You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu
campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan krikil atau agregat lainnya,
dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk
dan dimensi yang diinginkan. Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel
partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat. Beton dalam berbagai variasi sifat
kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari perbandingan jumlah material
pembentuknya.
Seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan beton sering digunakan sebagai
struktur, dan dapat digunakan untuk hal yang lainnya. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan
beton dalam bangunan, contohnya dalam struktur beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi
atau pelat. Selain itu dalam hal bangunan air pun beton dapat digunakan untuk membuat
saluran, drainase, bendung, atau bendungan. Bahkan dalam bidang jalan raya dan jembatan
beton dapat digunakan untuk membuat jembatan, gorong-gorong atau yang lainnya.
Jadi, hampir semua itu banyak yang memanfaatkan beton. Karena beton mempunyai
karakteristik yang cocok untuk hal infrakstruktur pembangunan. Untuk lebih mengenal
karakteristik beton, itu diperlukan pemahamannya tentang beton. Hal ini berguna untuk agar
dalam pengerjaannya beton dapat digunakan sesuai dengan ketentuan dan efektifnya suatu
beton dari awal proses hingga akhirnya. Seiring kemajuan teknologi, hal ini pula memperbaiki
kendala-kendala pengerjaan beton dan juga banyak inovasi beton untuk pengerjaan struktur.
Sehingga pemanfaatan beton tersebut semakin lebih baik dalam struktur bangunan dan yang
lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BETON

Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan
air. Dalam hal ini akan dibahas secara ringkas dan jelas tentang semen . Mulai dari
sejarah ditemukannya semen, bahan pembentuknya, hingga pada perkembangan
terbaru tentang semen.
B. MATERIAL ATAU BAHAN PEMBENTUK BETON

1. SEMEN
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun
bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum
(bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak
beraturan".
Semen merupakan perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekatan
bila bercampur dengan air. Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang
lolos ayakan 2 m dan mempunyai berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.

a. BAHAN DASAR SEMEN


Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu:
Klinker/Terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu
kapur, pasir silika, pasir besi dan lempung),
Gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat pengerasan)
Batu kapur, Pozzolan, Abu Terbang, dan lain-lain. Jika unsur ketiga tersebut
tidak lebih dari sekitar 3 % umumnya masih memenuhi kualitas tipe 1 atau OPC
(Ordinary Portland Cement). Namun bila kandungan material ketiga lebih tinggi
hingga sekitar 25% maksimum, maka semen tersebut akan berganti tipe menjadi
PCC (Portland Composite Cement).
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi
dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena
sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat
mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak
diperkuat
b. JENIS JENIS SEMEN YANG ADA DI INDONESIA
Sesuai dengan tingkat kebutuhan semen, maka banyaklah produk-produk semen
yang telah bermunculan. Setelah melalui beberapa penelitian, diperolehlah
beberapa jenis semen yang telah diproduksi berdasarkan fungsinya.
Jenis semen

1. Semen portland putih


Semen Portland Putih adalah jenis semen yang bertujuan untuk keprluan
dekoratif, bukan konstruktif. Pada umumnya, semen ini digunakan saat proses
finishing suatu bangunan. Misalnya, dekorasi eksterior dan interior gedung,
pengisi nad pada keramik / ubin, dll. Semen Portland Putih dibuat dari bahan-
bahan baku pilihan yang rendah kandungan besi dan magnesium oksidanya (
bahan-bahan tsb. menyebabkan semen berwarna abu-abu).

2. Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)


Semen PPC (Portland Pozzoland Cement) adalah semen hidrolis yang terbuat
dari penggilingan terak (clinker) semen portland dengan gipsum dan bahan
pozzolan. PCC (Portland Composite Cement) digunakan untuk bangunan-
bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan Semen Portland Tipe I
dengan kuat tekan yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah
selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Tipe I,
sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan
beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus, misalnya jembatan, jalan raya,
perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, dan bangunan irigasi.

3. Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)


Pada umumnya, semen portland dikasifikasikan menjadi lima type yang
didasarkan pada fungsi dan keunggulannya masing-masing.
Tipe I (Ordinary Portland Cement)Semen Portland untuk penggunaan
umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan
pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak
dipasaran
Tipe II (Moderate sulfat resistance)Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi
sedang. Semen ini dipakai untuk kebutuhan semua macam konstruksi apabila
diisyaratkan mempunyai ketahanan terhadap sulfat pada tingkatan sedang yaitu
dipakai dilokasi tanah yang mengandung air tanah 0,08% 0,17% dan
mengandung 125 ppm SO3 serta pH tidak kurang dari 6 dan sedang yaitu pada
lokasi suhunya agak tinggi. Sebab, pada tipe II ini mempunyai panas hidrasi
yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerahdaerah
tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air
selama pengeringan agar tidak terjadi Srinkege (penyusutan) yang besar perlu
ditambahkan sifat moderatHeat of hydration. Semen Portland tipe II ini
disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan
landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi
rendah juga merupakan pertimbangan utama.
Tipe III (High Early Strength)Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan
setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi
blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton
yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24
jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen
Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III
ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I
pada umur 28 hari. Semen ini dapat dipakai pada keadaan emergency dan
musim dingin, disamping itu dapat juga digunakan untuk concrete product atau
presstress concrete.
Tipe IV (Low Heat Of Hydration)Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini
banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan
volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan
temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan
seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang
bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari
semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I.
Tipe V (Sulfat Resistance Cement)Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini
cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya
mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air
payau dsb.

4. Semen portland campur


Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki
oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan
material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur :
Semen Portland Pozzolan (SPP)
Portland Pozzolan Cement (PPC)
Portland Blast Furnace Slag Cement
Semen Mosonry
Semen Portland Campur (SPC)
Portland Composite Cement (PCC)

5. Semen masonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang
kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya
menggunakan kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen
portland yang dicampur dengan kapur padam. Namun karena dianggap kurang
praktis maka diperkanalkanSemen Masonry .
6. Semen portland komposit
Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat
hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan
gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara
bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan
anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag), pozzoland,
senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6 35 % dari
massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN 197-1 Portland
Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 Type
berdasarkan jumlah Aditive material aktif

1. Type II/A-M mengandung 6 20 % aditif


2. Type II/B-M mengandung 21 35 % aditif
Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang
digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif yang
digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan pada
TERNARY CEMENT.
KOMPOSISI BAHAN BAKU SEMEN.
Secara umum, bahan baku pembuat semen itu sama. Hanya saja, ada beberapa
bahan yang sengaja ditambah atau dikurangi. Itu pun tidaklah sembarangan,
melainkan dengan perhitungan dan juga melihat tingkat kebutuhan. Adapun
komposisi bahan baku semen secara umum terdiri dari;
Batu gamping / batu kapur.
Batu gamping dengan kadar CaCO3 antara 80%-85% sangat baik sebagai
bahan baku semen karena lebih mudah digiling untuk menjadi homogen.Batu
gamping sebagai bahan baku utama semen harus memenuhi syarat kimiawi

Batu lempung / clay


Batu lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen sebaiknya
mempunyai kadar SiO2 lebih besar dari 70% dan Al2O3 lebih kecil dari 10%.
Kedua unsur pembentuk batu lempung ini berfungsi sebai bahan pengoreksi.
Jika kadar Fe2O3 dalam batu lempung lebih kecil dari 10% maka perlu memakai
bahan pengoreksi yaitu berupa pasir besi.
Gipsum
Gipsum (CaSO4 2H2O) dipergunakan sebagai bahan tambahan (additve
material) pada pembuatan semen portland dengan jumlah antara 4%-6%. Fungsi
gipsum disini sebagai redater, yaitu bahan yang dapat mengendalikan waktu
pengerasan semen dan juga untuk menentukan kualitas semen. Komposisi kimia
gipsum untuk bahan baku semen portland disyaratkan sebagai berikut :
1. CaO = 30% 35%
(sekitar 2/3 dari berat minimum SO3)
2. SO3 = 40% 45%
3. H2O = 15% 25%
4. Garam Mg dan Na = 0,1 %
5. Hilang pijar = 9%
6. Ukuran partikel = 95% (-14 mesh)
Pasir kuarsa
Dalam industri semen pasir kuarsa dipakai sebagai bahan koreksi bersama pasir
besi, pyrite, bauxite, laterit atau kaolin. Komposisi kimia yang disyaratkan adalah
sebagai berikut :
1. Kadar SiO2 = 95 % 99 %
2. Kadar Al2O3 = 3 % 4 %
3. Kadar Fe2O3 = 0 % 1 %
Pasir besi
Pasir besi termasuk pada bahan korektif bersama pasirkuarsa. Untuk bahan
baku semen portland komposisi pasir besi harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. SiO2 = 30% 45%
2. Fe2O3 = 20% 35%
3. TiO2 = 1% 3%
4. CaO = 7% 10%
5. H2O = 0% 1%

2. AIR
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air
bereaksi dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Kualitas air sangat
mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas air erat
kaitannya dengan bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air diusahakan
agar tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada beton dan tidak
membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh

Syarat Umum Air :


a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahanmerusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahanlainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalamagregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuanberikut terpenuhi:
Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama.Hasil pengujian pada umur 7 dan 28
haripada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak
dapatdiminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
darikekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan
ujikekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada
airpencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk
mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)
(ASTM C 109 ).
d. Air tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter karena dapat mengurangi
daya lekat atau bisa juga mengembang (pada saat pengecoran karena bercampur
dengan air) dan menyusut (pada saat beton mengeras karena air yang terserap
lumpur menjadi berkurang).
e. Air tidak mengandung garam lebih dari 15 gram karena resiko terhadap korosi
semakin besar.
f. Air tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5 gram/liter karena bisa menyebabkan
korosi pada tulangan.
g. Air tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter karena dapat
menurunkan mutu beton sehingga akan rapuh dan lemah.
h. Air tidak mengandung minyak lebih dari 2 % dari berat semen karena akan
mengurangi kuat tekan beton sebesar 20 %.
i. Air tidak mengandung gula lebih dari 2 % dari berat semen karena akan
mengurangi kuat tekan beton pada umur 28 hari.
j. Air tidak mengandung bahan organik seperti rumput/lumut yang terkadang
terbawa air Karena akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan menimbulkan
rongga pada beton.
.
3. AGREGAT KASAR DAN HALUS
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) pada campuran beton. Agregat
mengisi 60-80% dari volume beton. Oleh karena karakteristik kimia, fisik, dan
mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat berpengaruh pada
sifat-sifat beton yang dihasilkan (seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat,
biaya produksi dan lain-lain).
Berat agregat yang digunakan sangat menentukan berat beton yang dihasilkan.
Pembagian beton berdasarkan berat agregatnya adalah sebagai berikut.
a. Beton ringan 1360-1840 kg/m3
b. Beton normal 2160-2560 kg/m3
c. Beton berat 2800-6400 kg/m3
Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk yang
menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi. Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok yaitu
sebagai berikut.

a Agregat kasar (kerikil, batu pecah atau pecahan dari blast furnace)

Batas bawah pada ukuran 4,75 mm atau ukuran saringan no.4

b. Agregat halus (pasir alami atau batuan)

Batas bawah ukuran pasir = 0,075 mm (saringan no. 200)


Batas atas ukuran pasir = 4,75 mm (saringan no,4)
Karakteristik bentuk dan tekstur luar agregat memegang peranan penting terhadap
sifat beton.Partikel dengan ratio luas permukaan terhadap volume yang tinggi dapat
menurunkan kelecakan (workability) campuran beton. Agregat yang berbentuk flaky
dapat merugikan bagi durabilitas beton karena cenderung terorientasi pada satu
bidang, sehingga air dan gelembung udara dapat terbentuk dibagian bawahnya.
Tekstur permukaan agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton segar
seperti kelecakan. Bentuk dan tekstur permukaan agregat halus, dapat
mempengaruhi kebutuhan air pada campuran beton.Selain itu, agregat harus stabil
secara kimiawi, sehingga tidak akan merusak hasil reaksi hidrasi beton.
Karena agregat merupakan bahan dengan kandungan terbanyak di dalam beton,
maka semakin banyak persentase kandungan agregat dalam campuran beton,
semakin murah harga beton, dcngan syarat campurannya masih cukup mudah
dikerjakan (workability baik) untuk elemen struktur yang memakai beton tersebut.

Agregat Kasar

Agregat adalah bahan pengisi (filler) campuran beton yang ukurannya sudah
melebihi inch (6 mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton
keras dan daya tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak
lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus
mempunyai ikatan yang baik dengan sel semen.

Agregat Halus

Agregat halus merupakan pengisi (filler) yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi di
bawah saringan no. 4 (0,075 mm) menurut standar ASTM. Agregat halus yang baik
harus bebas bahan organik, lempung, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi
yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (American
Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus
dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.

Sifat Mekanik

Beberapa sifat mekanik agregat di antaranya adalah


1) Gaya lekat (bond)
Bentuk dan tekstur permukaan agregat mempengaruhi kekuatan beton, terutama
untuk beton berkekuatan tinggi. Kekuatan lentur lebih dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk tekstur agregat daripada kekuatan tekan. Semakin kasar tekstur, semakin
besar daya lekat antara partikel dengan matrik semen. Biasanya pada agregat
dengan daya lekat baik akan banyak dijumpai partikel agregat yang pecah dalam
beton yang diuji sampai kapasitasnya.
2) Kekuatan
Kekuatan tekan agregat yang dibutuhkan pada beton umumnya lebih tinggi daripada
kekuatan tekan betonnya sendiri. Hal ini dikarenakan tegangan sebenarnya yang
bekerja pada titik kontak masing-masing partikel agregat biasanya jauh lebih tinggi
daripada tegangan tekan yang bekerja pada beton.
3) Toughness
Toughness dapat didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran
akibat beban impak (impact).

4) Hardness
Hardness atau daya tahan terhadap keausan agregat, merupakan sifat penting bagi
beton yang digunakan untuk jalan atau permukaan lantai yang harus memikul lalu
lintas berat.

Sifat fisik

1) Specific Gravity, yaitu perbandingan massa (atau berat di udara) dari suatu
unit volume bahan terhadap massa air dengan volume yang pada temperatur
tertentu.
2) Apparent Specific Gravity, yaitu perbandingan massa agregat kering (yang
dioven pada suhu 110oC selama 24 jam) terhadap massa air dengan volume yang
sama dengan agregat tersebut.
3) Bulk Specific Gravity, yaitu perbandingan massa agregat SSD (Saturated and
Surface Dry) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat
tersebut.
4) Bulk Density, yaitu massa aktual yang akan mengisi suatu penampang/wadah
dengan volume satuan. Parameter ini berguna untuk mengubah ukuran massa
menjadi ukuran volume.
5) Porositas dan Absorpsi
Porositas, permeabilitas, dan absorpsi agregat mempengaruhi daya lekat antara
agregat dan pasta semen, daya tahan beton terhadap pembekuan dan pencairan,
stabilitas kimia, daya tahan terhadap abrasi dan specific gravity.
6) Berat isi, yaitu berat agregat yang ditempatkan di dalam wadah 1 m3. Untuk
beton normal, berat isinya berkisar antara 1200-1760 kg.
Sifatsifat Lainnya

Sifat-sifat lain yang perlu dimiliki oleh agregat adalah sebagai berikut.
1) Gradasi
Gradasi dan ukuran maksimum agregat dapat mempengaruhi proporsi agregat
dalam campuran, kebutuhan air, jumlah semen, biaya produksi, sifat susut, dan
durabilitas beton.
Berdasarkan teori rongga minimum, semakin beragam ukuran agregat, semakin
sedikit rongga yang terbentuk di antara susunan agregat. Hal ini menyebabkan
jumlah pasta yang dibutuhkan untuk mengisi rongga menjadi lebih kecil dan
campuran beton menjadi lebih ekonomis.

2) Kandungan air
Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya dibagi atas:
a) Kering oven, yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran
beton secara maksimal (dengan kapasitas penuh).
b) Kering udara, yaitu kondisi agregat yang kering permukaan, namun
mengandung sedikit air di rongga-rongganya. Agregat ini mampu menyerap air di
dalam campuran meskipun tidak dengan kapasitas penuh.
c) Jenuh dengan permukaan kering, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering, namun semua rongga-rongganya terisi air. Agregat dengan kondisi ini tidak
akan menyerap dan menyumbangkan air ke dalam campuran.
d) Basah, yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada
permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam
campuran.
3) Bulking pada pasir
Efek lain dari adanya kelembaban pada pasir adalah bulking, yaitu pertambahan
volume pasir akibat adanya lapisan air yang mendorong partikel pasir sehingga
berada pada jarak yang lebih jauh. Bulking mempengaruhi penakaran pasir
bedasarkan volume (volume batching).
4) Unsoundness karena perubahan volume
Perubahan volume yang besar pada agregat dapat disebabkan karena proses
pembekuan dan pencairan, perubahan temperatur di bawah titik beku, dan
pergantian terus menerus dari pengeringan dan pembasahan. Bila agregat unsound,
perubahan kondisi fisik tersebut dapat mengakibatkan kerusakan beton, seperti
scaling dan bahkan keretakan permukaan yang ekstensif.
4. BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang
ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan
untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk
Beton, SK SNI S-18-1990-03).

Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material


selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar
yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.

Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak
mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan
tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran
beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan
karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka
kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara
langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.

Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan


standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American
Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang
paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang.

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi
dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan
tambah yang bersifat mineral (additive).

Chemical Admixtures (Bahan Tambah Kimia)


Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2. Tipe B, Retarding Admixtures
3. Tipe C, Accelerating Admixtures
4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

1. Water-Reducing Admixtures (Plasticizer)


Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Bahan
tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer.
Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:
i. Kadar semen tetap, air dikurangi
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen
(fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat
tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap
memiliki sifat workabilitas yang baik.
ii. Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai
slump akan memudahkan penuangan adukan.
iii. Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih
sedikit, sehingga mengurangi biaya.

Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:


1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya

Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer


dibedakan menjadi 3 macam:
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5
10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu
mengurangi air antara 20 40%.

Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:


Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat
tersebut mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif
ataupun keduanya. Pada pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel
dengan muatan berbeda yang posisinya berdekatan menyebabkan gaya
elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/ penggumpalan.
Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat,
sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta
dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada
permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam.
Kemudian partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik),
sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta . Hal ini membuat
sebagian besar air mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton.
Interaksi pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan
dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
Contoh produk Plasticizer
1. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS
memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS
direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan
peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi
air sampai dengan 10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan
kuat tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 265
ml untuk tiap 100 kg semen.
2. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam
ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi
dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W
memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu
terbang). Dosis yang digunakan adalah 195 650 ml/100 kg semen.
3. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini
telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan
memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal
dan set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan
dapat dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila
digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila
digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.
4. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan
superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F.
Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air
antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air
hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting Concrete (SCC)
karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak
mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada
tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520
ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya
dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.
Penerapan:
Untuk meningkatkan workabilitas
Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
Mengurangi kebutuhan air pencampur
Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan
penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi
kekuatan dan porositas beton.

2. Retarding Admixtures
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila
dibutuhkan waktu yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan beton dengan
penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat
penuangan adukan cukup jauh.

3. Accelerator Admixture
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
digunakan jika penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada
struktur beton yang memerlukan pengerasan segera. Beberapa macam accelerator,
yaitu Calsium chlorida (CaCl2), Aluminium Chlorida, Natrium Sulfat, dan Aluminium
Sulfat.

4. Water Reducer Retarder (WRR)


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.Pengaruhnya pada beton adalah Kekuatan Tekan,
Setting Time, dimana retarder menghambat setting time beton.

5. Water Reducer Accelerator


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan. Pengaruhnya pada beton:
Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton,
pengaruh kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur
accelerator, keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan
langsung dengan penurunan rasio air-semen (a/s).
Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek
daripada beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium klorida
pada setting time lebih besar daripada kalsium format.
Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit
peningkatan dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas
dapat diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan water reducing.
Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air
entrainment.
Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan
memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran bahan
biasa. Total panas hidrasi tidak mempengaruhi.
Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying
shrinkage. Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada
menunjukkan ada sedikit pengaruh pada creep.
Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity
alamiah yang diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan
demikian akan memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.
6. High Range Water Reducer (Superplasticizer)
Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih. Dengan
pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih
rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan
kekentalan lebih encer dengan fakor air semen yang sama, sehingga kuat tekan
beton lebih tinggi. Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut
dalam air yang telah dipersatukan dengan menggunakan proses polymerisasi yang
komplek untuk menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang
tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel
semen dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen
akan saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel
semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas.
Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan
workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi
pemisahan (segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah
air yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat
yang sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat
memperbaiki workabilitas namun tidak terpengaruh besar dalam meningkatkan kuat
tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan
ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari
superplasticizer yang dipakai. (L.J. Parrot, 1998). Superplasticizer tidak akan
menjadikan encer semua campuran beton dengan sempurna, oleh karenanya
campuran harus direncanakan untuk disesuaikan.
Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan dosis superplasticizer
secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan
superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer digunakan
untuk mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih besar, 5 sampai 20
liter tiap 1 meter kubik beton. (Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida
sebesar 0,005%.
Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat
diabaikan.
Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
Carboxyl acrylic ester copolymer.
Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut
superplasticizer karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton
sementara slump beton bertambah sampai 8 in (208 mm) atau lebih. Bahan-bahan
ini digunakan untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadinya pemisahan yang
tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar
untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan kadar air
guna mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena
lebih efektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur
yang memperlambat pengerasan.

7. High Range Water Reducer (HRWR)


Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia tambahan
biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam jumlah yang relatif kecil
dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus lebih
besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi
kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan
menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan
pada beton.
Produk Concrete Admixture yang sering dipergunakan dalam industri Beton Precast
adalah Admixture Type-F
dengan Fungsi High-Range Water-Reducer dan Superplasticizer,

Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)


Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang
ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan
kekuatan serta keawetannya meningkat. Yang termasuk dalam Mineral Admixture
adalah Pozzolan dan bahan tambahan khusus lainnya yang berasal dari mineral.

1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)


Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai
butiran halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Fly ash
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C
yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia
yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri
Mulyono,2003)
2. Silica Fume
Menurut standar Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete
and Mortar (ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan
yang halus, dimana komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi
atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara
microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan
beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan,
misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang
dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat ini
adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar antara 0
30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan factor
air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa superplasticizer dan nilai slump
50 mm

5. TAHAPAN PENGERJAAN BETON


Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton
Konstruksi beton banyak digunakan pada berbagai jenis bangunan, baik untuk
bangunan rumah tinggal maupun bangunan gedung bertingkat dan jenis-jenis
bangunan yang lain. Secara garis besar pekerjaan konstruksi beton terdiri dari
pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan pengecoran beton.

Untuk material beton kita bisa menggunakan beton readymix. Kelebihan dan
kekurangan penggunaan beton readymix pernah kita bahas di artikel Beton
Readymix Solusi Praktis Dan Jaminan Kualitas Untuk Pekerjaan Struktur
Bangunan.

Untuk material pembesian kita menggunakan besi tulangan dengan diameter


sesuai dengan gambar perencanaan struktur. Sedangkan Untuk bekisting kita
bisa menggunakan bekisting dari pasangan batako untuk pekerjaan pondasi dan
tie beam / sloof bangunan, serta bekisting kayu (yang terdiri dari multipleks, kaso
kayu, dan balok kayu) untuk struktur kolom, balok, dan pelat lantai.

Bagaimana Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton?


Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan lebih mudah jika kita lihat diagram
alir (flowchart) pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton di bawah ini yang disertai
dengan beberapa tahapan pengujian sebagai pengendalian mutu hasil pekerjaan
konstruksi beton secara keseluruhan.

Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton


Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton dalam diagram
di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

Untuk tahapan pertama dilakukan pekerjaan fabrikasi besi tulangan dan


bekisting beton di lapangan.
Selanjutnya dilakukan pekerjaan bekisting beton yang dilanjutkan dengan
pekerjaan pembesian tulangan beton dengan dimensi, diameter besi, serta jarak
besi tulangan sesuai dengan gambar perencanaan struktur.
Setelah selesai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah dimensi
bekisting serta diameter dan jarak besi tulangan sudah sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam gambar rencana struktur. Jika sudah benar dan sesuai
yang dipersyaratkan maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya, jika tidak
maka harus dilakukan koreksi untuk memperbaikinya.
Selanjutnya dilakukan pemesanan beton readymix ke supplier sesuai mutu
yang dipersyaratkan. Beton readymix akan diproduksi di batching plant dan
didatangkan ke lapangan menggunakan mixer truck.
Setelah beton sampai ke lapangan dilakukan slump test dan diambil sampel
untuk benda uji test tekan kubus/silinder beton di laboratorium.
Jika memenuhi syarat slump beton maka selanjutnya dilakukan pengecoran
beton yang dilanjutkan dengan pekerjaan curing / perawatan beton.
Setelah beton cukup umur maka bekisting beton dapat dibongkar.
Dari hasil test tekan beton di laboratorium, jika mutu beton memenuhi syarat
maka pekerjaan konstruksi beton sudah oke, tetapi jika ternyata mutu beton tidak
masuk atau di bawah yang dipersyaratkan maka selanjutnya dilakukan test
hammer test dan coredrill secara acak/random. Meskipun hal ini jarang terjadi
jika pelaksanaan pekerjaan pengecoran dilakukan dengan benar dan beton
readymix diproduksi dengan quality control yang baik.
1. Tentukan komposisi campuran beton yang akan digunakan (disarankan
1:2:3 = semen : pasir : batu split).

2. Aduk campuran beton terlebih dahulu sampai merata.


3. Kocok terlebih dahulu CBM Additive, kemudian tuangkan CBM Additive
ke dalam campuran beton. Lalu aduk kembali sampai merata. Untuk hasil
maksimal, gunakan CBM Additive sebanyak 2% dari berat semen.
Contoh : Untuk 1 sak semen 50kg, dengan menggunakan 2% dari berat semen,
memerlukan 1 liter CBM Additive (4 gelas 240ml ex air mineral).
4. Setelah campuran beton siap digunakan, dapat segera dituang pada
bekisting yang hendak dicor. Oleh karena setting time yang menjadi lebih cepat
dengan pemakaian CBM Additive 2% (sekitar 30 menit), harap diperhatikan
waktu antara proses pengeringan dan kecepatan penggunaan campuran beton
pada proses pengecoran. Hal ini agar campuran beton tidak setting di tempat
yang tidak diinginkan.

Jika memerlukan waktu tambahan untuk proses pengecoran, maka campuran


beton dapat diganggu dengan cangkul setiap 5-10 menit untuk menunda waktu
settingnya.
5. Lakukan curing beton sesuai ketentuan.
CATATAN
Tidak disarankan menggunakan CBM Additive melebihi 2% dari berat semen.
1. Untuk tahapan pertama dilakukan pekerjaan fabrikasi besi tulangan dan
bekisting beton di lapangan.
2. Selanjutnya dilakukan pekerjaan bekisting beton yang dilanjutkan dengan
pekerjaan pembesian tulangan beton dengan dimensi, diameter besi, serta jarak
besi tulangan sesuai dengan gambar perencanaan struktur.
3. Setelah selesai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah dimensi
bekisting serta diameter dan jarak besi tulangan sudah sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam gambar rencana struktur. Jika sudah benar dan sesuai yang
dipersyaratkan maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya, jika tidak maka harus
dilakukan koreksi untuk memperbaikinya.
4. Selanjutnya dilakukan pemesanan beton readymix ke supplier sesuai mutu yang
dipersyaratkan. Beton readymix akan diproduksi di batching plant dan didatangkan
ke lapangan menggunakan mixer truck.
5. Setelah beton sampai ke lapangan dilakukan slump test dan diambil sampel
untuk benda uji test tekan kubus/silinder beton di laboratorium.
6. Jika memenuhi syarat slump beton maka selanjutnya dilakukan pengecoran
beton yang dilanjutkan dengan pekerjaan curing / perawatan beton.
7. Setelah beton cukup umur maka bekisting beton dapat dibongkar.
Dari hasil test tekan beton di laboratorium, jika mutu beton memenuhi syarat maka
pekerjaan konstruksi beton sudah oke, tetapi jika ternyata mutu beton tidak masuk
atau di bawah yang dipersyaratkan maka selanjutnya dilakukan test hammer test
dan coredrill secara acak/random. Meskipun hal ini jarang terjadi jika pelaksanaan
pekerjaan pengecoran dilakukan dengan benar dan beton readymix diproduksi
dengan quality control yang baik.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan:
Dari uraian diatas penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat
halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang
membentuk massa padat.
2. Bahan-bahan pembuat beton secara umum, yakni
1) SEMEN
2) AIR
3) AGREGAT HALUS
4) AGREGAT KASAR
5) BAHAN TAMBAHAN

3. Sifat-sifat beton diantaranya:


1. Tahan Lama (Durability)
2. Kuat Tekan
3. Kuat tarik
4. Modulus Elastisitas
5. Rangkak (Creep)
6. Susut (Shrinkage)
7. Kelecekan (Workability)
4. Secara klasifikasi, beton dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
a. Beton kelas I
b. Beton kelas II
c. Beton kelas III
5. Keuntungan pada beton:
Bahan-bahan mudah diperoleh.
Tahan terhadap temperatur yang tinggi
Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi
Adukan beton mudah diangkut dan mudah dicetak dalam bentuk yang diinginkan.
Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu untuk memikul
beban yang berat.
Dalam pelaksanaannya adukan beton dapat disemprotkan dan dipompakan ke
tempat tertentu yang cukup sulit.
Biaya perawatan yang cukup rendah
6. Kerugian dari beton antara lain:
Kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, dengan demikian perlu diberi baja
tulangan.
Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat expansion joint
untuk struktur yag panjang.
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.
Beton bersifat getas (tidak daktail).
Bentuk yang telah dibuat sulit diubah kembali
DAFTAR PUSTAKA

www.puspitek.net/Html/
www.kapanlagi.com/07682.html
www.inilah.com/berita.php?id=9204
www.indomedia.com/intisari/2001/Mei/beton.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Semen
https://dwikusumadpu.wordpress.com/2012/11/02/peranan-
air-dalam-pembuatan-beton/
TEKNOLOGI BAHAN

NAMA : JURNAL Y. NOTI


NIM : 1606090035

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

You might also like