You are on page 1of 10

ANALISA JURNAL

A. SUBSTANSI PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru
(PMK) Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBRL).
2. Tahun Penelitian : 2015
3. Nama Peneliti : Hj. Nurlaila, Rahmawati Shoufah, Sri Hazanah
4. Lokasi Penelitian : RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
5. Alamat Jurnal : Jurnal Husada Mahakam
6. Pendahuluan
Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia menurun lambat dari 65,4% pada tahun
1987 menjadi 45,7% pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menjadi 41%.
Sementara angka kematian di Vietnam (38%), Filipina (36%), Thailand (30%),
Malaysia (11%), Singapura (5%). Angka Kematian Neo-natal di Indonesia
sebesar 47% dari ang-ka kematian bayi dan 3.5% dari kematian neonatal yang
disebabkan hipotermi (Diosko, 2013).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan
dapat dengan cepat kedinginan jika ke-hilangan panas tidak segera dicegah.
Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipo-termia) berisiko tinggi untuk
jatuh sakit atau meninggal jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti
mungkin akan mengalami hipotermia meskipun berada dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipoter-mia (Agnes, 2009).

Metode Kanguru adalah metode pera-watan dini dengan sentuhan kulit antara
ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kanguru. Pelaksanaan perawatan metode
kanguru dilakukan pada semua bayi-bayi kecil, ada dua cara yaitu PMK
(Perawatan Metode Kanguru) intermiten (sewaktu-waktu) adalah perawatan
pada bayi-bayi yang masih terpasang infuse, oksigen dan masih dalam
perawatan inkubator dilakukan selama 1-2 jam sedangkan PMK kontinu (terus
menerus selama 24 jam/ hari) dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa
infuse, oksigen dan bayi aktif, reflek isap baik serta ibu mendukung dila-kukan
PMK (Efar, 2008).
Keberhasilan pelaksanaan metode kanguru sangat dipengaruhi oleh dukungan
ibu dalam melaksanakan PMK, ibu yang melaksanakan PMK dengan baik akan
berdampak pada peningkatan suhu tubuh bayi dan terhindar dari kejadian
hipotermi (Nurohman, 2008). Ditambahkan pula oleh Boy (2007) bahwa
perilaku ibu dalam melaksanakan PMK akan sangat membantu peningkatan
suhu tubuh bayi dan menghindari terjadinya hipotermi.

Pelekatan bayi BBLR pada ibu selama 24 jam akan membantu suhu tubuh bayi
tetap stabil karena ibu mengkondisikan tempat yang sama dengan kondisi pada
rahim ibu tapi banyak ibu-ibu post partum yang tidak melaksanakan PMK ini
dengan baik dan menyebabkan bayi mengalami hipotermi. RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo ada-lah Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Balikpapan Samboja,
Handil dan Penajam Paser Utara untuk bayi-bayi dengan berat badan lahir
rendah dan merupakan satu-satunya rumah sakit di Kalimantan Timur yang
melaksanakan Kangaroo Mother Care Continue sejak tahun 2008 (RSUD
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, 2013). Berdasarkan data ruangan
Bougenvil (Bayi/ Perinatologi) dan NICU di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan pada tahun 2013 terdapat 461 BBLR (21,04%) dengan berat badan
1000-2500 gram dari 2191 persalinan baik Seksio Sesaria dan persalinan
pervagina. Dari 461 BBLR tersebut sebanyak 124 bayi adalah bayi rujukan dari
rumah sakit lain baik dalam kota maupun luar kota Balikpapan. Dari data
tersebut sebanyak 413 bayi (89,65) dilakukan PMK continue dan tercatat 98
bayi (46%) mengalami hipotermi (Data Pokja Perinatologi RSUD Balikpapan,
2013).

Studi pendahuluan yang peneliti lakukuan melalui wawancara dengan petugas


kesehatan mengenai pelaksanaan PMK diperoleh informasi bahwa dalam
pelaksanaannya masih terdapat kendala yang bersumber pada ibu.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang hubungan pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada Bayi
Be-rat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2014.

7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriftif analitik dengan rancangan pene-litian cross sectional. Populasi dalam
pe-nelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan. Pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling.
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada
bulan Maret - April 2014.

Analisa data secara univariat untuk variabel pelaksanaan PMK digunakan dis-
tribusi frekuensi, sementara untuk variabel hipotermi menggunakan nilai Mean,
Me-dian, Modus dan Standar Deviasi. Analisa bivariat untuk mengetahui
hubungan pe-laksanaan PMK dengan hipotermi meng-gunakan rumus Analisis
Varians (ANAVA).

8. Hasil
Analisa Univariat
Kejadian Hipotermi Hasil pengukuran suhu badan pada bayi baru lahir
diperoleh data nilai rata-rata (mean) 36.123, nilai median 37, nilai standar
deviasi 1,0341, nilai standar error 0,1888, nilai minimum 34,5 dan nilai
maksimum 37,5. Pelaksanaan PMK Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
30 responden, sebanyak 11 orang (36,7%) melaksanakan PMK dengan baik dan
19 orang (63,3%) melaksanakan PMK tidak baik.

Analisis Bivariat
Tabel 2 menjelaskan bahwa ratarata suhu bayi pada ibu yang melaksanakan
PMK dengan baik adalah 37,082, nilai standar deviasi = 0,1991 dan nilai
standar error 0,0600 dengan 95% CI antara 36,948 37,216, sedangkan pada
ibu yang melaksanakan PMK tidak baik nilai rata-rata adalah 35,568, nilai
standar deviasi 0,9025 dan nilai standar error 0,2070 dengan 95% CI antara
35,133 36,003. Setelah
dilihat nilai suhu masing-masing katagori, maka selanjutnya dapat dilakukan
pengujian ANOVA pada tabel 3. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggukan
rumus ANOVA diperoleh hasil nilai F hitung 29,671 > F tabel (1,28) 4,196 dan
nilai p value 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ter-dapat
hubungan yang signifikan
antara pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada bayi berat lahir
rendah di (BBLR) di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2014.

B. Analisa Jurnal (PICO)


Patient and Clinical Problem (P):
Populasi dalam pe-nelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan. Pengambilan sampel menggunakan metode
accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan pada bulan Maret - April 2014.
Intervention (I):
Pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Comparator (C):
Pada peneltan sebeumnya yang di lakukan oleh Silva dkk tentang pengaruh
perawatan metode kangguru terhadap perubahan berat badab bayi BBLR di
ruang inap perinatology RSUD dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi 2014,
diperoleh hasil sebagai berikut: rata rata berat badan bayi sebelum dilakukan
perawatan metode kangguru dengan nilai Mean=1738.60, standar
deviasi=248.664,95% CI = 1916.48 1560.71. berat badan bayo sesudah
dilakukan perawatan metode kangguru dengan nlai Mean = 1766.90, standar
devisiasi = 250.293,95% CI = 1945.94 1587.85. perbedaan antara rata-rata
berat badan sebelum dan sesudah perawatan metode kangguru adalah 28.30
gr/hari dengan p value 0.000. Hal ini sesuai dengan penelitian Hj. Nurlaila dkk
yang menyatakan adanya hubungan antara penatalaksanaan PMK dengan
kejadan hpotermia pada bayi BBLR.
Outcome (O):
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan PMK dengan hipotermi pada bayi baru lahir dengan nilai p value
0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan PMK
semakin baik suhu bayi BBLR. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat
bahwa pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik tidak ada bayi
yang menderita hipotermi sebaliknya pada ibu yang tidak melaksanakan PMK
dengan baik sebagian besar bayinya mengalami hipotermi sehingga hal ini
menegaskan bahwa ibu yang melaksanakan PMK dengan tidak baik, bayinya
lebih beresiko mengalami hipotermi dibandingkan dengan ibu yang
melaksanakan PMK dengan baik. Walaupun demikian pelaksanaan PMK
bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotermi pada
bayi karena masih ada faktor lain yang turut mempengaruhi. Hal ini dapat
dilihat pada
kelompok ibu-ibu yang melaksanakan PMK dengan tidak baik tetapi bayinya
tidak mengalami hipotermi, faktor lain yang turut mempengaruhinya adalah
peran petugas kesehatan yang cepat tanggap dan kelengkapan sarana prasarana
sehingga meskipun ibu tidak baik dalam melaksanakan PMK tetapi bayinya
tidak hipotermi selain itu faktor kondisi bayi yang stabil dan keadaan umum
baik sehingga bayi tidak mengalami hipotermi.
Hasil uji analisis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata suhu tubuh bayi
baik pada kelompok ibu yang melak-sanakan PMK dengan baik dan kelompok
ibu yang melaksanakan PMK tidak baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik adalah 37,082 yang
menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh bayi pada kelompok ibu yang melak-
sanakan PMK dengan baik tidak ada yang menderita hipotermi yaitu apabila
suhu bayi < 36,50 sementara pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK
tidak baik memiliki nilai rata-rata 35,508 yang menunjukkan bahwa pada
kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik, bayi mengalami hipotermi
karena suhu bayi < 36,50. Nilai standar deviasi pada kelompok ibu yang
melaksanakan PMK dengan baik adalah 0,1991 sementara pada kelompok ibu
yang melaksanakan PMK tidak baik adalah 0,9025, berdasarkan data tersebut
dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi pada kelompok yang melaksanakan
PMK baik lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi pada kelompok yang
melaksanakan PMK tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok
ibu yang melaksanakan PMK dengan baik memiliki rentang nilai yang kecil
dilihat dari nilai minimum dan maksimum yaitu 36,837,5 sementara pada
kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik memiliki rentang nilai yang
lebih lebar dilihat dari nilai minimum dan maksimum yaitu 34,537,5, artinya
pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik suhu tubuh bayi
lebih stabil dibandingkan dengan suhu tubuh bayi pada kelompok ibu yang
melaksanakan PMK tidak baik. Nilai Standar error pada kelompok ibu yang
melaksanakan PMK baik adalah 0,0600 sementara pada kelompok ibu yang
melaksanakan PMK tidak baik adalah 0,2070 berarti nilai standar error
kelompok baik lebih kecil dibandingkan dengan standar error kelompok tidak
baik, nilai standar error bertujuan untuk menjelaskan ketepatan perkiraan
estimasi untuk menjelaskan variable
terikat dalam hal ini adalah hipotermi, berdasarkan tujuan tersebut, hal tersebut
menjelaskan bahwa nilai ketepatan estimasi pada kelompok ibu yang
melaksanakan PMK tidak baik memiliki resiko yang lebih besar bayinya
mengalami hipotermi dibandingkan kelompok ibu yang melaksanakan PMK
dengan baik.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran pentingnya dukungan ibu dalam
melaksanakan PMK sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan PMK
sehingga bayi BBLR terhindar dari hipotermi yang dapat berdampak pada
kesakitan atau kematian bayi. Menurut peneliti masih kurangnya dukungan dari
ibu disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana yang ada di ruang
perinatology dimana dalam ruangan tersebut tidak disediakan televisi ataupun
sumber-sumber informasi lainnya seperti buku atau majalah sehingga ibu tidak
jenuh dalam melaksanakan PMK karena ibu dapat selalu menempelkan bayinya
di dada sambil menonton televisi ataupun majalah selain itu ruangan yang
terlalu sempit sementara diisi oleh 2 orang sehingga kurang memberikan
privacy kepada ibu karena keluarga juga tidak bisa leluasa untuk membantu ibu
menggantikan melaksanakan PMK karenasebenarnya suami atau orang tua
boleh menggantikan posisi ibu pada saat ibu merasa lelah. Hal inilah yang
menyebabkan ibu tidak baik dalam melaksanakan PMK.

C. Implikasi Keperawatan dan Penerapan di Lapangan


Dalam Potter dan Perrv (2005) disebutkan bahwa perawat memiliki beberapa
peran dan fungsi. Berdasarkan analisis jurnal, maka peran perawat dan fungsi
perawat yang berkaitan dengan penerapan jurnal ini adalah:
2.1 Sebagai Pemberi Perawatan (Care Giver)
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatanya. Dalam hal ini, perawat dapat selalu
memonitoring keadaan pasien dalam 24 jam melalui monitor yang ada di
ruang intensif. Pemantauan kuman secara berkala. Mendiagnosa dengan
tepat.

2.2 Sebagai Pelindung


Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi pasien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak di inginkan dan senantiasa menjaga ruangan agar tetap steril.
Dengan perawatan intensif tersebut dapat memberikan umur harapan hidup
yang baik dan mencegah kematian.

2.3 Sebagai Educator


Perawat sebagai edukator dapat memberikan pengetahuan tentang status
kesehatan pasien saat ini dan meberikan informasi dalam meningkatkan
kemampuan pasien mengatasi kesehatanya.

2.4 Sebagai Peneliti


Sebagai seorang peneliti, perawat dapat terus mengembangkan ilmu yang
dimilikinya demi kemajuan profesi keperawatan. Dengan adanya hasil dari
penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
penelitian selanjutnya dengan topik yang sama atau dapat di kembangkan
lagi.

D. Kritik Jurnal
1. Subtansi:
Kelebihan: Didalam setiap pembahasan penelitian menyertakan teori-teori
dalam bidang keperawatan teruma dalam penatalaksanaan metode
kangguru
Kekurangan: tidak adanya pemberian kriteria inklusi dan ekslusi pada
sampel, sehingga hasil mungkin tidak valid karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor diluar variabel penelitian.
2. Teori
Kelebihan: Dalam setiap pembahan peneliti menyertakan teori-teori
yang mendukung sehingga memudahkan pembaca untuk
mengungkapkan semua hasil yang didapat, dijelskan juga
penatalaksanaan metode kanggguru.
Kekurangan: Ada beberapa teori yang kurang spesifik dalam
pembahasan sehingga pembaca kurang jelas untuk pengetahuan
tambahan.
3. Metoodologi
Kelebihan : pada penelitian ini didapatkan pelaksanaan PMK dengan
kejadian hipotermi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah
Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2012 dengan
nilai p value 0,000 < =0,05 dan nilai Fhitung 29,671 > Ftabel = 4,20.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian deskriftif analitik dengan rancangan pene-litian cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di
RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Pengambilan sampel
menggunakan metode accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan
di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada bulan Maret - April
2014.
Kekurangan:-
4. Interprestasi
Kelebihan: penyajian data sudah disertakan table dan keterangannya,
table dibuat secara terpisah dari masing-masing variabel lebih
memudahkan kita dalam memahaminnya.
Kekurangan: Penyimpanan data masih kurang lengkap. Tidak
dijelaskan tahun dan dimana penelitiannya.
5. Etika
Kelebihan: Dalam jurnal ini respon penelitian dirahasiakan. Setelah
dapat persetujuan resmi maka peneliti akan melibatkan peserta dalam
penelitian, tetapi penbeliti sangat menghormatidan tidak memaksa
responden yang tidak bersedia.
Kekurangan:-
6. Gaya penulisan
Kelebihan: Gaya penulisan sudah baik, terdapat keterangan table dan
penjelasnnya masing-masing
Kekurangan: -
E. Critical Thnking
Berat badan lahir rendah (BBLR) bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram, dengan mengabaikan penyebab dan tanpa memperhatikan umur
kehamilan (Pittard.1998).

BBLR dibagi menjadi 2 yaitu BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan.
BBLR kurang bulan atau premature lebih mudah terkena komplikasi karena alat
tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, bayi
prematur mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus . Makin
pendek masa kehamilan nya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat
dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya komplikasi dan makin
tingginya angka kematiannya. Sedangkan BBLR cukup bulan memiliki
kemampuan untuk bertahan hidup lebih baik dari pada bayi premature karena
alat tubuh sudah terbentuk sempurna.

Sehingga ada penurunan pada kematian bayi yang lahir setelah usia 36 minggu
tanpa memandang 3 berat badan lahir bayi. Prognosis BBLR dengan berat lebih
dari 1800 gram (4 pon) lebih baik dari pada bayi dengan berat antara 1500
sampai 1800 gram (3-4 pon). Mortalitas BBLR kurang dari 5% jika kehamilan
berlangsung sampai usia 35 minggu dan berat janin lebih dari 2000 gram (4,5
pon). Masalah-masalah yang dapat terjadi pada bayi BBLR yang cukup bulan
(aterm) yaitu asfiksia perinatal, hipoglikemia, polisitemia-hiperviskositas,
hipotermi, dan dismorfologi. Sedangkan masalah-masalah yang lazim terjadi
pada bayi BBLR kurang bulan (prematur) yaitu displasia bronkopulmorial,
apnea, duktus arteriosus paten, bradikardi, hiperbilirubin, perdarahan subkutan,
fungsi saluran pencernaan jelek, hipokalsemia, hipoglikemia, hiperglikemia,
hipotermia, perdarahan intraventrikular, hipotonia, hiponatremia,
hipernatremia, dan hiperkalsemia.

Bayi BBLR kurang bulan mengalami peningkatan risiko terhadap infeksi


karena cadangan imunologlobulin maternal menurun, kemampuan untuk
membentuk antibodi rusak dan sistem integumen rusak (kulit tipis
dan kapiler rentan), hipoglikemia karena bayi prematur dan yang mengalami
hambatan pertumbuhan memiliki simpanan glikogen yang lebih rendah
sehingga tidak dapat memobilisasi glukosa secepat bayi aterm normal selama
periode segera setelah lahir dan bayi premature memiliki respons hormon dan
enzim yang imatur, dan hiperbilirubin disebabkan oleh faktor kematangan
hepar, hingga konjugasi bilirubin indirek menjadi direk belum sempurna.
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hiperbilirubin dapat menyebabkan kernikterus maka warna kulit bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.

Sedangkan pada bayi BBLR cukup bulan lebih rentan mengalami hipoglikemia
karena cadangan glikogen telah ada pada awal trimester ketiga dan, akibat
perubahan transpor nutrien melalui plasenta selama masa ini, bayi yang tumbuh
secara asimetris mengalami penurunan cadangan glikogen pada hati dan otot
skeletal. Otak bayi yang lebih besar proporsinya daripada masa tubuh dan
kecendrungan terhadap polisitemia meningkatkan kebutuhan energi dan karena
otak dan sel darah merah adalah pengguna glukosa obligatorik, faktor ini dapat
meningkatkan kebutuhan glukosa. Dan bayi BBLR cukup bulan dapat
mengalami hiperbilirubinemia disebabkan gangguan pertumbuhan hepar.

Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan bayi baru lahir dengan
melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu
tubuh bayi tetap hangat. Perawatan metode ini sangat menguntungkan terutama
untuk bayi berat lahir rendah. PMK ini memiliki banyak keuntungan yang
diantaranya adalah berat badan bayi cepat naik, mempercepat pengeluaran air
susu ibu dan meningkatkan keberhasilan menyusui, perlindungan bayi dari
infeksi, suhu tubuh bayi tetap normal, stimulasi dini, kasih sayang, mengurangi
biaya rumah sakit karena waktu perawatan yang pendek, tidak memerlukan
incubator dan efisiensi tenaga kesehatan (Proverawati and Ismawati, 2010).

Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak


yang membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan
inkubator). Data Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang
dilakukan PMK lebih sedikit dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator.
Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan jumlah bayi yang meninggal pada
kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok non PMK sebesar
38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK
bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih
lanjut dalam beberapa manfaat PMK lain di bawah ini.

Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju
pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat
dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan
ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Penelitian oleh Yanuarso di
RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode kanguru, BBLR
akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK
(120 menit vs. 180 menit)

You might also like