Professional Documents
Culture Documents
Djatnika Setiabudi
Pendahuluan
Demam dan ruam sering menjadi keluhan penderita atau orangtua untuk meminta
pertolongan tenaga kesehatan termasuk dokter spesialis anak. Penyebab demam dan ruam
sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat bahkan dapat mengancam jiwa bila
tidak segera mendapat penanganan yang tepat. Meskipun paling banyak disebabkan oleh
penyakit infeksi, demam dan ruam juga dapat disebabkan oleh penyakit bukan infeksi.
Langkah penting penanganan demam dan ruam adalah pendekatan diagnosis secara
sistimatis, penentuan terapi yang tepat bila diperlukan, serta pertimbangan tindakan isolasi
bila diperlukan. Salah duga pada saat awal penanganan penderita dapat berakibat fatal baik
untuk penderita, kontak atau komunitas di sekitarnya. 1 Oleh karena itu pengetahuan
mengenai diagnosis banding penyebab demam dan ruam sangat diperlukan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik demografi penderita, anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik yang sistimatik dan kadang-kadang dapat dibantu oleh
pemeriksaan penunjang yang tepat.2 Dalam makalah ini akan dibahas terutama hanya
mengenai pendekatan diagnosis.
Klasifikasi
Dari berbagai demam dan ruam pada umumnya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 2,3
1. Anak dengan demam dan ruam yang memperlihatkan gejala-gejala penyakit yang
serius sehingga memerlukan tindakan terapi segera. Contoh penyakit antara lain
meningococcemia, hemolytic uremic syndrome (HUS), demam berdarah dengue,
Rocky Mountain spotted fever (RMSF).
2. Anak dengan demam dan ruam yang memperilhatkan gejala-gejala khas untuk
penyakit infeksi tertentu (khususnya infeksi virus), biasanya ringan dan seringkali
tidak memerlukan terapi khusus. Contoh penyakit antara lain morbilli, roseola
infantum, erytema infeksiosum, varisela, hand foot and mouth disease (HFMD).
3. Anak dengan demam dan ruam yang muncul pada awal penyakit dan tidak jelas
mengarah kepada suatu penyakit tertentu. Kategori ini yang paling sering ditemukan,
sehingga memerlukan pendekatan diagnosis yang seksama.
Pendekatan diagnosis
Pendekatan diagnosis anak dengan demam dan ruam yaitu dengan cara memperhatikan data
demografi, anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang sistimatik, dan pemeriksaan
penunjang yang tepat.
Data demografi
1. Usia: penyebab demam dan ruam berbeda pada neonatus, bayi (infancy), maupun
anak yang lebih besar
2. Jenis kelamin: beberapa penyakit lebih sering pada jenis kelamin tertentu, seperti
penyakit autoimun lebih sering pada anak perempuan
3. Etnis / ras : Penyakit Kawasaki dahulu dikenal lebih sering pada ras mongoloid,
meskipun sekarang sering juga ditemukan pada ras melayu
4. Musim: penyakit tertentu (khususnya infeksi virus) seringkali berhubungan dengan
musim tertentu, biasanya pada musim semi dan musim gugur, atau musim hujan
5. Area geografis tertentu: ada beberapa penyakit tertentu yang lebih sering terdapat
pada area geografis tertentu (endemik), seperti penyakit ricketsiosis.
Berdasarkan bentuk ruam dapat diperkirakan etiologi penyakit demam dan ruam yang sering
ditemukan (Tabel 1).
Tabel 1. Diagnosis banding etiologi demam dan ruam berdasarkan bentuk ruam
Untuk mengenali beberapa penyakit dengan demam dan ruam pada anak yang sering
ditemukan dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 2 5)
Tabel 2. Diagnosis banding penyakit dengan demam dan ruam makulopapular
(ruam morbiliform )
Roseola infantum 10 14 hari Demam (3-4 hari) Ruam makula warna Sering terjadi pada usia 6
/exantema subitum merah muda, singkat bln 3 thn (618 bln).
Etiologi : HHV 6 hanya 1-2 hari. Ruam Meskipun demam tinggi,
dan HHV 7 timbul setelah suhu keadaan klinis anak
tubuh normal biasanya baik
Streptococcal 1 7 hari Demam, nyeri Makulopapular teraba Sering usia 210 tahun;
scarlet fever/ tenggorokan, nyeri kasar (sandpaper) Ditandai oleh faringitis
scarlatina kepala dan perut disertai eritema diffus; berat; disertai adanya
awal di leher, aksila, white strawberry tongue
inguinal, selanjutnya lalu menjadi red
menyebar ke seluruh strawberry tongue;
tubuh. Deskuamasi circum oral pallor;
pada hari ke-7 14 pastia lines; limfadeno-
pati di leher.
Adenovirus 4 5 hari Demam, batuk, Morbiliform (dapat juga Gejala ISPA atas atau
pilek berupa petekiae) bawah lebih menonjol.
Varisela Ruam mengalami perubahan Biasanya diawali dengan gejala prodromal berupa
dari makula, papula, vesikula demam tidak tinggi, anoreksia, flu like;
(kadang-kadang pustula), lalu Lesi terutama di batang tubuh kemudian menyebar
menjadi krusta ke lengan dan kaki;
Pada satu waktu yang sama terdapat berbagai
bentuk kelainan kulit (berbeda dengan variola);
Sering disertai rasa gatal.
Hand foot mouth Vesikula atau papula Penyebab tersering Coxsackievirus A5, A10, A16;
disease (HFMD) berwarna merah Disertai dengan demam tidak tinggi, nyeri menelan,
dan malaise;
Distribusi kelainan terutama pada tangan dan kaki
(termasuk telapaknya), rongga mulut dan lidah.
Kadang-kadang di daerah gluteus;
Bisa berat menyebabkan kelainan SSP disebabkan
oleh enterovirus 71.
Hemolytic uremic Petekie, mungkin juga Timbul 5 10 hari setelah penyakit diare
syndrome (HUS) purpura dan ekimosis (80% infeksi Escherichia coli O157:H7),
yang mendadak disertai dengan iritabilitas,
pucat, dan hepatosplenomegali;
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
angiopathic microcytic anemia, trombosito
penia, dan gagal ginjal akut
Sumber: Gibson WA3
Tabel 5. Diagnosis banding penyakit dengan demam dan ruam eritroderma
Pada infeksi virus dengue dapat ditemukan berbagai manifestasi kelainan kulit dan mukosa
yaitu dapat berupa:7
- eritroderma bersifat konfluen (flushing), khususnya pada daerah muka
- ruam morbiliform
- perdarahan kulit berupa petekie, purpura dan ekimosis
Berdasarkan timbulnya ruam kulit pada infeksi virus dengue dapat dibedakan menjadi:
- Ruam primer: bercak seperti penyakit campak (makulopapular) terdapat di daerah dada,
dan lipat sendi, biasanya pada hari 1-2 (fase demam), kemudian menghilang.
- Ruam sekunder: timbul tersering hari ke-6 atau 7 (bersamaan dengan fase konvalesen),
berupa makulopapular, ptekiae, purpurik, atau campuran yang konfluen, biasanya pada
kaki dan tangan. Biasanya khas terdapat daerah halo putih diantara kulit yang kemerahan,
kadang-kadang disertai rasa gatal ( disebut juga convalescent rash).
DAFTAR PUSTAKA
1. Diagnosis of acute exanthematous diseases. Dalam: Krugman S, Katz SL, Gershon AA,
Wilfert CM. (editor). Infectious diseases of children. Edisi 9. St. Louis, Missouri: Mosby-
Year Book. 1992. Hlm.6319.
2. Gibson WA. Rashes and fever in children: sorting out the potentially dangerous, part 4.
Consultant for Pediatricians. 2010;9(5):1603.
3. Gibson WA. Rashes and fever in children: sorting out the potentially dangerous, part 1.
Consultant for Pediatricians. 2008;7(4):1415.
4. Levin MJ, Weinberg A. Infections: Viral and Ricketsial. Dalam: Hay WW, Levin MJ,
Sondheimer JM, Deterding RR (editor). Current diagnosis and treatment pediatrics. Edisi
19. USA: The McGraw-Hill Companies. 2009. Hlm.1071110.
5. Gibson WA. Rashes and fever in children: sorting out the potentially dangerous, part 2.
Consultant for Pediatricians. 2008;7(6):23640.
6. Gibson WA. Rashes and fever in children: sorting out the potentially dangerous, part 3.
Consultant for Pediatricians. 2009;8(8):2917.
7. Thomas EA, John M, Kanish B. Mucocutaneous manifestations of dengue fever. Indian J
Dermatol. 2010;55:7985.
8. Newburger JW, Takahashi M, Gerber MA, Gewitz MH, Tani LY, Burns JC, dkk.
Diagnosis, Treatment, and Long-Term Management of Kawasaki Disease: A Statement
for Health Professionals From the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis, and
Kawasaki Disease, Council on Cardiovascular Disease in the Young, American Heart
Association. Pediatrics.2004;114(6):170833.
9. Satou GM, Giamelli J, Gewitz MH. Kawasaki disease: diagnosis, management, and long-
term implications. Cardiol Rev. 2007;15(4):1639.