You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
. yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul
Kamus sebagai sumber diksi, yang telah memberikan arahan serta bimbingan
hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah makalah. Keterbatasan
dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa penyebabnya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap makalah ini
demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, November 2017

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kamus adalah buku
acuan yang memuat kata dan ungkapan yang biasanya disusun menurut abjad
berikut keterangan maknanya, pemakaiannya dan terjemahannya. Kamus juga
dapat digunakan sebagai buku rujukan yang menerangkan makna kata kata yang
berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru.
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan
maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam
menggunakan kosa kata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud
dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal
demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata
dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata.
Menurut Enre, diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat
untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu
kalimat.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-
memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap
makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya
digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis
(jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca
mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai kamus
sebagai sumber diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu
dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi saat berkomunikasi.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian diksi.


2. Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.
1.3 Rumusan Masalah

1. Pengertian kamus sebagai sumber diksi


2. Pengertian diksi atau pilihan kata
3. Pembentukan istilah dan definisi
4. Klasifiksi kata berdasarkan diksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kamus
2.1.1 Definisi kamus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kamus adalah buku
acuan yang memuat kata dan ungkapan yang biasanya disusun menurut abjad
berikut keterangan maknanya, pemakaiannya dan terjemahannya. Kamus juga
dapat digunakan sebagai buku rujukan yang menerangkan makna kata kata yang
berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru.
Selain pengertian kamus yang telah disebutkan di atas, pengertian kamus
yang dikemukakan oleh beberapa para ahli Chaer (2007 : 179).
1. Kridalaksana menyebutkan bahwa kamus adalah buku referensi yang
memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai
pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya
disusun menurut abjad.
2. Dalam American Every Dictionary disebutkan bahwa kamus adalah
sebuah buku berisi kata-kata dari sebuah bahasa, biasanya disusun secara
alfabetis, disertai keterangan akan artinya ucapannya, ejaannya, dsb.
3. Labrousse (1997) menyebutkan bahwa kamus adalah buku berisi
kumpulan kata-kata sebuah bahasa yang disusun secara alfabetis, diikuti
dengan defenisi atau terjemahannya dalam bahasa lain.
4. Keraf (1984) mendefinisikan kamus sebagai sebuah buku referensi,
memuat daftar kata-kata yang terdapat dalam sebuah bahasa, disusun
secara alfabetis, disertai keterangan cara menggunakan kata itu.

Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata.


berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain
menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan,
asal-usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan bagi sesuatu
perkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus.
Dewasa ini kamus merupakan khaznah yang memuat perbendaharaan
kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya. Setiap kebudayaan
besar di dunia bangga akan kamus bahasanya. Dalam kenyataanya kamus itu tidak
hanya menjadi lambang kebanggaan suatu bangsa, tetapi juga mempunyai fungsi
dan mafaat praktis.

2.1.2 Jenis jenis kamus


1. Berdasarkan penggunaan bahasa
Kamus bisa ditulis dalam satu atau lebih dari satu bahasa. Dengan itu kamus bisa
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Kamus Ekabahasa
Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa(misal dalam satu kamus hanya
terdapat bahasa Indonesia saja atau bahasa Inggris saja). Kata-kata(entri)
yang dijelaskan dan penjelasannya adalah terdiri daripada bahasa yang
sama. Kamus ini mempunyai perbedaan yang jelas dengan kamus
dwibahasa karena penyusunan dibuat berdasarkan pembuktian data
korpus. Ini bermaksud definisi makna ke atas katakata adalah berdasarkan
makna yang diberikan dalam contoh kalimat yang mengandung kata-kata
berhubungan. Contoh bagi kamus ekabahasa ialah Kamus Besar Bahasa
Indonesia (di Indonesia) dan Kamus Dewan di (Malaysia).
b. Kamus Dwibahasa
Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan daripada bahasa
yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan
menggunakan bahasa yang lain. Contohnya: Kamus Inggris-Indonesia,
Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (InggrisMelayu;Melayu-Inggris).
c. Kamus Aneka Bahasa
Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.
Misalnya, kata Bahasa Melayu Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin
secara serentak. Contoh bagi kamus aneka bahasa ialah Kamus Melayu-
Cina-Inggris Pelangi susunan Yuen Boon Chan pada tahun 2004.

2. Berdasarkan isi
Kamus bisa muncul dalam berbagai isi. Ini adalah karena kamus
diterbitkan dengan tujuan memenuhi keperluan gologan tertentu. Contohnya,
golongan pelajar sekolah memerlukan kamus berukuran kecil untuk memudahkan
mereka membawa kamus ke sekolah.Secara umumnya kamus dapat dibagi kepada
3 jenis ukuran:

a. Kamus Mini
Pada zaman sekarang sebenarnya susah untuk menjumpai kamus ini. Ia
juga dikenali sebagai kamus saku karena ia dapat disimpan dalam saku.
Tebalnya kurang daripada 2 cm. Kamus mini ini memiliki tidak lebih dari
2000 kosa kata dan tentunya kosa kata yang ada di dalam kamus ini lebih
ke yang umum digunakan masyarakat.
b. Kamus Kecil
Kamus berukuran kecil yang biasa dijumpai. Ia merupakan kamus yang
mudah dibawa.Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (InggrisMelayu; Melayu-
Inggris).
c. Kamus Besar

Kamus ini memuatkan segala leksikal yang terdapat dalam satu bahsaa.
Setiap perkataannya dijelaskan maksud secara lengkap.Biasanya
ukurannya besar dan tidak sesuai untuk dibawa ke sana sini.Contohnya
Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Kamus istimewa
Kamus istimewa merujuk kepada kamus yang mempunyai fungsi yang
khusus. Contohnya:
a. Kamus Istilah
Kamus ini berisi istilah-istilah khusus dalam bidang tertentu. Fungsinya
adalah untuk kegunaan ilmiah. Contohnya ialah Kamus Istilah Fiqh.
b. Kamus Etimologi
Kamus yang menerangkan asal usul sesuatu perkataan dan maksud
asalnya. Biasanya kamus ini hanya memiliki satu bahasa atau yang biasa
disebut kamus ekabahasa. Contoh bagi kamus Etimologi ialah Kamus
Besar Bahasa Indonesia (di Indonesia) dan Kamus Dewan di (Malaysia).
c. Kamus Tesaurus
Kamus yang menerangkan maksud sesuatu perkataan dengan memberikan
kata-kata searti (sinonim) dan dapat juga kata-kata yang berlawanan arti
(antonim). Kamus ini adalah untuk membantu para penulis untuk
meragamkan penggunaan diksi. Contohnya, Tesaurus Bahasa Indonesia.
d. Kamus Peribahasa/Simpulan Bahasa
Kamus yang menerangkan maksud sesuatu peribahasa/simpulan bahasa.
Selain daripada digunakan sebagai rujukan, kamus ini juga sesuai untuk
dibaca dengan tujuan keindahan.
e. Kamus Kata Nama Khas
Kamus yang hanya menyimpan kata nama khas seperti nama tempat, nama
tokoh, dan juga nama bagi institusi. Tujuannya adalah untuk menyediakan
rujukan bagi nama-nama ini.
f. Kamus Terjemahan
Kamus yang menyediakan kata searti bahasa asing untuk satu bahasa
sasaran. Kegunaannya adalah untuk membantu para penerjemah. Kamus
ini lebih mirip dengan kamus Dwibahasa, dimana di dalam kamus ini akan
berisikan lebih dari 1 bahasa yang digunakan sebagai bahasa penerjemah
dan yang satu lagi digunakan sebagai bahasa terjemahan.
g. Kamus Kolokasi
Kamus yang menerangkan tentang padanan kata. Contohnya kata 'terdiri'
yang selalu berpadanan dengan 'dari' atau 'atas', kata sebagian yang selalu
berpadanan dengan besar atau kecil.

2.2 Diksi
2.2.1 Pengertian diksi
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat seseoranmg tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan
maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam
menggunakan kosa kata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud
dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal
demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata
dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata.
Menurut Enre, diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat
untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu
kalimat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya, yang menjelaskan bahwa
diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan
kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan
kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa
yang ada pada pembaca atau pendengar.
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan
oleh hubungan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk
menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Seorang
pengarang ketika menentukan suatu kata dalam menulis, ternyata tidak asal dalam
memilih kata, namun demikian kata yang akan dipilih itu akan diikuti dengan
berbagai hal yang melingkupinya. Hal tersebut menyangkut dimana, kapan, dan
tujuannya apa menggunakan kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk
memberi corak atau warna agar menarik perhatian pembaca, dengan syarat
maksud atau pesan yang ingin disampaikan pengarang itu bisa tersampaikan.
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras
dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian
teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2.2.2 Fungsi Diksi


Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak
suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa
lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk
mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

2.2.3 Syarat Pemilihan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata )


Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu
dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu,
ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca
sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan
ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :
a. Kaidah kelompok kata/ frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
a. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase,
seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan
mata.
Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi
kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi.
Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa
besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak
seksama.
Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang
tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian
kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani.
Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama
serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakaian-nya.
b. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
Jenis Makna
Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam
yaitu:
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di
dalam kamus. Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur,
ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami
proses gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Contoh :
- Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai
itu.
- Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan
salah satu sumber protein nabati.
- Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di
rumah sakit bersalin
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil
observasi panca indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna
denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil
observasi pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi
disebut juga sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil
Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang
konkret.
Contoh :
- meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan
yang konkret.
Contoh :
- baik, indah, sedih, gembira
Perubahan Makna
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:
Kata Dulu Sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan memakaiMengarungi lautan dengan alat
kapal layar apa saja
Putera-puteri Dipakai untuk sebutan anak-anakSebutan untuk semua anak
raja laki-laki dan perempuan

2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna


dahulu
Kata Dulu Sekarang
Sekarang Sebutan untuk semua orangGelar untuk orang yang
cendikiawan sudah lulus dari perguruan
tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang mempelajari
ilmu agama Islam

Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :


1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi.
Artinya barudirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti
baru dirasakan lebih rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar
Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya
persamaan sifat.
Contoh:
- Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran
tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.
Relasi Makna
1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan
dan pengucapan.
Contoh :
- Bisa berarti ;
o Dapat, sanggup
o racun
- Buku berarti ;
o Kitab
o antara ruas dengan ruas
2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
- Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
- Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
- Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan
pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
- Bang dengan bank
- Masa dengan massa
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya
tetapi mempunyai arti yang sama.
Contoh:
- Pintar dengan pandai
- Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya
dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya dan ada pergantiannya
yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
- Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
- Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
- Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
Perbedaan dialek regional
Contoh :
- Handuk bersinonim tuala ,
- selop bersinonim seliper
Pengaruh bahasa asing
Contoh :
- kolosal bersinonim besar,
- aula bersinonim ruangan,
- realita bersinonim kenyataan .
Perbedaan dialek sosial
Contohnya :
- suami bersinonim laki,
- istri bersinonim bini,
- mati bersinonim wafat.
Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
- membuat bersinonim menggubah,
- assisten bersinonim pembantu,
- tengah bersinonim madya.
Perbedaan dialek temporal
Contohnya :
- hulubalang bersinonim komandan,
- kempa bersinonim stempel,
- peri bersinonim hantu .

5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.


Contoh:
- Tua- muda
- Besar kecil
- Luas sempit

6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing


berartibanyak dan tanda. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki
banyak makna.
Contoh:
- Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia
tetapi dapat juga berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor
dan sebagainya.
- Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi
dapat juga kaki meja yang menahan meja.

2.3 Pembentukan istilah dan definisi


Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar
kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur
serapan.
2.3.1 Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang
sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis misalnya:.
Penanggalan awalan meng-
Penanggalan awalan ber-
Peluluhan bunyi /c/
Penyengauan kata dasar
Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran ir
Padanan yang tidak serasi
Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap
Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
Penggunaan kata yang hemat
Analogi
Bentuk jamak dalam bahasa indonesia.

2.3.2 Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal
atau konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan
adalah tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan.
Contoh definisi :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan
benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat,
perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari :
1. Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain
yang lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu
pembicaraan atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi
simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi
denotatif.
2. Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam
sebuah istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga
macam, yaitu :
- Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan antara
penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda (definisi
analitik) dengan penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang
terdiri atas genus dan diferensia (definisi konotatif).
- Definisi diskriptif
yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang menyertai
hal tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal
terjadi.
3. Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan
dari segi kegunaan atau tujuan. Definisi praktis dibedakan atas tiga macam
yaitu:
- Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-
langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati.
- Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan
kegunaan dan tujuannya.
- Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu
pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang
lain.

2.3.4 Kata Serapan


Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah
sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa
kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa
Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa
Inggris dan ada juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan
dalam bahasa Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2
unsur, yaitu:

- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki


bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali
apabila
kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.

2.3.5 Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem
ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan
sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya
:Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi
dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur
pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.

2.3.6 Anomali
Indonesia Aslinya
bank bank (Inggris)
Intern intern (Inggris)
quran quran (Arab)
jumat jumat (Arab)
Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur
anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita
keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jumat=().
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa
mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana
aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi. Contoh :
Indonesia Aslinya
Expose Expose
Export Export
exodus Exodus
Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga yang
terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya dilakukan secara
utuh. Misalnya :
Indonesia Aslinya
Federalisme federalism (Inggris)
Bilingual bilingual (Inggris)
Dedikasi dedication (Inggris)
Edukasi education (Inggris)

2.3.7 Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang


a. Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
b. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata populer tersebut.

Kata Ilmiah Kata Popular


Analogi kiasan
Frustasi rasa kecewa
Final akhir
Diskriminasi perbedaan perlakuan
Prediksi ramalan
Kontradiksi pertentangan
Format ukuran
Anarki kekacauan
Biodata biografi singkat
Bibliografi daftar pustaka
c. Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau
tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia untuk
kalangan terterntu (dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya :
populasi, volume, abses, H2O, dan sebagainya.
d. Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa
pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.
Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-
kata biasa.
Contohnya :
asoy, mana tahan dan sesuatu ya .

2.4 Klasifiksi kata berdasarkan diksi


1. Kata dari dan daripada
Contoh :
- Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
- Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan sebab)
- Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan alasan)
2. Kata pada dan kepada
Contoh :
- Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
- Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3. Kata di dan ke
Contoh :
- Atika sedang berada di luar kota (fungsi kata depan di)
- Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan
waktu)
4. Kata dan dan dengan
Contoh :
- Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
- Ibu memotong kue dengan pisau
5. Kata antar dan antara
Contoh :
- Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
- Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama kita dalam
menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga
merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca
serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan.
Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat penggunaan
katakata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi
mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di
hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud
dan tujuan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moeliono, Anton M. 1982. Diksi atau Pilihan Kata:Suatu Spesifikasi di


dalam kosa kata Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III.
Nomor 3. Bharata: Jakarta
2. Heryati, Yeti, Wahyu C, dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM
Digital Printing.
3. Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa.
4. Amran T. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : CV Akademika
Pressindo.
5. Adi, Tri. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta : CV Andi
Offset.
6. Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Jakarta:
Erlangga.
7. Yandianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : M2Sl

8. Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

9. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996.


Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
10. Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia

You might also like