Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1. Pengertian
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan keadaan kelebihan hormon tiroid
yang berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang dijadi bila
suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya
produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah yang ditandai
dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot
(Batubara, 2010).
Hipertiroid kongenital terjadi karena transfer TRSAbs (TSH reseptor-
stimulating antibodies) dari ibu ke bayi melalui plasenta. Awitan klinis, berat, dan
perjalanan penyakitnya dipengaruhi oleh potensi TRSAb, lama dan derajat beratnya
hipertiroid intrauterin, serta obat antitiroid yang dikonsumsi oleh ibu (Batubara,
2010).
2.3.2. Epidemiologi
Sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti insiden dan prevalensi
hipertiroid pada anak di Indonesia.Beberapa pustaka di luar negeri menyebutkan
insidennya pada masa anak secara keseluruhan diperkirakan 1/100.000 anak per tahun
(Birrel, 2004). Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak 0-4 tahun, meningkat
sampai dengan 3/100.000 anak pertahun pada usia remaja (Levard, 1994). Secara
keseluruhan insiden hipertiroid pada anak jumlahnya kecil sekali atau diperkirakan
hanya 5-6% dari keseluruhan jumlah penderita penyakit Graves segala umur (Dallas,
1996).
Prevalensinya pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali dibanding dengan
remaja pria. Kebanyakan dari anak yang menderita penyakit Graves mempunyai
riwayat keluarga penyakit Addison, lupus sistemik, ITP, Myasthenia gravis,
Rheumatoid arthritis, dan vitiligo. Penyakit Graves juga lebih sering terjadi pada
2.3.3. Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit Graves, suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan
hormon yang berlebihan (William, 2002). Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang
selain penyakit Graves adalah:
Hipertiroidisme:
Penyakit Graves
Nodul tiroid toksik (Plummer disease)
Adenoma toksik
TSH-induced hyperthyroidism:
Tumor hipofisis diproduksi oleh TSH
Resistensi hormon tiroid hipofisis
Tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme:
Tiroiditis limfositik kronik (tiroiditis Hashimoto)
Tiroiditis subakut (bakteri)
Hormon tiroid berlebihan (thyrotoxicosis factitia)
McCune-Albright syndrome
__________________________________________________________________
Sumber: Juliane, 2013
2.3.5. Diagnosis
2.3.5.1. Manifestasi Klinis
Tabel 2.2. Gejala klinis penyakit graves pada neonatus.
Gejala klinis Graves neonatus
Rewel Takikardia
Malas minum Hepatomegali
Berat badan tidak naik Ikterus
Diare Kraniosinostosis
Tidak semua bayi yang lahir segera menunjukkan gejala klinis sebagai
hipertiroid.Apabila terdapat TRAb-inhibisi di dalam sirkulasi bayi, bayi dapat
mengalami hipotiroid yang bersifat transient atau eutiroid.Demikian juga bila ibu
Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
kepala dalam posisi sedikit ekstensi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba
tiroid dengan menggunakan kedua tangan, bagian volar distal digiti 2,3 dan 4 pada
tengkuk penderita. Bila terdapat benjolan dibagian tengah leher, dibawah kartilago
tiroidea perhatikan lokasi, jumlah, konsistensi, permukaan, batas, pergerakan, nyeri
dan ukuran (mm) (Castro, 2004).
Nodul yang teraba biasanya mempunyai ukuran lebih dari 1.5 cm, namun hal
ini juga bergantung pada letak dan bentuk dari leher pasien.Dengan pemeriksaan fisik
dapat juga untuk melihat pergerakan nodul saat menelan.memperkirakan adanya
pembesaran limfonodi di sekitar leher yaitu di daerah supraklavikular dan
jugulocarotid, yang sering terjadi pada karsinoma papiliferum, juga dapat diketahui
melalui pemeriksaan daerah leher. Selain lokasi dan ukuran, palpasi juga dapat
memperkirakan konsistensi dari nodul.Adanya konsistensi nodul yang padat dan
ireguler atau menempel pada jaringan sekitar (Nadia, 2003).
Tabel 2.6. Nilai rujukan untuk kadar T4 total, T3, T4 bebas, TSH
HORMON USIA NILAI NORMAL
T4 (g/dL) Bayi prematur (26-30 minggu, hari ke 3-4) 2,6-14,0
Bayi aterm
Usia 1-3 hari 8,2-19,9
1 minggu 6,0-15,9
1-12 bulan 6,1-14,9
Prepubertas
1-3 tahun 6,8-13,5
3-10 tahun 5,5-12,8
Anak pubertas (11-18 tahun) 4,9-13,0