You are on page 1of 1

ASUHAN PERAWATAN PASIEN SYOK

ANAFILAKTIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
173/SPO/04-MD/2011 00 1/1
Ditetapkan :
STANDAR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
PROSEDUR 03 Oktober 2011
Dr. Wahyu Hapsari, MARS
Direktur
Merupakan sindroma klinik yang mengancam jiwa penderita akibat reaksi imunologis
PENGERTIAN
karena pasien terpajan oleh allergen maupun pencetus non allergen.
1. Mengembalikan sirkulasi yang adekuat dan memberikan ventilasi yang baik.
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
3. Mencegah kehamilan.
I. Kaji gejala yang timbul, seperti :
1. Gejala ringan : rasa tidak enak, periorbita bengkak, gatal-gatal dikulit dan mata
berair
2. Gejala sedang : reaksi system ringan disertai bronkospasme dan edema laring
3. Gejala berat : asfiksia mendadak, bronckospasme, edema laring, nyeri perut,
diare kadang disertai lender dan darah, tidak sadar dan meninggal
II. Kaji tanda-tanda vital dan jalan nafas.
- Hentikan kontak dengan allergi
- Pasang tounniqet misa;l setelah gigitan serangga.
- Letakakn pasien pada tempat yang dasar, yang keras, horizontal denagn kaki
ditinggikan30-40
III. Beri O2 8-12 liter permenit.
IV. Bila pasien tidak sadar lakukan gerakan tripel (ektensi kepala, mendorongmendibula
kedepan dan membuka mulut)
V. Bila pasien henti napas (apnea) segera lakukan ventilasi dua kali buatan, kalau
memungkinkan dengan oksigen murni 100%.
PROSEDUR VI. Bila terjadi sumbatan jalan nafas akibat edema laring lakukan intubasi trachea.z
VII. Bila tidak mungkin lakukan korokotirodotomi atau paling tidak fungsi membrane
krikotiroid dengan n jarung yang berlumen besar
VIII. Setelah dua kali ventilasi buatan awal, segera raba arteri karotis atau arter femoralis.
IX. Bila bertdenyut tapi pasien masih henti napas teruskan ventilasi buatan 12 kali/menit
sampai timbul ventilasi spontan dan adekuat
X. Bila tidak teraba berarti terjadi henti jantung (cardiac arrest) segera lakukan kompresi
jantung 30 kali dengan laju 100 kali/menit yang kemudian dilakukan ventilasi 2 kali (
1 ventilasi : 1-1 detik) dievaluasi setiap 1 menit, apakah tindakan efektif, sampai
30 menit tidak ada respon tindakan dihentikan.
1. Berikan terapi farmakologi anafilaksis dimulai dengan terapi, adrenalin sedini
mungkin.
2. Dewasa : 0,3 0,5 ml SC bias diulang tiap 5 menit max 3 kali pemberian
3. Anak anak : 0,01 ml/kg BB diulang tiap 5 menit diulang sampai 3 kali
XI. Bila bronchospasme menetap setelah pemberian adrenalin beri inj aminopilin 5-6
mg/kg BB dilarutkan dalam 10 cc NaCL diberikan IV dalam 20 menit atau nebulasi
dengan ventolin dan polmocort.
UNIT TERKAIT IGD, IRNA, INSTALASI KAMAR OPERASI

You might also like