan panduan kepada para petugas dalam

1
Pengelolaan SDM
melaksanakan seleksi Pendamping, Operator, Koordinator
Kabupaten/Kota, Koordinator Wilayah dan Tenaga Ahli,
dengan tujuan sebagai berikut:
1) Terlaksananya proses seleksi Pendamping, Operator,
Koordinator Kabupaten/Kota, Koordinator Wilayah dan
Tenaga Ahli yang efektif, transparan, obyektif dan
akuntabel sesuai dengan standar di seluruh lokasi
pelaksanaan seleksi yang telah ditentukan;
2) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan seleksi SDM
PKH;
3) Mendapatkan SDM PKH sesuai dengan persyaratan dan
kriteria yang ditetapkan.
b. Ruang Lingkup
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan seleksi SDM PKH di
lingkungan Direkorat Jaminan Sosial Keluarga meliputi:
1) Analisis kebutuhan melalui prosedur need assesment
(penilaian kebutuhan)
2) Penetapan kebutuhan dan potensi seleksi calon SDM PKH
3) Pelaksana seleksi calon SDM PKH adalah Subdit Sumber
Daya - Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
4) Penanggung jawab seleksi adalah Direktur Jaminan Sosial
Keluarga Kementerian Sosial RI
5) Sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya
ketentuan dan mekanisme pelaksanaan seleksi calon SDM
PKH yang cepat, tepat, akurat dan memenuhi aspek
akuntabilitas.
6) Keluaran (output) pelayanan adalah penetapan hasil
seleksi melalui Berita Acara Hasil Seleksi serta calon SDM
PKH
7) Kemanfaatan (outcome) pelayanan adalah terpenuhinya
kebutuhan SDM PKH Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.

2. KEBIJAKAN SELEKSI SDM


Penetapan kebutuhan seleksi SDM PKH dilakukan untuk
memenuhi jumlah SDM yang akan ditugaskan untuk
pendampingan PKH didasarkan atas analisis kebutuhan yang
dihitung oleh Subdit Sumber Daya, Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga. Penetapan kebutuhan ini memperhatikan rasio
kebutuhan yang dihitung berdasarkan tingkat kesulitan kerja,
beban kerja serta aspek-aspek lainnya yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan PKH.
2
Pengelolaan SDM
a. Persyaratan Seleksi
1) Persyaratan Umum
Persyaratan umum bagi calon SDM PKH yang dijaring
melalui proses seleksi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Warga Negara Indonesia;
b) Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS/TNI/POLRI;
c) Siap dan bersedia bekerja purna waktu serta
ditempatkan pada wilayah sesuai dengan kebutuhan
PKH;
d) Tidak berkedudukan sebagai pengurus, anggota dan
atau berafiliasi Partai Politik;
e) Tidak pernah dan atau sedang tersangkut kasus hukum
baik pidana maupun perdata;
f) Bagi Pendamping usia Minimal 19 (sembilan belas)
tahun maksimal 45 (empat puluh lima) tahun pada
saat seleksi;
g) Bagi Operator usia maksimal 45 (empat puluh lima)
tahun pada saat seleksi;
h) B a g i K o o r d i n a t o r K a b u p a t e n / K o t a ,
Suprevisor/koordinator Wilayah, Koordinator Regional
dan Tenaga Ahli usia maksimal 55 (lima puluh lima)
tahun pada saat seleksi;
i) Bebas dari Narkoba dan Zat Adiktif lainnya;
j) Sehat jasmani dan rohani;
k) Lulusan Perguruan Tinggi atau Sekolah yang program
studinya terakreditasi bagi pendidikan Sarjana,
Diploma IV, Diploma III dan SMK;
l) Tidak terikat kontrak kerja dengan pihak lain;
m) Mampu mengoperasikan komputer dan menggunakan
aplikasi pengolahan data perkantoran;
n) Bersedia menandatangani Pakta Integritas apabila
terpilih menjadi SDM Kessos PKH Tahun 2016;
o) Mengikuti seluruh tahapan seleksi.
2) Persyaratan Khusus Persyaratan Umum
a) Persyaratan Khusus Pendamping
(1) Pendidikan Diploma IV/Sarjana Pekerjaan
Sosial/Kesejahteraan Sosial:
(2) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
(3) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan
sosial/pelayanan kesejahteraan sosial.

3
Pengelolaan SDM
b) Pendidikan Sarjana dan Diploma di bidang ilmu-ilmu
sosial terapan diutamakan:
(1) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
(2) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan
sosial/pelayanan kesejahteraan social.
c) Pendidikan Sarjana atau Diploma di bidang sosial,
diutamakan:
(1) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
(2) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan
sosial/pelayanan kesejahteraan sosial.
d) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesejahteraan
Sosial / Pekerjaan Sosial/ Keperawatan, diutamakan:
(1) Mengikuti pelatihan di bidang pekerjaan sosial dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
(2) Memiliki pengalaman praktek pekerjaan
sosial/pelayanan kesejahteraan sosial.

3) Persyaratan Khusus Operator


a) Pendidikan Diploma/Sarjana di bidang Komputer
/Informatika :
(1) Mengikuti pelatihan di bidang komputer/pengolahan
data dan internet;
(2) Mengikuti praktek pekerjaan di bidang komputer/
pengolahan data dan internet.
b) Pendidikan Diploma/Sarjana di bidang Statistik/Teknik,
diutamakan :
(1) Mengikuti pelatihan di bidang komputer/pengolahan
data dan internet;
(2) M e n g i k u t i p r a k t e k p e k e r j a a n d i b i d a n g
komputer/pengolahan data dan internet.
c) Pendidikan Diploma/Sarjana di bidang selain di bidang
Komputer, Informatika, Statistik atau Teknik, diutamakan :
(1) Mengikuti pelatihan di bidang komputer/pengolahan
data dan internet;
(2) Mengikuti praktek pekerjaan di bidang komputer/
pengolahan data dan internet.

4
Pengelolaan SDM
4) Persyaratan Khusus Koordinator Kabupaten/Kota
a) Memiliki tingkat pendidikan sekurang-kurangnya Dimploma
III lebih diutamakan Sarjana Strata I;
b) Memiliki kemampuan menjalankan komputer, aplikasi
perkantoran/ office dan internet;
c) Memiliki pengalaman dalam menjalankan program
pemberdayaan masyarakat dan/atau perlindungan sosial;
d) Memiliki kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan
kegiatan program dan kegiatan sektoral;
e) Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pelatihan dan
peningkatan kapasitas;
f) Memiliki kemampuan manajerial dan pengendalian kegiatan;
g) Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah
kebijakan implementasi program

5) Persyaratan Khusus Koordinator Regional dan Koordinator


Wilayah
a) Memiliki tingkat pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana
Strata I;
b) Memiliki kemampuan menjalankan komputer, aplikasi
perkantoran/ office dan internet;
c) Memiliki pengalaman dalam menjalankan program
pemberdayaan masyarakat dan/atau perlindungan sosial;
d) Memiliki kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan
kegiatan program dan kegiatan sektoral;
e) Memiliki kemampuan dalam melakukan fasilitasi kerja sama
antar instansi/lembaga;
f) Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pelatihan dan
peningkatan kapasitas;
g) Memiliki kemampuan manajerial dan pengendalian kegiatan;
h) Memiliki kemampuan fasilitasi dan advokasi program;
i) Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah
implementasi program;

6) Persyaratan Khusus Tenaga Ahli


a) Memiliki tingkat pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana
strata I;
b) Memiliki kemampuan menjalankan komputer, aplikasi
perkantoran/ office dan internet;
c) Memiliki pengalaman dalam pendampingan program
pemberdayaan masyarakat dan/atau perlindungan sosial;

5
Pengelolaan SDM
d) Memiliki kemampuan dalam merumuskan kebijakan
pelaksanaan program;
e) Memiliki kemampuan dalam merancang strategi implementasi
program;
f) Memiliki kemampuan dalam mengorganisasi pelaksanaan
program dan kegiatan sektoral;
g) Memiliki kemampuan dalam melakukan advokasi dan fasilitasi
kerja sama antar instansi/lembaga;
h) Memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pelatihan dan
peningkatan kapasitas;
i) Memiliki kemampuan manajerial dan pengendalian kegiatan;
j) Memiliki kemampuan analisis dan pemecahan masalah
implementasi program;
b. Tempat Pendaftaran
1) Tempat Pendaftaran Secara Online
Pendaftaran secara Online adalah penerimaan pendaftaran
pelamar calon SDM PKH yang dilakukan melalui internet
sebagai media pendaftaran, dimana pendaftaran dilakukan
secara langsung melalui website Kementerian Sosial dengan
alamat portal http://seleksisdmpkh2016.kemsos.go.id. Proses
ini dilakukan untuk penambahan kebutuhan SDM PKH di
lokasi pengembangan dan/atau lokasi lama yang
mendapatkan penambahan peserta PKH (saturasi) dilakukan.
2) Media Pendaftaran Secara Onffine
Pendaftaran secara offline adalah penerimaan pendaftaran
pelamar calon SDM PKH yang dilakukan secara langsung
melalui Panitia Seleksi yang telah ditetapkan oleh Direktur
Jaminan Sosial Keluarga. Proses ini dilakukan untuk kebutuhan
penggantian SDM PKH karena sebab pengunduran diri,
meninggal, dan pengakhiran kerja.
3. PELAKSANA SELEKSI
a. Struktur Pelaksana
1) Panitia Seleksi
Panitia Seleksi Kementerian Sosial terdiri dari:
Pengarah :Dirjen Perlindungan dan Jaminan
Sosial
Penanggung Jawab : Direktur Jaminan Sosial Keluarga
Ketua : Kasubdit Sumber Daya Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga
Sekretaris :Kepala Seksi Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga
6
Pengelolaan SDM
Anggota : Pegawai Kementerian Sosial yang
ditunjuk dengan SK Direktur
Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial.
Jumlah anggota panitia pelaksana
seleksi disesuaikan dengan
kebutuhan.

Panitia Seleksi Daerah terdiri dari :


Penanggung Jawab : Kepala Dinas/Istansi Sosial
Kabupaten/ Kota
Ketua : Kepala Bidang Sosial/Instansi
Sosial
Sekretaris : Kepala Seksi Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga
Anggota : Pegawai di lingkungan Dinas
Sosial/Institusi Sosial yang
ditunjuk dengan SK Direktur
Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial.
Jumlah anggota panitia pelaksana
seleksi disesuaikan dengan
kebutuhan.

2) Tim Seleksi
a) Tim Penguji
Petugas yang diberi kewenangan untuk melakukan
proses seleksi di lokasi yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Tim Penguji terdiri
dari:
(1) Asesor Kementerian Sosial,
(2) Pegawai Kementerian Sosial yang ditugaskan oleh
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga;
(3) Tingkat pendidikan minimal S1 atau sederajat;
(4) Telah mengikuti pembekalan dari Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.
b) Asesor Psikolog
(1) Psikolog dan Sarjana Psikologi yang ditunjuk dan
ditugaskan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
(2) Telah mengikuti pembekalan Seleksi SDM PKH
dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
7
Pengelolaan SDM
c) Tim Penguji Praktek (bagi Operator)
(1) Penguji yang ditugaskan oleh Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga.
(2) Menguasai aplikasi pengolahan data, khsusunya
Microsoft Office, jaringan dan internet.
(3) Telah mengikuti pembekalan dari Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.
3) Petugas Administrasi
a) Pegawai pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
dan/atau pegawai direktorat lain yang ditugaskan
oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga;
b) Telah mengikuti pembekalan dari Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.
b. Tugas dan Tanggung Jawab
1) Panitia Seleksi
Tugas dan tanggung jawab Panitia Seleksi SDM PKH
adalah:
a) Melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan
seleksi dengan pihak-pihak terkait;
b) Menyebarluaskan informasi tentang seleksi SDM
PKH pada lokasi yang membutuhkan SDM;
c) Memantau dan mengendalikan kelancaran
pelaksanaan seleksi SDM PKH;
d) Memberikan rekomendasi hasil pelaksanaan seleksi
SDM PKH kepada Ketua Panitia Seleksi;
e) Melakukan evaluasi pelaksanaan seleksi SDM PKH.
2) Tim Seleksi
Tugas dan tanggung jawab Tim Seleksi SDM PKH
adalah sebagai berikut:
a) Asesor Kementerian Sosial
(1) Menyiapkan bahan-bahan dan melaksanakan
seleksi calon SDM PKH
(2) Memeriksa hasil tes tertulis, dan melakukan
penilaian/skoring
(3) Menyampaikan hasil skoring kepada asesor
psikolog
(4) Melaksanakan pengamatan dan penilaian
terhadap peserta seleksi pada pelaksanaan
Bimtek PKH
(5) Melaksanakan wawancara berdasarkan isian
form wawancara konfirmasi

8
Pengelolaan SDM
(6) Menyusun laporan pelaksanaan seleksi dan
menyerahkan kepada petugas administrasi atau
kepada Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga.
b) Asesor Psikolog :
(1) Melaksanakan psikotes kepada seluruh calon
SDM PKH
(2) Memeriksa hasil tes dan membuat narasi hasil
analisis psikologi
(3) Membuat rekapitulasi hasil penilaian calon
SDM PKH
(4) Membuat rekomendasi kelulusan hasil seleksi
dan melaporkan kepada Panitia Seleksi
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
c) Penguji Praktek Komputer untuk Operator
(1) Menyiapkan bahan-bahan ujian praktek
(2) Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
ujian praktek
(3) Memeriksa hasil dan melakukan penilaian/
kelulusan sesuai materi, standarisasi dan kriteria
kelulusan
(4) Menyusun dan melaporkan rekapitulasi hasil
Ujian Praktek ke Panitia Seleksi Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.
d) Petugas Administrasi
(1) Menyelesaikan administrasi keuangan kegiatan
seleksi
(2) Bekerjasama dengan dinas/instansi sosial
provinsi, kabupaten/kota terkait
pertanggungjawaban keuangan
(3) Memeriksa dan mencocokkan identitas peserta
seleksi SDM PKH dan berkas lamaran beserta
kelengkapan dokumen lainnya
(4) Mendokumentasikan kegiatan selama seleksi
(5) Membawa dan menyerahkan berkas-berkas
lamaran peserta yang mengikuti seleksi kepada
Panitia Seleksi Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
(6) Membawa dan menyerahkan berkas-berkas
administrasi keuangan ke Bagian Keuangan
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.

9
Pengelolaan SDM
4. PELAKSANAAN SELEKSI
Seleksi calon SDM PKH dilaksanakan secara terbuka dengan
ketentuan sistem gugur, artinya pelamar yang tidak lulus
pada tahapan seleksi sebelumnya tidak dapat mengikuti
tahapan seleksi berikutnya. Tahapan seleksi SDM PKH terdiri
dari: (1) publikasi (2) pendaftaran; (3) seleksi administrasi, (4)
pemanggilan peserta seleksi, dan (5) tes kompetensi bidang.
a. Publikasi
Publikasi atau pengumuman informasi seleksi SDM PKH
dilaksanakan oleh Panitia Seleksi SDM PKH Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI, dengan
kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun desain iklan dengan materi memuat
informasi mengenai hal-hal sebagai berikut;
2) Posisi/nama jabatan yang dibutuhkan;
3) Cara, jadwal dan tempat pendaftaran;
4) Persyaratan untuk setiap posisi/nama jabatan;
5) Batas waktu penerimaan surat lamaran.
b. Mengirim surat ke pihak-pihak terkait tentang rencana
seleksi SDM PKH di lokasi yang telah ditetapkan dengan
melampirkan lembar pengumuman.
c. Mempublikasikan/mensosialisasikan pengumuman
seleksi SDM PKH kepada masyarakat secara luas melalui:
1) Media cetak
2) Media online
3) Media sosial
4) Penyebaran pamflet dan brosur
d. Pendaftaran
Pelamar melakukan pendaftaran/registrasi secara
online dilakukan melalui alamat
http://seleksisdmpkh2016.kemsos.go.id sesuai batas waktu
yang telah ditentukan, sedangkan pendaftaran secara
offline dilakukan secara langsung melalui Panitia Seleksi
sesuai lokasi dan batas waktu yang telah ditentukan.
Pelamar yang telah melakukan registrasi dan melengkapi
data lamaran akan mendapatkan nomor registrasi dan
formulir pendaftaran sebagai bukti kepesertaan seleksi
SDM PKH, dengan data:
1) Data pribadi, meliputi:
" Nama lengkap;
" Nama panggilan;

10
Pengelolaan SDM
" Nomor KTP;
" Tempat lahir;
" Tanggal lahir;
" Jenis Kelamin;
" Agama;
" Alamat sesuai KTP;
" Status Perkawinan;
" Nomor telepon rumah/HP;
" Alamat email pribadi;
" Posisi yang dilamar;
" Tanggal Pengisian.
2) Data Pendidikan
3) Data Pelatihan yang relevan
4) Pengalaman Kerja, terdiri dari:
" Tempat Kerja;
" Posisi /Jabatan;
" Tugas Pokok;
" Spesialisasi;
" Tahun Masuk;
" Tahun Berhenti.
5) Pengalaman Organisasi (yang relevan dengan posisi
yang dilamar) berisi :
" Nama Organisasi;
" Tahun Pelaksanaan;
" Jabatan
6) Referensi :
" Nama;
" Lembaga;
" Jabatan
e. Dokumen Pendafaran
Dokumen pendaftaran seleksi SDM PKH yang diperlukan,
meliputi:
1) Foto copy KTP;
2) Foto copy Ijazah terakhir;
3) Foto copy transkrip nilai/daftar nilai/NEM
4) Daftar riwayat hidup/biodata
5) Pas foto Terbaru ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar;
6) Surat keterangan atau sertifikat pegalaman
kerja/praktek;
7) Surat Keterangan sehat dari Unit Pelayanan Kesehatan
Setempat;

11
Pengelolaan SDM
8) Sertifikat pelatihan dan sertifikat lainnya yang relevan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) File berkas lamaran yang diunggah secara
keseluruhan tidak melebihi 500 kb.
2) Seluruh dokumen data pribadi dan daftar riwayat
hidup pelamar online adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan
3) L a m a r a n y a n g t e l a h d i a j u k a n s e b e l u m
pengumuman seleksi dinyatakan tidak berlaku dan
wajib mengikuti ketentuan seleksi
4) Seluruh proses seleksi SDM PKH tidak dipungut
biaya apapun
5) Panitia Seleksi SDM PKH tidak bertanggung jawab
atas pungutan atau tawaran berupa apapun oleh
oknum yang mengatasnamakan Kementerian Sosial
RI atau Panitia Seleksi SDM PKH
6) Berkas lamaran yang telah masuk menjadi milik
Panitia Seleksi SDM PKH.
f. Seleksi Administrasi
Seleksi administrasi merupakan salah satu tahap seleksi
yang diperlukan untuk melakukan penilaian kelayakan
pelamar seuai dengan ketentuan:
1) Panitia Seleksi SDM PKH hanya memproses berkas
pelamar yang telah melengkapi data lamaran
2) Apabila terdapat berkas dokumen yang tidak sesuai
dengan persyaratan, maka pelamar tidak
diperbolehkan mengikuti seleksi dan dianggap gugur.
3) Salinan dokumen kelengkapan lamaran yang dilegalisir
harus dibawa dan ditunjukkan kepada Tim Seleksi
sebelum pelaksanaan tes.
g. Pemanggilan Peserta Tes
Pemanggilan peserta tes baik yang mendaftar secara online
maupun offline disampaikan melalui email pelamar, sms
broadcast, pemanggilan yang dilakukan oleh panitia daerah
melalui telepon, dan media lain yang dianggap efektif.
Peserta yang dinyatakan Lulus Seleksi Administrasi
selanjutnya dipanggil mengikuti untuk mengikuti Tes
Kompetensi Bidang dan wajib membawa seluruh
kelengkapan berkas lamaran yang disusun secara secara
berurutan meliputi :

12
Pengelolaan SDM
1) Surat lamaran yang ditulis dengan tulisan tangan,
menggunakan tinta hitam dan ditujukan kepada Panitia
Seleksi SDM PKH
2) Formulir pendaftaran secara online yang telah
ditandatangani
3) F o t o c o p y K a r t u T a n d a P e n d u d u k ( K T P )
4) Pas photo berwarna berlatar belakang warna biru
ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar
5) Fotocopy Ijazah dan Transkrip Nilai/Daftar
Nilai/NEM yang telah dilegalisir sebanyak 1 rangkap
6) Surat Keterangan Sehat dari Dokter Pemerintah
7) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang
masih berlaku
8) Surat Keterangan dari dokter yang menyatakan jenis
disabilitas (khusus bagi pelamar penyandang
disabilitas, guna mempermudah aksesbilitas)
9) Fotocopy Sertifikat Pelatihan terkait
10) Surat keterangan pengalaman praktek dan atau
keteribatan dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial
11) Surat pernyataan tidak terikat kontrak kerja dengan
pihak lain
12) Surat penyataan tidak menjadi pengurus, anggota dan
atau memiliki afiliasi dengan Partai Politik
Formulir-formulir sebagaimana tersebut di atas
diperoleh melalui website Kementerian Sosial RI pada
alamat www.kemsos.go.id.
h. Tes Kompetensi Bidang
Tes Kompetensi Bidang calon SDM PKH dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Peserta seleksi tes kompetensi bidang adalah pelamar
yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dan
melengkapi persyaratan pendaftaran sebelum
peleksanaan tes kompetensi bidang
2) Tes kompetensi bidang dilakukan dengan
mengggunakan metode Psikotes, Observasi, dan Tes
Tertulis.
3) Khusus untuk seleksi calon Operator ditambah dengan
uji praktek komputer.
4) Tes kompetensi bidang dilaksanakan di lokasi sesuai
kebutuhan PKH dengan waktu dan tempat
pelaksanaan ditentukan oleh Panitia Seleksi
13
Pengelolaan SDM
5) Dalam pelaksanaan seleksi kompetensi (Psikotes,
Observasi dan Tes Tertulis) biaya transportasi dan
akomodasi peserta dari ibukota Provinsi,
Kabupaten/Kota tempat tinggal ke lokasi seleksi
akomodasi ditanggung oleh panitia seleksi.

i. Tes Kompetensi Bidang Calon Pendamping


Tes kompetensi Bidang calon Pendamping dilakukan
melalui serangkaian tahapan seleksi:
1) Tes psikologi, dilaksanakan oleh Tim Psikolog
2) Observasi saat bimbingan teknis tentang PKH, meliputi:
a) Partisipasi dan tingkat keaktifan
b) Kemampuan adaptasi
c) Kemampuan penguasaan suasana
d) K e m a m p u a n m e n y a m p a i k a n p e n d a p a t
e) Sikap menghargai
f) Kerja sama
3) Tes tertulis tentang pengetahuan sosial dan materi
bimbingan teknis PKH
j. Tes Kompetensi Bidang Calon Operator
Tes kompetensi Bidang calon Operator dilakukan melalui
serangkaian tahapan seleksi:
1) Tes psikologi, dilaksanakan oleh Tim Psikolog
2) Pengamatan saat bimbingan teknis tentang PKH,
meliputi:
a) Partisipasi dan tingkat keaktifan
b) Kemampuan adaptasi
c) Kemampuan penguasaan suasana
d) K e m a m p u a n m e n y a m p a i k a n p e n d a p a t
e) Sikap menghargai
f) Kerja sama
3) Tes tertulis tentang pengetahuan ilmu komputer dan
materi bimbingan teknis PKH
4) Tes praktek pengerjaan soal-soal pengolahan data
dengan computer
k. Tes Kompetensi Bidang untuk Tenaga Ahli, Koordinator
Wilayah dan Supervisor Kabupaten/Kota
Tes kompetensi Bidang calon Operator dilakukan melalui
serangkaian tahapan seleksi, meliputi:

14
Pengelolaan SDM
1) Tes psikologi
Tes psikologi terdiri dari serangkaian tes psikometri
untuk mengukur potensi, kemampuan kognitif, gaya
kerja, dan kecenderungan perilaku melalui kesesuaian
profil peserta seleksi terhadap profil posisi/jabatan
yang dibutuhkan.
2) Wawancara
Wawancara kompetensi dilaksanakan dengan
pengajuan serangkaian pertanyaan yang telah
ditentukan untuk mengukur kompetensi tertentu
kepada setiap peserta secara individual dengan
mengacu kepada panduan wawancara berbasis
kompetensi yang telah ditentukan
3) Focus Group Discussion (FGD)
a) FGD dilaksanakan dengan penyampaian topik
masalah untuk didiskusikan oleh peserta seleksi;
b) Peserta FGD diamati dan dinilai perilaku dan
keaktifannya dengan menggunakan formulir
pengamatan/penilaian
c) FGD dilakukan dengan jumlah minimal empat
orang peserta, apabila kurang dari empat orang
cukup dengan wawancara kompetensi.
4) Wawancara Konfirmasi
Wawancara konfirmasi dilakukan untuk menggali dan
memastikan kesediaan peserta seleksi terkait:
a) Penempatan lokasi kerja
b) Kesediaan tidak mengundurkan diri minimal satu
tahun setelah dinyatakan lulus
c) Besaran honor yang diterima
d) Bekerja secara purna waktu, dan
e) Tidak memiliki ikatan kerja dengan pihak lain
(double jobs)
Rekomendasi kelulusan SDM PKH yang
disampaikan kepada Panitia Seleksi Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga dengan
mempertimbangkan bobot nilai seluruh item materi
seleksi yang telah dilaksanakan.

5. Hasil Seleksi
a. Kategori Hasil Seleksi

15
Pengelolaan SDM
Kategori kelulusan hasil seleksi SDM PKH dibagi
menjadi 3 (tiga) kategori berikut:
1) Lulus, artinya memenuhi syarat untuk
dipekerjakan sebagai SDM PKH dan diterbitkan
SK pengangkatannya
2) Lulus Cadangan, artinya memenuhi syarat
untuk dipekerjakan sebagai SDM PKH dan
ditetapkan sebagai cadangan
3) Tidak Lulus, artinya tidak memenuhi syarat
untuk dipekerjakan sebagai SDM PKH.
b. Pengumuman Hasil Seleksi
Pengumuman hasil seleksi administrasi dan tes
kompetensi bidang dapat diakses melalui website
www.kemsos.go.id serta disampaikan melalui email
dan SMS kepada masing-masing pelamar yang
dinyatakan lulus.
Pengumuman hasil seleksi SDM PKH terdiri dari
seleksi administrasi dan tes kompetensi bidang,
dengan ketentuan:
1) Keputusan Panitia Seleksi SDM PKH ditetapkan
oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga bersifat
mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
2) Apabila di kemudian hari diketahui pelamar
memberikan data/keterangan tidak benar,
maka Panitia Seleksi SDM PKH berhak
membatalkan hasil seleksi.
3) Kelalaian akibat tidak mengikuti perkembangan
informasi menjadi tanggung jawab pelamar.

II. PENGELOLAAN SDM

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Pedoman Operasional Pengelolaan SDM PKH ini dibuat sebagai
acuan dalam pengelolaan SDM PKH, dengan penerapan siklus mutu
berupa perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi. Dengan
demikian pemanfaatan Pedoman Operasional Pengelolaan SDM ini
diharapkan dapat:
a. mendorong pemenuhan kebutuhan SDM PKH baik secara
kuantitas maupun kualitas yang proporsional terhadap kebutuhan
riil untuk menjamin pelaksanaan PKH sesuai dengan visi, misi

16
Pengelolaan SDM
dan tujuan dicanangkannya program;
b. mendorong dikembangkannya kegiatan-kegiatan dalam rangka
peningkatan kualitas SDM baik secara kompetensi, kemampuan
teknis maupun etika dan kepribadiannya;
c. mendorong implementasi kode etik ASN sebagai acuan dalam
mengawal nilai dasar yang harus dimiliki oleh SDM pelaksana
PKH.
Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya
ketentuan dan mekanisme pengelolaan SDM PKH yang efektif,
efisien dan memenuhi aspek akuntabilitas.

2. RUANG LINGKUP
a. Analisis pemetaan potensi SDM
b. Ruang lingkup pengelolaan SDM meliputi perekrutan, seleksi,
pemisahan dan pengakhiran
c. Remunerasi atau kompensasi akibat melaksanakan pekerjaan
meliputi pembayaran honorarium, tunjangan kinerja,
kompensasi lain yang bersifat non keuangan
d. Pengelola SDM adalah Subdit Sumber Daya - Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga
e. Penanggung jawab pengelolaan SDM adalah Direktur Jaminan
Sosial Keluarga Kementerian Sosial
f. Keluaran (output) adalah tersedianya SDM untuk kelancaran
pelaksanaan PKH
g. Kemanfaatan (outcome) adalah terciptanya budaya kerja
berbasis kompetensi dalam pelaksanaan PKH.

3. STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PKH


Struktur organisasi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga sebagai
pelaksana Program Keluarga Harapan tahun 2016 sesuai
Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 20/HUK/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial Republik Indonesia.
a. Sub Direktorat Validasi dan Terminasi
Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub
Direktorat Validasi dan Terminasi terdiri dari Seksi Validasi
dan Seksi Terminasi, yang didukung oleh Tenaga Ahli, Staf
dan Operator.
b. Sub Direktorat Bantuan Sosial
Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub
Direktorat Bantuan Sosial terdiri dari Seksi Perencanaan

17
Pengelolaan SDM
Kebutuhan Bantuan Sosial dan Seksi Pemanfaatan Bantuan
Sosial, yang didukung oleh beberapa Tenaga Ahli, Staf dan
Operator.
c. Sub Direktorat Kepesertaan
Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub
Direktorat Kepesertaan terdiri dari Seksi Pemantauan dan
Evaluasi Kepesertaan dan Seksi Peningkatan Kapasitas
Kepesertaan, yang didukung oleh beberapa Tenaga Ahli, Staf
dan Operator.
d. Sub Direktorat Sumber Daya
Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Sub
Direktorat Sumber Daya terdiri dari Seksi Analisis dan
Pemetaan Potensi Sumber Daya dan Seksi Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya, yang didukung oleh beberapa Tenaga
Ahli, Staf dan Operator.

18
Pengelolaan SDM
4. PERENCAANAAN KEBUTUHAN SDM
Perencanaan kebutuhan SDM pelaksana PKH, dilakukan oleh
Subdit Sumber Daya dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Perencanaan kebutuhan SDM dilakukan oleh Subdit Sumber
Daya berdasarkan analisis dan telaah Tenaga Ahli Sumber
Daya
b. Jumlah kebutuhan SDM yang telah dihitung oleh Subdit
Sumber Daya dilakukan konfirmasi kepada pihak yang
membutuhkan SDM
c. Hasil konfirmasi dari pihak yang membutuhkan SDM
digunakan sebagai pertimbangan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga dalam menentukan jumlah kebutuhan seleksi SDM
d. Keputusan penetapan kebutuhan seleksi SDM menjadi
wewenang Direktur Jaminan Sosial Keluarga.

1) Perencanaan Kebutuhan Pendamping


Perencanaan kebutuhan Pendamping PKH ditentukan
berdasarkan rasio yang mempertimbangkan kategori/tingkat
kesulitas lokasi tugas.

Tabel 1. Rasio Pendamping

2) Perencanaan Kebutuhan Operator


Perencanaan kebutuhan Operator tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota pelaksana PKH ditetapkan dengan rasio
sebagaimana tabel 2 berikut:

Tabel 2. Rasio Operator

19
Pengelolaan SDM
Jumlah kebutuhan Operator Provinsi dan Kabupaten/Kota
minimal sebanyak 2 orang dan maksimal 10 orang.

3) Perencanaan Kebutuhan Koordinator Kabupaten/Kota


Perencanaan kebutuhan Koordinator Kabupaten/Kota untuk
tiap kabupaten/kota ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Jumlah Koordinator Kabupaten/Kota dalam satu
Kabupaten/Kota pelaksana PKH adalah satu orang
b) Kabupaten/Kota yang dapat ditempatkan Koordinator
Kabupaten/ Kota minimal terdiri dari dua kecamatan
dengan jumlah minimal lima orang Pendamping dan
Operator
c) Mekanisme rekrutmen Koordinator Kabupaten/Kota
dapat dilakukan melalui seleksi terbuka atau dengan cara
promosi kenaikan jabatan
d) Promosi kenaikan jabatan dapat diajukan oleh dua pihak,
terdiri dari Ketua Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan
Koordinator Wilayah dengan persyaratan:
(i) Koordinator Kabupaten/Kota yang diajukan berasal
dari Pendamping atau Operator yang berkinerja terbaik
(ii) Pengajuan rekomendasi Koordinator Kabupaten/Kota
disertai dengan dokumen: 1) Surat rekomendasi dua
pihak, 2) Hasil penilaian dua pihak, 3) Surat pernyataan
kesediaan menjadi Koordinator Kabupaten/Kota dari
nama yang diajukan
e) Perencanaan kebutuhan dan penetapan hasil
seleksi/rekomendasi Koordinator Kabupaten/Kota
menjadi wewenang Direktur Jaminan Sosial Keluarga.

4) P e r e n c a n a a n K e b u t u h a n K o o r d i n a t o r W i l a y a h
Perencanaan kebutuhan Koordinator Wilayah dalam satu
provinsi diperlukan dalam rangka pendampingan
Kabupaten/Kota pelaksana PKH. Adapun jumlah
pendampingan Kabupaten/Kota tiap satu orang Koordinator
Wilayah dalam satu provinsi ditetapkan 5 hingga 11
Kabupaten/Kota

5) P e r e n c a n a a n K e b u t u h a n K o o r d i n a t o r R e g i o n a l
Perencanaan kebutuhan Koordinator Regional ditetapkan

20
Pengelolaan SDM
sesuai kebutuhan tahun berjalan dan berdomisili di PKH
Pusat.

6) Perencanaan Kebutuhan Tenaga Ahli pada Sub Direktorat


Jaminan Sosial Keluarga ditetapkan mengacu struktur
organisasi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Sub Direktorat
dan Sub Bagian.

5. KEBIJAKAN MUTU SDM


Sesuai Undang-undang ASN Nomor 5 tahun 2014 pasal 93,
Kementerian Sosial menerapkan kebijakan mutu SDM meliputi:
penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
remunerasi/penggajian, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, kedisiplinan, pemutusan hubungan perjanjian kerja
dan perlindungan.
Untuk mendapatkan SDM yang bermutu, dilakukan dengan
cara:
a. Merekrut SDM yang memiliki integritas, kompetensi
dengan standar kualifikasi dan pengalaman kerja sesuai
dengan kebutuhan program;
b. Melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana kerja SDM
mulai dari pusat hingga daerah
c. Mengatur pelaksanaan kerja SDM terhadap hari dan jam
kerja, hari libur, izin, cuti dan penugasan
d. Menyiapkan kegiatan pendidikan dan pelatihan dan
bimbingan teknis serta memberi kesempatan dan fasilitas
bagi SDM untuk mengembangkan kompetensi, potensi
dan prestasi dalam melaksanakan tugas pendampingan
program dan pemberdayaan masyarakat
e. Menerapkan sistem penilaian prestasi kerja SDM,
penghargaan berdasarkan asas kemanfaatan, kelayakan,
dan legalitas yang meliputi aspek penerapan tugas pokok
dan fungsi dan pemberdayaan masyarakat
f. Menerapkan kebijakan reward (penghargaan) dan
punishment (sanksi)
g. Memberlakukan kode etik SDM serta melengkapinya
dengan sanksi bagi yang melanggarnya.

1) Standar Kompetensi SDM


Kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja

21
Pengelolaan SDM
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan. Standar
kompetensi untuk SDM PKH, meliputi:
a) Memiliki kompetensi teknis tentang pengetahuan
program perlindungan sosial, program bantuan sosial,
pendampingan sosial, dan pemberdayaan masyarakat
b) Memiliki pengalaman/praktek kerja di bidang
pekerjaan sosial, pendampingan masalah-masalah
sosial atau pemberdayaan masyarakat
c) Memiliki kompetensi personal meliputi hubungan
interpersonal, orientasi terhadap kualitas, kemampuan
penyelesaian masalah, pengendalian, dan ketaatan.
2) Azas dan Prinsip
Penyelenggaraan manajemen mutu SDM PKH dilakukan
berdasarkan azas berikut:
a) Kepastian hukum
b) Profesionalitas dan kemandirian
c) Keterpaduan dan proporsionalitas
d) Akuntabilitas, efektif dan efisien
e) Keterbukaan dan pendelegasian
f) Persatuan dan kesatuan
g) Keadilan dan kesetaraan, serta
h) Kesejahteraan (UU ASN no. 5 tahun 2014, Pasal 2).
Prinsip dasar sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan
dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip:
a) Nilai dasar
b) Kode etik dan kode perilaku
c) Komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada
pelayanan publik
d) Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas
e) Kualifikasi akademik
f) Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas, dan
g) Profesionalitas jabatan (UU ASN No. 5 tahun 2014,
Pasal 3)
3) Nilai Dasar
Mengacu kepada Undang-Undang No. 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, pengelolaan SDM harus
mampu menghasilkan pegawai yang profesional, memiliki

22
Pengelolaan SDM
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Untuk keperluan tersebut dalam pengelolaan SDM
menerapkan nilai-nilai dasar yang menjadi pijakan bagi
SDM PKH dalam melaksanakan tugas di lapangan. Nilai-
nilai dasar tersebut meliputi:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila
b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
pemerintahan yang sah
c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak
e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
f) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang
luhur
h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik
i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah
j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur,
tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun
k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong
kinerja pegawai
n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan, dan
o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir (UU ASN
No. 5 tahun 2014, Pasal 4).
4) Kode Etik
Untuk menjaga martabat dan kehormatan SDM PKH,
ditetapkan kode etik SDM yang berisi pengaturan perilaku.
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi
b) Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin
c) Memberikan pelayanan dengan sikap hormat, sopan
dan tanpa tekanan
d) Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan

23
Pengelolaan SDM
peraturan perundang-undangan
e) Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan
atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan etika pemerintahan
f) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara dan tidak memberikan data kepesertaan PKH
baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak lain
kecuali mendapat izin dari Kementerian Sosial
g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
i) Memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan
j) Tidak menyalahgunakan informasi, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapatkan
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain
k) Tidak melakukan penyalahgunaan dana, termasuk
menggelapkan uang program, mengutip dana bantuan
PKH, tidak menyalurkan bantuan PKH atau
membawa/menyimpan/mengelola uang bantuan
peserta PKH
l) Tidak melakukan manipulasi/pemalsuan data
dan/atau dokumen program
m) Tidak melanggar ketentuan larangan rangkap
pekerjaan.

6. HUBUNGAN KERJA
a. Kedudukan Kerja
1) Pendamping berkedudukan di Kecamatan dan berkantor
di sekretariat Program Keluarga Harapan Kecamatan
2) Operator
a) Operator Kabupaten/Kota berkedudukan di kabupaten
dan berkantor di Dinas Sosial/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota
b) Operator Provinsi berkedudukan di provinsi dan
berkantor di Dinas Sosial Provinsi

24
Pengelolaan SDM
c) Operator pada Sub Direktorat berkedudukan di pusat
dan berkantor di Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
d) Koordinator Kabupaten/Kota berkedudukan di
kabupaten/kota dan berkantor di Dinas Sosial/Institusi
Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH
e) Koordinator Wilayah berkedudukan di provinsi dan
berkantor di Dinas Sosial Provinsi pelaksana PKH
f) Koordinator Regional berkedudukan di regional dan
berkantor di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial (BBPPKS).
g) Tenaga Ahli Direktorat berkedudukan di pusat dan
berkantor di Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
b. Kontrak Kerja
Untuk menjamin kepastian hukum, hubungan kerja antara
SDM PKH dengan Direktur Jaminan Sosial Keluarga selaku
Kuasa Pengguna Anggaran yang merupakan pihak
pemberi kerja, diperlukan pengaturan kontrak kerja yang
memuat:
1) Kewajiban SDM dalam menjalankan tugas dan
fungsinya
2) Kewajiban pihak pemberi kerja dengan memberikan
hak normatif sebagai kompensasi pelaksanaan tugas
SDM
3) Hak-hak normatif yang diterima SDM dari pihak
pemberi kerja
4) Ketentuan dan sanksi yang ditetapkan sehubungan
dengan pelanggaran atas kesepakatan kontrak kerja,
dan
5) Kelanjutan kontrak kerja SDM pada waktu/tahun
berikutnya.
a. Penentuan hak-hak normatif SDM PKH
sebagaimana disebutkan di atas harus menjamin
terpenuhinya semua hak mereka sebagaimana
diatur dalam peraturan kementerian tenaga kerja,
yaitu:
6) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang
pantas dan memadai
7) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
8) P e m b i n a a n k a r i r s e s u a i d e n g a n t u n t u t a n
pengembangan kualitas, dan
9) Kesempatan untuk menggunakan prasarana, sarana,

25
Pengelolaan SDM
dan fasilitas kerja untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas.
Dalam pasal 92 Undang-Undang Aparatur Sipil Negara
(ASN) No. 5 Tahun 2014, disebutkan bahwa setiap
pegawai berhak:
1) Memperoleh perlindungan berupa:
a) Jaminan kesehatan
b) Jaminan kecelakaan kerja
c) Jaminan kematian, dan
d) Bantuan hukum
2) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana
dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat
3) Memiliki hak dalam memberikan penilaian kinerja
dan layanan, dan
4) Memiliki hak untuk berserikat dalam organisasi
profesi pekerja sosial dan pemberdayaan
masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
SDM PKH harus melaksanakan kewajiban normatif,
yakni:
1) Menjunjung tinggi peraturan perundang-
undangan, hukum dan kode etik, serta nilai-
nilai agama dan etika
2) Memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa serta menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Tugas dan Kewajiban
1) Tugas dan Kewajiban Pendamping
a) Tugas Pendamping
(1) Melakukan kegiatan sosialisasi PKH kepada
aparat kecamatan, pemerintahan
desa/kelurahan, UPT Pendidikan, UPT
Kesehatan dan masyarakat umum
(2) Menyelengarakan kegiatan pertemuan awal
dan validasi calon peserta PKH
(3) Melakukan kegiatan verifikasi komitmen
kehadiran komponen peserta PKH pada
layanan fasilitas pendidikan dan fasilitas

26
Pengelolaan SDM
kesehatan setiap bulannya dan melakukan
pemutakhiran data kepesertaan PKH setiap ada
perubahan
(4) Memfasilitasi dan melakukan penyelesaian
masalah atas keluhan dan pengaduan peserta
PKH
(5) Melakukan koordinasi dengan petugas
pelayanan pendidikan dan kesehatan terkait
dengan pelaksanaan PKH di lokasi tugasnya
(6) Melakukan pertemuan rutin bulanan dengan
seluruh peserta PKH, memberikan motivasi
kepada peserta PKH untuk memenuhi
kewajibannya
(7) Melakukan kegiatan pertemuan kelompok dan
pertemuan peningkatan kemampuan keluarga
(P2K2) untuk seluruh peserta PKH untuk tujuan
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
(8) Melakukan pendampingan kepada Peserta PKH
dan memastikan pemenuhan komitmen
kehadiran pada layanan fasilitas pendidikan
dan fasilitas kesehatan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan
(9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi
kepada peserta PKH untuk mendapatkan
haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari
program komplementaritas, meliputi KKS, KIS,
KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal
Layak Huni dan bantuan komplementaritas
lainnya
(10)Melakukan koordinasi dengan aparat
kecamatan, pemerintahan desa/ kelurahan,
UPT Pendidikan dan UPT Kesehatan terkait
pelaksanaan PKH.
b) Kewajiban Pendamping
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/kebijakan pelaksanaan PKH
(2) Melakukan koordinasi dan konsultasi
pendampingan peserta PKH dengan
Koordinator Kabupaten/Kota
(3) Membangun kemitraan dengan unsur-unsur
di luar PKH termasuk unsur-unsur berbasis

27
Pengelolaan SDM
masyarakat dalam rangka pengembangan dan
pemberdayaan keluarga peserta PKH
(4) Melakukan koordinasi dengan petugas
penyedia layanan pendidikan dan layanan
kesehatan terkait pelaksanaan verifikasi
komitmen Peserta PKH
(5) Melakukan koordinasi dengan petugas bayar
terkait pelaksanaan penyaluran bantuan Peserta
PKH di lokasi tugasnya
(6) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
serta kegiatan bimbingan teknis yang
diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga;
(7) Membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam melakukan pendataan dan pelaporan
terkait dengan program-program perlindungan
dan jaminan sosial serta program
penanggulangan kemiskinan
(8) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan
pendampingan lain di tingkat kecamatan dalam
pelaksanaan tugas
(9) M e m f a s i l i t a s i l a p o r a n p e l a k s a n a a n
pendampingan PKH oleh Camat kepada
Pemerintah Daerah melalui Kepala Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
(10)Bertanggung jawab terhadap capaian target
dan kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di lokasi
tugasnya
(11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan
realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada
Camat secara periodik.
2) Tugas dan Kewajiban Operator Kabupaten/Kota
a) Tugas Operator Kabupaten/Kota
(1) Melakukan penerimaan data dan formulir
validasi calon peserta PKH dan
pendistribusiannya kepada seluruh
Pendamping
(2) Melakukan penerimaan dan pendistribusian
data dan formulir verifikasi komitmen peserta
PKH kepada seluruh Pendamping

28
Pengelolaan SDM
(3) Melakukan penerimaan dan pendistribusian
data dan formulir pemutakhiran peserta PKH
kepada seluruh Pendamping
(4) Melakukan penerimaan data hasil validasi, data
hasil pemutakhiran, data hasil verifikasi dan
data realisasi penyaluran bantuan PKH dari
seluruh Pendamping
(5) Melakukan pemasukan data hasil validasi, data
hasil pemutakhiran dan data hasil verifikasi
serta data realisasi penyaluran bantuan PKH
ke dalam sistem aplikasi PKH
(6) Melakukan pengelolaan data/dokumen PKH
terkait dengan hasil validasi calon peserta PKH,
hasil verifikasi komitmen komponen PKH, hasil
pemutakhiran peserta PKH, realisasi penyaluran
bantuan PKH, serta data/dokumen lain terkait
dengan pelaksanaan PKH
(7) M e m b e r i k a n b a n t u a n t e k n i s k e p a d a
Pendamping untuk penanganan keluhan dan
permasalahan data dan aplikasi yang
digunakan;
(8) Menyiapkan kebutuhan data dan administrasi
kegiatan PKH untuk para pemangku
kepentingan di tingkat Kecamatan dan
Kabupaten/Kota pelaksana PKH
(9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi
kepada peserta PKH untuk mendapatkan
haknya sebagai peserta PKH serta bantuan dari
program komplementaritas, meliputi KKS, KIS,
KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal
Layak Huni dan bantuan komplementaritas
lainnya
(10)Berkonsultasi dengan Koordinator
Kabupaten/Kota terkait pemantauan dan
pengendalian atas penerimaan dan pengiriman
data pelaksanaan PKH seluruh kecamatan di
Kabupaten/Kota lokasi tugas.
b) K e w a j i b a n O p e r a t o r K a b u p a t e n / K o t a
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(2) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan

29
Pengelolaan SDM
Koordinator Kabupaten/ Kota dan bekerjasama
dengan seluruh Pendamping di
Kabupaten/Kota
(3) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen hasil validasi calon peserta,
hasil pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi
komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH
serta data/dokumen PKH lainnya yang
diterima dari seluruh Pendamping
(4) M e m a s t i k a n s e l u r u h d a t a v a l i d i t a s
data/dokumen hasil validasi calon peserta,
hasil pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi
komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH
serta data/dokumen PKH lainnya telah
dimasukkan ke dalam sistem Aplikasi
Pengolahan Data PKH
(5) Melaporkan setiap permasalahan data dan
sistem aplikasi yang digunakan secara
berjenjang sesuai dengan ketentuan
(6) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
serta kegiatan bimbingan teknis yang
diselengarakan oleh Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
(7) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah
dalam melakukan pendataan dan pelaporan
terkait dengan program-program perlindungan
dan jaminan sosial serta program
penanggulangan kemiskinan
(8) Melakukan koordinasi data-data PKH dengan
Pendamping dan memfasilitasi laporan
pengelolaan data PKH kepada Pemerintah
Daerah melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota
(9) Bertanggung jawab terhadap capaian target
dan kualitas pengelolaan data PKH di tingkat
kabupaten/kota
(10)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan
realisasi kegiatan pendampingan PKH kepada
Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota secara periodik.

30
Pengelolaan SDM
3) Tugas dan Kewajiban Operator Provinsi
a) Tugas Operator Provinsi
(1) Melakukan penerimaan data dan formulir validasi
calon peserta dan pendistribusiannya kepada
seluruh Kabupaten/Kota pelaksana PKH
(2) Melakukan penerimaan data dan formulir verifikasi
komitmen peserta PKH dan pendistribusiannya
kepada seluruh Kabupaten/ Kota pelaksana PKH
(3) Melakukan penerimaan data dan formulir
pemutakhiran kepesertaan PKH dan
pendistribusiannya kepada seluruh Kabupaten
/Kota pelaksana PKH
(4) Melakukan penerimaan data hasil validasi, data
hasil pemutakhiran, data hasil verifikasi dan data
realisasi penyaluran bantuan PKH dari seluruh
Kabupaten/Kota pelaksana PKH
(5) Melakukan konsolidasi data hasil validasi, data
hasil pemutakhiran dan data hasil verifikasi serta
data realisasi penyaluran bantuan PKH ke dalam
sistem aplikasi PKH
(6) Melakukan pengelolaan dan pengiriman data hasil
validasi calon peserta, hasil verifikasi komitmen
dan hasil pemutakhiran kepesertaan PKH serta
realisasi penyaluran bantuan PKH
(7) Memberikan bantuan teknis kepada Operator
Kabupaten/Kota untuk penanganan keluhan dan
permasalahan data dan aplikasi yang digunakan
(8) Menyiapkan kebutuhan data dan administrasi
kegiatan PKH untuk para pemangku kepentingan
di tingkat Provinsi pelaksana PKH
(9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada
peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai
peserta PKH serta bantuan dari program
komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP,
KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni
dan bantuan komplementaritas lainnya.
b) Kewajiban Operator Tingkat Provinsi
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(2) Berkoordinasi dengan Korwil serta bekerja sama
dengan seluruh Operator tingkat Provinsi dan

31
Pengelolaan SDM
Operator tingkat Kabupaten/Kota
(3) Memastikan kelengkapan dan validitas data hasil
validasi calon peserta, hasil pemutakhiran
kepesertaan, hasil verifikasi komitmen serta realisasi
penyaluran bantuan PKH yang diterima dari
seluruh Kabupaten/Kota pelaksana PKH serta yang
dimasukkan ke dalam sistem aplikasi PKH
(4) Melaporkan setiap permasalahan data dan sistem
aplikasi yang digunakan secara berjenjang sesuai
dengan ketentuan
(5) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta
kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan
oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
(6) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam
melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan
program-program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan
(7) Melakukan koordinasi data-data PKH dengan
Pendamping dan memfasilitasi laporan pengelolaan
data PKH kepada Pemerintah Daerah melalui
Kepala Dinas Sosial Provinsi
(8) Bertanggung jawab terhadap capaian target dan
kualitas pengelolaan data PKH sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya
(9) Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi
kegiatan pendampingan PKH kepada Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga dan Kepala Dinas
Sosial/Institusi Sosial Provinsi secara periodik.
4) Tugas dan Kewajiban Operator Pusat
a) Tugas Operator Pusat
(1) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam
penyiapan dan pengelolaan data/dokumen terkait
dengan pelaksanaan PKH
(2) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam
penyiapan data/dokumen terkait dengan
pembuatan nota dinas dan surat-surat keluar
(3) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam
pengelolaan dan pengarsipan data/dokumen surat-
surat masuk dan surat-surat keluar
(4) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam

32
Pengelolaan SDM
penyiapan dan pengelolaan rencana kerja/kegiatan
(5) Membantu Sub Direktorat/Bagian dalam
penyiapan data/dokumen untuk penyusunan
laporan.
b) Kewajiban Operator Pusat
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan dan peraturan
kepegawaian Kementerian Sosial RI
(2) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(3) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen terkait dengan pelaksanaan PKH
pada Sub Direktorat/Bagian
(4) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen terkait dengan nota dinas dan surat-
surat keluar pada Sub Direktorat/ Bagian
(5) Memastikan kelengkapan arsip data/dokumen
surat-surat masuk dan surat-surat keluar pada Sub
Direktorat/Bagian
(6) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen terkait dengan rencana
kerja/kegiatan pada Sub Direktorat/Bagian
(7) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen terkait dengan penyusunan laporan
pada Sub Direktorat/Bagian.
5) Tugas dan Kewajiban Koordinator Kabupaten/Kota
a) Tugas Koordinator Kabupaten/Kota
(1) M e n g k o o r d i n a s i k a n p e n e r i m a a n d a n
pendistribusian data dan formulir validasi calon
peserta kepada seluruh Pendamping di
Kabupaten/Kota
(2) M e n g k o o r d i n a s i k a n p e n e r i m a a n d a n
pendistribusian data dan formulir verifikasi
komitmen peserta PKH kepada seluruh
Pendamping di Kabupaten/Kota lokasi tugas
(3) M e n g k o o r d i n a s i k a n p e n e r i m a a n d a n
pendistribusian data dan formulir pemutakhiran
peserta PKH kepada seluruh Pendamping di
Kabupaten/Kota lokasi tugas
(4) Mengkoordinasikan pengelolaan dan pengiriman
data/dokumen PKH terkait dengan hasil validasi

33
Pengelolaan SDM
calon peserta PKH, hasil verifikasi komitmen
komponen PKH, hasil pemutakhiran peserta PKH,
realisasi penyaluran bantuan PKH, serta
data/dokumen PKH lainnya termasuk data/
dokumen administrasi Pendamping dan Operator
di Kabupaten/ Kota lokasi tugas sesuai ketentuan
yang telah ditetapkan
(5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
penyaluran bantuan PKH serta tindak lanjut
pelaporan rekonsiliasi atas realisasi penyaluran
bantuan PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas
(6) Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait
atas pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
(DIKLAT) dan kegiatan bimbingan teknis (BIMTEK)
bagi Pendamping dan Operator tingkat Kabupaten/
Kota
(7) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
pihak-pihak terkait atas untuk pemasaran sosial
PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas
(8) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada
peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai
peserta PKH serta bantuan dari program
komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP,
KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni
dan bantuan komplementaritas lainnya
(9) Melakukan peningkatan kapasitas, pembinaan,
penilaian kinerja serta penilaian kompetensi kepada
Pendamping dan Operator di Kabupaten/Kota
lokasi tugas
(10)Melakukan kegiatan supervisi dan pengendalian
atas pelaksanaan PKH di seluruh Kecamatan
pelaksana PKH di Kabupaten/Kota lokasi tugas.
b) K e w a j i b a n K o o r d i n a t o r K a b u p a t e n / K o t a
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(2) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan
Korwil PKH dan Kepala Dinas Sosial/Institusi
Sosial Kabupaten/Kota serta membangun
kemitraan dengan unsur-unsur di luar PKH dan
atau dengan unsur berbasis masyarakat serta para
stakeholder untuk pengembangan dan

34
Pengelolaan SDM
pemberdayaan keluarga peserta PKH di
Kabupaten/Kota lokasi tugas
(3) Bekerjasama dengan seluruh Pendamping dan
Operator Tingkat Kabupaten/Kota dalam
pelaksanaan kegiatan PKH sesuai dengan tugas
dan fungsinya
(4) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen hasil validasi calon peserta, hasil
pemutakhiran kepesertaan, hasil verifikasi
komitmen, realisasi penyaluran bantuan PKH serta
data/dokumen PKH lainnya termasuk data/
dokumen administrasi Pendamping dan Operator
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
(5) Memastikan pelaksanaan dan laporan kegiatan
pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan
kemampuan keluarga (P2K2) pada seluruh
kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi tugas dapat
terlaksana sesuai dengan ketentuan
(6) Melakukan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian
masalah terkait dengan pelaksanaan PKH di
kabupaten/kota lokasi tugas
(7) Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan serta
kegiatan bimbingan teknis yang diselengarakan
oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
(8) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam
melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan
program-program perlindungan dan jaminan sosial
serta program penanggulangan kemiskinan
(9) Melakukan koordinasi pendampingan di tingkat
kabupaten/kota dan memfasilitasi laporan
pelaksanaan PKH kepada Pemerintah Daerah
melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota
(10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan
kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di Kabupaten/
Kota lokasi tugas
(11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi
kegiatan pendampingan PKH kepada Kepala Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota secara
periodik.

35
Pengelolaan SDM
6) T u g a s d a n K e w a j i b a n K o o r d i n a t o r W i l a y a h
a) Tugas Koordinator Wilayah
(1) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap pelaksanaan kegiatan PKH yang meliputi
penerimaan dan pengiriman data/dokumen
kepesertaan, hasil verifikasi kehadiran pada layanan
pendidikan dan kesehatan, serta pemutakhiran
peserta PKH di seluruh Kabupaten/Kota wilayah
dampingan
(2) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis, pembinaan dan
peningkatan kapasitas Pendamping, Operator dan
Koordinator Kabupaten/Kota di seluruh
Kabupaten/Kota wilayah dampingan(3)
Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan
peserta PKH melalui pertemuan kelompok dan
pertemuan peningkatan kemampuan keluarga
(P2K2) di seluruh Kabupaten/Kota wilayah
dampingan
(4) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
fasilitasi penyediaan anggaran komitmen
Pemerintah Daerah melalui sharing APBD di
seluruh Kabupaten/Kota wilayah dampingan
(5) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap pengelolaan administrasi, sarana dan
prasarana kerja Pendamping, Operator dan
Koordinator Kabupaten/Kota di seluruh
Kabupaten/ Kota wilayah dampingan
(6) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
pihak-pihak terkait atas pelaksanaan kegiatan
pemasaran sosial PKH di seluruh Kabupaten/Kota
wilayah dampingan
(7) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap penanganan keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH di seluruh Kabupaten/Kota
wilayah dampingan
(8) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
penyaluran bantuan PKH serta tindak lanjut
pelaporan data hasil rekonsiliasi realisasi
penyaluran bantuan PKH di seluruh
36
Pengelolaan SDM
Kabupaten/Kota wilayah dampingan
(9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada
peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai
peserta PKH serta bantuan dari program
komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP,
KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni
dan bantuan komplementaritas lainnya
(10)Melakukan kegiatan pengendalian pelaksanaan
PKH, memberikan pembinaan serta melakukan
evaluasi kinerja dan kompetensi kepada
Pendamping, Operator dan Koordinator
Kabupaten/Kota di seluruh Kabupaten/Kota
wilayah dampingan.
b) Kewajiban Koordinator Wilayah
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(2) Melakukan konsultasi dengan Pemerintah Daerah
melalui Dinas Sosial Provinsi dalam membangun
kemitraan dengan unsur-unsur di luar PKH dan
atau dengan unsur berbasis masyarakat serta para
stakeholder untuk pengembangan dan
pemberdayaan keluarga peserta PKH di seluruh
Kabupaten/Kota wilayah dampingan
(3) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen penerimaan dan pengiriman
terhadap hasil validasi calon peserta, pemutakhiran
kepesertaan, verifikasi komitmen, realisasi
penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen
PKH lainnya termasuk data/dokumen administrasi
Pendamping, Operator dan Koordinator
Kabupaten/Kota di seluruh Kabupaten/Kota
wilayah dampingan
(4) Memastikan pelaksanaan dan laporan kegiatan
pertemuan peningkatan kemampuan keluarga
(P2K2) pada seluruh Kabupaten/Kota wilayah
dampingan dapat terlaksana dengan baik
(5) Memastikan tindak lanjut penanganan keluhan
dan pengaduan atas pelaksanaan PKH di seluruh
Kabupaten/Kota wilayah dampingan
(6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan

37
Pengelolaan SDM
pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan
teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga
(7) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam
melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan
program-program perlindungan dan jaminan sosial
serta program penanggulangan kemiskinan
(8) Memastikan penerimaan dan pembuatan laporan
pelaksanaan PKH secara periodik kepada
Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Provinsi
(9) Bekerjasama dengan seluruh Koordinator
Kabupaten/Kota dan Operator tingkat Provinsi
dalam pelaksanaan kegiatan PKH di wilayah
dampingannya
(10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan
kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di seluruh
Kabupaten / Kota wilayah dampingan
(11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi
kegiatan pendampingan PKH kepada Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga dan Kepala Dinas
Sosial/Institusi Sosial Provinsi secara periodik.
7) T u g a s d a n K e w a j i b a n K o o r d i n a t o r R e g i o n a l
a) Tugas Koordinator Regional
(1) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap seluruh proses bisnis PKH di seluruh
provinsi pelaksana PKH
(2) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis, pembinaan dan
peningkatan kapasitas Pendamping, Operator,
Koordinator Kabupaten/ Kota dan Korwil di
seluruh provinsi pelaksana PKH
(3) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan
peserta PKH melalui pertemuan kelompok dan
pertemuan peningkatan kemampuan keluarga
(P2K2) di seluruh provinsi pelaksana PKH
(4) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
fasilitasi penyediaan anggaran komitmen
Pemerintah Daerah melalui sharing APBD di
seluruh provinsi pelaksana PKH
(5) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
38
Pengelolaan SDM
terhadap pengelolaan administrasi, sarana dan
prasarana kerja Pendamping, Operator, Koordinator
Kabupaten/Kota dan Korwil di seluruh provinsi
pelaksana PKH
(6) Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
pihak-pihak terkait atas pelaksanaan kegiatan
pemasaran sosial PKH di seluruh provinsi
pelaksana PKH
(7) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait
terhadap penanganan keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH di seluruh provinsi pelaksana
PKH
(8) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
penyaluran bantuan PKH serta tindak lanjut
pelaporan data hasil rekonsiliasi realisasi
penyaluran bantuan PKH di seluruh provinsi
pelaksana PKH;
(9) Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada
peserta PKH untuk mendapatkan haknya sebagai
peserta PKH serta bantuan dari program
komplementaritas, meliputi KKS, KIS, KIP,
KUBE/UEP, RASTRA, Rumah Tinggal Layak Huni
dan bantuan komplementaritas lainnya
(10)Melakukan kegiatan pengendalian pelaksanaan
PKH, memberikan pembinaan serta melakukan
evaluasi kinerja dan kompetensi kepada
Pendamping, Operator, Koordinator
Kabupaten/Kota dan Korwil di seluruh provinsi
pelaksana PKH.
b) Kewajiban Koordinator Regional
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(2) Melakukan konsultasi dengan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam membangun kemitraan
dengan unsur-unsur di luar PKH dan atau dengan
unsur berbasis masyarakat serta para stakeholder
untuk pengembangan dan pemberdayaan keluarga
peserta PKH di seluruh provinsi pelaksana PKH
(3) Memastikan kelengkapan dan validitas
data/dokumen penerimaan dan pengiriman
terhadap hasil validasi calon peserta, pemutakhiran
kepesertaan, verifikasi komitmen, realisasi
39
Pengelolaan SDM
penyaluran bantuan PKH serta data/dokumen
PKH lainnya termasuk data/dokumen administrasi
Pendamping, Operator, Koordinator
Kabupaten/Kota dan Korwil di seluruh provinsi
pelaksana PKH
(4) Memastikan pelaksanaan dan laporan kegiatan
pertemuan kelompok dan pertemuan peningkatan
kemampuan keluarga (P2K2) pada seluruh provinsi
pelaksana PKH dapat terlaksana dengan baik
(5) Memastikan tindak lanjut penanganan keluhan
dan pengaduan atas pelaksanaan PKH di seluruh
provinsi pelaksana PKH
(6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
pendidikan dan pelatihan serta kegiatan bimbingan
teknis yang diselengarakan oleh Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga
(7) Membantu Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam
melakukan pendataan dan pelaporan terkait dengan
program-program perlindungan dan jaminan sosial
serta program penanggulangan kemiskinan
(8) Memastikan penerimaan dan pembuatan laporan
pelaksanaan PKH secara periodik kepada Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga
(9) Bekerjasama dengan seluruh Korwil dalam
pelaksanaan kegiatan PKH di wilayah
dampingannya
(10)Bertanggung jawab terhadap capaian target dan
kualitas pelaksanaan kegiatan PKH di seluruh
provinsi pelaksana PKH
(11)Melaporkan hasil pencatatan dan laporan realisasi
kegiatan pendampingan PKH kepada Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga secara periodik.
8) Tugas dan Kewajiban Tenaga Ahli Direktorat
a) Tugas Tenaga Ahli Direktorat
(1) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam
merumuskan peraturan/kebijakan terkait
pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial
Keluarga
(2) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam
menyusun strategi implementasi
peraturan/kebijakan terkait pelaksanaan PKH pada
Subdit Jaminan Sosial Keluarga
40
Pengelolaan SDM
(3) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam
penyiapan rencana kerja/kegiatan terkait
pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial
Keluarga
(4) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam
penyiapan telaah dan rekomendasi terkait dengan
pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial
Keluarga
(5) Membantu Direktur Jaminan Sosial Keluarga dalam
analisis dan pemecahan masalah terkait pelaksanaan
PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga
(6) Membantu Subdit Jaminan Sosial Keluarga dalam
penyusunan laporan terkait dengan pelaksanaan
PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga.
b) Kewajiban Tenaga Ahli Direktorat
(1) Melaksanakan seluruh ketentuan dan peraturan
kepegawaian Kementerian Sosial RI
(2) Melaksanakan seluruh ketentuan terkait dengan
peraturan/ kebijakan pelaksanaan PKH
(3) Memastikan rumusan kebijakan terkait pelaksanaan
PKH pada Subdit Jaminan Sosial Keluarga sesuai
dengan ketentuan peraturan/ perundang-undangan
(4) Memastikan rencana kerja/kegiatan terkait
pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial
Keluarga dapat diimplementasikan secara efektif
dan efisien
(5) Memastikan telaah dan rekomendasi terkait dengan
pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial
Keluarga sesuai dengan ketentuan peraturan/
perundang-undangan
(6) Memastikan analisis dan pemecahan masalah
terkait pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan
Sosial Keluarga merupakan solusi terbaik
(7) Memastikan penyusunan laporan terkait dengan
pelaksanaan PKH pada Subdit Jaminan Sosial
Keluarga tepat waktu dan sesuai dengan data yang
sebenarnya.

41
Pengelolaan SDM
d. Koordinasi Kerja
Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845), diperlukan
ketentuan yang mengatur koordinasi kerja SDM. Selenjutnya
koordinasi kerja SDM pelaksana PKH diatur dengan ketentuan
berikut.
1) Koordinasi Kerja Pendamping
Pendamping adalah SDM pelaksana PKH di tingkat
kecamatan. Pendamping mempertanggungjawabkan
pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
melalui Camat selaku Ketua Tim Koordinasi PKH tingkat
kecamatan dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya
Pendamping berkewajiban berkonsultasi kepada
Koordinator Kabupaten/Kota.
2) Koordinasi Kerja Operator
a) Operator Tingkat Kabupaten/Kota
Operator Tingkat Kabupaten/Kota adalah SDM
pelaksana PKH di tingkat Kabupaten/Kota. Operator
Kabupaten/Kota mempertanggungjawabkan
pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
melalui Ketua Pelaksana PKH Kabupaten/Kota dan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya Operator
Kabupaten/Kota berkewajiban berkoordinasi dengan
Pendamping serta berkonsultasi kepada Koordinator
Kabupaten/Kota.
b) Operator Provinsi
Operator Tingkat Provinsi adalah SDM pelaksana PKH
di tingkat Provinsi. Koordinator Kabupaten/Kota
mempertanggung-jawabkan pekerjaannya kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Ketua Unit
Pelaksana PKH Provinsi dan dalam menjalankan tugas
dan fungsinya Operator Provinsi berkewajiban
berkoordinasi dengan Operator Kabupaten/Kota dan
berkonsultasi kepada Korwil.
c) Operator Pusat
Operator Tingkat Pusat atau Staf Operasional adalah
SDM PKH pada Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
Operator Tingkat Pusat mempertanggungjawabkan
pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
melalui Kepala Seksi pada Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga, dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya
42
Pengelolaan SDM
Operator Pusat berkewajiban berkonsultasi kepada
Tenaga Ahli.
d) Koordinasi Kerja Koordinator Kabupaten/Kota
Koordinator Kabupaten/Kota SDM pelaksana PKH di
tingkat Kabupaten/Kota yang bertugas untuk
pendampingan seluruh Kecamatan pelaksana PKH.
Koordinator Kabupaten/Kota mempertanggung-
jawabkan pekerjaannya kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga melalui Ketua Unit Pelaksana PKH
Kabupaten/Kota dan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya Koordinator Kabupaten/Kota berkewajiban
berkonsultasi kepada Koordinator Wilayah.
e) Koordinasi Kerja Koordinator Wilayah
Koordinator Wilayah adalah SDM pelaksana PKH di
tingkat Provinsi yang bertugas untuk pendampingan
sejumlah Kabupaten/Kota pelaksana PKH. Korwil
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Ketua Unit
Pelaksana PKH Provinsi dan dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, Koordinator Wilayah berkewajiban
berkonsultasi kepada Koordinator Regional.
f) Koordinasi Kerja Koordinator Regional
Koordinator Regional adalah SDM pelaksana PKH
yang ditempatkan pada salah satu Balai Diklat yang
bertugas untuk pendampingan sejumlah Provinsi
pelaksana PKH. Koordinator Regional
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Kepala Balai
Diklat dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya
Koordinator Regional berkewajiban berkonsultasi
kepada Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga:
(1) Untuk hal-hal terkait dengan validasi dan terminasi,
berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Validasi dan
Terminasi.
(2) Untuk hal-hal terkait dengan bantuan sosial,
berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Bantuan Sosial
(3) Untuk hal-hal terkait dengan kepesertaan,
berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Kepesertaan
(4) Untuk hal-hal terkait dengan sumber daya,

43
Pengelolaan SDM
berkonsultasi kepada Tenaga Ahli Sumber Daya
(5) Untuk hal-hal terkait dengan administrasi umum
dan sumber daya manusia, berkonsultasi kepada
Tenaga Ahli pada Sub Bagian Tata Usaha.
g) K o o r d i n a s i K e r j a T e n a g a A h l i D i r e k t o r a t
Tenaga Ahli Direktorat adalah SDM pelaksana PKH
yang ditempatkan pada salah satu Sub Direktorat atau
Sub Bagian yang bertugas membantu Direktur Jaminan
Sosial Keluarga dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi Program Keluarga Harapan. Tenaga Ahli
Direktorat mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga dan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya Tenaga Ahli
Direktorat berkewajiban berkoordinasi dan
berkonsultasi kepada Kepala Sub Direktorat atau
Kepala Sub Bagian pada Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga.

7. PEMINDAHAN TUGAS

Pemindahan tugas SDM diperlukan dalam rangka optimalisasi


dan peningkatan kinerja pendampingan program. Di sisi lain,
pemindahan tugas SDM ini dilakukan dalam rangka mengatasi
permasalahan kekurangan jumlah SDM pada satu tempat dan kelebihan
jumlah SDM pada tempat lain. Pemindhan tugas SDM berlaku untuk
lokasi tugas dan jabatan yang selevel atau lebih rendah.
a. Persyaratan
1) Adanya surat pengajuan pemindahan tugas yang ditujukan
kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga oleh Dinas/Instansi
tempat bekerja
2) Tidak meninggalkan permasalahan pelaksanaan PKH di lokasi
lama
3) Terdapat kekosongan/kekurangan jumlah SDM di tempat
lokasi tujuan
4) Adanya persetujuan dari Kepala Dinas/Institusi tempat
bekerja, baik di lokasi lama dan baru.
b. Mekanisme
1) Pemindahan Pendamping
a) Pemindahan antar kecamatan
(1) Pendamping yang mengajukan pemindahan tugas
antar kecamatan dalam satu kabupaten harus membuat
44
Pengelolaan SDM
surat pengajuan pindah tugas ditujukan kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota, disertai alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan
(2) Koordinator Kabupaten/Kota memberikan telaah dan
rekomendasi kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi
Sosial Kabupaten/Kota terkait dengan pengajuan
pemindahan tugas
(3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
dapat menyetujui/tidak menyetujui pengajuan
pemindahan tugas berdasarkan telaah dari Koordinator
Kabupaten/Kota
(4) Pengajuan pindah tugas dapat disetujui apabila tidak
menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu
kelancaran program, baik di lokasi yang dituju maupun
di lokasi yang ditinggalkan dan/atau dapat
meningkatkan kinerja dan efektifitas pendampingan
program
(5) Pengajuan pindah tugas yang disetujui oleh Kepala
Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota diajukan
kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui surat
secara resmi oleh Dinas Sosial/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota.
b) P e m i n d a h a n P e n d a m p i n g a n t a r k a b u p a t e n
(1) Pendamping yang berkeinginan mengajukan
pemindahan tugas antar kabupaten membuat surat
pengajuan pemindahan tugas ditujukan kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga melalui Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota, disertai alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan
(2) Koordinator Kabupaten/Kota berkewajiban
memberikan telaah dan rekomendasi kepada Kepala
Dinas Sosial/Institusi Sosial terkait dengan pengajuan
pemindahan tugas
(3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial dapat
menyetujui/tidak menyetujui pengajuan pemindahan
tugas Pendamping berdasarkan telaah dan
rekomendasi dari Koordinator Kabupaten/Kota
(4) Pengajuan pemindahan tugas dapat disetujui apabila
tidak menimbulkan permasalahan yang dapat
menggangu kelancaran program pada lokasi yang

45
Pengelolaan SDM
ditinggalkan dan/atau mendapat persetujuan dari
Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
tujuan
(5) Pengajuan pemindahan tugas yang disetujui oleh kedua
Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
disampaikan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
melalui surat secara resmi oleh Dinas Sosial/Institusi
Sosial Kabupaten/Kota
(6) Keputusan akhir terhadap pengajuan pengajuan
pemindahan tugas Pendamping menjadi kewenangan
Direktur Jaminan Sosial Keluarga.
c) Pemindahan Pendamping antar Provinsi
Pemindahan lokasi tugas Pendamping antar provinsi
dapat dilakukan dengan mengacu pada ketentuan dan
prosedur pemindahan lokasi tugas Pendamping antar
Kabupaten/Kota.
2) Pemindahan Operator
a) Pemindahan Operator antar Kabupaten
(1) Operator yang berkeinginan mengajukan pemindahan
tugas antar kabupaten membuat surat pengajuan
pemindahan tugas ditujukan kepada Direktur Jaminan
Sosial Keluarga melalui Kepala Dinas Sosial/Institusi
Sosial Kabupaten/Kota, disertai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan
(2) Koordinator Kabupaten/Kota memberikan telaah dan
rekomendasi kepada Kepala Dinas Sosial/Institusi
Sosial terkait dengan pengajuan pemindahan tugas
(3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial dapat
menyetujui/tidak menyetujui pengajuan pemindahan
tugas Operator berdasarkan telaah dan rekomendasi
dari Koordinator Kabupaten/Kota
(4) Pengajuan pemindahan tugas dapat disetujui apabila
tidak menimbulkan permasalahan yang dapat
menggangu kelancaran program pada lokasi yang
ditinggalkan dan/atau mendapat persetujuan dari
Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
tujuan
(5) Pengajuan pemindahan tugas yang disetujui oleh kedua
Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
disampaikan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
melalui surat secara resmi

46
Pengelolaan SDM
(6) Keputusan akhir terhadap pengajuan pengajuan
pemindahan tugas Operator menjadi kewenangan
Direktur Jaminan Sosial Keluarga.
b) Pemindahan Operator antar Provinsi
Ketentuan dan prosedur pemindahan lokasi tugas
Operator antar provinsi sama dengan ketentuan dan
prosedur mutas Operator antar Kabupaten/Kota.

8. KENAIKAN DAN PENURUNAN JABATAN

a. Kenaikan Jabatan
Untuk menjamin berlangsungnya jenjang karir bagi SDM PKH,
diberlakukan promosi kenaikan jabatan bagi SDM yang memiliki
kompetensi dan kinerja sangat baik. Kenaikan jabatan bagi SDM PKH
diatur dengan ketentuan berikut:
1) Kenaikan jabatan dilakukan apabila terdapat kekosongan atau
kebutuhan jabatan yang dikarenakan pengunduran diri,
meninggal atau pemutusan hubungan kerja.
2) Kebutuhan tambahan pegawai akibat beban kerja bertambah
3) Kenaikan jabatan diberikan untuk jenjang satu tingkat di atasnya
4) Kenaikan jabatan dilakukan melalui prosedur rekomendasi oleh
atasan dengan dasar penilaian kinerja dan kompetensi dengan
cara penilaian:
5) Pengamatan melalui diskusi kelompok terarah
6) Wawancara untuk menggali kompetensi dan kemampuan
manajerial
7) Rekomendasi kenaikan jabatan diusulkan oleh atasan langsung
kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
8) Keputusan akhir kenaikan jabatan menjadi kewenangan Diretur
Jaminan Sosial Keluarga.
b. Penurunan Jabatan
Penurunan jabatan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Hasil evaluasi kinerja dan kompetensi yang tidak memenuhi
standar, tetapi masih diperlukan untuk mengisi jabatan lain
2) Jabatan yang ada tidak diperlukan lagi
3) Penurunan jabatan diajukan oleh atasan langsung kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga
4) Keputusan akhir penurunan jabatan menjadi kewenangan
Direktur Jaminan Sosial Keluarga.

47
Pengelolaan SDM
9. PENGGANTIAN SDM
Penggantian SDM untuk posisi/jabatan yang sama pada lokasi
existing (lama) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penggantian SDM dilakukan melalui proses analisis kebutuhan
Subdit Sumber Daya serta need assesment dan konfirmasi
kebutuhan kepada Subdit/Dinas Sosil/Institusi Sosial sebagai
pengguna
b. Penggantian SDM dilakukan dengan memanfaatkan daftar Lulus
Cadangan hasil seleksi bulan/tahun sebelumnya, sesuai
kebutuhan lokasi
c. Daftar Lulus Cadangan yang dapat digunakan untuk penggantian
SDM adalah yang memiliki masa tunggu tidak lebih dari 2 tahun,
yang dipilih sesuai urutan ranking teratas hasil seleksi
d. Jika tidak ada lagi daftar lulus cadangan hasil seleksi bulan/tahun
sebelumnya, Subdit Sumber Daya dapat melakukan pemindahan
tugas dari lokasi yang terdapat kelebihan SDM atau mengajukan
seleksi SDM kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga
e. Penetapan SDM pengganti diputuskan oleh Direktur Jaminan
Sosial Keluarga.

10. PENGATURAN KERJA

a. Waktu Kerja
Pengaturan waktu kerja dilakukan dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan tugas dan kewajiban SDM dalam pendampingan PKH
sesuai jabatannya. Ketentuan waktu kerja SDM diatur dengan ketentuan
berikut:
1) Hari Kerja
Hari kerja merupakan aktivitas rutin SDM PKH dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban, ditetapkan hari Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, dan Jumat dengan ketentuan jam kerja sebagai
berikut:
a) Jam kerja hari Senin sampai dengan Kamis, ditetapkan pukul
07.30 sampai pukul 16.00 dengan jam istirahat pukul 11.30
sampai 12.30
b) Jam kerja hari Jumat, ditetapkan pukul 07.30 sampai pukul
16.30 dengan jam istirahat pukul 11.30 sampai 13.00
c) Jam kerja SDM di daerah dapat disesuaikan dengan jam kerja
Dinas Sosial/Institusi Sosial di daerah.

48
Pengelolaan SDM
2) Hari Libur
Hari libur merupakan hak SDM PKH untuk tidak melaksanakan
tugas dan kewajiban, ditetapkan terdiri dari:
a) Hari Sabtu
b) Hari Minggu
c) Hari Libur Nasional
d) Hari Raya Keagamaan.
Jika pada hari libur terdapat kegiatan atau perintah tugas terkait
pelaksanaan PKH yang harus dilaksanakan, maka SDM PKH
harus memenuhi kewajiban tersebut.

b. Pegaturan Cuti
Pengaturan cuti SDM diperlukan sebagai pemenuhan hak normatif
sebagai pegawai yang terikat dengan kontrak kerja. Ketentuan
pengambilan hak cuti diatur dengan ketentuan berikut:
1) Jenis Hak Cuti
a) Cuti Tahunan, diberikan kepada SDM yang telah bekerja
utntuk pendampingan PKH selama satu tahun atau lebih.
Jumlah hak cuti tahunan sebanyak-banyaknya 12 (dua belas)
hari kerja.
b) Cuti Melahirkan, diberikan kepada SDM yang sedang hamil
dan memerlukan persiapan untuk melahirkan. Jumlah hak
cuti melahirkan diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) bulan
kalender.
2) Mekanisme Pengambilan Hak Cuti
a) Pengambilan hak cuti tingkat Provinsi, Kabupaten dan
Kecamatan
(1) Pengambilan hak cuti Pendamping, Operator, Koordinator
Kabupaten/ Kota dan Korwil dilakukan dengan ketentuan:
(2) Pengajuan cuti diajukan kepada Direktur Jaminan Sosial
melalui Dinas Sosial/Institusi Sosial tempat bekerja,
minimal 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan cuti
(3) Kepala Dinas Sosial/Institusi Sosial melakukan verifikasi
dan dapat menyetujui/tidak menyetujui pengambilan cuti
berdasarkan kondisi pelaksanaan PKH di lapangan
(4) Pengambilan hak cuti SDM dapat disetujui jika tidak
mengganggu pelaksanaan PKH di lapangan
(5) Pelaksanaan cuti tahunan terhitung sejak disetujui
permohonan cutinya
(6) Untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan PKH,
Kepala Dinas/Institusi Sosial dapat memerintahkan SDM
49
Pengelolaan SDM
lainnya untuk menggantikan tugas SDM yang sedang
mengambil cuti.
b) Pengambilan hak cuti SDM Pusat dan Regional
Pengambilan hak cuti Tenaga Ahli Direktorat, Koordinator
Regional, dan Operator Pusat dilakukan dengan ketentuan:
(1) Pengajuan cuti diajukan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga melalui Kepala Sub Direktorat/Kepala Sub Bagian
Tata Usaha (sesuai penempatan), minimal tiga hari sebelum
pelaksanaan cuti
(2) Kepala Sub Direktorat/Kepala Sub Bagian Tata Usaha
dapat menyetujui/tidak menyetujui pengambilan cuti
berdasarkan kondisi pelaksanaan PKH di lapangan
(3) Pengambilan hak cuti SDM dapat disetujui jika tidak
mengganggu pelaksanaan PKH di lapangan
(4) Pelaksanaan cuti terhitung sejak disetujui permohonan
cutinya
(5) Untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan PKH,
Direktur Jaminan Sosial dapat memerintahkan SDM
lainnya untuk menggantikan tugas SDM yang sedang
mengambil cuti.

11. PEMBAYARAN HONORARIUM

Honorararium adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan


dalam bentuk uang sebagai imbalan yang ditetapkan dan dibayar
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukan.

a. Persyaratan Pembayaran Honorarium


Pembayaran honorarium harus diatur dan dikelola secara baik
agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan tepat waktu, akurat serta
memenuhi aspek akuntabilitas, dengan persyaratan sebagai berikut:
1) Dokumen Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA)
2) Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga
(RKAKL)
3) Dokumen Surat Keputusan (SK) pengangkatan SDM PKH
4) Dokumen SK / Ikatan Perjanjian Kerja Antar Waktu
5) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
6) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
7) Pejabat Penguji/Pemeriksa laporan penyelesaian pekerjaan
50
Pengelolaan SDM
8) Pejabat Penandatangan SPM
9) Bendahara Pengeluaran, serta
10) Lembaga bayar.
Pembayaran honorarium pekada SDM dilakukan dengan ketentuan:
1) Mempunyai hak sesuai SK dan/atau IPKWT yang diputuskan
oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga dan/atau Pejabat Pembuat
Komitmen
2) Telah menjalankan tugas dan kewajiban
3) Menyelesaikan kewajiban pembuatan laporan individu bulanan
4) Mempunyai rekening bank persepsi yang telah ditetapkan KPPN
5) Pembayaran dilakukan mulai tanggal 1 hingga tanggal 10 setiap
bulannya
6) Tidak sedang mendapat sanksi penundaan atau penghentian
pembayaran honor.

b. Mekanisme Pembayaran Honorarium


Pembayaran honorarium dilakukan secara langsung (LS) melalui
KPPN ke rekening penerima, dengan mekanisme berikut:
1) Staf Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
menyiapkan data/dokumen SDM yang akan diajukan
pembayaran honorariumnya
2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
menyiapkan Berita Acara Pembayaran dan menyampaikan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga untuk disahkan pembayaran honorariumnya
3) Honorarium yang akan dibayarkan sesuai dengan nilai nominal
yang tercantum dalam SK/IPKWT dan mendapat persetujuan
dari PPK Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
4) Berdasarkan Berita Acara Pembayaran yang telah disahkan oleh
PPK, Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM)
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga mengajukan SPM honorarium
SDM kepada KPPN Wilayah VII Jakarta Pusat
5) KPPN Wilayah VII Jakarta Pusat menerbitkan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) dan memproses transfer honorarium ke
rekening penerima.

c. Pengadun pembayaran honorarium


Pembayaran honorarium yang terlambat masuk ke rekening SDM
atau yang tidak sesuai nominalnya dapat dilakukan laporan pengaduan
dengan ketentuan sebagai berikut:

51
Pengelolaan SDM
1) Pengaduan keterlambatan pembayaran honorarium SDM
dilakukan secara resmi oleh Dinas Sosial/Instansi Sosial disertai
bukti print-out rekening koran
2) Laporan pengaduan ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga Cq Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
3) Pengaduan keterlambatan pembayaran honorarium SDM dapat
diajukan mulai tanggal 15 hingga 20 setiap bulannya.

d. Penghentian Pembayaran Honorarium


Penghentian pembayaran honorarium SDM ditetapkan jika
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Meninggal dunia
2) Berakhirnya kontrak kerja
3) Telah mendapat Surat Peringatan (SP) yang ke-3
4) Menjadi tersangka dalam kasus hukum, baik pidana maupun
perdata.
Untuk SDM yang meninggal dunia, ditetapkan memperoleh
santunan berupa pembayaran honorarium satu bulan berikutnya.

12. PENERAPAN SANKSI

Penerapan sanksi kepada SDM yang melanggar ketentuan


diperlukan untuk menjaga kelancaran dan kualitas pelaksanaan Program
Keluarga Harapan. Penerapan sanksi dapat diterapkan dalam bentuk
pemberian teguran, penundaan pembayaran honorarium dan
penghentian pembayaran honorarium.
a. Pemberian Teguran
Pemberian teguran kepada SDM PKH yang melanggaran disiplin
kerja dapat dilakukan dalam bentuk teguran secara lisan maupun
tertulis.
1) Teguran lisan
Teguran lisan diberikan kepada SDM untuk jenis pelanggaran
disiplin ringan yang berdampak kepada kualitas pekerjaan,
yaitu:
a) Tidak tertib/terlambat masuk jam kerja
b) Tidak mengikuti pertemuan atau rapat rutin
c) Pembuatan dan penyerahan laporan tidak sesuai ketentuan
d) Tidak masuk kerja/meninggalkan tugas tanpa izin
e) Tidak berkoordinasi dalam pelaksanaan kegiatan
Pemberian teguran secara lisan lebih dari 2 (dua) kali dapat
52
Pengelolaan SDM
ditingkatkan menjadi teguran secara tertulis berupa pemberian
Surat Peringatan.
2) Teguran tertulis
Teguran tertulis dalam bentuk Surat Peringatan (SP) diberikan
kepada SDM yang melakukan pelanggaran:
a) Mendapat teguran lisan lebih dari dua kali, atau terbukti
melakukan pelanggaran sedang, meliputi:
(1) Lalai dalam menjalankan tugas dan kewajiban
(2) Tidak melaksanakan tugas dan kewajiban utama,
sehingga menyebabkan kerugian penerima manfaat
program dan/atau kerugian negara
(3) Tidak masuk kerja/meninggalkan tugas lebih dari 3
(tiga) hari tanpa izin/surat keterangan
(4) Melanggar hukum dan/atau norma yang berlaku di
masyarakat
(5) Melakukan pelanggaran kode etik
b) SDM PKH yang melakukan pelanggaran berat dapat
langsung diberikan Surat Peringatan 3 (SP-3). Yang masuk
dalam kategori ini adalah:
(1) Menyalahgunakan informasi, tugas, status, kekuasaan
dan jabatannya untuk mendapatkan keuntungan atau
manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
(2) Melakukan penyalahgunaan dana, termasuk
menggelapkan uang program, mengutip dana bantuan
PKH, tidak menyalurkan bantuan PKH atau tidak
membawa/ menyimpan/menahan/ mengelola uang
bantuan peserta PKH
(3) Melakukan manipulasi/pemalsuan data dan/atau
dokumen program
(4) Melanggar ketentuan larangan rangkap pekerjaan.
Pemberian Surat Peringatan kepada SDM yang
melakukan pelanggaran dapat diikuti dengan
rekomendasi penundaan atau penghentian
pembayaran honorariumnya.

b. Penundaan Pembayaran Honorarium


Pemberian sanksi dalam bentuk penundaan pembayaran
honorarium SDM PKH dapat dilakukan untuk kategori
pelanggaran:
1) Tidak membuat laporan bulanan
2) Terlambat melaporkan hasil verifikasi dan pemutakhiran data
3) Terlambat mengumpulkan laporan bulanan lebih dari satu
bulan
53
Pengelolaan SDM
4) Tidak melakukan pertemuan kelompok dan/atau pertemuan
peningkatan kapasitas keluarga (P2K2).

c. Tidak Dibayarkan Honorarium


Pemberian sanksi dalam bentuk tidak dibayarkannya honorarium
dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan disiplin SDM PKH
dalam menjalankan tugasnya, meliputi:
1) Tidak aktif/ meninggalkan tugas lebih dari 14 hari kalender
2) Tidak menjalankan tugas dan kewajiban utamanya.

13. PENGAKHIRAN HUBUNGAN KERJA

Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dapat dilakukan dengan


sebab berakhirnya program, pengunduran diri atas kemauan diri
sendiri, meninggal dunia, wanprestasi dalam kontrak kerja dan force
majeur.
a. Pengunduran Diri
Pengunduran diri SDM sebelum berakhirnya masa kontrak kerja
dapat dilalukan dengan prosedur pengajuan surat pengunduran
diri yang ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Surat pengajuan pengunduran diri dilakukan minimal sebulan
sebelum pelaksanaan
2) Pengajuan pengunduran diri dapat disetujui jika tidak
menimbulkan permasalahan yang berdampak signifikan
kepada kelancaran pelaksanaan PKH di lapangan
3) Pengajuan pengunduran diri dilengkapi dengan Berita Acara
Serah Terima Data/Dokumen Pekerjaan
4) SDM yang mengundurkan diri berakibat dihentikannya
hubungan kerja pembayaran honornya
5) SDM yang mengundurkan diri yang disetujui dapat meminta
Surat Keterangan Pengalaman Pekerjaan dari Kementerian
Sosial.
b. Meninggal Dunia
Untuk keperluan tertib administrasi, SDM yang meninggal dunia
sebelum berakhirnya masa kontrak kerja dilaporkan oleh Dinas
Sosial/Institusi Sosial tempat bekerja kepada Direktur Jaminan
Sosial Keluarga dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penyampaian laporan SDM yang meninggal dilengkapi
dengan surat keterangan kematian dari instansi yang
berwenang
54
Pengelolaan SDM
2) SDM yang meninggal diberikan santunan berupa uang sebesar
satu kali gaji terakhir
3) SDM yang mengundurkan diri berakibat dihentikannya
hubungan kerja dan pembayaran honornya.

c. Wanprestasi
Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dengan sebab
wanprestasi terhadap kontrak kerja dapat dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Telah mendapat Surat Peringatan yang ke-3
2) Tidak aktif bekerja dan/atau meninggalkan lokasi tugas dalam
waktu akumulasi 3 (tiga) bulan atau lebih
3) SDM PKH yang diakhiri hubungan kerjanya dengan sebab
wanprestasi berstatus PHK dan dihentikannya pembayaran
honornya.

d. Terlibat Kasus Hukum


Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dapat dilakukan dengan
sebab dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus hukum, baik
kasus hukum pidana maupun kasus hukum perdata.

e. Force Majeur
Pengakhiran hubungan kerja SDM PKH dapat dilakukan dengan
sebab force majeur yang diakibatkan karena:
1) Keadaan darurat perang
2) Terjadinya huru-hara yang mengancam keamanan nasional
3) Bencana alam yang menyebabkan lumpuhnya roda
pemerintahan

14. MONITORING DAN EVALUASI

Untuk menjamin mutu pelaksanaan pengelolaan SDM PKH


diperlukan standar monitoring dan evaluasi SDM melalui penilaian
kinerja secara periodik, dengan menggunakan instrumen yang dapat
mengukur kinerja pengelolaan SDM, meliputi pengelolaan seleksi,
pemenuhan hak dan kewajiban, penilaian kinerja dan kompetensi,
penerapan sanksi, pemutusan hubungan kerja serta penanganan
pengaduan. Hasil dari monitoring dan evaluasi ini digunakan untuk
perbaikan yang relevan secara berkelanjutan.

55
Pengelolaan SDM
III. PENILAIAN KINERJA SDM

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Pedoman Operasional Penilaian Kinerja SDM PKH ini dibuat untuk
maksud sebagai acuan dalam Penilaian Kinerja SDM PKH, dengan
penerapan siklus mutu berupa perencanaan, pelaksanaan, monitoring
serta evaluasi. Dengan demikian pemanfaatan Pedoman Operasional
Penilaian Kinerja SDM ini diharapkan dapat:
a. mendorong pemenuhan kebutuhan SDM PKH baik secara
kuantitas maupun kualitas yang proporsional terhadap kebutuhan
riil untuk menjamin pelaksanaan PKH sesuai dengan visi, misi
dan tujuan dicanangkannya program
b. mendorong dikembangkannya kegiatan-kegiatan dalam rangka
peningkatan kualitas SDM baik secara kompetensi, kemampuan
teknis maupun etika dan kepribadiannya
c. mendorong implementasi kode etik SDM PKH sebagai bagian
dari ASN sebagai acuan dalam mengawal nilai dasar yang harus
dimiliki oleh SDM PKH.
Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya
ketentuan dan mekanisme Penilaian Kinerja SDM PKH yang
efektif, efisien dan memenuhi aspek akuntabilitas.

2. RUANG LINGKUP
Analisis pemetaan potensi SDM
a. Ruang lingkup Penilaian Kinerja SDM meliputi perekrutan,
seleksi, pemisahan dan pengakhiran
b. Pengelola dokumen penilaian kinerja SDM adalah Subdit
Sumber Daya - Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
c. Penanggung jawab Penilaian Kinerja SDM adalah Direktur
Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial
d. Keluaran (output) adalah tersedianya informasi potensi dan
penilaian kinerja SDM dalam pelaksanaan PKH
e. Kemanfaatan (outcome) adalah terciptanya budaya kerja
berbasis kompetensi dalam pelaksanaan PKH.

3. KEBIJAKAN PENILAIAN KINERJA


a. Penilaian Kinerja Operasional
Untuk menjamin tercapainya tujuan dan kualitas pelaksanaan
pendampingan PKH, diperlukan manajemen kinerja yang
dapat menilai dan mengukur kinerja SDM yang meliputi
penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi.
56
Pengelolaan SDM
Manajemen kinerja yang diperlukan harus dibuat secara
terencana, terukur dan terpola sesuai kebutuhan program.
Penilaian kinerja operasional SDM dilaksanakan untuk
mengevaluasi kinerja individu yang dapat memberikan
petunjuk bagi manajemen dalam rangka mengevaluasi kinerja
unit dan kinerja organisasi. Penilaian kinerja SDM didasarkan
atas hasil capaian yang telah terealisasi dari indikator kinerja
yang mengacu kepada tugas dan fungsi. Hasil penilaian kinerja
operasional SDM diperlukan untuk perbaikan dan peningkatan
pendampingan Program Keluarga Harapan.
b. Aspek Penilaian Kinerja operasional
Aspek yang diukur dalam penilaian kinerja operasional SDM
PKH meliputi enam aspek berikut:
1) Perencanaan kerja, menggambarkan penilaian atas
kesesuaian rencana kegiatan terhadap kebutuhan lapangan
disertai dengan penentuan target yang akan dicapai.
2) Koordinasi dengan pihak-pihak terkiat, menggambarkan
penilaian atas kesesuaian terhadap kebutuhan lapangan
terkait dengan pihak-pihak terkait pelaksanaan PKH
3) Pelaksanaan tugas dan fungsi, menggambarkan penilaian
atas kesesuaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang telah dibuat sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
4) Monitoring dan pengendalian, menggambarkan penilaian
atas kegiatan monitoring dan pengendalian kegiatan yang
telah dilaksanakan.
5) Penanganan masalah dan pengaduan, menggambarkan
penilaian atas kesesuaian terhadap upaya penanganan
masalah dan pengaduan yang terjadi
6) Pelaporan kegiatan, menggambarkan penilaian atas
kesesuaian data-data yang dilaporkan terhadap fakta yang
ada di lapangan serta kesesuaian dalam hal penggunaan
format dan waktu penyelesaiannya.
c. Skala Penilaian kinerja operasional
Skala penilaian kinerja operasional SDM pada seluruh aspek
ditetapkan dengan menggunakan skala berikut.

57
Pengelolaan SDM
Tabel 5. Skala penilaian kinerja operasional

Penilaian kinerja operasional SDM dilakukan setiap 6 (enam)


bulan sekali dalam satu tahun. Hasil dari penilaian kinerja
operasional ini selanjutnya digunakan untuk kebutuhan
pembinaan dan evaluasi akhir tahun.
d. Penilaian Kinerja Kompetensi
Penilaian kompetensi SDM dilaksanakan untuk mengevaluasi
kompetensi individu yang dapat memberikan petunjuk bagi
manajemen dalam rangka mengevaluasi kompetensi unit dan
kompetensi organisasi. Dalam melakukan penilaian
kompetensi SDM didasarkan atas kebutuhan perbaikan dan
peningkatan pendampingan Program Keluarga Harapan.
1) Aspek Penilaian Kinerja Kompetensi
a) K o m u n i k a s i d a n h u b u n g a n i n t e r p e r s o n a l
Merupakan kemampuan untuk menyampaikan
pendapat atau informasi melalui cara yang mudah
dimengerti dan sistematis. Menjalin dan membina
hubungan kerja yang positif serta memelihara
hubungan pertemanan yang bermanfaat dalam
membangun kerja sama.
b) Orientasi terhadap kualitas
Merupakan kemampuan untuk mencapai kualitas hasil
kerjanya yang tepat, teliti, memperhatikan batas waktu
sehingga menghasilkan mutu atau kualitas hasil kerja
yang dapat diandalkan.
c) Analisis dan penyelesaian masalah
Merupakan kemampuan berfikir logis, mengidentifikasi

58
Pengelolaan SDM
informasi, memahami masalah, hambatan atau
kesulitan dalam penyelesaian pekerjaan, serta
kemampuan dalam mencari berbagai alternatif solusi
untuk menyelesaikan masalah, menetapkan prioritas
serta mampu mengantisipasi dampak atau konsekuensi
dari setiap alternatif solusi.
d) Pengendalian diri
Merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri
pada saat mengadapi situasi adanya tekanan pekerjaan,
baik dari internal maupun eksternal, serta kemampuan
untuk tetap menunjukkan sikap positif dan tenang
saat mendapat kritikan, penolakan dari pihak/orang
lain.
e) Ketaatan
Merupakan kemampuan membangun budaya yang
menjunjung tinggi standar etika, kepatuhan,
kedisiplinan kerja, menunjukkan rasa tanggung jawab
terhadap organisasi, menunjukkan komitmen dan
menunjukkan konsistensinya dalam menjunjung nilai-
nilai positif.
f) Skala Penilaian kompetensi
Skala penilaian kompetensi SDM pada seluruh aspek
ditetapkan dengan menggunakan skala berikut:

Tabel 6. Skala penilaian kompetensi

Penilaian kompetensi SDM dilakukan setiap 6 (enam)


bulan sekali dalam satu tahun. Hasil penilaian kinerja
kompetensi digunakan untuk pembinaan SDM dan
evaluasi pegawai akhir tahun.

59
Pengelolaan SDM
e. Rumusan Perhitungan Evaluasi Kinerja
Untuk mengukur kinerja SDM dalam satu tahun pelaksanaan
program (PKH) diperlukan rumusan perhitungan evaluasi
kinerja, dengan perhitungan rumusan sebagai berikut:

Evaluasi Kinerja =

Dimana :
Kin1 : Hasil penilaian kinerja operasional semester-1
Kin2 : Hasil penilaian kinerja operasional semester-2
Kom1 : Hasil penilaian kinerja kompetensi semester-1
Kom2 : Hasil penilaian kinerja kompetensi semester-2
Selanjutnya hasil evaluasi kinerja SDM digunakan sebagai bahan
untuk evaluasi SDM akhir tahun.

4. PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA

a. Periode Penilaian Kinerja


1) Penilaian Kinerja Semester I
Pelaksanaan penilaian kinerja semester I dilaksanakan untuk
penilaian pelaksanaan tugas SDM PKH bulan Januari sampai
dengan Juni tahun berjalan. Penilaian kinerja ini meliputi
penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi
yang dilaporkan pada awal bulan Juli tahun berjalan.
2) Penilaian Kinerja Semester II
Pelaksanaan Penilaian kinerja semester II dilaksanakan untuk
penilaian pelaksanaan tugas SDM PKH bulan Juli sampai
dengan Nopember tahun berjalan. Penilaian kinerja ini meliputi
penilaian kinerja operasional dan penilaian kinerja kompetensi
yang dilaporkan pada awal bulan Desember tahun berjalan.
3) Penilaian Kinerja Akhir Tahun
Pelaksanaan Penilaian kinerja akhir tahun dilaksanakan pada
bulan Desember Nopember tahun berjalan. Hasil penilaian
kinerja ini merupakan gabungan dari keseluruhan hasil
penilaian kinerja semester I dan semester II, dengan proporsi
40% penilaian kinerja semester I dan 60% penilaian kinerja
semester II.
b. Pelaksana Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi SDM PKH pada
semua jenjang jabatan dilakukan oleh dua pihak penilai atasan,
terdiri dari unsur pejabat struktural dan unsur Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.

60
Pengelolaan SDM
1) Penilaian Kinerja Pendamping
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Pendamping
dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni:
a) K e p a l a B i d a n g y a n g m e n a n g a n i B a n t u a n
/Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH
b) Koordinator Kabupaten/Kota
Penilaian kinerja Pendamping harus mempertimbangkan
masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
tugas Pendamping.
2) Penilaian Kinerja Operator Kabupaten/Kota
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Operator
Kabupaten/Kota dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni:
a) K e p a l a B i d a n g y a n g m e n a n g a n i B a n t u a n
/Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH
b) Koordinator Kabupaten/Kota
Penilaian kinerja Operator Kabupaten/Kota harus
mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan tugas Operator Kabupaten/Kota
3) P e n i l a i a n K i n e r j a K o o r d i n a t o r K a b u p a t e n / K o t a
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Koordinator
Kabupaten/Kota dilakukan oleh dua pihak penlai, yakni:
a) K e p a l a B i d a n g y a n g m e n a n g a n i B a n t u a n
/Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas
Sosial/Institusi Sosial Kabupaten/Kota pelaksana PKH
b) Koordinator Wilayah
Penilaian kinerja Koordinator Kabupaten/Kota harus
mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan tugas Koordinator Kabupaten/Kota.
4) Penilaian Kinerja Koordinator Wilayah
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Koordinator
Wilayah dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni:
a) K e p a l a B i d a n g y a n g m e n a n g a n i B a n t u a n
/Kesejahteraan/Perlindungan Sosial pada Dinas
Sosial/Institusi Sosial Provinsi pelaksana PKH
b) Koordinator Regional
Penilaian kinerja Koordinator Wilayah harus
mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan tugas Koordinator Wilayah.

61
Pengelolaan SDM
5) Penilaian Kinerja Koordinator Regional
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Koordinator
Regional dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni:
a) Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial
b) Tenaga Ahli Sumber Daya
Penilaian kinerja Koordinator Regional harus
mempertimbangkan masukan dari pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan tugas Koordinator Regional.
6) Penilaian Kinerja Operator Pusat
Penilaian kinerja operasional dan kompetensi Operator Pusat
dilakukan oleh dua pihak penilai, yakni:
a) Kepala Seksi pada masing-masing Sub Direktorat
b) Tenaga Ahli pada masing-masing Sub Direktorat
Penilaian kinerja Operator Pusat harus mempertimbangkan
masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
tugas Operator Pusat.
7) Penilaian Kinerja Tenaga Ahli
Penilaian kinerja Operasional dan Kompetensi Tenaga Ahli
Sub Direktorat dilakukan oleh empat Kepala Subdit dan satu
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga dengan porsi penilaian diatur dalam SOP Penilaian
Kinerja, yakni:
a) Kepala Subdit Validasi dan Terminasi
b) Kepala Subdit Bantuan Sosial
c) Kepala Subdit Kepesertaan
d) Kepala Subdit Sumber Daya
e) Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
c. Keberatan Hasil Penilaian Kinerja
SDM PKH yang telah memperoleh hasil penilaian kinerja
operasional dan kompetensi dapat mengajukan keberatan
kepada pihak penilai, dengan mekanisme dan prosedur
sebagi berikut:
1) Pengajuan keberatan ini dilakukan dengan cara
membuat surat keberatan yang ditujukan kepada pihak
penilai dengan tembusan ke Pusat disertai dengan
bukti dan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
2) Pihak penilai berkewajiban memberikan jawaban
tertulis atas pengajuan keberatan hasil penilaian kinerja
yang telah diajukan
3) Pengajuan keberatan hasil penilaian kinerja operasional

62
Pengelolaan SDM
dan kinerja kompetensi dapat diterima jika dapat
dibuktikan dengan menunjukkan bukti kinerja yang
telah dilakukan
4) Pengajuan keberatan hasil penilaian kinerja yang
diterima selanjutnya menjadi koreksi atas hasil
penilaian kinerja yang telah dilaporkan ke Pusat
5) Koreksi atas perbaikan hasil penilaian kinerja dilakukan
melalui surat resmi dari Dinas/Instansi lokasi tugas,
yang ditujukan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga Cq Subdit Sumber Daya.
d. Standar Passing Grade Hasil Evaluasi Kinerja
Batas nilai minimum (passing grade) hasil evaluasi kinerja
akhir tahun diperlukan untuk menentukan standar
minimum kelayakan SDM untuk diperpanjang masa
kontrak kerjanya pada waktu/tahun berikutnya.
Standar passing grade hasil evaluasi kinerja SDM PKH,
selanjutnya ditetapkan dengan ketentuan berikut:
1) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Sangat Baik,
layak dilanjutkan kontrak kerjanya
2) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Baik, layak
dilanjutkan kontrak kerjanya
3) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Cukup,
dipertimbangkan dilanjutkan kontrak kerjanya
4) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Kurang, tidak
layak untuk dilanjutkan kontrak kerjanya
5) Hasil evaluasi kinerja dengan kategori Bermasalah,
tidak layak untuk dilanjutkan kontrak kerjanya.
e. Penetapan Hasil Penilaian Kinerja
Hasil penilaian kinerja operasional dan kompetensi SDM
PKH pada semua jenjang jabatan dilaporkan melalui surat
resmi dari Dinas/Instansi Pelaksana PKH, yang ditujukan
kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga Cq Subdit
Sumber Daya. Berdasarkan hasil penilaian kinerja yang
dilaporkan oleh masing-masing Dinas/Instansi Pelaksana
PKH selanjutnya ditetapkan melalui Surat Keputusan
Hasil Penilaian Kinerja dan Kompetensi oleh Direktur
Jaminan Sosial Keluarga.

63
Pengelolaan SDM
IV. BIMBINGAN TEKNIS SUMBER DAYA

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Bimbingan teknis dimaksudkan sebagai media sosialiasi, pertukaran
dan pemutakhiran informasi, penggalian dan pemecahan masalah/kasus
serta menemukan gagasan-gagasan baru perbaikan pelaksanaan PKH
di lapangan. Sementara tujuannya adalah meningkatkan kapasitas
petugas lapangan khususnya Pendamping, Operator, Petugas Verifikasi,
termasuk Koordinator Kabupaten/Kota dalam rangka peningkatan
kinerja dan memecahkan permasalahan dalam pelaksanaan PKH.

2. SASARAN
a. Sasaran Pengguna Panduan
Sasaran penguna Panduan Bintek ini adalah para petugas
pelaksana Bintek yang terdiri dari Petugas Admin dan
Narasumber PKH yang ditetapkan oleh Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga, termasuk mitra kerja Pemerintah Daerah.
b. Sasaran Obyek Bimbingan Teknis
1) Pendamping, Operator, Petugas Data Entry PKH
2) Petugas pelaksana verifikasi kesehatan dan pendidikan (tenaga
kesehatan, petugas pusat-pusat pelayahan kesehatan seperti
Posyandu, Pusling, Puskesmas dll; guru, penilik sekolah,
kepala sekolah, dll)
3) Pemangku kepentingan dalam kaitan penyediaan layanan
(service provider) kesehatan dan pendidikan
4) Pihak-pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan PKH di
lapangan.

3. KEBIJAKAN BIMBINGAN TEKNIS


a. Penyelenggara
Penyelenggara Bimbingan Teknis SDM PKH adalah Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial RI dan/atau
Pemerintah Daerah pelaksana PKH.
Pelaksanaan Bintek SDM PKH dapat dilaksanakan jika
terpenuhinya petugas pelaksana di lapangan, meliputi:
1) Petugas Administrasi, yang bertugas mengelola administrasi,
keuangan dan akomodasi selama pelaksanan Bintek.
2) Narasumber Bintek, yang memiliki pemahaman teknis
pelaksanaan PKH di lapangan, terdiri dari unsur:
a) Pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Perlindungan

64
Pengelolaan SDM
dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI
b) Tenaga Ahli di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
c) Praktisi Program Keluarga Harapan.

b. Pembiayaan
Pembiayaan atas penyelenggaraan Bimbingan Teknis SDM
PKH bersumber dari Anggaran Belanja dan Pendapatan
Negara (APBN) yang dibebankan pada Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga. Penggunaan anggaran disesuaikan dengan
petunjuk dan ketentuan yang berlaku.

c. Jenis-Jenis Bintek
1) Bintek Pemantapan Pendamping dan Operator
Bintek ini dilakukan untuk tujuan peningkatan
kemampaun dan keterampilan peserta Bintek tentang
PKH. Peserta Bintek ini adalah Pendamping dan Operator
PKH yang telah melaksanakan pendampingan program
di lapangan. Dengan kegiatan Bintek ini diharapkan terjadi
peningkatan kemampuan dan keterampilan Pendamping
dan Operator dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
2) Bintek Seleksi Pendamping dan Operator
Bintek ini merupakan bagian dari Tes Kompetensi Bidang
(TKB) yang merupakan bagian dari tahapan seleksi SDM
PKH. Peserta Bintek ini adalah calon Pendamping dan
Operator yang dinyatakan lulus tahapan seleksi
administrasi. Dengan kegiatan Bintek ini diharapkan
terpilih calon Pendamping dan Operator yang memenuhi
kulifikasi dan kesiapan untuk menjalankan pendampingan
program.
3) Bintek Petugas Layanan Pendidikan dan Kesehatan
Bintek ini dilakukan untuk tujuan pemantapan
pengetahuan dan kemampuan peserta Bintek tentang PKH
yang terkait dengan pendidikan dan kesehtan. Peserta
Bintek ini adalah Petugas Layanan Pendidikan dan
Kesehatan pada fasilitas pendidikan dan. Dengan kegiatan
Bintek ini diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan
dan kemampuan Petugas Layanan Pendidikan dan
Kesehatan dalam mendukung pelaksanaan PKH.

65
Pengelolaan SDM
4) Bintek Penyelesaian Kasus
Bintek ini dilakukan untuk tujuan peningkatan
kemampaun dan keterampilan peserta Bintek dalam
penyelesaian kasus/masalah tertentu. Peserta Bintek ini
adalah SDM PKH yang secara khusus sedang mendapatkan
tugas penyelesaian kasus/masalah tertentu. Dengan
kegiatan Bintek ini diharapkan terjadi peningkatan
kemampuan dan keterampilan peserta dalam
menyelesaiakn kasus/masalah yang sedang ditangani.
d. Petugas Pelaksana
1) Petugas Pusat
Petugas Pusat yang melaksanakan Bimbingan Teknis di
Daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a) Mempersiapkan bahan presentasi dan data terkait
khususnya keadaan pelaksanaan PKH di Kab/Kota
yang dikunjungi
b) Mengkoordinasikan jadwal pelaksanaan Bintek di
lapangan
c) Mempersiapkan urusan administrasi di Dit. JSK dan
juga di lapangan
d) Menyusun laporan lengkap dan diserahkan paling
lama 5 hari sejak selesai penugasan. Laporan berisi:
(1) Dasar pelaksanaan bintek (surat tugas)
(2) Narasumber dan peserta bintek
(3) Tahapan pelaksanaan bintek
(4) Hasil yang diperoleh
(5) Rekomendasi perbaikan bintek ke depan
(6) Lampiran (foto-foto kegiatan)
2) Petugas Daerah
Petugas Daerah berkewajiban mempersiapkan pelaksanaan
di lapangan seperti antara lain mengundang narasumber
daerah dan peserta, menyiapkan tempat kegiatan,
membantu penyelesaian urusan administrasi.
e. Strategi Pelaksanaan
1) Sumber Belajar
a) Pedoman Umum PKH
b) Modul Bintek
c) Buku kerja Pendamping dan Operator
d) Narasumber
e) Video / film PKH

66
Pengelolaan SDM
2) Metode Pembelajaran
a) Presentasi, ceramah
b) Dialog & tanya jawab
c) Curah pendapat
d) Simulasi/praktik
e) Bermain peran
f) Diskusi (kelompok & berpasangan)
g) Kunjungan lapangan
h) Investigasi dan pemecahan kasus
3) Alat Bantu Pembelajaran
a) Papan tulis (white board)
b) Spidol
c) Kertas plano
d) LCD (liquid crystal display) projector
e) Komputer atau laptop
f) Sound system.
g) Lembar kerja
h) Formulir
i) Flowchart
j) Lembar petunjuk simulasi
4) Prinsip Pelaksanaan
Ada beberapa prinsip harus dipedomani dalam
pelaksanaan Bimbingan Teknis di lapangan, meliputi:
a) Terencana, artinya pelaksanaan Bimbingan Teknis
harus berdasarkan rencana kebutuhan program
b) Efektif, artinya bimbingan teknis harus mampu
menjawab kebutuhan serta mangatasi permasalahan
yang muncul dalam pelaksanaan PKH
c) Efisien, artinya bimbingan teknis dilaksanakan dengan
penggunaan anggaran yang seminimal mungkin
d) Praktis, artinya pelaksanaan Bimbingan Teknis
dilaksanakan secara ringkas dan sederhana
e) Terukur, artinya keluaran hasil bimbingan teknis dapat
dikukur keberhasilannya.
5) Keluaran
a) Tersosialisasikannya kebijakan-kebijakan pelaksanaan
PKH
b) Terpenuhinya keterampilan SDM PKH dalam
pelaksanaan tugas di lapangan sesuai tugas pokok dan
fungsinya

67
Pengelolaan SDM
c) Terindentifikasi dan terinventarisasi permasalahan
pelaksanaan PKH di lapangan d)
Terlaksananya pemecahan masalah melalui dialog,
diskusi dan berbagai metoda pemecahan masalah oleh
peserta
e) Teridentifikasi dan terpecahkannya masalah dan kasus-
kasus pelaksanaan PKH di lapangan.

4. TAHAPAN PERSIAPAN

a. Persiapan di Pusat
1) Penyusunan materi Bintek
2) Penyiapan tenaga pelaksana Bintek Pusat dan Daerah
3) Penetapan jadwal dan urusan administrasi kegiatan
b. Persiapan di Daerah
1) Penyiapan narasumber dan peserta oleh Kepala Dinas/Instansi
Sosial
2) Penyiapan lokasi dan jadwal Bintek termasuk lokasi kunjungan
lapangan.

5. TAHAPAN PELAKSANAAN

a. Bintek Pemantapan Pendamping dan Operator


1) Hari Pertama
Berkoordinasi dengan Petugas dari Dinas Sosial/Institusi
Sosial, Koordinator Wilayah dan/atau Koordinator
Kabupaten/Kota untuk teknis pelaksanaan Bintek.
2) Hari Kedua
a) Pelaksanaan Pre-tes peserta Bintek
b) Penyampaian kebijakan pelaksanaan PKH oleh
Narasumber Pusat
c) Diskusi dan dialog interaktif dengan peserta, dipimpin
oleh Koordinator Wilayah Provinsi atau Koordinator
Kabupaten/Kota, mencakup brainstorming, inventarisasi
permasalahan di lapangan, perumusan alternatif
pemecahan masalah
d) Penyusunan rencana kunjungan lapangan dan pembagian
Tim Kunjungan.
3) Hari Ketiga
a) Kunjungan lapangan, melihat langsung pelaksanaan
pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk berdiskusi

68
Pengelolaan SDM
dengan Keluarga Miskin (KM) penerima PKH.
Penyusunan rencana aksi pemecahan masalah dan
perbaikan pelaksanaan PKH.
b) Refleksi hasil kunjungan lapangan Petugas Pusat dan
Pendamping/ Operator peserta untuk membahas
kelemahan dan kekuatan PKH di lapangan (dilaksanakan
di lapangan)
c) Pelaksanaan Pos-tes hasil Bintek.
4) Hari Keempat
Penutupan acara serta pemulangan petugas dan peserta Bintek.

b. Bintek Seleksi Pendamping dan Operator


1) Hari pertama
a) Berkoordinasi dengan Petugas Seleksi Daerah untuk teknis
pelaksanaan Bintek Seleksi
b) Pemeriksaan berkas/dokumen peserta seleksi dan entry
data ke dalam sistem aplikasi database seleksi SDM
2) Hari kedua
a) Pelaksanaan Psiko-test
b) Pelaksanaan tes praktek komputer (bagi calon Operator).
3) Hari ketiga
a) Penyampaian materi pengetahuan PKH, meliputi:
(1) Pengertian dan Tujuan PKH
(2) Dasar hukum pelaksanaan PKH
(3) Komponen kepesertaan PKH
b) Penyampaian materi kebijakan pelaksanaan PKH, meliputi:
(1) Rancangan umum PKH
(2) Ketentuan peserta PKH
(3) Transformasi kepesertaan PKH
c) Observasi selama pelaksanaan Bintek untuk penilaian
peserta.
4) Hari keempat
a) Lanjutan penyampaian materi kebijakan pelaksanaan
PKH, meliputi:
(1) Hak, kewajiban dan Sanksi
(2) Alur kerja dan pendampingan program
b) Observasi selama pelaksanaan Bintek untuk penilaian
peserta
c) Pelaksanaan Tes tertulis (Pos-test hasil Bintek).

69
Pengelolaan SDM
5) Hari Kelima
Penutupan acara serta pemulangan petugas dan peserta Bintek.

c. Bintek Penyedia Layanan Kesehatan dan Pendidikan


1) Hari Pertama
Berkoordinasi dengan Petugas dari Dinas Sosial/Institusi
Sosial, Koordinator Wilayah dan/atau Koordinator
Kabupaten/Kota untuk teknis pelaksanaan Bintek.
2) Hari Kedua
a) Pembukaan oleh Pejabat Daerah
b) Diskusi dipandu oleh Koordinator Wilayah, mencakup:
(1) Penyampaian kebijakan pelaksanaan PKH oleh
Narasumber Pusat
(2) Presentasi pelaksanaan PKH bidang layanan Kesehatan
oleh perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(3) Presentasi pelaksanaan PKH bidang layanan
Pendidikan oleh perwakilan Dinas Pendidikan dan
atau Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota
c) Pembagian kelompok diskusi tentang kesehatan dan
pendidikan
d) Pelaksanaan diskusi Kelompok untuk Kesehatan dan
Pendidikan untuk membahas teknis pengisian formulir
verifikasi, penggalian kasus-kasus dan pemecahannya,
rencana aksi penyelesaian kasus dan perbaikan pelaksanaan
PKH, diakhiri dengan refleksi bersama hasil diskusi semua
kelompok
e) Penutup
3) Hari Ketiga : kunjungan Tim Pusat ke Fasilitas Kesehatan dan
Fasilitas Pendidikan dan melakukan supervisi pengisian
formulir verifikasi, pemecahan kasus-kasus dan sebagainya.
4) Hari Keempat: penutupan acara serta pemulangan petugas
dan peserta Bintek.
d. Bintek Penyelesaian Kasus
1) Inventasi kasus-kasus di lapangan dan penetapan prioritas
oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
2) Penyusunan strategi pemecahan kasus oleh Tim Pusat
3) Pengiriman petugas Bintek ke lapangan
4) Pemetaan, investigasi, pembahasan, dan rekomendasi
penyelesaian kasus.

70
Pengelolaan SDM
6. TAHAPAN EVALUASI

Evaluasi terhadap pelaksanaan Bintek SDM PKH diperlukan dalam


rangka memperoleh gambaran atas pelaksanaan Bintek yang sudah
terealisasi dan untuk perbaikan/peningkatan kuaitas pelaksanaan
berikutnya. Evaluai Bintek SDM PKH ini meliputi:
a. Kesiapan petugas
b. Modul yang digunakan
c. Alat bantu pembelajaran
d. Akomodasi Petugas dan Peserta
e. Pembiayaan Bintek
f. Efektifitas pelaksanaan Bintek.

V. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDM

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Penyusunan Pedoman Diklat ini dimaksudkan sebagai panduan
bagi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dalam pelaksanaan Diklat
SDM PKH, dengan tujuan:
a. Terwujudnya penyelenggaraan Diklat SDM PKH yang sistematis.
b. Tercapainya efektifitas proses pembelajaran dalam pelaksanaan
Diklat SDM PKH.
c. Terjaminnya mutu hasil pembelajaran dalam pelaksanaan Diklat
SDM PKH
d. Terwujudnya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
profesional SDM dalam melaksanakan tugas pendampingan
PKH.

2. PENYELENGGARA DIKLAT
Penyelenggara Diklat SDM PKH adalah Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kesejahtarean Sosial Kementerian Sosial RI di Jakarta dan
Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS)
yang tersebar di 6 (enam) wilyah dan 1 (satu) Balai Diklat Kesos di
Kota Malang, yakni:
" BBPPKS Regional 1 di Kota Padang, Sumatera Barat
" BBPPKS Regional 2 di Bandung, Jawa Barat
" BBPPKS Regional 3 di Kota Yogyakarta, DIY
" BBPPKS Regional 4 di Makassar, Sulawesi Selatan

71
Pengelolaan SDM
" BBPPKS Regional 5 di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
" BBPPKS Regional 6 Kota Jayapura, Papua
" Balai Diklat Kesejahteraan Sosial di Kota Malang, Jawa Timur.
a. Pembiayaan Diklat
Pembiayaan atas penyelenggaraan Diklat SDM PKH
bersumber dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara
(APBN) yang dibebankan pada Anggaran Pusdiklat Kesos
Jakarta dan BBPPKS seluruh Indonesia. Penggunaan anggaran
disesuaikan dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku.
b. Kurikulum Diklat
Kurikulum Diklat SDM PKH disusun untuk memenuhi
kebutuhan pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan
PKH di lapangan. Kurikulum Diklat SDM PKH terdiri dari
beberapa modul/mata diklat, meliputi:
1) Pendampingan Program, meliputi:
a) P e n g e m b a n g a n m o t i v a s i d a n k o m i t m e n ;
b) Pengembangan etika dan integritas;
c) Pendampingan sosial
2) Kebijakan Umum PKH, meliputi:
a) Ketentuan peserta PKH;
b) Hak, kewajiban dan sanksi;
c) A l u r k e r j a d a n p e n d a m p i n g a n p r o g r a m ;
d) Transformasi kepesertaan.
3) Mekanisme Pelaksanaan PKH, meliputi:
a) Pertemuan awal dan validasi calon Peserta PKH;
b) Penyaluran bantuan dan rekonsiliasi;
c) Kepesertaan PKH, meliputi:
(1) Verifikasi komitmen peserta PKH;
(2) Pemutakhiran data peserta PKH;
(3) P e r t e m u a n r u t i n k e l o m p o k / p e r t e m u a n
peningkatan kemampuan keluarga (P2K2);
(4) Bantuan komplementaritas peserta PKH;
(5) Sistem Pengaduan Masyarakat;
d) Pelaporan program (PKH)
e) Administrasi kesekretariatan (khusus untuk Operator)
f) Aplikasi SIM PKH (khusus untuk Operator)
4) Modul Diklat tentang Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga (P2K2), terdiri dari enam bagian
modul yang melingkupi topik Pendidikan dan Pengasuhan,
Ekonomi, Kesehatan, dan Perlindungan Anak.

72
Pengelolaan SDM
a) Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak
Modul ini terdiri dari 4 sesi dengan rincian sebagai
berikut :
(1) Menjadi orang tua yang lebih baik
(2) Memahami perilaku anak
(3) Memahami cara anak usia dini belajar
(4) Membantu anak sukses di sekolah
b) Modul pengelolaan keuangan
Modul ini terdiri dari 3 sesi dengan rincian sebagai
berikut :
(1) Mengelola keuangan keluarga
(2) Cermat meminjam dan menabung
(3) Memulai usaha
c) Modul Kesehatan dan Gizi
Modul ini terdiri dari 9 materi. Pendamping dapat
memilih 3 materi yang disampaikan dalam 3
pertemuan. Materi yang dipilih disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi Peserta dampingannya. :
(1) Masalah gizi di indonesia
(2) Pelayanan ibu hamil
(3) Pelayanan ibu bersalin
(4) Pelayanan ibu nifas dan ibu menyusui
(5) Pelayanan bayi usia 0-28 hari
(6) Pelayanan bayi usia 29 hari - 11 bulan
(7) Pelayanan anak usia 12 - 59 bulan
(8) Pelayanan remaja
(9) Perilaku hidup bersih dan sehat
d) Modul Perlindungan Anak
Modul ini terdiri dari 2 sesi yaitu :
(1) Kekerasan terhadap anak
(2) Penelantaran dan eksploitasi
5) Orientasi Lapangan (OL).
Kurikulum modul/mata Diklat SDM PKH disusun
sebagaimana Tabel 1, dengan aspek berikut:
a) Kompetensi dasar yang ingin dicapai
b) Indikator keberhasilan
c) Pokok bahasan
d) Sub pokok bahasan
e) Metode pembelajaran, dan
f) Media pembelajaran.

73
Pengelolaan SDM
c. Peserta Diklat
Peserta yang berhak mendapatkan Diklat PKH adalah
SDM yang memiliki ketentuan dan persyaratan sebagai
berikut:
1) Pendamping atau Operator PKH yang belum
mengikuti Diklat PKH
2) Bersedia mengikuti semua proses pembelajaran
sesuai dengan ketentuan yang ada
3) Bersedia mematuhi semua tata terib selama
mengikuti diklat sesuai dengan ketentuan yang
ada.
4) Bersedia diasramakan selama mengikuti Diklat.
d. Narasumber Diklat
Narasumber pada pelaksanaan Diklat SDM PKH terdiri
atas:
1) Pejabat Struktural Direktorat Jaminan Kesejahteraan
Sosial dan Kementerian Sosial RI
2) Tim Penyusun Modul Diklat
3) Tenaga Ahli/Konsultan pada Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga PKH yang telah mengikuti Training
of Trainers (TOT) Diklat PKH
4) Widyaiswara yang dipandang kompeten dan
direkomendasikan oleh Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) Kesejahteraan Sosial RI dan
Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial.
e. Fasilitator Diklat
1) Pejabat Struktural Direktorat Jaminan Kesejahteraan
Sosial dan Kementerian Sosial RI
2) Penyusun Modul Diklat
3) Widyaiswara yang dipandang kompeten yang telah
mengikuti dan lulus TOT Diklat PKH
4) Tenaga Ahli pada Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
5) Koordinator Regional PKH
6) Koordinator Wilayah PKH
7) Praktisi yang menguasai pelaksanaan konsep,
materi dan pelaksanaan Diklat SDM PKH.
f. Sumber Belajar
1) Pedoman Pelaksanaan PKH
2) Bukur Kerja Pendamping dan Operator

74
Pengelolaan SDM
3) Narasumber
4) Fasilitator/Pengajar
5) Modul Diklat
6) Bahan bacaan
7) Sumber-sumber belajar lain yang terkait dengan
PKH
g. Metode Pembelajaran
1) Ceramah dan tanya jawab
2) Curah pendapat
3) Bermain peran
4) Curah pendapat
5) Diskusi kelompok
6) Diskusi berpasangan, dan
7) Simulasi
h. Alat Bantu Pembelajaran
1) Papan tulis putih (white board)
2) Alat tulis (spidol non-permanen)
3) Kertas plano
4) L C D ( l i q u i d c r y s t a l d i s p l a y ) p r o j e c t o r
5) Komputer atau laptop
6) TV (televisi)
7) Sound system
8) Lembar tugas
9) Leaflet
10) Formulir
11) Lembar kasus
12) Flowchart
13) Lembar petunjuk simulasi
14) Lembar petunjuk permainan
15) Film/DVD
16) Musik/lagu
17) Sarana lain sesuai kebutuhan.

3. PELAKSANAAN DIKLAT

a. Tempat Diklat
Pelaksanaan Diklat SDM PKH bertempat di Pusat Pendidikan
Kesejahteraan Sosial (Pusdiklat Kesos) Kementerian Sosial di
Jakarta dan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial (BBPPKS) yang tersebar di 6 (enam) wilyah dan 1 (satu)

75
Pengelolaan SDM
Balai Diklat Kesos di Kota Malang.
Pembagian peserta berdasarkan lokasi penyelenggara/balai
diklat, dditetapkan sebagai berikut:
1) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 1 di
Kota Padang, terdiri dari provinsi:
a) Aceh
b) Sumatera Barat
c) Sumatera Utara
d) Sumatera Selatan
e) Bengkulu
f) Jambi
g) Riau, dan
h) Kelupauan Riau
2) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 2 di
Bandung, terdiri dari provinsi:
a) Lampung
b) Kepulauan Bangka Belitung
c) Banten
d) Jawa Barat, dan
e) Kalimantan Barat
3) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 3 di
Kota Yogyakarta, terdiri dari provinsi:
a) DIY
b) Jawa Tengah
c) Jawa Timur
d) Bali
e) Nusa Tengara Timur, dan
f) Nusa Tenggara Barat
4) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 4 di
Makassar, terdiri dari provinsi:
a) Sulawesi Selatan
b) Sulawesi Utara
c) Sulawesi Tengah
d) Sulawesi Tenggara
e) Sulawesi Barat, dan
f) Gorontalo
5) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 5 di
Kota Banjarmasin, terdiri dari provinsi:
a) Kalimantan Selatan
b) Kalimantan Timur

76
Pengelolaan SDM
c) Kalimantan Tengah, dan
d) Kalimantan Utara.
6) Peserta diklat yang diselengarakan di BBPPKS Regional 6
Kota Jayapura, terdiri dari provinsi:
a) Papua
b) Papua Barat
c) Maluku, dan
d) Maluku Utara
7) Peserta diklat yang diselengarakan di Balai Diklat
Kesejahteraan Sosial di Kota Malang, terdiri dari provinsi lain
yang tidak tertampung pada BBPKS di sekitarnya.
b. Waktu Diklat
Pelaksanaan Diklat SDM PKH sesuai dengan ketentuan angaran
dan kesiapan teknis masing-masing balai diklat, yang
dilaksanakan selama 10 hari dengan 80 jam pelatihan (JP) atau
selama 7 hari dengan 60 jam pelatihan (JP) untuk kondisi tertentu.
Penyelenggaraan Diklat SDM PKH dilaksanakan dengan mengacu
pada jadwal Diklat seperti pada Lampiran 1, dengan Orientasi
Lapangan (OL) yang dilakukan sekaligus menjelang saat terakhir
pelaksanaan Diklat.
c. Tugas dan Tanggung Jawab
1) Master of Training
a) Mengelola penyelenggaraan diklat secara keseluruhan
b) Memberikan arahan, saran dan pertimbangan guna
kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan diklat
secara substansi
c) Berkoordinasi dengan penanggung jawab dalam
mengelola diklat
d) Melaksanakan supervisi kepada Ketua, Asisten Bidang
Akademis, Asisten bidang administrasi dan sekretariat,
Co-Fasilitator dan asisten
e) Bertanggung jawab memberikan masukan pada
narasumber dan fasilitator agar substansi Diklat sesuai
dengan tujuan Diklat
f) Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
diklat secara keseluruhan
g) Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan diklat secara
keseluruhan kepada penanggung jawab dan pembina.
2) Co Fasilitator
a) Membantu Master of Trainer dalam mengelola

77
Pengelolaan SDM
penyelenggaraan diklat secara keseluruhan.
b) Berkoordinasi dengan ketua, asisten bidang akademis,
asisten bidang administrasi dan sekretariat, dan asisten
dalam mengelola Diklat.
c) Membantu Master of Trainer dalam memberikan masukan
pada narasumber dan fasilitator agar substansi Diklat
sesuai dengan tujuan.
d) Membantu Master of Trainer dalam melaksanakan
monitoring dan evaluasi penyelenggaraan diklat secara
keseluruhan.
3) Asisten
a) M e m b a n t u C o - F a s i l i t a t o r dalam mengelola
penyelenggaraan Diklat secara keseluruhan
b) Berkoordinasi dengan ketua, asisten bidang akademis,
asisten bidang administrasi dan sekretariat dalam
mengelola Diklat
c) Menyiapkan bahan dan blanko biodata yang harus diisi
oleh Narasumber/Fasilitator yang didampingi serta
memperkenalkan kepada peserta pelatihan
d) Membantu dan menyiapkan setiap bahan/alat bantu
latihan yang diperlukan oleh Fasilitator yang didampingi
selama di dalam kelas
e) Menyiapkan segala kebutuhan pendukung bagi Fasilitator
selama menyajikan materi di dalam kelas
f) Menyiapkan dan menyampaikan daftar hadir peserta dan
Fasilitator selama proses penyajian materi
g) Merangkum hasil penyajian materi
h) Membuat laporan proses pembelajaran di kelas.
4) Narasumber
a) Menyiapkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan sesuai
dengan topik khusus yang akan disampaikan guna
mendukung pencapaian tujuan diklat.
b) Menyampaikan materi guna mendukung pencapaian
tujuan diklat kepada peserta di kelas.
c) Memberikan pandangan-pandangan sesuai keahlian dan
pengalamannya kepada peserta guna pencapaian tujuan
diklat.
5) Fasilitator
a) Menyiapkan desain pembelajaran silabus atau garis bersar
program pelatihan (GBPP) dan Satuan Acara Pengajaran
(SAP).

78
Pengelolaan SDM
b) Menyiapkan alat bantu pembelajaran sesuai dengan tujuan
mata Diklat
c) Mengisi data fasilitator
d) Hadir dalam ruang Diklat selambat-lambatnya lima menit
sebelum waktu penyajian
e) Menerapkan hasil-hasil persiapan dalam proses mengajar
sesuai waktu penyajian yang telah ditentukan.
f) Menandatangani daftar hadir fasilitator yang telah tersedia.
6) Pembimbing Orientasi Lapangan (OL)
a) Menyiapkan bahan-bahan supervisi OL sesuai dengan
tujuan OL dan tujuan diklat
b) Medesain instrumen-instrumen yang diperlukan dalam
OL
c) Memberikan penjelasan dan arahan tentang proses
persiapan pelaksanaan OL
d) Memberikan bimbingan kepada peserta diklat dalam
pelaksanaan OL
e) Memberikan bimbingan kepda peserta dalam penyusunan
laporan OL
f) Menghadiri seminar OL dan memberikan tanggapan
terhadap keseluruhan proses pelaksanaan OL.
7) Petugas Orientasi Lapangan
a) Memfasilitasi lokasi OL dan menerima peserta diklat
dalam pelaksanaan OL.
b) Memberikan informasi dan arahan secara umum kepada
peserta diklat mengenai gambaran umum lokasi OL sesuai
dengan tujuan OL.
c) Memberikan pandangan-pandangan sesuai dengan
keahlian, pengalaman dan tugas di lokasi OL kepada
peserta diklat.
8) Pengolah dan Penganalisis Data Evaluasi dan Pemeriksa Ujian
a) Menyiapkan bahan instrumen penilaian kemampuan
awal/akhir peserta (Pre/Post Test), instrumen penilaian
kinerja Widyaiswara/Fasilitator dalam pembelajaran,
instrumen penilaian penyelenggaraan praktik
kelembagaan/praktik lapangan/studi lapangan, instrumen
penilain penyelenggaraan diklat yang diisi peserta diklat.
b) Menyerahkan instrumen ke peserta diklat untuk diisi
peserta diklat.
c) Mengumpulkan instrumen evaluasi yang sudah diisi oleh
peserta diklat.

79
Pengelolaan SDM
d) Mengolah instrumen penilaian kemampuan awal/akhir
peserta (Pre Test dan Post Test), instrumen penilaian kinerja
Widyaiswara/ Fasilitator dalam pembelajaran, instrumen
penilaian penyelenggaraan diklat dan instrumen penilaian
penyelenggaraan orientasi lapangan yang sudah diisi
peserta diklat.
e) Mengolah dan memeriksa hasil evaluasi/ujian peserta
diklat.
f) Menyerahkan hasil pengolahan instrumen evaluasi proses
diklat ke penyelenggara diklat.
g) Mengarsipkan hasil pengolahan instrumen evaluasi proses
diklat.
9) Penentuan Kelulusan
a) Kriteria Kelulusan
(1) Memenuhi kehadiran 85 % di dalam kelas.
(2) Nilai ujian tertulis termasuk dalam kategori lulus
(3) Memenuhi peraturan dan tata tertib selama mengikuti
Diklat.
b) Jenis Kelulusan
(1) Lulus murni
(2) Lulus dengan remedial (ujian ulang), dinyatakan lulus
apabila telah mengulang mengikuti ujian kembali
sebelum Diklat berakhir.

4. PENGENDALIAN DIKLAT

a. Monitoring
Pemantauan selama penyelenggaraan Diklat SDM PKH akan
dilakukan oleh Master of Trainer khususnya pemantauan terhadap
ketepatan substansi mata diklat maupun penyajiannya yang
dilakukan oleh Narasumber dan Fasilitator.

b. Evaluasi
1) Evaluasi Penyelenggaraan Diklat
a) Persiapan Diklat dan Pelayanan Penyelenggara
(1) Penyediaan pedoman Diklat, jadwal dan perlengkapan
peserta.
(2) Pengarahan program diklat.
(3) Sikap petugas sekretariat/panitia terhadap peserta

80
Pengelolaan SDM
selama diklat berjalan
(4) Penyediaan pelayanan daftar hadir
(5) Alokasi penggantian anggaran transportasi.
b) Kurikulum Diklat
(1) Kesesuaian tujuan diklat dengan mata diklat
(2) Kesesuaian tujuan dengan lamanya waktu Diklat
(3) Urutan/sekuen mata diklat
(4) Relevansi mata diklat dengan tugas/pekerjaan
(5) Kesesuaian tujuan dengan metode, bahan ajar dan
evaluasi pembelajaran
(6) Proporsi antara waktu untuk teori dan praktik
(7) Ketersediaan waktu latihan/praktik.
c) Metode pembelajaran dan kualitas bahan ajar
(1) Variasi metode pembelajaran
(2) Pemberian praktik
(3) Penggunaan media/alat bantu pembelajaran (audio
visual)
(4) Dinamika dan suasana pembelajaran diklat
(5) Interaksi antar peserta
(6) Ketersediaan bahan ajar
(7) Kejelasan bahan ajar
(8) Kualitas penyajian bahan ajar
(9) Ketersediaan alat dan bahan praktek belajar
(10)Kualitas alat dan bahan praktek belajar.
d) Kualitas Sarana dan Prasarana
(1) Ruang kelas/aula
(2) Alat bantu belajar (PC/laptop, LCD, Flipchart)
(3) Ruang kamar/asrama
(4) Toilet dan kamar mandi
(5) Ruang makan
(6) Ruang dan kelengkapan sarana perpustakaan
(7) Mushola
(8) Ruang/fasilitas kesehatan
(9) Ruang/fasilitas olah raga
(10)Kebersihan lingkungan
(11)Sarana cuci pakaian/laundry
(12)Tempat/layanan kantin/koperasi.
e) Akomodasi Peserta Diklat
(1) Fasilitas penginapan
(2) Jadwal makan dan makan pelengkap
(3) Variasi menu makanan

81
Pengelolaan SDM
(4) Tingkat gizi dan hidangan makanan
(5) Sikap petugas/pramusaji makanan.
f) Hubungan Sosial antar Personil
(1) Hubungan peserta dengan peserta
(2) Hubungan peserta dengan Pelatih/Fasilitator
(3) Hubungan peserta dengan panitia
(4) Hubungan peserta dengan pejabat.
2) Evaluasi Peserta Diklat
a) Pre test dan post test
b) Ujian tertulis
Soal untuk ujian tertulis sudah disiapkan oleh masing-
masing penulis modul yang langsung dihimpun oleh
panitia penyelnggara.
c) Evaluasi Peserta, dengan kriteria:
(1) Kehadiran peserta di kelas setiap harinya
(2) Ketepatan hadir setiap mengikuti mata pelajaran
(3) Etika dan sopan santun selama proses pembelajaran
(4) Kerapihan berbusana baik di kelas, ruang makan dan
kegiatan lainnya
(5) Sikap dan Perilaku, terdiri dari : disiplin, prakarsa,
kerjasama
(6) Pemahaman materi/akademik.
3) Evaluasi Narasumber/Fasilitator
a) Penguasaan materi
b) Sistematika penyajian
c) Kemampuan menyajikan
d) Ketepatan waktu kehadiran
e) Penggunaan metode dan sarana pelatihan
f) Gaya, sikap dan perilaku
g) Cara menjawab pertanyaan peserta
h) Penggunaan bahasa
i) Pemberian motivasi terhadap peserta
j) Pencapaian tujuan pembelajaran
k) Kerapihan berpakaian
l) Kerjasama antar fasilitator.
4) Evaluasi Orientasi Lapangan (OL)
a) Pembagian kelompok
b) Penyusunan program kelompok dan jadwal kegiatan
praktik
c) Pengarahan praktik

82
Pengelolaan SDM
d) Penentuan lokasi praktik
e) Transportasi dan akomodasi
f) Kesesuaian tugas dan fungsi peserta dengan lokasi
praktik
g) Koordinasi dengan instansi terkait
h) Penerimaan dan orientasi lapangan.
i) O b e r v a s i d a n i n t e r v e n t a r i s a s i d a t a / k l i e n
j) Simulasi hasil belajar
k) Praktik kerja sesuai dengan jadwal kegiatan
l) Pelaksanaan bimbingan dan supervisi
m) Bimbingan penulisan laporan
n) Ketersediaan sarana penulisan laporan dan komputer.

5. PELAPORAN DIKLAT
Keseluruhan kegiatan Diklat SDM PKH dilaporkan secara
tertulis Kepada Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial dengan tembusan kepada Kepala
Pusdiklat Kesejahteraan Sosial dan Dirjen Banjamsos cq
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, paling lambat 1 (satu)
bulan setelah penutupan Diklat dilaksanakan.
Laporan atas penyelenggaraan Diklat SDM PKH sekurang-
kurangnya berisi:
a. Proses penyelenggaraan Diklat
b. Kepesertaan
c. Ketersediaan sarana dan prasarana
d. Pencapaian target fungsional
e. Narasumber
f. Fasilitator/Pelatih
g. Pelaksanaan OL
h. Akomodasi
i. Realisasi keuangan.

83
Pengelolaan SDM
84
Pengelolaan SDM
85
Pengelolaan SDM
86
Pengelolaan SDM
87
Pengelolaan SDM
88
Pengelolaan SDM
89
Pengelolaan SDM
90
Pengelolaan SDM
91
Pengelolaan SDM
92
Pengelolaan SDM
93
Pengelolaan SDM
94
Pengelolaan SDM
95
Pengelolaan SDM
96
Pengelolaan SDM
97
Pengelolaan SDM
98
Pengelolaan SDM
99
Pengelolaan SDM
100
Pengelolaan SDM
101
Pengelolaan SDM
102
Pengelolaan SDM
RAPAT KOORDINASI PKH

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka sosialisasi dan persiapan pelaksanaan PKH untuk


lokasi baru, penyampaian informasi tentang perubahan kebijakan
pelaksanaan PKH, pelaksanaan dan evaluasi PKH di pusat dan daerah,
permasalahan pelaksanaan PKH dan upaya pemecahannya serta
langkah-langkah dan tindak lanjut yang akan dilaksanakan, diperlukan
suatu forum bersama yakni Rapat Koordinasi.

Rapat Koordinasi PKH meliputi Rapat Koordinasi PKH Tingkat


Pusat, Rapat Koordinasi Nasional yang dilaksanakan pada beberapa
wilayah,Rapat Koordinasi Tingkat Provinsi,Kabupaten dan Kota.Agar
pelaksanaan Rapat Koordinasi dapat berjalan dengan lancar untuk
mencapai sasaran dan tujuannya diperlukan suatu Pedoman Operasional
Rapat Koordinasi PKH.

B. TUJUAN, TEMA,DAN KELUARAN

1. Tujuan Rapat Koordinasi


Secara umum, Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan
bertujuan untuk:
a. Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi program dengan
Kementerian/Lembaga terkait, termasuk penguatan
komitmen/dukungan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan
PKH di lapangan
b. Mensosialisasikan kebijakan pelaksanaan Program Keluarga
Harapan
c. Menginformasikan perkembangan pelaksanaan PKH di pusat
dan daerah serta permasalahan dan pemecahannya.
d. Mengidentifikasi kendala dan permasalahan yang muncul atas
pelaksanaan PKH di lapangan, serta merumuskan solusi
pemecahannya
e. Mencapai kesepahaman dan kesepakatan serta tindak lanjut
dalam implementasi pelaksanaan PKH oleh
Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan komplimentaritas pelaksanaan PKH.

1
Rapat Koordinasi
2. Tema Rapat Koordinasi
Dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi perlu adanya "tema"
yangmenjadi rujukan pencapaian tujuan Rakornas,
diimplementasikan dalam materi dari para narasumber, diskusi
kelompok dan rumusan hasil Rakornas.
Tema dari Rapat Koordinasi disesuaikan dengan kondisi dan
situasi yang berkembang saat itu yang memerlukan pembahasan,
acuan sertapenyelesaian pada tingkat nasional maupun daerah
oleh stakeholders yang terkait, sepeti:
a. Peran Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam
Transformasi Kepesertaan PKH
b. Implementari bantuan program komplementaritas bagi peserta
PKH
c. Perlindungan Sosial secara Komprehensif Bagi Peserta PKH"
d. Tema lain sesuai dengan kebijakan dan perkembangan
pelaksanaan PKH terkini.

3. Keluaran Rapat Koordinasi


a. T e r b a n g u n n y a k o m i t m e n b e r s a m a a n t a r
Kementerian/Lembaga
b. Memastikan dukungan dana sharing dan kesiapan daerah
c. Sebagai bahan rumusan untuk Rapat Koordinasi terkait PKH

C. RAKOR PKH TINGKAT PUSAT

1. Sumber Dana
Rapat Koordinasi (Rakor) PKH Tingkat Pusat bersumber dari
Dana Pusat yang berasal dari anggaran pada DIPA Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga tahun berjalan.
2. Panitia dan Peserta Rakor
a. Panitia Rakor
Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk
suatu panitia Rakor PKH tingkat Pusat yang terdiri dari :
1) Pengarah
2) Ketua
3) Sekretaris
4) Seksi Acara dan Persidangan
5) Seksi Perlengkapan
6) Seksi Keuangan

2
Rapat Koordinasi
b. Peserta Rakor
1) Peserta Pusat
Peserta pusat adalah pejabat dari Kementerian Sosial dan
Kementerian/Lembaga terkait, serta Tenaga Ahli pada
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, meliputi:
2) Pejabat terkait dari Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas)
3) Peserta dari Kementerian Sosial
a) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga
b) Pejabat terkait di lingkungan Badiklit Kesos
c) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Kemiskinan
Perkotaan
d) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Kemiskinan
Pedesaan
e) Pejabat terkait di lingkungan Biro Humas Kemensos
f) Pejabat terkait di lingkungan Pusat Data dan Informasi
g) Pejabat terkait di lingkungan Direktorat/Biro lain
sesuai kebutuhan
h) Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
i) Koordinator Regional PKH
j) Koordinator Wilayah PKH
4) Pejabat terkait dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
5) P e j a b a t t e r k a i t d a r i K e m e n t e r i a n K e s e h a t a n
6) Pejabat terkait dari Kementerian Agama
7) Pejabat terkait dari Kementerian Dalam Negeri
8) Pejabat terkait dari Kementerian Kominfo
9) Pejabat terkait dari Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
10) Pejabat terkait dari Badan Pusat Statistik
11) Pejabat terkait dari Badan Pengawasan Keuangan
12) Pejabat terkait dari BPJS Kesehatan
13) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian/Lembaga lain
sesuai kebutuhan.
14) Peserta Lainnya, dapat terdiri dari Koordinator
Kabupaten/Kota terpilih yang bertugas di sekitar kota
tempat pelaksanaan Rakor Pusat, yang jumlahnya
disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia.
c. Narasumber
Narasumber berasal dari Kementerian/Lembaga terkait yang

3
Rapat Koordinasi
disesuaikan dengan tema dan tujuan Rakor Pusat.Sebagai
narasumber utama pada Rapat Koordinasi Tingkat Pusat
dialokasikan untuk Menteri atau Pejabat Esselon I pada
Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.
Narasumber Rakornas antara lain:
1) D i r j e n P e r l i n d u n g a n d a n J a m i n a n S o s i a l
2) Dirjen Pemberdayaan dan Penanggulangan
Kemiskinan
3) Inspektur Jenderal Kementerian Sosial
4) Dirjen Pendidikan DasarKementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
5) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian
Kesehatan
6) Deputi Statistik Sosial BPS
7) Kepala BPJS Kesehatan
8) Pejabat Esselon I atau yang setingkat dari
Kementerian/Lembaga terkait.
Dalam hal Menteri atau Pejabat Esselon I tidak dapat
hadir, dimungkinkan untuk ditunjuk penggantinya
minimal esselon II atau setingkat yang menguasai substansi
PKH terkait dengan program dan tupoksi
Kementerian/Lembaga
d. Moderator
Moderator adalah seseorang yang mempunyai kecakapan
untuk memandu jalannya persidangan, memotivasi dan
membangkitkan antusias peserta dalam mengikuti
persidangan, mengarahkan tanya-jawab, membuat
kesimpulan.Moderator dapat berasal dari pejabat dilingkungan
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga atau dari unsur lain yang
memenuhi kriteria diatas.

3. Susunan Acara
Rapat Koordinasi Tingkat Pusat dibuka secara resmi oleh Menteri
Sosial dan ditutup oleh Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial.
a. Pembukaan
1) Acara Pendahuluan, pemutaran Film/Video PKH
2) Pengantar Acara
3) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu
Mars PKH
4) Pembacaan Do'a
b. Acara Inti

4
Rapat Koordinasi
1) Laporan Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial
Keluarga
2) Pengarahan Menteri Sosial sekaligus membuka Rapat
Koordinasi Tingkat Pusat PKH
3) Acara Pembukaan selesai
c. Penutupan
1) Pembacaan dan penyerahan Hasil Rakor PKH Tingkat
Pusat
2) Laporan Penyelenggaraan Rakor PKH Tingkat Pusat
oleh Direktur Jaminan Sosial Keluarga
3) Penyerahan Sertifikat Nominator PKH Award
4) Sambutan dilanjutkan Penutupan oleh Dirjen
Perlindungan dan Jaminan Sosial
5) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri
6) Pembacaan Do'a
7) Acara Penutupan Selesai

4. Paparan Narasumber
a. Materi Paparan
1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan
PKH tahun berjalan
2) K e b i j a k a n t e r k i n i d a l a m p e l a k s a n a a n P K H
3) Program Kementerian/Lembaga yang terkait dengan PKH
4) S i n e r g i t a s d a n d u k u n g a n p e l a k s a n a a n P K H
5) Permasalahan pelaksanaan PKH dan pemecahannya
b. Pelaksanaan Paparan
Paparan oleh narasumber dilaksanakan secara panel dalam
beberapa sesi.Setiap sesi terdiri dari paparan narasumber
pejabat di lingkungan Kementerian/Lembaga yang dipandang
mempunyai keterkaitan lebih dekat satu dengan lainnya
c. Waktu Penyajian
Waktu penyajian setiap narasumber bervariasi antara 20
sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya.
5. Diskusi Kelompok
Dalam pelaksanaan PKH, selain keberhasilan masih dijumpai
berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan bersama
ditingkat pusat, pada sisi yang lain diperlukan adanya dukungan
komplementaritas program.
a. Tujuan
1) Memperkuat koordinasi lintas sector di tingkat pusat
2) Menjadi wadah strategy and policy sharing

5
Rapat Koordinasi
3) Memperkuat komitmen dalam komplimentaritas
pelaksanaan PKH
4) Meningkatkan kualitas pelaksanaan PKH
5) Memecahkan permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan PKH
6) Merekomendasikan hal yang dipandang perlu untuk
kelancaran dan perbaikan pelaksanaan PKH
b. Tema
Setiap kelompok mempunyai tema masing-masing yang
mencerminkan tema Rakornas dan pokok bahasan setiap
kelompok.
c. Aspek Bahasan
1) Kebijakan yang mendukung pelaksanaan PKH
2) Substansi dari masing masing kelompok dalam
pelaksanaan PKH
3) Mekanisme pelaksanaan PKH
4) Pembahasan isue penting dalam pelaksanaan PKH
5) Permasalah dan kendala dalam pelaksanaan PKH
d. Mekanisme Diskusi
1) Penjelasan umum diskusi kelompok
Memberikan informasi tentang latar belakang,
tujuan,tema,aspek bahasan,mekanisme diskusi dan hasil
diskusi.
2) Pembagian Kelompok
Peserta Rakornas secara umum dibagi 3 (tiga) kelompok
yakni:
a) Kelompok Kelembagaan
b) Kelompok Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial
c) Kelompok Persiapan dan Pelaksanaan PKH untuk
lokasi baru.
3) Pelaksanaan Diskusi Kelompok
a) Pengantar dari nara sumber yang berisi topic bahasan,
arah diskusi, dan memfasilitasi pembentukan organisasi
kelompok .
b) Pembentukan Organisasi Kelompok yang terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Penyaji
c) Pelaksanaan Diskusi kelompok yang dipimpin oleh
Ketua terpilih, membahas tentang aspek bahasan,
permasalahan, solusi pemecahan dan rekomendasi
e. Penyusunan penandatanganan kesepakatan hasil

6
Rapat Koordinasi
diskusi kelompok
f. Hasil diskusi merupakan perumusan kebijakan makro
di setiap daerah pelaksana PKH.

6. Perumusan Hasil Rakor Pusat


a. Tim Perumus
1) Narasumber terpilih
2) Ketua, Sekretaris dan Penyaji dari masing-masing
kelompok
3) Para Koordinator Regional dan Koordinator Wilayah
4) Pendamping dan Operator PKH terpilih
5) Untuk kelancaran penyusunan rumusan hasil Rakornas,
dipilih seorang Ketua dan seorang Sekretaris.
b. Sumber Perumusan
Sumber perumusan adalah hasil diskusi kelompok terutama
rekomendasi kelompok
1) Format Rumusan
2) Narasi pengantar
3) Pokok pokok rumusan yang bersumber dari hasil diskusi
kelompok terutama rekomendasi
4) Narasi penutup
5) Naskah Rumusan hasil Rakornas ditandatangani oleh Tim
Perumus Kelompok
6) P e m b a c a a n d a n p e n y e r a h a n H a s i l R u m u s a n
Rumusan hasil Rakor PKH Tingkat Pusat dibacakan oleh
Ketua Tim Perumus pada saat acara Penutupan Rakor
selanjutnya diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga.Naskah Rumusan Hasil Rakor Pusat dilengkapi
dengan hasil rumusan masing-masing kelompok.
7. Publikasi
Rakornas PKH merupakan event penting dalam proses
bisnis PKH karena akan menghasilkan gagasan dan inovasi
pelaksanaan PKH, peningkatan komitmen, solusi
penyelesaian masalah, sehubungan dengan hal tersebut
sangat diperlukan publikasi dalam pelaksanaan Rakor
PKH Tingkat Pusat.Publikasi dilakukan melalui media
cetak.
8. Kegiatan Pendukung
Dalam pelaksanaan Rakor Pusat dapat diadakan kegiatan
pendukung antara lainpameran Kube PKH, pameran
film/video/foto kegiatan PKH.

7
Rapat Koordinasi
D. RAPAT KOORDINASI PKH TINGKAT NASIONAL

1. Sumber Dana
Rapat Koordinasi (Rakor) PKH Tingkat Nasional bersumber dari
Dana Pusat yang berasal dari anggaran pada DIPA Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga tahun berjalan.

2. Maksud dan Tujuan


Tersosialisasikannya konsep PKH untuk Kabupaten/Kota Lokasi
baru
a. Memantapkan persiapan pelaksanaan PKH untuk
Kabupaten/Kota lokasi baru
b. Terinformasikannya Kebijakan Terkini Dalam Pelaksanaan
PKH
c. Terinformasikannya Kebijakan Lintas Sektor Kementerian/
Lembaga Terkait
d. Memantapkan sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH
e. Terpecahkannya permasalahan pelaksanaan PKH.
3. Panitia, Peserta, Narasumber, Moderator
a. Panitia
Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk
suatu panitia Rakornas yang terdiri dari Panitia Pusat dan
Daerah.
1) Panitia Pusat
a) Pengarah
b) Ketua
c) Sekretaris
d) Seksi Kesekretariatan
e) Seksi Acara
f) Seksi Persidangan
g) Seksi PKH Award
h) Seksi IT
i) Seksi Tata Ruang
j) Seksi Perlengkapan
k) Seksi Keuangan
l) Seksi Publikasi dan Dokumentasi
2) Panitia Daerah
a) Ketua
b) Sekretaris
c) Seksi Administrasi
d) Seksi Transportasi
e) Seksi Penerima Tamu
8
Rapat Koordinasi
b. Peserta
Peserta Rakornas terdiri dari peserta Pusat, peserta Provinsi,
peserta Kabupaten/Kota (Lokasi pengembangan tahun
berjalan), Korwil, dan peserta lain yang telah ditetapkan.
1) Peserta Pusat
Peserta pusat adalah pejabat dari Kementerian Sosial dan
dari Kementerian/Lembaga terkait yang menguasai
sinergitas PKH serta dapat memberikan informasi
dukungan terhadap PKH dan memberikan solusi terhadap
permasalahan pelaksanaan PKH yang terkait dengan
Kementerian/Lembaganya.
Unsur peserta pusat terdiri dari :
a) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas)
b) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Sosial
c) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
d) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan
e) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Agama
f) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri
g) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian Kominfo
h) Pejabat terkait di lingkungan Badan Pusat Statistik
i) Pejabat terkait di lingkungan Kementerian/Lembaga
lain sesuai kebutuhan
j) Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
k) Koordinator Regional dan Koordinator Wilayah yang
bertugas dalam wilayah Rakornas.
2) Peserta Provinsi
Peserta Provinsi adalah Kepala Daerah dan Pejabat Dinas
terkait di Provinsi pelaksana PKH, yang terdiri dari:
a) Gubernur
b) Kepala Bappeda Provinsi
c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi
d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi
e) Kepala Dinas Kesehatan
f) Kepala Kanwil Agama Provinsi
Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat
menghadiri Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional,
dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya.

9
Rapat Koordinasi
3) Peserta Kabupaten/Kota
Peserta dari Kabupaten/Kota adalah Kepala Daerah dan
Pejabat Dinas terkait di Kabupaten/ Kota lokasi
pengembangan PKH (baru), terdiri dari:
a) Bupati/Walikota
b) Kepala Bappeda Provinsi
c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi
d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi
e) Kepala Dinas Kesehatan
f) Kepala Kanwil Agama Provinsi.
Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat
menghadiri Rapat Koordinasi PKH Tingkat Nasional,
dapat mewakilkan kepada pejabat setingkat di bawahnya.
4) Peserta Kabupaten/Kota Nominasi PKH Award
Peserta Kabupaten/Kota Nominasi PKH award adalah
Kepala Daerah,Kepala Dinas/Institusi Sosial dan Kepala
Bappeda Kabupaten/Kota sebagai nominator PKH Award
dari setiap Kategori PKH Award.Jika peserta sebagaimana
disebut di atas tidak dapat menghadiri Rapat Koordinasi
PKH Tingkat Nasional, dapat mewakilkan kepada pejabat
setingkat di bawahnya.
5) Peserta Lainnya
Peserta lain adalah para Koordinator
Kabupaten/Kota,Pendamping atau Operator PKH terpilih
yang bertugas di sekitar lokasi tempat pelaksanaan
Rakornas, yang jumlahnya disesuaikan dengan alokasi
anggaran yang tersedia.
c. Narasumber
Narasumber berasal dari Kementerian/Lembaga terkait yang
disesuaikan dengan tema dan tujuan Rakornas.Untuk Rapat
Koordinasi Tingkat Nasional dialokasikan untuk Esselon I
atau yang setingkat, dalam hal tidak dimungkinkan minimal
esselon II atau yang setingkat.Narasumber adalah pejabat
yang menguasai substansi PKH terkait dengan program dan
tupoksi Kementerian/Lembaga.
Narasumber Rakornas antara lain:
1) Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial
2) Dirjen Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan
3) Inspektur Jenderal Kementerian Sosial
4) Kepala BPJS Kesehatan
5) Dirjen Pendidikan DasarKementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
10
Rapat Koordinasi
6) Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian
Kesehatan
7) Deputi Statistik Sosial BPS
8) P e j a b a t E s s e l o n I a t a u y a n g s e t i n g k a t d a r i
Kementerian/Lembaga terkait.
d. Moderator
Moderator adalah seseorang yang mempunyai kecakapan
untuk memandu jalannya persidangan, memotivasi dan
membangkitkan antusias peserta dalam mengikuti
persidangan, mengarahkan tanya-jawab, membuat
kesimpulan.Moderator dapat berasal dari pejabat struktural
di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga atau dari
unsur lain yang memenuhi kriteria diatas.

4. Susunan Acara
Rakornas dibuka secara resmi oleh Menteri Sosial dan ditutup
oleh Gubernur atau Bupati/Walikota tempat dilaksanakannya
Rakornas, dengan susunan acara sebagai berikut.
a. Acara Pembukaan
1) Acara pendahuluan
2) Upacara adat penyambutan/tarian selamat datang
3) Pengantar acara
4) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu Mars
PKH
5) Pembacaan do'a
b. Acara Inti
1) Laporan Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial
2) Sambutan Selamat Datang Gubernur
3) Penyerahan Bantuan Perlengkapan Kerja Pendamping
dan Operator PKH oleh Gubernur, Bupati/Walikota
kepada Pendamping dan Operator PKH. (disesuaikan
dengan kondisi )
4) Prosesi acara PKH Award
5) Penyerahan bantuan Program Kesejahteraan Sosial oleh
Menteri Sosial kepada Gubernur, Bupati/Walikota
6) Pengarahan Menteri Sosial sekaligus membuka Rakornas
PKH
7) Penyerahan Piagam Penghargaan Menteri Sosial kepada
Gubernur, Bupati/Walikota tempat berlangsungnya acara
Rakornas
8) Persembahan kesenian daerah
9) Acara Pembukaan selesai
11
Rapat Koordinasi
c. Acara Penutupan
1) Pembacaan dan penyerahan Hasil Rakornas PKH
2) Laporan Penyelenggaraan Rakornas
3) Penyerahan Sertifikat Nominator PKH Award
4) S a m b u t a n d i l a n j u t k a n P e n u t u p a n o l e h
Gubernur/Bupati/Walikota
5) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri
6) Pembacaan Doa
7) Acara Penutupan Selesai

5. Paparan Narasumber
a. Materi Paparan
1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan
PKH tahun berjalan
2) K e b i j a k a n t e r k i n i d a l a m p e l a k s a n a a n P K H
3) Program Kementerian/Lembaga yang terkait dengan PKH
4) S i n e r g i t a s d a n d u k u n g a n p e l a k s a n a a n P K H
5) Permasalahan pelaksanaan PKH dan pemecahannya
b. Pelaksanaan Paparan
Paparan oleh narasumber dilaksanakan secara panel dalam
beberapa sesi.Setiap Sesi terdiri dari Kementerian/Lembaga
yang dipandang mempunyai keterkaitan lebih dekat satu
dengan lainnya
c. Waktu Penyajian
Waktu penyajian setiap narasumber bervariasi antara 20
sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya

6. Diskusi Kelompok
Dalam pelaksanaan PKH, selain keberhasilan masih dijumpai
berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan bersama
ditingkat pusat maupun daerah, pada sisi yang lain diperlukan
adanya dukungan komplementaritas program. Untuk lokasi baru
diperlukan informasi tentang PKH serta langkah yang harus
dipersiapkan dengan baik untuk kelancaran pelaksanaan PKH.
a. Tujuan
1) Memperkuat koordinasi lintas sektor di pusat dan daerah
2) Menjadi wadah strategy and policy sharing
3) Memperkuat komitmen daerah dalam komplimentaritas
pelaksanaan PKH
4) Mempersiapkan pelaksanaan PKH dengan baik bagi
Kabupaten/Kota lokasi baru

12
Rapat Koordinasi
5) Meningkatkan kualitas pelaksanaan PKH
6) Memecahkan berbagai permasalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan PKH
7) Merekomendasikan hal yang dipandang perlu untuk
kelancaran dan perbaikan pelaksanaan PKH
b. Tema
Setiap kelompok mempunyai tema masing-masing yang
mencerminkan tema Rakornas dan pokok bahasan setiap
kelompok.
c. Aspek Bahasan
1) Kebijakan yang mendukung pelaksanaan PKH
2) Substansi dari masing masing kelompok dalam
pelaksanaan PKH
3) Mekanisme pelaksanaan PKH
4) Kesiapan sarana dan prasarana, dana sharing untuk lokasi
baru
5) Pembahasan isu-isu penting dalam pelaksanaan PKH
6) Permasalah dan kendala dalam pelaksanaan PKH
d. Mekanisme Diskusi
1) Penjelasan umum diskusi kelompok
Memberikan informasi tentang latar belakang,
tujuan,tema,aspek bahasan,mekanisme diskusi, dan
hasil diskusi.
2) Pembagian Kelompok
Peserta Rakornas secara umum dibagi 3 (tiga) kelompok
yakni:
a) Kelompok Kelembagaan
b) K e l o m p o k P e n d i d i k a n d a n K e s e h a t a n
c) Kelompok Persiapan dan Pelaksanaan PKH untuk
lokasi baru.
3) Pelaksanaan Diskusi Kelompok
a) Pengantar dari narasumber yang berisi topik
bahasan, arah diskusi, dan memfasilitasi
pembentukan organisasi kelompok .
b) Pembentukan Organisasi Kelompok yang terdiri
dari Ketua, Sekretaris dan Penyaji
c) Pelaksanaan Diskusi kelompok yang dipimpin oleh
Ketua terpilih, membahas tentang aspek bahasan,
permasalahan, solusi pemecahan dan rekomendasi
4) Penyusunan penandatanganan kesepakatan kelompok
5) Hasil Diskusi merupakan perumusan kebijakan makro
di setiap daerah pelaksana PKH.
13
Rapat Koordinasi
7. Perumusan Hasil Rakornas
a. Tim Perumus
1) Narasumber terpilih
2) Ketua, Sekretaris dan Penyaji dari masing-masing
kelompok
3) Para Koordinator Regional dan Koordinator
Wilayah
4) Pendamping dan Operator PKH terpilih
5) Untuk kelancaran penyusunan rumusan hasil
Rakornas, dipilih seorang Ketua dan seorang
Sekretaris.
b. Sumber Perumusan
Sumber perumusan adalah hasil diskusi kelompok
terutama rekomendasi hasil diskusi kelompok
c. Format Rumusan
1) Narasi pengantar
2) Pokok pokok rumusan yang bersumber dari hasil
diskusi kelompok terutama rekomendasi
3) Narasi penutup berupa Naskah Rumusan hasil
Rakornas ditandatangani oleh Tim Perumus
Kelompok
d. Pembacaan dan penyerahan Hasil Rumusan
Rumusan hasil Rakornas dibacakan oleh Ketua Tim
Perumus pada saat acara Penutupan Rakornas
selanjutnya diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga.Naskah Rumusan Hasil Rakornas dilengkapi
dengan hasil rumusan masing-masing kelompok.

8. Publikasi
Rakornas PKH merupakan event penting dalam proses bisnis
PKH karena akan menghasilkan gagasan dan inovasi
pelaksanaan PKH, peningkatan komitmen, solusi penyelesaian
masalah, sehubungan dengan hal tersebut sangat diperlukan
publikasi dalam pelaksanaan Rakornas.Publikasi dilakukan
mulai tingkat pusat sampai daerah dengan menggunakan
berbagai media.
a. Publikasi Pusat/Kemeterian Sosial
1) Pemasangan Baliho
2) Tayangan Megatron
b. Publikasi Daerah/Lokasi Rakornas
1) Backdrop

14
Rapat Koordinasi
2) Spanduk dari berbagai Kabupaten/Kota pada Provinsi
lokasi penyelenggaraan Rakornas
3) Vertikal Banner
4) Umbul-umbul
c. Publikasi melalui Televisi
1) Talk Show di Televisi
2) Running text
d. Publikasi melalui RRI setempat
1) Talk Show di RRI setempat pada lokasi Rakornas
2) Siaran langsung oleh RRI setempat
e. Publikasi melalui Media Cetak
1) Publikasi media cetak pusat melalui Biro Humas
Kemensos
2) Publikasi media cetak daerah melalui Bagian Humas
Pemda pada lokasi Rakornas

9. Kegiatan Pendukung
Pada Acara Rakornas dapat diadakan kegiatan pendukung
antara lain Pameran Mini Kube PKH, pameran film/video/foto
kegiatan PKH.

E. RAPAT KOORDINASI PKH TINGKAT PROVINSI

1. Sumber Dana
Rapat Koordinasi PKH tingkat Provinsi bersumber dari Dana
Dekonsentrasi, Dana Pusat dan Dana APBD Dana Dekonsentrasi
diperuntukan Rakor Provinsi pada Provinsi yang mempunyai
lokasi baru PKH Kabupaten/Kota, Dana Pusat diperuntukan
Rakor seluruh Provinsi.

2. Panitia, Peserta, Narasumber, Moderator


a. Panitia
Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk
suatu panitia Rakor Provinsi dari Dinas/Institusi Sosial.
b. Peserta
Peserta Rakor Provinsi terdiri daripeserta Provinsi, peserta
Kabupaten/Kota, dan Peserta lain yang ditetapkan.
1) Peserta Provinsi
Peserta Provinsi adalah Kepala Dinas/Institusi terkait dalam
pelaksanaan PKH, jika Kepala Dinas/Institusi berhalangan,
yang mewakili adalah pejabat setingkat dibawah Kepala.
15
Rapat Koordinasi
Unsur Dinas/Institusi peserta adalah :
a) Ketua DPRD atau Ketua Komisi yang membidangi sosial
b) Kepala Bappeda Provinsi
c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi
d) K e p a l a D i n a s / I n s t i t u s i P e n d i d i k a n P r o v i n s i
e) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
f) Kepala Kanwil Agama Provinsi.
Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat
menghadiri Rakor Provinsi, dapat mewakilkan kepada pejabat
setingkat di bawahnya.
2) Peserta Kabupaten/Kota
a) Ketua DPRD atau Ketua Komisi yang membidangi
sosial
b) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Kabupaten/Kota
e) K e p a l a D i n a s K e s e h a t a n K a b u p a t e n / K o t a
f) Kepala Kanwil Agama Kabupaten Kota
Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat
menghadiri Rakornas Provinsi, dapat mewakilkan kepada
pejabat setingkat di bawahnya.
3) Peserta Lainnyaadalah Koordinator Wilayah, yang
jumlahnya disesuaikan dengan alokasi anggaran yang
tersedia.
c. Narasumber
1) Narasumber pusat adalah Direktur Jaminan Sosial
Keluarga, jika tidak memungkinkan hadir maka dapat
ditunjuk pejabat eselon IIIatau Tenaga Ahli Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.
2) Narasumber Provinsi adalah Kepala Bappeda Provinsi
dan Kepala Dinas/Institusi Sosial Provinsi.
d. Moderator Rakor Provinsi adalah Kepala Bidang pada
Dinas/Institusi Sosial Provinsi pelaksana PKH. Jika
berhalangan atau kondisi tidak memungkinkan, dapat ditunjuk
Koordinator Wilayah.

3. Susunan Acara
Rakor Provinsi dibuka secara resmi oleh Gubernur atau yang
mewakili dan ditutup oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi, dengan
susunan acara sebagai berikut.
a. Acara Pembukaan

16
Rapat Koordinasi
1) Acara Pendahuluan
a) P e m u t a r a n f i l m / v i d e o / d o k u m e n t a s i P K H
b) Pengantar acara
c) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu
Mars PKH
d) Pembacaan do'a
2) Acara Inti
a) Laporan Kepala Dinas Sosial Provinsi
b) Penyerahan Bantuan Perlengkapan Kerja Pendamping
dan Operator PKH oleh Gubernur atau yang mewakili
dan Bupati/Walikota kepada Pendamping dan
Operator PKH
c) Pengarahan Gubernur atau yang mewakili sekaligus
membuka Rakor PKH tingkat Provinsi
d) Acara Pembukaan selesai.
3) Acara Penutupan
a) Pembacaan dan penyerahan Kesepakatan Rakor PKH
tingat Provinsi
b) Laporan penyelenggaraan Rakor PKH tingkat Provinsi
c) Sambutan dilanjutkan penutupan Rakor oleh Kepala
Dinas/Institusi Sosial Provinsi
d) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri
e) Pembacaan do'a
f) Acara Penutupan Selesai
4. Paparan Narasumber
a. Materi Paparan
1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan
pelaksanaan PKH tahun berjalan
2) Kebijakan Nasional terkini dalam pelaksanaan PKH
3) Kebijakan dan program Pemda dalam mendukung
PKH
4) Sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH dari
Dinas/Institusi terkait
5) Koordinasi dalam pelaksanaan PKH
6) Permasalahan pelaksanaan PKH dari Dinas/Istansi
terkait dan pemecahannya
b. Pelaksanaan paparan oleh narasumber dilaksanakan
secara panel dalam satu sesi.
c. Waktu Penyajiansetiap narasumber bervariasi antara
20 sampai dengan 30 menit disesuaikan dengan
urgensinya.

17
Rapat Koordinasi
5. Perumusan Kesepakatan Rakor
a. Tim Perumus
1) Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota
2) D i n a s / I n s t i t u s i S o s i a l P r o v i n s i d a n
Kabupaten/Kota
3) Dinas/Institusi Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota
4) Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
5) Kanwil Agama Provinsi dan Kantor Agama
Kabupaten/Kota
b. Sumber perumusan adalah paparan narasumber, tanya
jawab selama berlangsungnya Rakor.
c. Format rumusan, terdiri atas:
1) Narasi pengantar
2) Pokok pokok kesepakatan
3) Narasi penutup
Naskahrumusan hasil Rakor PKH tingkat Provinsi
ditandatangani oleh Tim Perumus Kelompok
d. Pembacaan Hasil RumusanRumusan Kesepakatan
Rakor PKH tingkat Provinsi dibacakan oleh Ketua Tim
Perumus pada saat acara Penutupan Rakor Provinsi
untuk diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga.
6. Publikasi
Rakor PKH tingkat Provinsi merupakan kegiatan penting
dalam proses bisnis PKH karena akan menghasilkan
gagasan dan inovasi pelaksanaan PKH, peningkatan
komitmen, solusi penyelesaian masalah, sehubungan
dengan hal tersebut sangat diperlukan publikasi
pelaksanaan Rakor Provinsi dengan menggunakan
berbagai media, seperti:
a. Spanduk dari berbagai Kabupaten/Kota pelaksana
PKH pada Provinsi lokasi penyelenggaraan Rakor
b. Vertikal banner
c. Umbul-umbul
d. Talk Show di RRIsetempat
e. Publikasi media cetak koordinasi dengan Bagian
Humas Pemda
7. Kegiatan Pendukung
Pada acara Rakor PKH tingkat Provinsi dapat juga
ditampilkan pameran mini Kube PKH dan pameran
film/video/foto kegiatan PKH.
18
Rapat Koordinasi
F. RAPAT KOORDINASI PKH TINGKAT KABUPATEN / KOTA

Rapat Koordinasi PKH tingkat Kabupaten/Kota diperuntukkan


bagi Kabupaten/ Kota pelaksana PKH lokasi baru (pengembangan).
1. Sumber Dana
Rapat Koordinasi PKH tngkat kabupaten/Kota bersumber dari
Dana Dekonsentrasi, Dana Pusat dan Dana APBD.Dana
Dekonsentrasi diperuntukan Rakor tingkat Kabupaten/Kota
lokasi baru.

2. Panitia, Peserta, Narasumber, Moderator


a. Panitia
Dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dibentuk
suatu panitia Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dari
Dinas/Institusi Pelaksana PKH.
b. Peserta
Peserta Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari:
1) Peserta Kabupaten/Kota
a) Ketua DPRD atau Ketua Komisi yang membidangi
sosial
b) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
c) Kepala Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
d) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Kabupaten/Kota
e) K e p a l a D i n a s K e s e h a t a n K a b u p a t e n / K o t a
f) Kepala Kanwil Agama Kabupaten Kota
Jika peserta sebagaimana disebut di atas tidak dapat
menghadiri Rapat Koordinasi PKH tingkat
Kabupaten/Kota, dapat mewakilkan kepada pejabat
setingkat di bawahnya.
2) Para Koordinator Kabupaten/Kota
3) Peserta lainnya terdiri dari Pendamping atau Operator
PKH terpilih yang bertugas di sekitar lokasi tempat Rakor
tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan, yang jumlahnya
disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia.
c. Narasumber
1) Narasumber Pusat adalah pejabat Eselon III dari Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga, jika tidak memungkinkan hadir
maka dapat ditunjuk pejabat setingkat Eselon IV atau
Tenaga Ahli Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
2) N a r a s u m b e r K a b u p a t e n / K o t a a d a l a h K e p a l a
Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/ Kota.
19
Rapat Koordinasi
d. Moderator Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala
Bidang Dinas/InstitusiSosial pelaksana PKH. Jika berhalangan
atau kondisi tidak memungkinkan, dapat ditunjuk Koordinator
Kabupaten/Kota.
3. Susunan Acara
Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dibuka secara resmi oleh
Bupati/Walikota dan ditutup oleh Kepala Dinas/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota, dengan susunan acara sebagai berikut.
a. Acara Pembukaan
1) Acara Pendahuluan
2) P e m u t a r a n f i l m / v i d e o / d o k u m e n t a s i P K H
3) Pengantar acara
4) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan lagu Mars
PKH
5) Pembacaan do'a
b. Acara Inti
1) Laporan Kepala Bidang Dinas/Institusi Sosial
Kabupaten/Kota
2) Penyerahan bantuan perlengkapan kerja Pendamping dan
Operator PKH oleh Bupati/Walikota kepada Pendamping
dan Operator PKH
3) Pengarahan Bupati/Walikota sekaligus membuka Rakor
PKH tingkat Kabupaten/Kota
4) Acara Pembukaan selesai
c. Acara Penutupan
1) Pembacaan dan penyerahan Kesepakatan Rakor PKH
2) Laporan penyelenggaraan Rakor PKH
3) Sambutan dilanjutkan penutupan oleh Kepala
Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota
4) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri
5) Pembacaan do'a
6) Acara penutupan selesai
4. Paparan Narasumber
a. Materi Paparan
1) Review pelaksanaan PKH dan persiapan pelaksanaan
PKH tahun berjalan
2) Kebijakan Nasional terkini dalam pelaksanaan PKH
3) Kebijakan dan program Pemda dalam mendukung PKH
4) Sinergitas dan dukungan pelaksanaan PKH dari
Dinas/Institusi terkait
5) Koordinasi dalam pelaksanaan PKH

20
Rapat Koordinasi
6) Permasalahan pelaksanaan PKH dari Dinas/Istansi terkait
dan pemecahannya
b. Pelaksanaan Paparanoleh narasumber dilaksanakan secara
panel dalam satu sesi.
c. Waktu Penyajiansetiap narasumber bervariasi antara 20 sampai
dengan 30 menit disesuaikan dengan urgensinya.

5. Perumusan Kesepakatan Rakor


a. Tim Perumus
1) Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
2) Kepala Dinas/Institusi Kabupaten/Kota
3) Kepala Dinas/Institusi Pendidikan Kabupaten/Kota
4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
5) Kepala Kantor Agama Kabupaten/Kota
b. Sumber perumusanadalah paparan narasumber, tanya jawab
selama berlangsungnya Rakor.
c. Format Rumusan, terdiri atas:
1) Narasi pengantar
2) Pokok pokok kesepakatan
3) Narasi penutup
Naskah rumusan hasil Rakor PKH tingkat Kabupaten
Kota ditandatangani oleh Tim Perumus Kelompok
d. Rumusan Kesepakatan Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota
dibacakan oleh Ketua Tim Perumus pada saat acara Penutupan
Rakor untuk diserahkan kepada Direktur Jaminan Sosial
Keluarga.

6. Publikasi
Publikasi pelaksanaan Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota
menggunakan berbagai media yang tersedia, seperti:
a. Spanduk di beberapa sudut kota lokasi Rakor PKH tingkat
Kabupaten/Kota
b. Vertikal banner
c. Umbul-umbul
d. Talk Show di RRI setempat
e. Publikasi media cetak koordinasi dengan Bagian Humas
Pemda
7. Kegiatan Pendukung
Pada acara Rakor PKH tingkat Kabupaten/Kota dapat juga
ditampilkan pameran mini Kube PKH dan pameran
film/video/foto kegiatan PKH.

21
Rapat Koordinasi
Lampiran 1 :Panduan Diskusi Kelompok

Lampiran 2 : Tata Tertib Pelaksanaan Rakornas

22
Rapat Koordinasi
TATA TERTIB PELAKSANAAN
RAPAT KOORDINATOR TINGKAT NASIONAL
PROGRAM KELUARGA HARAPAN

1. Peserta

a. Peserta diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan


Rakornas PKH sampai dengan selesai.
b. Peserta yang meninggalkan acara Rakornas sebelum
penyelenggaraan ditutup dengan resmi, wajib lapor kepada
panitia.
c. Peserta selama mengikuti acara Rakornas diwajibkan
menggunakan pakaian sopan dan rapi.
d. Apabila peserta terlambat 1 (satu) hari atau pulang 1 (satu)
hari lebih awal maka tidak akan diganti uang transport.
e. Peserta diwajibkan membawa Surat Tugas dan Lembar II
seperti contoh terlampir.
f. Pada saat pendaftaran peserta diwajibkan menyerahkan tiket
berangkat, airport tax, boarding pass dan foto copy tiket
pulang.
g. Apabila peserta tidak menyerahkan foto copy tiket pulang
maka biaya transportasi pulang disamakan dengan biaya
kedatangan.
h. Apabila peserta tidak membawa Surat Tugas, maka uang
transport tidak akan diganti.
i. Penggunaan kendaraan, telepon lokal/interlokal, permintaan
tambahan konsumsi, laundry, menerima/mengirim fax,
makanan/minuman yang terdapat di minibar ditanggung
sendiri oleh peserta.
j. Peserta daerah diwajibkan membawa laporan mengenai :
1) Kemajuan PKH
2) Hambatan PKH
3) Jumlah APBD daerah/dukungan daerah
4) Jumlah Peserta PKH penerima Jamkesmas dan Bantuan
Siswa Miskin.
5) Komitmen Daerah dan Tim Koordinasi PKH
6) Capaian yang sudah dihasilkan.

23
Rapat Koordinasi
2. Persidangan

a. Peserta sudah siap ditempat sidang 15 (lima belas) menit


sebelum acara dimulai.
b. Acara pembukaan, paparan dan diskusi kelompok wajib
diikuti oleh seluruh peserta.
c. Seluruh peserta diharuskan mengikuti Rakornas sampai
selesai, dan tidak dibenarkan untuk meninggalkan
Rakornas tanpa seijin panitia.
d. Sidang pleno dihadiri oleh seluruh peserta dan dipandu
oleh penanggung jawab kegiatan
e. Sidang pleno berisi action plan masing-masing wilayah
berdasarkan hasil diskusi.

24
Rapat Koordinasi
PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN
KELUARGA

A. LATAR BELAKANG

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program bantuan tunai


bersyarat yang diberikan kepada keluarga miskin (KM) di Indonesia.
PKH berfungsi sebagai salah satu program jaring pengaman bagi
masyarakat miskin agar terlindungi dari kemungkinan kondisi krisis.
PKH dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus rantai
kemiskinan antar generasi melalui perbaikan kondisi pendidikan dan
kesehatan dalam keluarga PKH. Dengan peningkatan kualitas kesehatan
dan pendidikan dalam KM, harapannya adalah generasi berikutnya
dapat keluar dari perangkap kemiskinan. Pada tahun 2014, PKH sudah
menjangkau lebih dari 2.7 juta rumah tangga sangat miskin di Indonesia

Sebagai program bantuan tunai bersyarat, PKH mewajibkan KM


untuk memanfaatkan layanan kesehatan hseperti pemeriksaan kesehatan
terhadap ibu hamil, nifas, dan balita. Di bidang pendidikan, KM peserta
PKH juga harus mendorong anak-anak mereka untuk bersekolah mulai
dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan untuk mencapai tingkat
kehadiran 85%di sekolah. Ketidakberhasilan memenuhi persyaratan
dapat berakibat pada pengurangan nilai bantuan.

Sejak 2007 pada saat PKH diluncurkan sebagai program uji coba
yang baru menjangkau sekitar 350.000 keluarga sangat miskin hingga
saat ini, PKH terus mengalami perkembangan baik dari segi cakupan
jumlah KM maupun cakupan bantuan. Muatan program terus dibenahi
salah satunya dengan diperkenalkannya intervensi Family Development
Session (FDS) atau disebut juga Pertemuan Peningkatan Kemampuan
Keluarga (P2K2).

P2K2 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran


Peserta PKH tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan dalam
memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan. Dengan demikian,
pemenuhan kewajiban oleh Peserta PKH tidak semata didorong oleh
kekhawatiran akan pengurangan nilai bantuan, namun juga karena
adanya kesadaran manfaat pendidikan dan kesehatan bagi anak dalam
keluarga Peserta PKH.
1
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
P2K2 dilakukan dalam pertemuan bulanan yang selama ini menjadi
kewajiban Pendamping terhadap KM. Sebelum adanya P2K2 pertemuan
bulanan belum terselenggara secara optimal. Pendamping masih
kesulitan menentukan materi atau kegiatan apa yang dapat dilakukan
dalam mengisi pertemuan bulanan.P2K2 dirancang untuk memudahkan
Pendamping PKH dalam melaksanakan pembelajaran rutin secara
terstruktur setiap bulan kepada peserta PKH dengan materi dan langkah-
langkah pembelajaransesuai dengan modul yang dikembangkan oleh
Kemensos dan pihak lainnya.

B. TUJUAN DAN FUNGSI P2K2

1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan,


pendidikan dan pengasuhan, ekonomi, dan perlindungan anak.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga PKH
mengenai kondisi,kebutuhan dan perawatan yang dibutuhkan
lansia dan orang dengan disabilitas berat
3. Membangun kesadaran peserta PKH terhadap pentingnya
pemenuhan kewajiban dalam bidang kesehatan dan pendidikan
dalam PKH
4. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait
pendidikan dan pengasuhan, kesehatan, ekonomi dan
perlindungan anak.
5. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait
perawatan dan pemeliharaan terhadap lansia dan orang dengan
disabilitas berat
6. Meningkatkan ketrampilan orang tua dalam bidang pendidikan
dan pengasuhan anak, kesehatan, ekonomi dan perlindungan
anak
7. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi
yang ada pada diri dan lingkungannya agar dapat digunakan
dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

C. TUJUAN DAN FUNGSI P2K2

1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan,


pendidikan dan pengasuhan, ekonomi, dan perlindungan anak.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga PKH
mengenai kondisi,kebutuhan dan perawatan yang dibutuhkan
lansia dan orang dengan disabilitas berat
2
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
3. Membangun kesadaran peserta PKH terhadap pentingnya
pemenuhan kewajiban dalam bidang kesehatan dan pendidikan
dalam PKH
4. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait
pendidikan dan pengasuhan, kesehatan, ekonomi dan
perlindungan anak.
5. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait
perawatan dan pemeliharaan terhadap lansia dan orang dengan
disabilitas berat
6. Meningkatkan ketrampilan orang tua dalam bidang pendidikan
dan pengasuhan anak, kesehatan, ekonomi dan perlindungan
anak
7. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi
yang ada pada diri dan lingkungannya agar dapat digunakan
dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

D. FUNGSI P2K2 BAGI PENDAMPING

1. Meningkatkan pengetahuan terkait pendidikan dan pengasuhan


anak, ekonomi, kesehatan, perllindungan anak.
2. Meningkatkan pengetahuan pendamping terkait kesejahteraan
sosial lansia dan pelayanan bagi orang dengan disabilitas berat.

3. Meningkatkan kualitas pertemuan bulanan yang diselenggarakan


dengan muatan edukasi mengenai pendidikan dan pengasuhan
anak, ekonomi, kesehatan dan perlindungan anak, lansia dan
disabilitas berat.

E. TEMPAT PELAKSANAAN P2K2

P2K2 dilaksanakandi lokasi yang dipastikan dapat mendukung


terlaksananya P2K2 dengan baik dengan kriteria sebagai berikut ;
1. Dapat dijangkau dengan mudah oleh peserta
2. Memadai untuk menampung semua peserta
3. Memadai untuk menyajikan dan menampilkan materi
pembelajaran
4. Tidak berlokasi di dekat keramaian yang mengganggu pertemuan
(jalan, pasar, sekolah)
5. Diselenggarakan di waktu yang disepakati oleh peserta dan
pendamping

3
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
6. P2K2 dapat dilaksanakan di tempat fasilitas umum seperti ruang
pertemuan aula kelurahan, rumah peserta, sekolah, dll dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait

F. WAKTU

1. Pertemuan P2K2 diselenggarakan satu kali dalam sebulan


2. Satu sesi disampaikan dalam satu kali pertemuan
3. Penyampaian sesi P2K2 berlangsung sesuai panduan dalam
modul (120 menit)
4. Waktu penyelenggaraan P2K2 dapat ditentukan sesuai
kesepakatan antara peserta PKH dan Pendamping

G. PERALATAN

1. Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan P2K2 adalah:


Modul bagi Pendamping, Buku Pintar, Brosur, Poster, Flipchart,
Film, Alat permainan (kartu, papan permainan)
2. Peralatan Audio Visual pendukung berupa laptop, speaker, TV,
DVD Player (jika ada) dan alat tulis.

H. PESERTA PERTEMUAN

1. Peserta P2K2 adalah seluruh Peserta PKH yang telah ditetapkan


sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga.
2. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, jumlah peserta
yang menghadiri P2K2 tidak lebih dari 40 orangdalam satu
pertemuan.

I. MATERI DALAM P2K2

Materi P2K2 terdiri dari 6 (enam ) bagian modul yang melingkupi


topik Pendidikan dan Pengasuhan, Ekonomi, Kesehatan, dan
Perlindungan Anak. Modul-modul tersebut memiliki rincian antara
lain :
1. Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak
Modul ini terdiri dari 4 sesi dengan rincian sebagai berikut :
a. Menjadi orang tua yang lebih baik
b. Memahami perilaku anak
4
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
c. Memahami cara anak usia dini belajar
d. Membantu anak sukses di sekolah
2. Modul pengelolaan keuangan
Modul ini terdiri dari 3 sesi dengan rincian sebagai berikut :
a. Mengelola keuangan keluarga
b. Cermat meminjam dan menabung
c. Memulai usaha

3. Modul Kesehatan dan Gizi


Modul ini terdiri dari 9 materi. Pendamping dapat memilih 3
materi yang disampaikan dalam 3 pertemuan. Materi yang dipilih
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Peserta
dampingannya.:
a. Masalah Gizi Di Indonesia
b. Pelayanan Ibu Hamil
c. Pelayanan Ibu Bersalin
d. Pelayanan Ibu Nifas Dan Ibu Menyusui
e. Pelayanan Bayi Usia 0-28 Hari
f. Pelayanan Bayi Usia 29 Hari - 11 Bulan
g. Pelayanan Anak Usia 12 - 59 Bulan
h. Pelayanan Remaja
i. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

4. Modul Perlindungan Anak


Modul ini terdiri dari 2 sesi yaitu :
a. Kekerasan terhadap anak
b. Penelantaran dan Eksploitasi
5. Modul Lansia
a. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Bagi Lansia
6. Modul Disabilitas
a. Pelayanan Bagi Disabilitas Berat

J. JADWAL PELAKSANAAN

14 sesi dalam P2K2 dilaksanakan dalam bentuk jadwal pelaksanaan


P2K2 yang dilakukan dalam 14 kali pertemuan bulanan. Jadwal
pelaksanaan P2K2 berbentuk sebagai berikut :

5
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
K. PELAKSANAAN P2K2
1. Perencanaan Pelaksanaan oleh Pendamping
a. Pendamping wajib menyusun dan memiliki rencana
pelaksanaan P2K2 terhadap KSM dampingannya.
Pertemuan P2K2 diselenggarakan oleh satu orang pendamping
terhadap kelompok dampingannya

6
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
b. Dalam kondisi wilayah kerja yang mudah, jumlah maksimal
peserta P2K2 adalah 40 orang
c. Pendamping dan peserta menyepakati lokasi pelaksanaan
P2K2
d. Pendamping tidak dibenarkan untuk memungut biaya
pertemuan seperti konsumsi dan sejenisnya terhadap peserta
PKH
e. Pendamping tidak diwajibkan menyediakan konsumsi dalam
P2K2
f. Pendamping wajib mengunakan peralatan penunjang seperti
modul, buku pintar, poster, flipchart dan brosur yang diberikan
pada saat diklat
g. Pendamping harus mengacu pada langkah-langkah yang ada
didalam modul dalam menyampaikan materi P2K2
h. Pendamping harus mendorong partisipasi aktif peserta PKH
dalam diskusi dan bertukar pendapat.
i. Dalam pelaksanaan P2K2 Kesehatan, Pendamping
berkoordinasi dengan Puskesmas setempat untuk
mendapatkan dukungan dari Bidan maupun Tenaga Kesehatan
Gizi yang ada untuk menyampaikan materi kesehatan.
2. Persiapan Alat Pembelajaran P2K2
Alat pembelajaran P2K2 merupakan pendukung utama dari
pelaksanaan P2K2. Pesan utama yang akan disampaikan dalam
P2K2 tidak akan tersampaikan dengan baik tanpa adanya alat
pembelajaran. Dengan demikian, rencana distribusi yang baik
berguna untuk memastikan Pendamping menerima alat
pembelajaran P2K2.
a. Alat pembelajaran pelaksanaan P2K2 terdiri dari :
1. Modul panduan pelaksanaan P2K2 bagi Pendamping
2. Buku Pintar untuk Peserta PKH
7
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
3. Poster
4. Flipchart
5. Brosur
6. Buku Prestasi (modul Peningkatan Kesehatan dan Gizi)
b. Modul panduan pelaksanaan P2K2, Poster, Flipchart, dan
Brosur bagi Pendamping di perbanyak oleh Balai Diklat untuk
diditribusikan dalam kegiatan diklat P2K2 bagi Pendamping
PKH.
c. Buku Pintar dan Buku Prestasi bagi Peserta PKH diperbanyak
oleh Direktorat Jamsos Keluarga.
d. Buku Pintar dan Buku Prestasi bagi Peserta PKH
didistribusikan kepada pelaksana PKH di tingkat Kabupaten.
e. Buku Pintar dan Buku Prestasi bagi Peserta PKH harus sudah
diterima oleh pelaksana PKH di Kabupaten selambat-
lambatnya 2 bulan sejak Diklat P2K2 berakhir.

L. MONITORING DAN EVALUASI

Menyelenggarakan pertemuan bulanan dan menyampaikan materi


P2K2 adalah kewajiban bagi seorang Pendamping PKH. Dalam
pelaksanaannya, seorang pendamping dapat menghadapi tantangan
yang dapat menghambatnya untuk dapat menyelenggarakan P2K2
dengan baik. Monitoring dan evaluasi P2K2 bertujuan untuk memastikan
pelaksanaan P2K2 berjalan sebagaimana mestinya sekaligus
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Pendamping PKH
di lapangan dalam penyelenggaran P2K2.

1. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan monitoring dan evaluasi P2K2 dilakukan secara
berjenjang mulai dari Pendamping PKH hingga Korwil.

2. Kegiatan yang di evaluasi


Topik yang di monitor dan evaluasi dalam kegiatan P2K2
disesuaikan dengan jenjang kegiatan monev :
Ditingkat Pendamping : Kehadiran KSM Peserta PKH
Ditingkat Korkab : Jumlah Pendamping yang melaksanakan
P2K2 di kabupaten
Di tingkat Korwil : Jumlah Pendamping yang melaksanakan
P2K2 di provinsi

8
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
3. Indikator untuk pelaksanaan FDS adalah:
a. Persentase Jumlah peserta PKH yang menghadiri P2K2 setiap
bulannya di suatu kabupaten/provinsi
b. Persentase Jumlah Pendamping PKH yang melakukan P2K2
setiap bulannya di suatu kabupaten/provinsi.
4. Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan secara berkala setiap bulannya sementara
evaluasi dilakukan di setiap akhir tahun yaitu sekitar bulan
Oktober-November
5. Instrumen Monitoring
a. Monitoring Pelaksanaan P2K2 di tingkat Pendamping.
Pendamping wajib melaporkan pelaksanaan P2K2 dengan
mengisi form monitoring dan evaluasi pelaksanaan P2K2 yang
dijadikan sebagai bagian dari laporan Pendamping setiap
bulannya.

b. Form Monitoring Pelaksanaan P2K2 di Tingkat Kordinator


Kabupaten
Monitoring pelaksanaan P2K2 di tingkat kabupaten dilakukan
oleh Kordinator Kabupaten/Kota dengan merekapitulasi
laporan dari Pendamping (Form P.1) untuk kemudian
dilaporkan kepada Korwil.

9
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
c. Form Monitoring Pelaksanaan P2K2 ditingkat Kordinator
Wilayah

Monitoring pelaksanaan P2K2 di tingkat Provinsi dilakukan


oleh Kordinator Wilayah dengan merekapitulasi laporan dari

Kordinator Kabupaten/Kota (Form P.2) untuk kemudian


dilaporkan ke Pusat.

10
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

You might also like