You are on page 1of 56

Analgesik adalah sejenis obat yang dibuat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa harus

menghilangkan kesadaran seseorang. Analgesik memiliki sifat seperti narkotik, yaitu


menekan sistem saraf pusat dan mengubah persepsi terhadap rasa sakit yang diderita.
Analgesik sering kali digunakan bersamaan dengan beberapa jenis obat-obatan lainnya
seperti parasetamol dan kodein.

1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)

Merupakan jenis obat analgesik yang memiliki reaksi tubuh terhadap gangguan organ tubuh
(inflamasi) yang tidak terlalu kuat. Obat ini sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
wanita hamil dan ibu menyusui.

Cara Kerja NSAID


Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi kerja enzim prostaglandin (zat kimia yang
dihasilkan tubuh yang membuat rasa nyeri, demam, dan peradangan) sehingga menghasilkan
tingkatan yang lebih rendah. Akibatnya dapat mengurangi peradangan, rasa nyeri, dan
demam itu sendiri.

Beberapa jenis obat-obatan yang termasuk golongan ini antara lain :

Aspirin

Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, demam, serta saat terjadinya suatu peradangan.
Obat ini juga bisa digunakan untuk mengobati serta mencegah apabila terjadi serangan
jantung, stroke ataupun rasa nyeri pada dada.

Beberapa merk dagang untuk aspirin antara lain, Arthritis Pain, Ascriptin Enteric, Aspir 81,
Aspir-Low, Bayer Aspirin, Bayer Childrens Aspirin, Bufferin, Easprin, Ecotrin, Ecpirin,
Fasprin, Halfprin, Miniprin, St. Joseph Aspirin.

Penggunaan Aspirin

Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada anak-anak maupun remaja yang sedang terkena
demam, gejala flu, maupun cacar air, karena obat ini dapat menimbulkan efek samping yang
fatal bagi mereka. Seperti mereka akan mengalami syndrom reye, yaitu semcm penyakit
langka dimana cara kerjanya dengan mempengaruhi cara kerja otak dan hati.
Bagi pasien yang mengalami gangguan perdarahan pada usus, perdarahan hemofilia, maupun
penderita yang alergi terhadap NSAID, sebaiknya menghindari penggunaan obat ini.
Pada wanita hamil, obat ini bisa mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi janin.
Yaitu gangguan pada jantung serta menurunnya berat badan saat lahir nantinya. Untuk itu
sebaiknya menghindari pemakaian obat ini.
Bagi pasien yang mengalami gangguan asma, maag, penyakit hati, jantung, ginjal, hipertensi,
maupun polip, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Efek Samping Aspirin


Efek samping aspirin : Gatal-gatal, gangguan pernafasan, terjadi pembengkakan (pada wajah,
lidah, bibir, dan tenggorokan), mengalami sakit perut seperti mulas, mengantuk, sakit kepala
ringan.

Saat pasien menghentikan penggunaan aspirin, biasanya akan muncul beberapa gejala seperti
mengalami kebingungan, halusinasi, gangguan pernafasan, kejang,mual, muntah, atau sakit
perut yang parah, batuk darah atau muntah yang, demam, serta mengalami pembengkakan
pada bagian tertentu.

Ibuprofen

Merupakan salah satu anti inflamasi yang bekerja untuk mengurangi hormon penyebab
demam, peradangan dan nyeri pada tingkat ringan hingga sedang, seperti pada penderita sakit
kepala, sakit gigi, sakit punggung, arthritis, kram saat menstruasi, atau pada saat mengalami
cedera ringan.

Tentang Ibuprofen

Beberapa merk dagangnya antara lain, Advil, Genpril, Midol, Motrin, Nuprin.
Dosis penggunaan obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam.

Kontra indikasi :

Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi bypass
jantung, karena obat ini dapat mengancam jantung seperti terjadinya serangan jantung atau
stroke.
Bagi penderita yang memiliki sejarah penyakit jantung, stroke, gagal jantung, hipertensi,
maag, asma, gangguan hati, ginjal, polip, maupun gangguan perdarahan sebaiknya
menghubungi dokter sebelum mengkonsumsi obat ini, karena dapat mengakibatkan efek
serius pada perut atau usus, termasuk perdarahan.
Bagi wanita hamil dan menyusui, penggunaan ibuprofen selama 3 bulan dapat
membahayakan janin.

Efek samping :
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini antara lain timbulnya ruam,telinga berdenging,
sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual, diare, sembelit, dan mulas.

Celebrex (celexocib)

Digunakan untuk mengurangi hormon penyebab radang dan nyeri pada tubuh, seperti
arthritis, ankylosing spondylitis, nyeri haid, serta polip pada usus.

Dosis pemakaian : 100 hingga 400 mg perhari.

Kontra indikasi :

Sebaiknya obat ini tidak digunakan sebelum maupun setelah menjalani operasi jantung,
karena obat ini dapat menimbulkan serangan jantung atau stroke.
Bagi penderita yang memiliki riwayat sejarah serangan jantung, stroke, penyakit jantung,
gagal jantung, tekanan darah tinggi, maag, gangguan hati , penyakit ginjal, epilepsi, asma,
polip, gangguan pembekuan darah, maupun yang alergi terhadap jenis NSAID seperti aspirin,
sulfa, dan yang lainnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya,
karena obat ini dapat mengakibatkan efek serius pada perut atau usus.
Begitu juga bagi wanita hamil, maupun menyusui, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter sebelum penggunaanya, karena dapat membahayakan kondisi janin.
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini seperti timbulnya gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan), gangguan pada
perut ( seperti diare, kembung, sering buang gas), pusing, gugup, hidung meler atau
tersumbat, sakit tenggorokan, dan timbulnya ruam pada kulit.

Disclofenac

Digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri tigkat ringan hingga sedang, seperti gejala
osteoporosis, rheumatoid arthritis, dan kram saat menstruasi. Disclofenak dalam bentuk
serbuk atau biasa disebut cambia dapat digunakan sebagai obat migrain.

Merk dagang obat ini antara lain voltaren, cataflam, voltaren XR, Cambia, zipsor, zorvolex.

Dosis pemakaian obat ini adalah 100 hingga 200 mg/ hari dengan jangka pemberian obat 2
hingga 4 kali sehari stelah makan.

Kontra indikasi :

Bagi penderita dengan riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke,maag ,
gangguan hati, ginjal, asma, polip, gangguan perdarahan, ataupun bagi perokok, sebaiknya
penggunaan obat ini setelah berdiskusi dengan dokter
.Hal yang sama juga berlaku bagi wanita hamil dan menyusui. Karena penggunaan obat ini
bisa berakibat fatal bagi janin dan bayi yang disusui.

Efek samping : ulserasi, sensasi panas pada perut, kram, mual, gastritis, perdarahan
gastrointestinal, gangguan hati, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, munculnya ruam,
gangguan ginjal, telinga berdenging, Retensi cairan, pembekuan darah, serangan jantung,
hipertensi, dan gagal jantung.

Etodolac

Digunakan untuk mengurangi hormon yang menyebabkan peradangan dan rasa nyeri pada
tubuh misalnya akibat arthritis atau osteoarthritis.

Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 6 hingga 8
jam setiap hari sehabis makan.

Kontra indikasi

Penggunaan etodolac sebelum / pasca operasi bypass jantung dapat meningkatkan risiko yang
dapat mengancam jiwa, seperti serangan jantung atau stroke.
Bagi penderita yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, maag,
gangguan hati, asma, polip dan juga perokok, Etodolac bisa mengakibatkan meningkatnya
risiko pada perut atau usus, termasuk perdarahan atau perforasi (pembentukan lubang).
Pada wanita hamil dan menyusui, etodolak dapat mengganggu perkembangan janin, dan bayi.

Efek samping : ruam, telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual,
diare, sembelit, mulas, retensi cairan, sesak napas, retensi cairan, pembekuan darah, serangan
jantung, hipertensi, dan gagal jantung.
Indomethacin

Berfungsi sebagai prostglandin yaitu menghalangi aksi bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi tubuh.

Kontra indikasi :

Pasien yang sedang mengkonsumsi obat, suplement, obat herbal


Alergi terhadap obat-obatan jenis NSAId, makanan, dan lainnya.
Penderita maag dan gangguan perdarahan
Penderita dengan riwayat gagal jantung, ginjal, gangguan hati, masalah kencing, tekanan
darah tinggi , sariawan, kejang, atau kadar natrium darah rendah, dan infeksi.

Efek samping : Kemerahan dan rasa nyeri pada daerah bekas suntikan, alergi ( seperti ruam,
gatal-gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau
lidah), muntah darah, Warna urine dan tinja menjadi gelap, frekuensi buang air kecil
menurun, detak jantung lambat; memar, masalah berat badan.

Ketoprofen

Digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan yang terjadi pada tubuh akibat rheumatoid
arthritis atau osteoarthritis, dan juga kram saat menstruasi.

Kontra indikasi :

Alergi terhadap bahan-bahan ketoprofen


Penderita yang mengalami alergi yang parah, seperti ruam, gatal-gatal, gangguan pernafasan,
polip, dan pusing.
Penderita yang baru saja menjalani operasi jantung atau pernah memiiki riwayat menderita
berbagai penyakit seperti ginjal, gangguan hati, diabetes, gangguan usus, asma, tekanan darah
tinggi,
Wanita hamil dan menyusui
Pasien yang sedang pada masa konsumsi suatu jenis obat, suplement makanan, dan obat-
obatan herbal.

Efek samping : Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, mulas,
mual, gangguan pada perut.

Ketorolac

Digunakan untuk mengobati rasa nyeri pada tingkatan sedang hingga berat.

Kontra indikasi :

Alergi terhadap ketorolac


Sedang pada masa konsumsi beerapa jenis obat lainnya
Wanita hamil dan menyusui
Memiliki riwayat ulkus, masalah pada ginjal, stroke, hemofilia, maupun pasien pasca
melakukan operasi jantung, asma, polip, hipertensi, perokok, pecandu alkohol
Efek samping : Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, gangguan
pencernaan, sakit perut, mual, nyeri di tempat suntikan, berkeringat, muntah, terjadi alergi
(seperti ruam, gatal-gatal, gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut,
wajah, bibir, atau lidah, suara serak).

Nabumetone

Adalah sejenis NSAID yang juga memiliki fungsi untuk meredakan rasa nyeri dan
peradangan yang terjadi pada tubuh.

Sebaiknya obat ini tidak digunakan pada :

Wanita hamil dan menyusui


Seseorang yang alergi terhadap bahan nabumetone
Seseorang yang mengalami alergi seperti ruam, gatal-gatal, gangguan pernafasan, polip, dan
pusing terhadapa obat-obatan NSAID.

Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk dokter atau sesuai aturan pakai yang biasanya
tertera pada label obat.

Efek samping penggunaan nabumeton diantaranya :

Gejala umum yang biasa dialami antara lain : Sembelit, diare, pusing, mengantuk,sering
buang gas, sakit kepala, mulas, mual.
Terkadang pengguna akan mengalami reaksi alergi seperti ruam, gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (mulut, wajah, bibir,lidah), gangguan produksi urine, nyeri
dada, merasa kebingungan, depresi, pingsan, detak jantung lebih cepat dari biasanya, demam,
menggigil, sakit tenggorokan, mengalami perubahan mental atau suasana hati, mati rasa pada
tangan atau kaki, mual, muntah , sesak napas, warna kulit atau mata menguning.

Naproxen

Jenis NSAID ini juga digunakan untuk mengurangi hormon penyebab nyeri dan peradangan
pada anggota tubuh, seperti nyeri akibat gejal arthritis, ankylosing spondylitis, tendinitis,
bursitis, asam urat, atau kram menstruasi.

Perhatikan hal-hal berikut sebelum mengkonsumsi obat ini :

Obat ini dapat memicu resiko terjadinya serangan jantung dan stroke. Untuk itu sangat
disarankan bagi penderita jantung, maupun seseorang yang baru saja melakukan operasi pada
jantung untuk menghindari pemakaian obat ini.
Bagi orang yang alergi terhadap obat ini sendiri maupun jenis NSAID lain seperti aspirin,
atau bagi orang-orang yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi,
maag, gangguan hati, ginjal, asma, polip, ataupun jika anda seorang perokok aktif, sebaiknya
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan obat ini. Karena
obat ini dapat menyebabkan pendarahan pada bagian perut atau usus, yang bisa berakibat
pada kematian.
Bagi wanita hamil dan menyusui, mengkonsumsi naproxen di trimester akhir kehamilan bisa
membahayakn janin dalam kandungan.
Efek samping yang ditimbulkan :

Sama seperti jenis NSAID yang lainnya naproxen juga memiliki efek samping yang umum
terjadi seperti, gatal-gatal, gangguan pernafasan, pembengkakan ( pada wajah Anda, bibir,
lidah, dan tenggorokan), sakit perut, sakit perut, diare, sembelit, kembung, sering buang gas,
pusing, sakit kepala, gugup, penglihatan kabur, terjadi dering di telinga.

Oxaprozin

Obat ini digunakan untuk pengobatan penyakit rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan
arthritis, karena obat ini dapat menghalangi zat-zat yang dapat menimbulkan peradangan
dalam tubuh.

Obat ini tidak baik digunakan untuk seseorang yang alergi terhadap jenis obat itu sendiri
maupu jenis-jenis NSAID lainnya seperti ibuprofen dan celebrex, juga bagi wanita yang
sedang hamil maupun menyusui dan pasien yang baru saja menjalani operasi penyakit
jantung untuk itu diperlukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum
mengkonsumsi obat ini.Adapun efek samping yang umum terjadi dari pemakaian oxaproxin
antara lain : pengguna bisa mengalami Sembelit, diare, pusing, mengantuk, seringnya buang
gas, sakit kepala, mulas, dan mual. Obat ini juga dapat meningkatkan resiko penyakit jantung
dan gangguan pembuluh darah yang serius. Selain itu, oxaproxin juga dapat meningkatkan
resiko penyakit maag.

Piroxican

Obat ini digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan pada tahap ringan hingga sedang,
seperti pada gejala artritis, pembengkakan, kaku dan nyeri pada otot.

Cara kerjanya adalah dengan menghambat prostlaglandin dalam tubuh. Dosis penggunaan
piroxican pada umumnya adalah 10 hingga 20 mg perharinya.

Sebaiknya obat ini tidak digunakan pada :

Wanita yang sedang hamil dan menyusui. Pada wanita yang sedang merencanakan
kehamilan, piroxican dapat berakibat mengurangi tingkat kesuburan anda.
Bagi seseorang yang memiliki riwayat gangguan lambung, usus, asma, gangguan hati, ginjal,
penyakit jantung, hipertensi, gangguan penglihatan, penggumpalan darah, serta yang alerdi
terhadap anti inflamasi jenis lainnnya seperti ibuprofen dan aspirin, sebaiknya melakukan
konsultasi pada dokter sebelum menggunakan obat ini.

Efek samping yang ditimbulkan : kembung, nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, demam, dan
gejala flu.

Salsalate

Obat ini digunakan untuk mengobati demam, nyeri, serta peradangan pada tubuh. Obat ini
memiliki efek yang kuat seperti halnya aspirin dalam mengurangi peradangan, tetapi obat
ini tidak berpengaruh pada pembekuan darah dari aspirin.

Jenis penyakit yang dapat diobati dengan salsalate antara lain : heumatoid arthritis,
osteoarthritis, peradangan dan nyeri akibat cedera jaringan lunak, tendinitis, dan bursitis.
Dosis umum penggunaan obat ini adalah 3000 mg perhari yang diberikan selama 2 sampai 4
kali.

Peringatan pemakaian :

Jangan mengkonsumsi obat ini saat anda mengkonsumsi alkohol, karena dapat meningkatkan
resiko sakit maag
Bagi wanita menyusui, sebaiknya jangan mengkonsumsi obat ini karena dapat
mengakibatkan efek buruk bagi bayi

Efek samping yang umumnya terjadi atas penggunaan salsalate adalah gangguan
pencernakan, dan tinnitus (telinga berdengiing). Efek lain yang mungkin timbul yaitu : sakit
perut, kram, mual, muntah, gangguan pada hati, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, ruam,
gangguan ginjal, vertigo, pembekuan darah, serangan jantung, hipertensi (tekanan darah
tinggi), dan gagal jantung.

Sulindac (clinoril)

Sama seperti jenis NSAID lain, sulindac juga berperan untuk mengatasi rasa nyeri, nyeri dan
peradangan yang dsebabkan oleh rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, arthritis gout,
osteoarthritis. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati peradangan yang terjadi pada
jaringan lunak seperti tendinitis dan bursitis.

Peringatan sebelum penggunaan sulindac :

Dosis penggunaan obat ini adalah 150 hingga 200 mg perhari yang diberikan selama 2 kali
sehari sehabis makan. Batas maximal konsumsi obat ini adalah 400 mg/ hari.
Bagi pasien dengan riwayat penyakit asma, dan alergi seperti gatal-gatal, atau alergi terhadap
jenis obat-obatan lain, penderita ulkus peptikum (gangguan fungsi ginjal), obat ini sebaiknya
dihindari. karena dapat memperburuk kondisi pasien seperti Retensi cairan, pembekuan
darah, serangan jantung, hipertensi.
Wanita hamil dan menyusui sebaiknya menghindari pemakaian obat ini.

Efek samping penggunaan obat ini antara lain :

Sama seperti efek samping antibiotik, jenis obat ini dapat menyebabkan gangguan
pencernakan (seperti gangguan pada lambung dan usus kecil), nyeri perut, kram, mual,
peradangan selaput lendir pada lambung (gastritis), perdarahan gastrointestinal, gangguan
hati, lemah, pusing, timbulnya ruam, gangguan ginjal, telinga berdenging.

Tolmetin

Merupakan sejenis anti inflamasi NSAID yang berguna untuk pengobatan demam, nyeri, dan
peradangan seperti pada gejala rheumatoid arthritis, arthritis juvenile, atau osteoarthritis.

Penggunaan Tolmetin :

Dosis yang dianjurkan untuk jenis obat ini adalah 200 hingga 600 mg perhari selama tiga kali
minum setelah makan. Dosis maximum adalah 1800 mg perhari.
Penggunaan tolmetin pada pasien yang sedang mengkonsumsi jenis obat-obatan antikoagulan
dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan. Begitu juga bagi pasien yang memakai
lithium atau methotrexate, dapat mengembangkan kadar racun obat itu sendiri.
Pencampuran penggunaan tolmetin dengan valsartan, losartan, irbesartan atau angiotensin
converting enzyme inhibitor, kaptopril pada lansia yang mengalami gangguan fungsi ginjal
dapat menyebabkan berkurangnya fungsi ginjal yang akhirnya bisa mengakibatkan gagal
ginjal.
Wanita hamil dan ibu menyusui sebaiknya menghindari penggunaan obat ini.

Efek samping yang umumnya terjadi pada pasien yang menggunakan obat ini adalah
gangguan pencernakan, nyeri perut, kram, mual, gastritis, perdarahan gastrointestinal,
gangguan hati, terjadi ulserasi lambung, tinja berwarna hitam, lemah, pusing, munculnya
ruam, telinga berdenging.

2. Acethaminophen (paracetamol)

Merupakan jenis obat-obatan yang paling sering dikonsumsi masyarakat, yaitu untuk
meredakan rasa nyeri dan demam. Penggunaan analgesic ini antara lain untuk pengobatan
sakit kepala, nyeri otot, arthritis, sakit punggung, sakit gigi, pilek, dan juga demam.

Acethaminophen kadang-kadang disingkat APAP yang terkandung dalam berbagai jenis


obat-obatan. Untuk itu sebelum menggunakan obat-obatan, telitilah dulu kandungan yang
biasa tertera pada labelnya. Jangan sampai kita mengkonsumsi obat ini dalam melebihi dosis
yang nantinya akan berakibat fatal.

Sebaiknya obat ini digunakan selain untuk pasien dengan gangguan fungsi hati dan juga
pengonsumsi alkohol. Penggunaan obat ini untuk wanita yang sedang hamil, ibu menyusui,
dan anak-anak dibawah 2 tahun, harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Obat ini biasanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh infeksi
atau yang lainnya. Selain itu, obat ini juga bisa meredakan rasa nyeri pada tingkat rendah
hingga sedang. Analgesik ini bekerja langsung pada pusat pengatur panas tubuh di
hipotalamus.

Adapun beberapa merk dagang dari acethaminophen antara lain paracetamol, sanmol, pamol,
fasidol, panadol, itramol, dan masih banyak lagi.

Acethaminophen diberikan pada pasien secara oral

Efek samping penggunaan acethaminophen :

1. Hilangnya nafsu makan


2. Mual
3. Muntah
4. Sakit perut
5. Berkeringat
6. Mengalami kebingungan
7. Kelelahan
8. Urine berwarna gelap
9. Kulit mata menguning
10. Penggunaan acethaminophen pada pecandu alkohol dapat meningkatkan resiko kerusakan
hati.
11. Obat ini juga bisa mengakibatkan alergi seperti gatal-gatal, Pembengkakan pada wajah, bibir,
lidah, dan tenggorokan
12. Dapat menimbulkan gangguan pernafasan
13. Ruam pada kulit yang berakibat melepuh dan mengelupas.

3. Kodein

Merupakan sejenis obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri pada stadium sedang
hingga berat. Selain itu obat ini juga berguna untuk meredakan batuk, diare, dan iritasi.

Kodein sendiri merupakan salah satu jenis narkotika, karena saat berada pada saluran
pencernakan (hati), fungsi obat ini akan diubah ke bentuk aslinya yaitu morfin.

Bentuk tampilan obat ini biasanya pil dan cairan. Dalam dunia kesehatan pemakaiannya biasa
digabungkan dengan jenis analgesik lainnya seperti aspirin, ibuprofen, acethaminophen, dan
juga kafein.

Beberapa efek yang ditimbulkan oleh obat ini antara lain :

Euforia
Gatal-gatal
Mual
Muntah
Mengantuk
Mulut terasa kering
Hipotensi
Sulit buang air kecil
Depresi
Sembelit
Bila over dosis, bisa mengakibatkan gangguan saluran pernafasan
Kecanduan jika digunakan dalam jangka panjang.

Bila penggunaan dihentikan, pasien biasanya akan mengalami withdrawal syndrome, yaitu
gelisah dan berkeringat.

Demikian beberapa jenis analgesik, semoga bermanfaat.


Obat Analgetik

Antalgin
Indikasi:
Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi
yaitu:
Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.
Nyeri karena tumor atau kolik.
Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.

Kontra Indikasi:
Alergi dipiron, granulositopenia, porfiria intermiten, defisiensi G6PD, payah jantung, bayi <
3 bulan, hamil trisemester pertama dan 6 minggu terakhir.

Komposisi:
Tiap tablet mengandung Antalgin 500 mg.

Dosis:
Oral
Dewasa: 500 1000 mg 3 4 kali sehari (maksimum 3 gram sehari).
Anak-anak: 250 500 mg 3 4 kali sehari (maksimum 1 gram untuk < 6 tahun dan 2 gram
untuk 6 12 tahun).

Parental
500 1000 mg sekali suntik. Jangan lebih dari 1 gram karena dapat menimbulkan syok.

Perhatian:
Pengobatan harus segera dihentikan bila timbul gejala pertama turunnya jumlah sel darah
atau granulositopenia atau sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain.
Hati-hati pada penderita yang pernah memiliki penyakit darah.
Jangan digunakan untuk kelainan yang ringan, masih ada obat lain yang lebih aman.

Efek Samping:
Infeksi lambung, hiperhidrosis.
Retensi cairan dan garam.
Reaksi elaergi cukup sering: reaksi kulit dan edema angioneurotik.
Efek samping yang berat: agranulositosis, pansitopenia dan nefrosis.

Interaksi Obat:
Bila digunakan bersama dengan klorpromazine, dapat menimbulkan hipotermia yang berat.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:
Jangan diberikan pada wanita hamil karena potensi karsigonik dari metabolit nitrosamin.
Penggunaan pada anak:
Jangan diberikan pada bayi kurang dari 3 bulan (atau BB < 5 kg).

Jenis: Tablet

Produsen: PT Kimia Farma

Dexamethasone 0,5 mg
Indikasi:
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai
perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20 mg
hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.

Kontra Indikasi:
Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada mata;
tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita.
Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang
dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.

Komposisi:
Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung:
a. Dexamethasone .. 0.5 mg.
b. Dexamethasone .. 0.75 mg.
Tiap ml injeksi Dexamethasone Harsen mengandung:
Dexamethasone Sodium phosphat .. 5 mg.

Uraian dan Penggunaan:


Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai
perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20 mg
hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral conticoid dari cortisone
dan hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocotical tidak berguna.
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya: untuk anti inflamasi, pengobatan
rheumatik arthritis dan penyakit colagen lainnya, alergi dermatitis dll, penyakit kulit,
penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi glukocorticoid berguna lebih
menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada
jaringan lunak dan anemia hemolytica.

Efek Samping:
Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti
kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan dengan
beberapa glucocorticoid lainnya.
Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.

Dosis:
Dewasa:
Oral: 0.5 mg 10 mg per hari
(rata-rata 1.5 mg 3 mg per hari)
Parenteral: 5 mg 40 mg per hari
Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena atau intra muskular.
Anak-anak: 0.08 mg 0.3 mg/kg berat badan/perhari dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

Perhatian:
Kekurangan adrenocotical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi
dengan mengurangi dosis secara bertahap.
Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan hypothyroidism dan
chirrhosis.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Jenis: Tablet

DIVOLTAR
Indikasi:
Penyakit reumatik inflamatoar dan degeneratif: artritis reumatoid, termasuk bentuk juvenil,
ankilosing, osteoartritis, dan penyakit priai akut.
Kelainan muskulo-skeletal akut: periatritis, tendinitis, tenosinovitis, bursitis, salah urat dan
dislokasi.
Menghilangkan/mengurangi rasa nyeri dan inflamasi nonreumatik.

Kontra Indikasi:
Ulkus peptikum atau perdarahan saluran cerna.
Hipersensitivitas terhadap diklofenak.
Penderita asma yang mengalami serangan asma, urtikaria atau rinitis akut bilamendapat
asetosal atau obat-obat antiinflamasi nonsteroid lainnya.
Komposisi:
Tiap tablet salut enterik mengandung:
Diklofenak natrium 25 mg atau 50 mg

Farmakologi:
DIVOLTAR adalah obat antiinflamasi nonsteroid dengan struktur kimia yang baru (suatu
derivat asam asetat). Obat ini mempunyai sifat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik yang
kuat. Seperti obat antiinflamasi nonsteroid lainnya, DIVOLTAR merupakan penghambat
prostaglandinsintetase.
Sebagai tablet salut enterik, DIVOLTAR hancur dan melarut langsung dalam usus halus,
dimana diklofenak diabsorpsi dengan cepat. Dengan demikian, iritasi lambung dikurangi.
Diklofenakmengalami metabolisme lintasan pertama dalam hati. Kadar puncak dalam plasma
akan dicapai setelah 1 4 jam. Obat ini 99.7% terikat pada protein plasma dan waktu paruh
eliminasinya 1 2 jam. Diklofenak dimetabolisme hampir sempurna dalam hati, ekskresi
obat yang utuh melalui ginjal kurang dari 1%.

Peringatan dan Perhatian:

1. Gunakan dengan hati-hati pada:


penderita dengan gangguan saluran cerna atau dengan riwayat ulkus peptikum.
penderita dengan insufisiensi hati, jantung atau ginjal yang parah.
penderita usia lanjut (lebih mudah mengalami efek samping obat-obat antiinflamasi
nonsteroid).
2. Penderita dengan pengobatan jangka panjang dengan DIVOLTAR seperti halnya
dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid lainnya, harus dimonitor sebagai tindakan
berjaga-jaga(mis. fungsi ginjal, hati dan hitung darah).
3. DIVOLTAR tidak boleh diberikan selama kehamilan, kecuali bila mutlak diperlukan.
4. DIVOLTAR dapat meningkatkan kadar plasma lithium atau digoksin.
Efek Samping:
Pada awal pengobatan, dapat terjadi nyeri epigastrum, sendawa, nausea dandiare, nyeri
kepala atau pusing. Efek samping ini biasanya ringan. Reaksi kulit, retensi cairan dan
peningkatanserum transaminase kadang-kadang terjadi.
Userasi dan pendarahan saluran cerna, ikterus, hepatitis, gagal ginjal dan sindroma nefrotik
juga terjadi. Bila ini terjadi, DIVOLTAR harus dihentikan. Leukopenia, trombositopenia, dan
anemia aplastik dapat juga terjadi, tetapi sangat jarang.

Dosis:
Dewasa:
Dosis awal 75 150 mg sehari, dibagi dalam 2 3 dosis.
Untuk terapi jangka panjang, dosis biasanya 75 100 mg sehari.
Anak 1 tahun atau lebih
1 3 mg/kg sehari, dibagi dalam 2 3 dosis.
Tablet harus ditelan seluruhnya sewaktu makan atau setelah makan.

Penyimpanan:
Lindungi dari cahaya.
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat Celsius).
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Jenis: Tablet

Produsen: PT Kalbe Farma

Natrium Diklofenak
Indikasi:
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis, osteoartritis dan ankilosing
spondilitis.

Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau
alergi pada pemberian aspirin atau NSAIA lain.
Penderita tukak lambung.

Komposisi:
Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Salut Enterik
Tiap tablet salut enterik mengandung: Natrium Diklofenak 25 mg.
Natrium Diklofenak 50 mg Tablet Salut Enterik
Tiap tablet salut enterik mengandung: Natrium Diklofenak 50 mg.

Cara Kerja Obat:


Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti inflamasi, analgesik dan
antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga
pembentukan prostaglandin terhambat.

Efek Samping:
Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram perut, sakit kepala, retensi cairan,
diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung,
pusing, ruam, pruritus dan tinitus.
Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis.
Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia, leukopenia, anemia,
agranulositosis).

Peringatan dan Perhatian:


Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau hipertensi, karena
diklofenak dapat menyebabkan retensi cairan dan edema.
Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung, hati, penderita usia
lanjut dan penderita dengan luka atau perdarahan pada saluran pencernaan.
Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.
Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus plasenta.
Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan melalui
ASI.
Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.

Dosis dan Cara Pemakaian:


Osteoartritis : 2 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
Reumatoid artritis : 3 4 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
Ankilosing spondilitis : 4 kali sehari 25 mg ditambah 25 mg saat akan tidur.
Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum makan.

Interaksi Obat:
Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AUC diklofenak.
Diklofenak meningkatkan konsentrasi plasma digoksin, metotreksat, siklosporin dan litium
sehingga meningkatkan toksisitasnya.
Diklofenak menurunkan aktivitas obat-obatan diuretik.

Kemasan:
Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Salut Enterik
Dus berisi 5 strip @ 10 tablet
Natrium Diklofenak 50 mg Tablet Salut Enterik
Dus berisi 5 strip @ 10 tablet

Penyimpanan:
Simpan di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Jenis: Tablet

Sanmol
Indikasi:
Sanmol diindikasikan untuk meringankan raa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan
menurunkan demam

Kontra Indikasi:
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
Hipersensitif terhadap paracetamol

Deskripsi:
N/A
Jenis: Tablet

Produsen: PT Sanbe Farma

Sanmol Syrup
Indikasi:
SANMOL diindikasikan untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan demam yang menyertai influenza dan demam setelah imunisasi.

Kontra Indikasi:
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
Hipersensitif terhadap paracetamol

Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung Paracetamol 120mg.

Farmakologi:
SANMOL mengandung Paracetamol yang bekerja sebagai nalgesik, bekerja dengan
meningkatkan ambang rangsang rasa sakit dan sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung
pada pusat penghantar panas di hipotalamus.

Efek Samping:
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
Reaksi hipersensitivitas.

Perhatian:

Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.


Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang,
segera hubungi unit pelayanan kesehatan.
Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, dapat mengakibatkan
risiko kerusakan fungsi hati.
Dosis:
1 2 tahun: 5 ml, 3 4 kali sehari.
2 6 tahun: 5 10 ml, 3 4 kali sehari.
6 9 tahun: 10 15 ml, 3 4 kali sehari.
9 12 tahun: 15 20 ml, 3 4 kali sehari.
Atau menurut petunuk dokter.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar (25 30 derajat C), terlindung dari cahaya.

Jenis: Fls

Produsen: PT Sanbe Farma

SUMAGESIC
Indikasi:
SUMAGESIC ideal untuk menyembuhkan rasa sakit termasuk sakit kepala, sakit gigi, sakit
pada otot dan persendian, rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan sakit karena trauma ringan
dan tindakan pembedahan. Juga ideal untuk menurunkan demam yang menyertai flu, masuk
angin, tonsilitis, tuberkulosis dan infeksi-infeksi lainnya.

Kontra Indikasi:
N/A

Komposisi:
Setiap tablet mengandung:
Asitominofen 600 mg

Sumagesik mengandung dosis optimum yang efektif dari 600 mg asetaminofen. Pada dosis
ini, asetaminofen menyembuhkan rasa sakit sebanding dengan penyembuhan oleh 600 mg
asam asetilsalisilat dan 60 mg kodeina tanpa efek samping dari obat-obat tersebut.

SUMAGESIC menyembuhkan rasa sakit dengan cara bekerja pada pusat rasa sakit dalam
otak dan mencegah timbulnya rangsangan rasa sakit pada tempat-tempat bersangkutan.
SUMAGESIC juga menurunkan demam dengan cara mempengaruhi pusat pengatur suhu
dalam otak untuk menurunkan panas dengan jalan mengeluarkan peluh. Khasiat
antipiretiknya hampir dua puluh lima kali lebih hebat daripada aspirin. SUMAGESIC lebih
manjur dan bekerja lebih cepat daripada asam asetilsalisilat sebagai antipiretik.

SUMAGESIC adalah analgetik-antipiretik pilihan utama bagi penderita yang peka terhadap
asam asetilsalisilat dan obat-obatan sejenis. SUMAGESIC dua kali lebih aman daripada asam
asetilsalisilat dan jauh lebih aman dibandingkan dengan obat-obat analgetik-antipiretik
lainnya. SUMAGESIC tidak menyebabkan iritasi lambung, karenanya dapat diberikan
dengan aman kepada penderita-penderita hiperasiditas (pengeluaran asam lambung yang
berlebihan), tukak lambung dan gastritis (radang pada lambung).
Aturan Pakai:
(3 4 kali sehari)
Anak-anak . 1/4 1/2 tablet
Dewasa . 1 tablet
Atau menurut petunjuk dokter.

Penyimpanan:
Simpan pada suhu 25 30 derajat Celsius.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Medifarma Lab

Thrombophop Gel
Indikasi:
Flebitis permukan, dengan atau tanpa pembentukan gumpalan-gumpalan. Penyumbatan
pembuluh balik yang berlebihan.gangguan-gangguan olah raga dan kecelakan-kecelakan
seperti memar, bengkak, keseleo, dan sebagainya.Tendovaginitis, tendosynovitis. Kejang
betis, Furunculosis dan bengkak-bengkak.

Kontra Indikasi:
N/A

Deskripsi:
Thrombophop gel adalah suatu bentuk baru dalam terapi heparin sodium untuk kulit. Heparin
dapat mencegah pembekuan darah dan membantu proses fibrinolisa. Mikrotrombi (butir-butir
bekuan darah) yang terdapat disekitar kulit dapat diserap lebih cepat. heparin juga berkhasiat
sebagai anti-radang, sehingga dapat menyembuhkan bengkak dan mehilangkan rasa nyeri.
obat ini menurunkan ketegangan otot-otot pembuluh darah, sehingga melancarkan peredaran
darah.

Jenis: Tube

Produsen: PT Tunggal Idaman Abdi


VOLTADEX
Indikasi:
Nyeri yang disebabkan oleh inflamasi non-rematik.
Artritis rematik, osteoartritis, spondilitis ankilosa, spondiloartritis.

Kontra Indikasi:
Ulkus peptikum
Reaksi hipersensitif terhadap diclofenac
Bila aspirin atau obat anti-inflamasi diketahui menimbulkan asma, urtikaria, atau rinitis,
maka VOLTADEX tidak boleh diberikan.
Komposisi:
VOLTADEX 25 mg
Tiap tablet salut enterik mengandung:
Diclofenac sodium 25 mg
VOLTADEX 50 mg
Tiap tablet salut enterik mengandung:
Diclofenac sodium 50 mg
Farmakologi:
VOLTADEX adalah turunan asam fenil asetat yang memiliki khasiat antirematik, anti-
inflamasi, antipiretik, dan analgetik.

Dosis:
25 mg 50 mg, 3 kali sehari.
Untuk pengobatan jangka panjang cukup dengan dosis 75 100 mg sehari.
Dosis sehari jangan melebihi 150 mg.
Anak-anak umur 6 tahun atau lebih: 1 3 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi.
Tablet harud ditelan utuh pada waktu atau sesudah makan.

Efek Samping:
Pada umumnya VOLTADEX ditoleransi dengan baik dalam tubuh.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah gangguan saluran cerna, selain itu dapat pula
timbul sakit kepala, mual, muntah, kembung, sukar tidur, ruam kulit, dan pruritus. Tetapi efek
samping tersebut akan hilang sendiri berangsur-angsur tanpa menghentikan penggunaan
VOLTADEX.

Peringatan dan Perhatian:


Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan riwayat dekompensasi jantung atau
hipertensi.
Karena kegagalan ginjal akut mungkin dapat terjadi pada penderita yang sudah mempunyai
gangguan fungsi ginjal, maka pada penderita seperti ini, VOLTADEX harus diberikan
dengan hati-hati dan fungsi ginjal harus terus dimonitor.
Hati-hati bila digunakan padawanita hamil atau menyusui (hanya bila sangat diperlukan).
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Jenis: Tablet

Produsen: PT Dexa Medica

Kalium Diklofenak
Indikasi:
Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi kondisi akut sebagai berikut:
Nyeri inflamasi setelah trauma, seperti karena terkilir.
Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi tulang atau gigi.
Sebagai ajuvan pada nyeri inflamasi yang berat dari infeksi telinga, hidung atau
tenggorokan, misalnya faringotonsilitis, otitis. Sesuai dengan prinsip pengobatan umum,
penyakitnya sendiri harus diobati dengan terapi dasar. Demam sendiri bukan suatu indikasi.

Kontra Indikasi:
Tukak lambung
Hipersensitif terhadap zat aktif]
Seperti halnya dengan anti inflamasi non steroid lainnya, kalium diklofenak
dikontraindikasikan pada pasien dimana serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut
ditimbulkan oleh asam asetilsalisilat atau obat-obat lain yang mempunyai aktivitas
menghambat prostaglandin sintetase

Tablet Salut Enterik 25 mg & 50 mg

Komposisi:
Kalium Diklofenak 25 mg
Tiap tablet salut enterik mengandung Kalium Diklofenak 25 mg

Kalium Diklofenak 50 mg
Tiap tablet salut enterik mengandung Kalium Diklofenak 50 mg

Cara Kerja Obat:

Farmakodinamik

Kalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan mengandung garam kalium
dari diklofenak. Pada kalium diklofenak, ion sodium dari sodium diklofenak diganti dengan
ion kalium. Zat aktifnya adalah sama dengan sodium diklofenak. Obat ini mempunyai efek
analgesik dan antiinflamasi. Tablet kalium diklofenak memiliki mula kerja yang cepat.
Penghambatan biosintesa prostaglandin, yang telah dibuktikan pada beberapa percobaan,
mempunyai hubungan penting dengan mekanisme kerja kalium diklofenak. Prostaglandin
mempunyai peranan penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan demam. Pada
percobaan-percobaan klinis Kalium Diklofenak juga menunjukkan efek analgesik yang nyata
pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang disebabkan oleh trauma atau
setelah operasi, kalium diklofenak mengurangi nyeri spontan dan nyeri pada waktu bergerak
serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak secara in vitro tidak menekan
biosintesa proteoglikan di dalam tulang rawan pada konsentrasi setara dengan konsentrasi
yang dicapai pada manusia.

Dosis:

Dewasa:
Umumnya takaran permulaan untuk dewasa 100-150 mg sehari.
Pada kasus-kasus yang sedang, juga untuk anak-anak di atas usia 14 tahun 75-100 mg
sehari pada umumnya mencukupi.
Dosis harian harus diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali

Anak-anak:
Tablet kalium diklofenak tidak cocok untuk anak-anak.

Peringatan dan Perhatian:

Ketepatan diagnosa dan pengawasan yang ketat harus dilakukan pada pasien-pasien
dengan gejala gangguan saluran pencernaan, pasien yang mempunyai riwayat tukak lambung,
dengan ulkus kolitis, atau pasien dengan penyakit Crohn, juga pada pasien yang menderita
gangguan hati yang berat.

Umumnya perdarahan saluran pencernaan atau ulkus/ perforasi mempunyai konsekwensi


yang lebih serius pada orang tua. Hal ini dapat terjadi setiap waktu selama pengobatan
dengan atau tanpa gejala peringatan atau riwayat sebelumnya.

Bila terjadi perdarahan saluran pencernaan atau ulkus pada pasien yang menerima kalium
diklofenak, obat ini harus dihentikan.

Karena prostaglandin penting untuk mempertahankan aliran darah pada ginjal, perhatian
khusus harus diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi jantung atau ginjal, pasien yag
diobati dengan diuretik, dan pada pasien dengan extracellular volume depletiondari
berbagai sebab,misalnya pada fase peri atau sesudah operasi dari operasi bedah yang besar.

Pemantaun fungsi ginjal sebagai tindakan pencegahan direkomendasikan jika digunakan


pada kasus-kasus tertentu. Penghentian pengobatan diikuti oleh penyembuhan seperti
keadaan sebelum pengobatan.

Walaupun jarang, apabila timbul tukak lambung atau perdarahan lambung selama masa
pengobatan dengan kalium diklofenak , obat harus segera dihentikan.
Pada pasien dengan usia lanjut perhatian harus diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip
pengobatan kedokteran. Khususnya direkomendasikan untuk menggunakan dosis efektif
terendah pada pasien tua yang lemah atau dengan berat badan rendah. Seperti halnya dengan
antiinflamasi non steroid lainnya, kenaikan satu atau lebih enzim hati mungkin terjadi dengan
kalium diklofenak.

Pemantauan fungsi hati diindikasikan sebagai tindakan pencegahan. Jika test fungsi hati
yang abnormal tetap atau menjadi lebih buruk, dan jika tanda-tanda klinis atau gejala-gejala
tetap dengan berkembangnya penyakit hati atau jika terjadi manifestasi lainnya (misalnya
eosinofilia, ruam, dsb) kalium diklofenak harus dihentikan. Hepatitis mungkin terjadi tanpa
gejala-gejala prodromal.

Perhatian harus diberikan jika menggunakan kalium diklofenak pada pasien-pasien


dengan porfiria hati, karena obat ini mungkin menyebabkan serangan.

Pengobatan dengan kalium diklofenak untuk indikasi seperti tersebut di atas biasanya
hanya untuk beberapa hari. Tetapi bila berlawanan dengan rekomendasi untuk pemakaiannya
dimana kalium diklofenak diberikan untuk jangka waktu lama, sebaiknya seperti halnya obat-
obat anti inflamasi non steroid yang mempunyai aktivitas yang tinggi lainnya, dilakukan
hitung darah.

Seperti halnya dengan anti inflamasi non steroid lainnya, reaksi alergi termasuk reaksi
anafilaktik/anafilaktoid, dapat juga terjadi walaupun tanpa pernah terpapar dengan obat ini
sebelumnya.

Mutagenisitas, karsinogenisitas dan studi toksisitas reproduksi:


Diklofenak tidak menunjukkan efek mutagenik, karsinogenik atau teratogenik pada studi
yang dilakukan.

Pemakaian pada waktu kehamilan dan laktasi:


Pada masa kehamilan, kalium diklofenak hanya digunakan pada keadaan yang sangat
diperlukan dan dengan dosis efektif yang terkecil Seperti halnya obat-obat penghambat
prostaglandin sintetase lainnya, hal ini terutama berlaku pada 3 bulan terakhir dari masa
kehamilan (karena kemungkinan terjadinya inertia uterus dan atau penutupan yang prematur
dari ductus arteriosus). Sesudah pemberian oral dosis 50 mg setiap 8 jam, zat aktif dari
kalium diklofenak dijumpai dalam air susu ibu, seperti obat-obat lainnya yang diekskresikan
ke dalam air susu ibu, kalium diklofenak tidak dianjurkan untuk digunkan pada ibu yang
menyusui.

Efek pada kemampuan mengemudi atau menggunakan mesin:


Pasien yang mengalami pusing atau gangguan saraf pusat lainnya harus dihindarkan dari
mengemudi kendaraan atau menjalankan mesin.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Dexa Medica


RHEUMACYL pegel linu
Indikasi:
Membantu meredakan pegel linu, sakit otot pinggang, dan encok.
Membantu memelihara kesehatan tubuh.

Kontra Indikasi:
N/A

Komposisi:
Setiap kapsul mengandung ekstrak berkhasiat:
Zingiberis rhizoma 12,5 mg,
Recrofracti fructus 10 mg,
Zingiber aromaticum rhizoma 12,5 mg,
Myristicae semen 12,5 mg,
Curcuma domestica rhizoma 20 mg,
Panax gingseng 10 mg,
Bupleurum falcatum 25 mg,
Royall jelly 5 mg,
Menthae folia 5 mg.

Terbuat dari kombinasi tanaman berkhasiat. Mengandung Bupleurum Falcatum yang dikenal
pada pengobatan tradisional china untuk meredakan nyeri.

Aturan Pakai:
Dewasa dan anak diatas 12 tahun minum 1-2xsehari 2 kapsul.
Sebaiknya diminum sebelum tidur.

Anjuran:
Istirahat yang cukup

Jenis: Kapsul

Produsen: PT Tempo Scan Pasific


Thrombogel 10gr
Indikasi:
Trombosis permukaan, Tromboflebitis, Haematomata, mencegah dan mengobati radang
pembuluh balik setelah penyuntikan i.v.

Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen obat-obat.

Deskripsi:
Heparin adalah suatu antikoagulan yang dapat mencegah terbentuknya gumpalan-gumpalan
dalam darah dan membatu mencegah pembekuan darah yang telah terbentuk.

Jenis: Tube

Produsen: PT Tunggal Idaman Abdi

TRAMADOL
Indikasi:
TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat,
seperti tersebut di bawah ini:
Nyeri akut dan kronik yang berat.
Nyeri pasca bedah.

Kontra Indikasi:
Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP
lainnya.
Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).
Penderita yang hipersensitif terhadap TRAMADOL.

Komposisi:
Tiap kapsul mengandung:
Tramadol Hidroklorida.50 mg
Cara Kerja Obat:
TRAMADOL adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
TRAMADOL mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu TRAMADOL
menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap
rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.

Efek Samping:
Sama seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek samping yang dapat
terjadi: mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, kulit
kemerahan, mulut kering dan sakit kepala.
Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang terbukti
insidens ketergantungan setelah penggunaan TRAMADOL, ringan.

Perhatian:
Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena
dapat meningkatkan resiko kejang atau syok.
Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi
dengan obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan.
TRAMADOL tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun
termasuk agonis opiat, TRAMADOL tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat
pemberian morfin.
TRAMADOL sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar
diperlukan.
0,1% TRAMADOL diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).
TRAMADOL dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan
mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
Lama pengobatan
Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter
harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang
diperlukan.

Interaksi Obat:
Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP (seperti:
tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek sedasinya.
Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat meningkatkan efek
analgesiknya.

Dosis:
Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan beratnya rasa sakit dan
respon klinis dari penderita.
Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun:
Dosis tunggal: 1 kapsul.
Dosis perhari: hingga 8 kapsul.
Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1 kapsul TRAMADOL
lagi, setalah selang waktu 30 60 menit.
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Kemasan:
Dus isi 5 strip @ 10 kapsul.

Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Jenis: Kapsul

Produsen: PT Sanbe Farma

INTERAKSI PADA OBAT ANALGESIK ANTIINFLAMASI


6 JANUARI 2013 BY PHARMACISTSUCCES

I.PENDAHULUAN
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-
obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika
menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus
tinggal di rumah sakit lebih lama daripada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian
karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering
mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih
dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi
tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeksterapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.
Terdapat 2 tipe interaksi obat yaitu secara farmakokinetika dan
farmakodinamika. Farmakokinetik : Apayang dilakukan tubuh terhadap obat, salah satu obat
dapat mengubah konsentrasi yang lain dengan mengubah penyerapan, distribusi,
metabolisme, atau ekskresi-Biasanya (tapi tidak selalu) dimediasi oleh sitokrom P450 (CYP)
. Farmakodinamik :Terkait dengan efek obat pada tubuh. Satu jenis obat memodulasi efek
farmakologis obat lain: aditif, sinergis, atau antagonis.
Kombinasi sinergis, efek farmakologis lebih besar dari penjumlahan 2 obat, interaksi yang
menguntungkan: aminoglikosida+penisilin-Berbahaya: barbiturat+alkohol.
Antagonisme, efek farmakologis lebih kecil dari pada penjumlahan 2 obat,
interaksi yang menguntungkan: naloksondiopiat overdosis. Interaksi yang
berbahaya:AZT+stavudine.
Aditivitas, efek farmakologis sama dengan penjumlahan dari 2 obat, interaksi
yang menguntungkan: aspirin+acetaminophen, interaksi yang berbahaya: neutropenia dengan
AZT+gansiklovir.
II. PENGERTIAN
Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgesic atau pereda nyeri.
Inflamasi adalah respon dari suatu organism terhadap pathogen dan alterasi mekanis dalamj
aringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera,
seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon
utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.Radang terjadi saat suatu mediator
inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh tubuh kita.Lalu permeabilitas sel di tempat
tersebut meningkat diikuti keluarnya cairan ke tempat inflamasi. Terjadilah pembengkakan.
Kemudian terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah perifer sehingga aliran darah
dipacu ke tempat tersebut. Akibatnya timbul warna merah dan terjadi migrasi sel-sel darah
putih sebagai pasukan pertahanan tubuh kita. Inflamasi distimulasi oleh factor kimia
(histamin, bradikinin,serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang
berperan sebagai mediator radang di dalam system kekebalan untuk melindungi jaringan
sekitar dari penyebaran infeksi.
Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
Inflamasi non imunologis : tidak melibatkan system imun (tidak ada reaksi alergi)
misalnya karena luka, cederafisik, dsb.
Inflamasi imunologis : Melibatkan system imun, terjadi reaksi antigen-antibodi.
Misalnya pada asma.
Prostaglandin merupakan mediator padainflamasi yang menyebabkan kita merasa perih,
nyeri, dan panas. Prostaglandin dapat menjadi salah satu donator penyebab nyeri kepala
primer.
Di membrane sel terdapat phosphatidylcholine dan phosphatidylinositol. Saat terjadi luka,
membrane tersebut akan terkena dampaknya juga. Phosphatidylcholine dan
phosphatidylinositol diubah menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat nantinya bercabang
menjadi dua: jalur siklooksigenasi (COX) dan jalur lipooksigenase.
Padajalur COX ini terbentuk prostaglandin dan thromboxanes. Sedangkan pada jalur
lipooksigenase terbentuk leukotriene.
Prostaglandin: mediator inflamasi dan nyeri. Juga menyebabkan vasodilatasi dan
edema (pembengkakan)
Thromboxane: menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggumpalan) platelet
Leukotriene: menyebabkan vasokontriksi, bronkokonstriksi

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi :


Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga
Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam, dll.yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :
pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah
infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan
tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endothelia dengan pembuluh darah.
Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan
memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endothelium dan masuk ke
dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
tumor atau membengkak
calor atau menghangat
dolor atau nyeri
rubor atau memerah
functiolaesa atau daya pergerakan menurun, dan kemungkinan disfungsi organ
Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas,
kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan
mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang,
dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang
dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, prostaglandin dan PAF.
III. PEMBAGIAN OBAT OBATAN
Obat Antiinflamasi terbagi atas 2, yaitu :
1.Golongan Steroid
Contoh : Hidrokortison, Deksametason, Prednisone
2.Golongan AINS (non steroid)
Contoh : Parasetamol, Aspirin, Antalgin/Metampiron, AsamMefenamat, Ibuprofen
IV. MEKANISME KERJA
No. Golongan Obat Mekanisme Kerja

1. Steroid Menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak


terbentuk asam arakhidonat. Tidak adanya asam
arakhidonat berarti tidak terbentuknya
prostaglandin.

2. AINS (Non Steroid) Menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan


cox-2) ataupun menhambat secara selektif cox-2
saja sehingga tidak terbentuk mediator-mediator
nyeri yaitu prostaglandin dan tromboksan

V.TABEL INTERAKSI OBAT


No Nama Obat Nama Obat B Mekanisme Mekanisme obat B In
A obat A A

1. Aspirin Antasida Mengasetilasi Menetralisir asam A


enzim lambung dengan m
siklooksigenase meningkatkan pH p
dan se
menghambat k
pembentukan m
enzim cyclic d
endoperoxides d
m

2. Aspirin Acetazolamide Mengasetilasi Memblok enzim A


enzim karbonik anhidrase m
siklooksigenase ik
dan ac
menghambat d
pembentukan p
enzim cyclic ak
endoperoxides ac
d
to
ac

3. Aspirin Kortikosteroid(Betamethasone) Mengasetilasi Menyebabkan B


enzim vasokonstriksi, juga m
siklooksigenase berkhasiat merintangi m
dan atau mengurangi as
menghambat terbentuknya cairan d
pembentukan peradangan dan udema m
enzim cyclic setempat k
endoperoxides k
m
tu
ef
as
4. Aspirin Methotrexate Mengasetilasi Mengganggu aktivsi A
enzim folat dengan m
siklooksigenase menginhibisi k
dan dihidrofolatereduktase d
menghambat sehingga mengganggu ik
pembentukan replikasi DNA pada sel m
enzim cyclic k
endoperoxides m
m
to
m

5. Aspirin Antikoagulan(warfarin) Mengasetilasi Mengganggu aktivasi M


enzim factor pembekuan darah ak
siklooksigenase yang bergantung pada an
dan vitamin K, yaitu factor, m
menghambat II, VII, IX, X p
pembentukan m
enzim cyclic
endoperoxides

6.. Aspirin Kafein Mengasetilasi -meningkatkan K


enzim mobilisasi kalsium m
siklooksigenase intraselular- b
dan peningkatan akumulasi d
menghambat nukleotida siklikkarena ab
pembentukan hambatan as
enzim cyclic phosphodiesterase
endoperoxides

7. Asam Antasida menghambat Menetralisir asam A


mefenamat sintesa lambung dengan m
prostaglandin meningkatkan pH ab
dengan m
menghambat
kerja enzim
cyclooxygenase
(COX-1 &
COX-2)

8. Diklofenak Sukralfat Menghambat Melindungi permukaan T


kerja enzim sel dari asam lambung, p
siklooksigenase pepsin dan empedu. ab
d
ef
d
m

9. Diklofenak Methotrexate Menghambat Mengganggu aktivsi N


kerja enzim folat dengan m
siklooksigenase menginhibisi k
dihidrofolatereduktase m
sehingga mengganggu p
replikasi DNA pada sel k
m
t
m

10. Diklofenak Kolestiramin Menghambat Menurunkan kadar P


kerja enzim kolesterol plasma k
siklooksigenase dengan mengikat asam d
empedu dalam saluran ab
cerna d
m
ef
d
m

11. Ibuprofen Lithium Menghambat Menstabilkan suasana Ib


kerja enzim hati (mood stabilizer) m
siklooksigenase p
p

li
m
to
li

12. Ibuprofen Gentamisin Menghambat Antibiotik golongan Ib


kerja enzim aminoglikosida yang m
siklooksigenase bersifat bakteriostatik la
dengan berikatan secara g
irreversibel pada sub ak
unit 30S dari ribosom g
dan karena itu to
menyebabkan gangguan g
yang kompleks pada
sintesis protein

13. Ibuprofen Fluconazole Menghambat menghambat enzim F


kerja enzim cytochrome P450, m
siklooksigenase sehingga merintanqi m
sintesa ergosterol ib
m
C
k
ib
m

14. Indometasin Probenesid Menghambat Menghambat reabsorpsi P


kerja enzim asam urat di tubulus m
siklooksigenase ginjal sehingga sekresi k
asam urat meningkat in
k
in
m

VI. CONTOH OBAT DI PASARAN


No. Nama Obat Nama di Nama Indikasi
Pasaran Produsen

1. Hidrokortison Hidrokortison Kalbe Farma Dermatitis (alergi, atopik),


neurodermatitis

2. Deksametason Dexamethasone Sampharindo Mengatasi gejala inflamasi akut,


penyakit alergi, edema serebral,
arthritis rematoid.

3. Prednisone Prednison Berlico Demam rematik akut, asma bronkial,


Berlico Mulia Farma obat anti-inflamasi.

4. Parasetamol Paracetamol Errita Mengurangi rasa sakit kepala, sakit


gigi dan menurunkan panas.
5. Asam salisit Aspirin Bayer Demam, sakit kepala, sakit gigi,
pusing, nyeri otot

6. Antalgin Antalgin Untukmenghilangkan rasa sakit,


Generik INF terutamakolikdan
sakitsetelahoperasi.

7. Asam Allogon Konimex Nyeriringan,


Mefenamat sedangsampaiberatsepertisakitkepala,
nyeriotot, artralgia (nyerisendi),
sakitgigi, osteoartitisrematoid, gout,
nyerisaathaid, nyerisetelahoperasi.

8. Ibuprofen Profenal Yarindo Meredakan nyeri misalnya pada sakit


Farmatama gigi, sakit kepala, nyeri otot dan
dismenore primer

VII. Interaksi Dengan Makanan


Analgesik Asetosal dan NSAID kuat lain, jika diminum bersama makanan untuk mengurangi
resiko iritasi saluran cerna. Tapi jika diminum bersama dapat mengurangi absorpsi.
jika diinginkan efek cepat, Jangan dikonsumsi bersama alcohol karena dapat meningkatkan
resiko perdarahan.
Pemakaian sering obat-obat ini, menurunkan absorpsi asam folat dan vit. C

Obat Makanan Efek

Parasetamol Kopi, teh, minuman Potensiasi


cola (kandungan :
Meningkatkan resiko
kafein)
toksik dari parasetamol

AINS Kunyit (kandungan : Sinergistik


kurkumin)
Meningkatkan aktivitas
analgetik-antiinflamasi
dalam tubuh

Anti Inflamasi Steroid Jus buah anggur Potensiasi

Meningkatkan kadar
obat dan resiko toksik
dari obat AIS

Aspirin Gingseng, bawang Sinergistik


putih, ginkgo biloba
Meningkatkan aktivitas
antikoagulan aspirin dan
resiko pendarahan

DAFTAR PUSTAKA
ISO 2011-2012
Richard, Harkness. (1989). Informasi Obat. Diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan
MathildaB.Widianto. Bandung: Penerbit ITB.
Tatro DS (Ed.) .(1992).Drug Interaction Facts. J.B. Lippincott Co. St. Louis
Tatro, D. (2009). Drug Interaction Facts. The authority on drug interactions.

TUGAS FARMAKOLOGI
OBAT ANALGETIK
Dosen Pembimbing : Wahyudi, S.Farm.Apt
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

1. Anis Mualifah 7. Neyntin Anggraeni


2. Arin Kartina. N 8. Nuraini
3. Arum Lestari 9. Praptaning Dyah
4. Desinta Yoanda. P 10. Wedha Puspitasari
5. Erlin Laili R 11. Yulia Petty. H
6. Kalia Indrianasari

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikantugas makalah ini. Dan tidak lupa pula kami panjatkan syukur kami kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari alam kebodohan menjadi alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tak lupa pula kami ucapkanterimakasih
kepada dosen pembimbing kami, Bapak Wahyudi, S.Farm.,Apt yang telah memberikan ilmu
dalam mata kuliah ini.
Dalam makalah Farmakologi ini kami membahas tugas mengenai efek samping dan
cara mengatasi uterotonika, serta akan membahas mengenai obat anti perdarahan. Kami
selaku penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dipergunakan dengan baik dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya
makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Madiun, September 2013

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 1


Daftar Isi .............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3


A. Latar Belakang ......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4


A. Pengertian Obat Analgetik ............................................... 4
B. Macam-macam Obat Analgetik ........................... 4
C. Cara Kerja Obat Analgetik ...................... 6
D. Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Analgetik........................... 6

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9


A. Kesimpulan .............................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................ 9

Daftar Pustaka ................................................................................................... 10

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi
sejarah, sumber, sifat - sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi,
mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat
untuk terapi dan tujuan lain. Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-
sifat kimia dan organisme hidup serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang
mempelajari interaksi obat dengan organisme hidup.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian obat analgetik?
2. Apa macam-macam obat analgetik?
3. Bagaimana cara kerja obat analgetik?
4. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat analgetik?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat analgetik
2. Untuk mengetahui mcam-macam obat analgetik
3. Untuk mengetahui cara kerja obat analgetik
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari obat analgetik

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OBAT ANALGETIK


Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh
dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika
telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk
menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat
yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar
90%) analgetik mempunyai efek antipiretik.
B. MACAM-MACAM OBAT ANALGETIK
Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain berdasarkan
struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan.
1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papever
somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri
sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan
tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan.
Semua anlagetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi potensi, onzzet, dan
efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang
paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat
menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan.
Morfin dan petidinn merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk
nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia tersedia dalam
bentuk injeksi dan masih merupaan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi
analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia
dan gangguan mental. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih
digunakan di Indonesia :
- Morfin HCl
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)
- Fentanil HCl
- Petidin
- Tramadol
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari
obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik :
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.

C. CARA KERJA OBAT ANALGETIK


1. Mekanisme kerja Analgetik Opioid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam
pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya.
Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin,
penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak
diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi
opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid
yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi
napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi
fenotiazin.

2. Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik


Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan
temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan
penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer
(vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera.
Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti
brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan
membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin
sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak
digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin
(parasetamol).

D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI OBAT ANALGETIK


1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
a. Morfin dan Alkaloid Opium
Indikasi
- Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan dengan
analgesic non-opioid
- Mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal
jantung kiri.
- Mengehentikan diare
Kontraindikasi
Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem, kifoskoliosis, korpulmonarale kronik
dan obesitas yang ekstrim.

b. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain


Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Meperidin digunakan juga untuk
menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat praanestetik.
Kontraindikasi
Pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus dikurangi karena terjadinya
perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis meperidin perlu dikurangi bila diberikan
bersama antisipkosis, hipnotif sedative dan obat-obat lain penekanSSP. Pada pasien yang
sedang mendapat MAO inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan,
gejala eksitasi dan demam.

2. Obat Analgetik Non-narkotik


a. Salisilat
Indikasi
- Mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan
myalgia.
- Demam reumatik akut
Kontraindikasi
- Pada anak dibawah 12 tahun
b. Parasetamol
Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesic dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesic lainnya, parasetamol sebaiknya tidka diberikan
terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesic.
Kontraindikasi
Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi
berpotensi menyebabkan nefropati analgesic.

c. asam mefenamat
Indikasi
Sebagai analgesic, sebagai anti-inflamasi,
Kontraindikasi
Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil dan
pemberian tidak melebihi 7 hari. Penelitian klinis menyimpulkan bahwa penggunaan selama
haid mengurangi kehilangan darah secara bermakna.
d. Ibuprofen
Indikasi
Bersifat analgesic dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat.
Kontraindikasi
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui karena ibuprofen
relative lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesic.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS di tempat
yang sakit/trauma jaringan.
Karakteristik :
1. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. Tidak mempengaruhi pernapasan
4. Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
Macam - macam Analgetik :
1. Analgetik Opioid/analgetik narkotika
2. Obat Analgetik Non-narkotik

B. SARAN
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu,
pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah
ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada
semua pembaca.
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut
sesuai dengan penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi
batasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Obat Antipiretik


A. Pengertian Obat Antipiretik
Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada
keadaan demam. Obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi
atau hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal.
Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit tersendiri.
Oleh sebab itu pembahasan antipiretik secara khusus jarang ada, pada umumnya
pembahasannya antipiretik ada pada pembahasan obat anti nyeri (analgetika). Sebagai
nantipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam.
Walaupun keadaan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semua berguna
sebagai antipeiertik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Ini
berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada disentral otak terutama COX-3 dimana
hanya parasetamol dan obat AINS lainnya dapat menghambat. Fenilbutazon dan antiruematik
lainnya tidak dibenarkan untukdigunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut.
B. Mekanisme kerja obat antipiretik
Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
C. Macam-macam obat antipiretik
Contoh obat antipiretik : parasetamol, panadol, paracetol,paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,salisilamida.
D. Kontra indikasi pada obat antipiretik dimana pada segala penyakit yang menghasilkan
gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya diberikan
jika demam lebih dari 38,5oC. Demam kurang dari 38,5oC. Sebaiknya jangan cepat-cepat
diberi obat, selain dapat menurunkan demam, sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut
juga memiliki khasiat mengurangi nyeri.

2.2 Efek samping dari obat Antipiretik


a. Gangguan saluran pencernaan
Selain menimbulkan demam dan nyeri ternyata prostaglandin berperan melindungi
saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan
cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat
asam lambung yang bisa merusak.
b. Gangguan hati(hepar)
Obat yang dapat menimbulkan hepar adalah parasetamol karena penderita gangguan hati
disarankan mengganti dengan obat lain.

c. Reaksi obat
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi dapat berupa asma
bronkial hingga mengakibatkan syok.
d. Alergi obat, gatal-gatal, pusing, mual muntah, dan nyeri ulu hati.

Jenis-Jenis Obat Antipiretik


1. Paracetamol
Nama dagang : Asetaminopen, Panadol (glaxso), Tylenol, Tempra, Nipe,
pamol(intrbat),sanmol (sanbe) .
Paracetamol merupakan derivat-asetanilida, adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu
banyak digunakan sebagai analgetik, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen).Komposisi dari obat parasetamol :
Tiap sendok teh (5ml) mengandung paracetamol 120mg
Tiap tablet mengandung paracetamol 100mg
Tiap tablet mengandung paracetamol 100mg
Cara kerja obat parasetamol adalah derivate paminofenol yang mempunyai sifat antipiretik
atau analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya
diduga berdasarkanefek sentral. Sifat analgesic parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri
ringan sampai sedang. Pada penggunaan oral parasetamol diserap dengan cepat melalui
saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60
menit setelah pemberian, dapat diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa
mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.
Indikasi:
Untuk nyeri dan demam. Khasiat paracetamol antara lain sebagai analgetik (nyeri ringan
sampai sedang) dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap
sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).Nyeri
ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit kepala; pereda nyeri pada osteoarthritis
dan lesi jaringan lunak; demam termasuk demam setelah imunisasi; serangan migren
akut, tension headache.

Kontraindikasi :
Tidak boleh digunakan pada penderita dengangangguan fungsi hati berat, hipersensitif
terhadap paracetamol. Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6 fosfat
dehidrogenase.
Peringatan dan Perhatian :
Pemberian harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal serta penggunaan jangka
lama pada pasien anemia
Jangan melampaui dosis yang disarankan
Harap ke dokter bila gejala demam belum sembuh dalam waktu 2hari atau rasa sakit tidak
berkurang selama5 hari.
Efek samping dari obat parasetamol adalah
Efek samping jarang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis 6 gram
mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Dosis besar menyebabkan kerusakan
fungsi hati.Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi
walaupun mencapai air susu ibu. Dosisnya itu sendiri melalui :
a. Oral 2-3x sehari 0,5-1 gram, maximum 4 gram per hari, pada gangguan kronis maksimum
2,5 gram per hari, anak-anak 4-6x 10mg/kg BB, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60mg, 1-4
tahun 120-180mg,4-6 th 180mg, 7-12 th 240-360mg, 4-6x sehari.
b. Rectal 20mg/kg setiap kali, dewasa 4x sehari 0,5-1 gram. Anak-anak usia 3-12 bulan 2-3x
120mg, 1-4 th 2-3x 240mg, 4-6 th 4x 240mg, dan 7-12th 2-3 x 0,5 g.
Cara penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, dapat terlindung dari cahaya.

2. Asam Asetilsalisilat
Nama dagang : asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro
Asetosal adalah obat anti nyeri tertua (1899), yang sampai kini paling banyak digunakan di
dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat. Komposisi dari obat asam asetilsalisilat yaitu
tiap tablet mengandung asam asetilsalisilat 100mg . Cara kerja obat asam asetilsalisilat
bekerja dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat
menurunkan demam, dan menghambat pembentukan prostaglandin sehingga meringankan
rasa sakit.
Indikasi:
Dapat menurunkan demam, meringankan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri otot.
Kontraindikasi:
Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu sebaiknya jangan diberikan asetosal
melainkan parasetamol, karena beresiko terhadap syndrom grey yang berbahaya. Syndrom ini
bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan, konvulsi dan adakalanya
koma.Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama
pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan dapat
diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat.
Dosis dan cara pemberian
Pada nyeri dan demam oral dewasa 4x 0,5-1g setelah makan, maksimum 4g sehari, anak-anak
sampai 1th 10mg/kgBB 3-4x sehari, 1-12th 4-6x, diatas 12th4x 320-500mg, maksimum 2g
per hari
Rectal dewasa 4x 0,5-1gr, anak-anak sampai 2th 2x 20mg/kgBB, diatas 2th 3x 20mg/kg BB.
Efek samping:
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko
tukak lambung dan perdarahan samar. Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal, yang
dapat dikurangi dengan kombinasi dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida,
CaCO3atau garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal).
Pada dosis besar, faktor lain memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari
prostasiklin terhadap mukosa lambung. Selain itu asetosal menimbulkan efek efek spesifik,
seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga mendengung) pada dosis lebih tinggi. Efek
yang lebih serius adalah kejang-kejang bronki hebat pada pasien asma meski dalam dosis
kecil dapat mengakibatkan serangan.

3. Asam mefenamat
Nama dagang : mefinal, (sanbe), mefentan (kalbe)
Cara kerja obat itu sendiri yaitu asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non
steroid, bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzyme siklooksigenase sehingga mempunyai efek antiinflamasi dan
antipiretik.
Indikasi :
Meredahkan nyeri ringan sampai sedang sehubung dengan sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah operasi.
Kontra indikasi adalah :
Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Penderita dengan tukak lambung dan usus.
Penderita dengan gangguan ginjal berat.
Dosis yang digunakan dan cara pemberian asam mefenamat
Pada dewasa dan anak-anak > 14 tahun dosis awal 500 mg, selanjutnya 250 mg setiap 6 jam
sesuai kebutuhan.
Peringatan dan perhatian pemberian asam mefenamat itu sebaiknya
Diminum sesudah makan
Jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang dianjurkan kecuali atas
petunjuk dokter
Hati-hati jika digunakan pada wanita hamil dan menyususi
Efek samping dari asam mefenamat
Sistem pencernaan terasa mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal
Pada sistem saraf akan terasa ngantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
Cara penyimpanannya dapat disimpan pada suhu kamar (25-30)OCdan tempat kering serta
terhindar dari cahaya langsung.
4. Praxion
Praxion adalah obat untuk menurunkan demam, meringankan rasa sakit pada keadaan sakit
kepala dan sakit gigi.
Komposisi :
Praxion drops tiap ml mengandung 100 mg paracetamol micronized.
Praxion 120 suspensi tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol micronized.
Cara kerja obat
Sebagai analgesik- antipiretik, dimana sebagai analgesik bekerja dengan meningkatkan
ambang rangsangan rasa sakit, sedangkan antipiretik diduga bekerja langsung pada pusat
pengatur panas di hipotalamus.
Kontra indikasi
Pada penderita gangguan fungsi hati yang berat.
Penderita hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Dosis yang digunakan pada obat ini antara lain
Dibawah 1 tahun dosis 60 mg ( alat tetes0,6 ml) 3-4 kali sehari.
1-2 tahun dosis 60-120 mg ( alat tetes 0,6 ml-1,2 ml) 3-4 kali sehari atau sesuai petunjuk
dokter.

Peringatan dan perhatian.


Hati hati pengguna obat ini pada penderitapenyakit ginjal.
Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang,
segera hubungi unit pelayanan kesehatan.
Penggunaan obat ini penderita mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kerusakan hati.
Efek samping pada penggunaa obat jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati dan reaksi hipersensitifitas.
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Bahwa antipiretik yaitu obat demam yang mekanisme kerja obat antipiretik, bekerja,dengan
cara menghambat produksi prostalglandin E2 di hipotalamusanterior (yang meningkatkan
sebagai respon adanya pirogen endogen).yang termasuk obatnya itu parasetamol, panadol,
paracetol,paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal
atau asam salisilat,salisilamida
DAFTAR PUSTAKA
Fitrianingsih Dwi, dkk.2009. farmakologi obat-obat dalam praktek
kebidanan.yogyakarta : Binari Media Utama.
Anonim. 2006. Informai spesialite obat indonesia : volume 41; Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia : jakarta .

ANALGETIK

Definisi
Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis

prostaglandin (mediator nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat di bedakan dalam tiga kategori

diantaranya yaitu:

1) Analgetik Perifer

Analgetik Perfer yaitu mengenai rasa nyeri dan demam. Rasa nyeri merupakan suatu

gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Demam juga adalah suatu gejala dan bukan

merupakan penyakit tersendiri. Kini para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi

tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di atas 37C limfosit dan

mikrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41C,barulah terjadi situasi krisis yang

bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh.


2) Analgetik Antiradang dan Obat-Obat Rema

Analgetik antiradang di sebut juga Arthritis, adalah nama gabungan untuk dari seratus

penyakit yang semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan

terganggunya fungsi alat-alat penggerak (sendi dan otot). Yang paling banyak di temukan

adalah artrose (arthiritis deformansi) (Yun.arthon = sendi,Lat.deformare = cacat bentuk), di

sebut juga osteoartrose atau osteoarthritis.

Bercirikan degenerasi tulang rawan yang menipis sepanjang progress penyakit, dengan

pembentukan tulang baru, hingga ruang di antara sendi menyempit.

3) Analgetik Narkotik

Analgetik narkotik, kini di sebut juga Opioida (mirip opiat), adalah zat yang bekerja

terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap

nyeri berubah (dikurangi).

Gejala dan Penyebab

1. Gejala

Gejala yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi tersebut. Nyeri ini

paling hebat waktu bangun pagi dan umumnya berkurang setelah melakukan aktivitas. Nyeri

waktu malam dapat menyulitkan tidur. Sendi-sendi ini menjadi kaku waktu pagi (morning

stiffness), sukar digerakkan dan kurang bertenaga, khususnya juga setelah bangun selama 1-2

jam lebih. Gejala lainnya adalah perasaan lelah dan malas. Pada lebih kurang 20% dari pasien

terdapat benjolan-benjolan kecil (noduli), terutama di jari-jari serta pergelangan tangan dan

kaki.

2. Penyebab

Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang
mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan dan jaringan
lain. Nociceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini
rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat

banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari

thalamus (opticus) impuls kemudian di teruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana impuls

dirasakan sebagai nyeri.

Ada juga beberapa macam yang menyebabkan nyeri di antaranya sendi yang di bebani

terlalu berat dengan kerusakan mikro yang berulang kali, seperti pada orang yang terlampau

gemuk, juga akibat arthritis septis atau arthritis laid an tumbuhnya pangkal paha secara

abnormal (dysplasia). Hanya sebagian kecil kasus yang disebabkan keausan akibat

penggunaan terlalu lama dan berat.

Golongan Obat
Atas dasar kerja farmakologinya,analgetik di bagi menjadi dua golongan obat kelompok

besar,yakni:

1) Analgetik Non-narkotik

Golongan Analgetik ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Analgetik perifer

Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada

saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di

hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran

kalor disertai keluarnya keringat.

Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan

salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya

Parasetamol, Asetosal, Antalgin.

b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)

Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik
contohnya asam mefenamat, ibuprofen.
2) Analgetik narkotik (analgetik central)

Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali

yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat

menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri

hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon,

Nalorfin.

Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :

a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam :

Alkaloida candu

Zat-zat sintetis

Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama

kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan.

b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu

reseptor.

c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi

kerjanya dengan sempurna.

Obat-obat tersendiri

1) Antalgin

a) Mekanisme kerja :

Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesik,

antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu
di hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya

mengurangi rasa nyeri cukup kuat.


b) Efek Samping

agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit.

2) Asam Mefenamat

a) Mekanisme kerja :

Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan

menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim

siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik.

b) Efek Samping

Sangat minimal selama dalam dosis yang di anjurkan.

Dapat terjadi gangguan saluran cerna antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah

dan diare, rasa ngantuk,pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.

3) Ibuprofen

a) Mekanisme kerja :

Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionate dari kelompok obat anti inflamasi non

steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis

prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.

Prostaglandin berperan pada pathogenesis inflamasi, analgesik dan damam. Dengan demikian

maka ibuprofen mempunyai efek anti inflamasi dan analgetik-antipiretik.

Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek

samping lebih ringan terhadap lambung.

Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan

kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang di absorbsi. Metabolisme
terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan

metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.

b) Efek Samping

Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi,

nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing, dan heart burn.

4) Parasetamol

a) Mekanisme kerja :

Parasetamol adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Sifat

antipiretik di sebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek

sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.

Sifat antiinflamasinya sangat lemah hingga tidak digunakan sebagai anti rematik. Pada

penggunaan per oral parasetamol di serap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar

maksimum dalam plasma di capai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.

Parsetamol dieksekresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa mengalami perubahan dan

sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

b) Efek Samping

Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid, yang Sering Digunakan sebagai Painkiller

Published in Info Obat Medis

Read 17195 times

font size decrease font size increase font size

Email
0
inShare
Beberapa dari Anda mungkin sudah cukup familier dengan beberapa obat yang kerap

diresepkan atau dijual bebas sebagai obat anti nyeri seperti ibuprofen atau aspirin.
Taukah Anda apa sebenarnya jenis dari kedua obat tersebut dan bagaimana cara kerja serta
ciri khasnya?

Ibuprofen dan aspirin sebenarnya bagian dari jenis obat anti inflamasi non steroid atau
dikenal pula dengan sebutan Non Steroidal Anti-Inflammation Drugs atau NSAID. Obat
jenis NSAID termasuk jenis yang heterogen, bahkan setiap jenisnya memiliki susunan kimia
yang berbeda satu dengan yang lain. Kesamaan dari jenis obat ini adalah fungsinya sebagai
anti inflamasi untuk mengatasi peradangan, anti piretik untuk menormalkan suhu tubuh, dan
fungsi analgesik untuk pereda nyeri.

Penyebutan non steroid sebenarnya sebagai pembeda dengan jenis anti inflamasi lain yang
bersifat steroid. Perbedaan mendasar antara bentuk anti inflamasi steroid dengan non steroid
terletak pada cara kerjanya. Jenis steroid cenderung lebih dini dalam mencegah respon nyeri
pada tubuh sehingga cocok untuk jenis trauma atau kerusakan jaringan yang lebih berat.
Sedangkan jenis non steroid sifatnya lebih dangkal dan cocok untuk jenis luka dan trauma
yang lebih ringan.

Mekanisme kerja dari obat anti inflamasi non steroid ini fokus pada penghambatan isoenzim
COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzimcyclooxygenase ini
memiliki peran dalam mendorong proses pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari
arachidonic acid. Untuk Anda ketahui prostaglandin merupakan molekul penting dalam
proses pembawaan pesan trauma menuju sensor otak dan saraf pada proses inflamasi
(radang).

Dengan mengasup NSAID, pasien dengan kondisi trauma atau luka, iritasi dalam dan luar,
juga peradangan baik itu di permukaan kulit atau di dalam permukaan kulit akan dapat
meredakan rasa nyeri yang mereka rasakan atau menjadi fungsi analgesik.

Selain membantu meredam rasa nyeri dengan memanipulasi produksi enzim penghantar
sinyal trauma, obat anti inflamasi non steroid ini juga dapat bekerja sebagai anti piretik. Anti
piretik adalah fungsi untuk membantu mengatasi kenaikan suhu tubuh.

Biasanya bersamaan dengan inflamasi atau peradangan, akan muncul demam dalam berbagai
skala. Demam ini adalah reaksi alami tubuh terhadap peningkatan kerja sistem imunitas
dalam melawan peradangan. Pada dasarnya ini adalah reaksi adaptasi karena proses kinerja
imunitas yang meningkat akan mendorong peningkatan atau induksi suhu tubuh.

Obat NSAID akan bekerja dengan cara memengaruhi hipotalamus dalam merespon sinyal
dari interleukin dalam menginduksi suhu tubuh. Ini juga berkaitan dengan fungsi NSAID
dalam menekan produksi prostaglandin. Biasanya cara yang dilakukan untuk menjalankan
fungsi anti piretik adalah dengan mendorong aliran darah menuju perifer dan memicu tubuh
berkeringat untuk mengadaptasi suhu tubuh tinggi kembali turun.
Pada dasarnya jenis obat anti inflamasi non steroid di dalam dunia farmasi sendiri terbagi
dalam beberapa jenis. Dan jenis-jenisnya akan kami jabarkan sebagai berikut.

Golongan salisilat
Bekerja mengatasi peradangan dan infeksi dengan meredakan gejala yang muncul, tetapi
tidak mengatasi masalah utamanya, melainkan hanya mengatasi bentuk peradangan yang
muncul seperti pembengkakan, efek memar, rasa nyeri, dan rona merah akibat radang.

Jenis yang termasuk dalam golongan ini antara lain aspirin atau asam asetilsalisilat, metil
salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid. Jenis NSAID ini juga efektif
untuk membantu meredakan jerawat meradang, keluhan penggumpalan darah, sehingga juga
efektif untuk keluhan jantung dan stroke.

Golongan asam arilalkanoat


Yang termasuk dalam jenis obat golongan ini adalah diklofenak, indometasin, proglumetasin,
dan oksametasin. Bekerja dengan cara yang sama sebagaimana obat anti inflamasi non
steroid lain, jenis ini juga bekerja tripel sebagai anti analgesik, anti inflamasi dan anti piretik.
Biasa bekerja untuk masalah ketegangan otot dan saraf yang memicu efek nyeri seperti
migrain dan sakit leher.

Golongan profen
Jenis ini mungkin termasuk pula jenis yang familier, seperti ibuprofen, alminoprofen,
fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac. Sifatnya kerjanya cukup cepat, karena
kemampuannya untuk mudah dicerna dalam lambung.

Golongan Perizolidin
Jenis ini bisa Anda temukan di pasaran dalam bentuk enilbutazon, ampiron, metamizol, dan
fenazon. Jenis ini tak begitu lazim dijumpai dalam pengobatan lokal di Indonesia,namun
cukup biasa dikenal sebagai anti rematik di berbagai negara di belahan Eropa. Namun
belakangan metamizol juga kerap diresepkan dalam pengobatan reumatik dan asam urat .

Golongan Oksikam
Anda mungkin juga sudah terbiasa dengan obat analgesik yang paling sering diresepkan
dalam pengobatan reumatik dan asam urat . Bahkan juga kerap menjadi obat untuk Anda
yang mengalami pegal linu berat. Mengandung efek kantuk yang menjadikannya tidak cocok
untuk Anda yang menyetir.

Golongan asam fenamat atau asam N-arilantranilat


Jenis ini biasa digunakan untuk membantu meredakan nyeri yang diakibatkan ketegangan
otot, kontraksi otot dan saraf seperti sakit kepala, migrain dan keluhan nyeri haidh. Biasanya
Anda jumpai dalam bentuk asam mefenamat , asam flufenamat, dan asam tolfenamat.

Golongan lain
Ada banyak jenis lain dari obat anti inflamasi non steroid yang juga bekerja dengan cara yang
sama namun dalam beragam jenis kondisi. Sebut saja asetaminofen atau parasetamol ,
licofelone atau nimesulide.

Secara umum fungsi dari obat anti inflamasi non steroid ini adalah sebagai pereda segala
jenis nyeri. Mulai dari nyeri pada area otot karena efek peradangan akut seperti reumatik,
arthritis, asam urat, carpal sindrom, saraf terjepit, dan lain sebagainya. Juga efektif untuk
membantu mengatasi nyeri sendi karena keseleo, pegal linu hebat, dan lain sebagainya.

Namun obat jenis ini juga bisa bekerja efektif untuk meredakan sakit kepala, nyeri akibat
perawatan seperti nyeri karena suntikan imunisasi atau nyeri haid. Tentu saja tidak semua
obat bisa digunakan untuk semua jenis keluhan.

Obat anti inflamasi non steroid secara umum sebenarnya tidak berbahaya, tentu saja selama
dikonsumsi dengan dosis yang aman. Karena ada dua risiko efek samping dari mengonsumsi
obat jenis ini terutama bila Anda mengknsumsinya secara berlebihan atau dalam jangka
panjang.

Dua efek samping yang lazim muncul adalah penyakit tukak lambung dan mual yang bisa
muncul karena efek proses penghambatan prostalgladin yang rupanya memiliki manfaat
dalam fungsi lambung. Selain itu masalah ginjal bisa muncul karena efek oskidasi berlebihan
dari obat jenis ini dan terendap dalam ginjal. Beberapa kasus juga bisa memunculkan
kecacatan trombosit

Cara kerja/khasiat obat analgetik


Mekanisme kerja Analgetik Opioid

1. Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan
prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya.

Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin,
penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui
dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang
berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk
menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan
diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.

2. Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik

Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan
temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu
tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang
menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat
sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon
terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG
dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke
SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya
perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik
adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).

You might also like