You are on page 1of 28

LAPORAN KASUS

Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik


Stase Ilmu Penyakit Saraf

Disusun oleh:
Rachel Callista (406152043)

Pembimbing:
dr. Sunaryo, M.Kes, Sp. S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
17 JULI - 19 AGUSTUS 2017
BAB 1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 72 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jimbaran 3/2 Margorejo, Pati, Jawa Tengah
Dirawat di ruang : Flamboyan
Tanggal masuk RS : 31 Juli 2017

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis kepada
keluarga pasien pada tanggal 3 Agustus 2017, pukul 11.00 WIB di Ruang
Flamboyan.
KELUHAN UTAMA: Pusing berputar
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati diantar oleh
keluarganya pada tanggal 31 Juli 2017 pukul 09.00 WIB dengan keluhan
pusing berputar yang dirasakan sejak 3 jam SMRS setelah pasien bangun
tidur. Keluhan pusing berputar ini terjadi secara mendadak dan
berlangsung singkat 1 menit dan keluhan ini baru pertama kali dirasakan
oleh pasien. Pasien merasakan dirinya berputar dan kadang merasakan
lingkungan disekelilingnya pun ikut berputar. Keluhan pusing berputar ini
dirasakan semakin memberat jika pasien mengalami perubahan posisi
tubuh seperti dari posisi tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri atau saat
pasien sedang menyapu dan keluhan ini dirasakan berkurang jika pasien
beristirahat dengan mata tertutup. Pasien merasakan keluhan pusing
berputar ini semakin hebat yang disertai dengan mual dan muntah yang
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 2
tidak menyemprot 10x yang berisi makanan, dan telinga berdenging
yang menyebabkan pasien diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD RAA
Soewondo Pati.
Gejala Penyerta: Keluhan lain seperti pandangan ganda, gangguan
pendengaran, rasa penuh di telinga, demam, batuk, pilek, lemah pada
anggota gerak, bicara pelo disangkal oleh pasien.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, infeksi pada telinga,
hidung dan tenggorokan, keluar cairan dari telinga, dan riwayat operasi
disangkal.
RIWAYAT TRAUMA
Riwayat trauma kepala disangkal.
RIWAYAT KELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan asma di sangkal.
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien sehari-hari mengkonsumsi nasi, sayur-sayuran dan tahu tempe
sebanyak 2-3x sehari. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
merokok. Biaya perawatan ditanggung oleh BPJS.
RIWAYAT OBAT
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan rutin sebelumnya.
Riwayat alergi obat disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 03 Agustus 2017, di Ruang
Flamboyan.
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Status Gizi : Tampak kurus
Tanda Vital
- Suhu Tubuh : 36,3oC
- Tekanan Darah : 130/70 mmHg

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 3
- Nadi : 72x/menit, regular, isi cukup
- Laju Napas : 18x/menit, regular
B. Status Internus
- Kepala/leher : mesocephale, deformitas (-), bengkak (-)
: pembesaran KGB -/-
: pembesaran kelenjar tiroid -/-
- Mata : Refleks cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Telinga/hidung : deformitas (-), nyeri (-), sekret (-)
septum nasi di tengah
- Mulut/faring : mukosa hiperemis (-)
tonsil T1/T1
uvula ditengah
- Thorax
o Paru
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
gerak napas tertinggal (-)
Palpasi : taktile fremitus simetris, sama kuat
ekspansi normal
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
o Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari, 1 cm lateral dari MCLS
thrill (-)
Perkusi : pekak, batas jantung normal
Auskultasi : S1/S2 normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
o Inspeksi : cembung, bekas luka (-)
o Auskultasi : bising usus normal, bruits (-)
o Perkusi : timpani

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 4
o Palpasi : nyeri tekan epigastrik (-)
hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Ekstremitas : akral hangat
: deformitas (-), edema (-)
: CRT <2 detik
C. Status neurologis
I. Fungsi Luhur
- Kesadaran
Kualitatif : compos mentis
Kuantitatif GCS : E4M6V5
- Orientasi : tempat, waktu dan situasi baik
- Daya ingat
Baru : baik
Lama : baik
- Gerakan abnormal : tidak ditemukan
- Gangguan berbahasa
Afasia motorik :-
Afasia sensorik :-
Afasia global :-
2. Koordinasi dan Keseimbangan
- Tes stepping gait : normal
- Tes tunjuk hidung : normal
- Tes pastpointing test : normal
- Tes konfrontasi vertikal : normal
- Tes konfrontasi horizontal : positif
- Tes Romberg : normal
- Tes Romberg di pertajam : positif
- Tes disdiadokinesis : positif
- Tes rebound phenomenon : normal
3. Saraf Otonom
- Miksi : normal
- Defekasi : normal
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 5
- Sekresi keringat : normal
4. Nervi Cranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.II (Opticus)
a. Daya penglihatan baik baik
b. Lapang pandang baik baik
c. Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III (Oculomotorius)
a. Ptosis (-) (-)
b. Gerak mata ke atas (+) (+)
c. Gerak mata ke bawah (+) (+)
d. Gerak mata media (+) (+)
e. Ukuran pupil 3 mm 3 mm
f. Bentuk pupil Bulat, reguler Bulat, reguler
g. Reflek cahaya langsung (+) (+)
h. Strabismus divergen (-) (-)
i. Diplopia (-) (-)
N.IV (Trochlearis) :
a. Gerak mata lateral bawah (+) (+)
b. Strabismus konvergen (-) (-)
c. Diplopia (-) (-)
N.V (Trigeminus)
a. Menggigit (+) (+)
b. Membuka mulut (+) (+)
c. Sensibilitas (+) (+)
d. Reflek kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. Reflek bersin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
g. Reflek zigomatikus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.VI (Abducens) :

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 6
a. Pergerakan mata (ke lateral) (+) (+)
b. Strabismus konvergen (-) (-)
c. Diplopia (-) (-)
N. VII (Facialis)
a. Kerutan kulit dahi simetris simetris
b. Mengerutkan dahi normal normal
c. Mengangkat alis normal normal
d. Menutup mata normal normal
e. Sulcus nasolabialis simetris simetris
f. Meringis normal normal
g. Daya kecap 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Mendengarkan suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Mendengarkan detik arloji normal normal
c. Tes rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
d. Tes weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. Tes schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. Nistagmus (+), Horizontal (+), Horizontal
N IX (Glossopharyngeus)
a. Arkus faring Simetris Simetris
b. Uvula Ditengah Ditengah
c. Daya kecap 1/3 belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
d. Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. Sengau (-) (-)
f. Tersedak (-) (-)
N X (Vagus)
a. Arkus faring Simetris Simetris
b. Daya kecap 1/3 belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. Bersuara (+) (+)
d. Menelan (+) (+)
N XI (Accesorius)
a. Memalingkan muka Normal Normal

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 7
b. Sikap bahu Simetris Simetris
c. Mengangkat bahu Normal Normal
d. Trofi otot bahu (-) (-)
N XII (Hypoglossus)
a. Sikap lidah Normal Normal
b. Menjulurkan lidah Normal Normal
c. Artikulasi Normal Normal
d. Tremor lidah (-) (-)
e. Trofi otot lidah (-) (-)
f. Fasikulasi lidah (-) (-)

ANGGOTA GERAK ATAS Kanan Kiri


Sistem motorik:
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas + +
Nyeri + +
Reflek fisiologik:
Bisep + +
Trisep + +
Reflek Patologi:
Hoffman (-) (-)
Tromer (-) (-)

ANGGOTA GERAK BAWAH Kanan Kiri

Sistem motorik:
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 8
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Klonus (-) (-)
Sensibilitas (+) (+)
Nyeri (+) (+)
Reflek fisiologik:
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Reflek Patologis:
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Mendel Bechterew - -
Rossolimo - -
Gonda - -
Klonus patella - -
Klonus kaki - -

Rangsang Meningeal Kanan Kiri


Kaku Kuduk - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
Brudzinski III - -
Brudzinski IV - -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 31 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 9
Leukosit 8.7 10^3/uL 3.6 11.0
Eritrosit L 4.17 10^6/uL 4.2 5.4
Hemoglobin 12.1 g/dL 11.7 15.5
Hematokrit 36.0 % 35 -47
MCV 86.3 fL 80 100
MCH 29.0 pg 26 34
MCHC 33.6 % 32 36
Trombosit 326 10^3/uL 150 400
RDW-CV 12.4 % 11.5 14.5
RDW-SD 38.6 fL 35 47
PDW 10.2 fL 9.0 13.0
MPV 9.4 fL 6.8 10.0
P-LCR 19.9 %
HITUNG JENIS
Netrofil 56.60 % 50.0 70.0
Limfosit 30.00 % 25.0 40.0
Monosit H 8.20 % 2.0 8.0
Eosinofil H 5.00 % 24
Basofil 0.20 % 01
KIMIA KLINIK
GDS/PP 155 mg/dL 70 160
Ureum 37.2 mg/dL 10 50
Creatinin L 0.52 mg/dL 0.60 1.20

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 02 Agustus 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Puasa 94 mg/dL 70-100
SGOT 23.8 U/L < 31

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 10
SGPT/ALAT 7.9 U/L < 34
Cholesterol total 185 mg/dL < 200
Trigliserida 67 mg/dL 0 - 150
Uric Acid 2.7 mg/dL 2.4 7.0

CT scan kepala tanpa kontras tanggal 01 Agustus 2017

KESAN:
Tidak tampak kelainan

V. RESUME
Ny. M, 72 tahun, datang ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati diantar oleh
keluarganya dengan keluhan pusing berputar yang dirasakan sejak 3 jam
SMRS setelah pasien bangun tidur. Keluhan pusing berputar ini terjadi
secara mendadak dan berlangsung singkat 1 menit dan baru pertama kali
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 11
dirasakan oleh pasien. Pasien merasakan dirinya berputar dan kadang
merasakan lingkungan disekelilingnya pun ikut berputar. Keluhan pusing
berputar ini dirasakan semakin memberat jika pasien mengalami
perubahan posisi tubuh seperti dari posisi tidur ke duduk atau dari duduk
ke berdiri atau saat pasien sedang menyapu dan keluhan ini dirasakan
berkurang jika pasien beristirahat dengan mata tertutup. Pasien merasakan
keluhan pusing berputar ini semakin hebat yang disertai dengan mual dan
muntah yang tidak menyemprot 10x yang berisi makanan, dan telinga
berdenging yang menyebabkan pasien dibawa ke IGD RSUD RAA
Soewondo Pati.
Keluhan lain seperti pandangan ganda, gangguan pendengaran, rasa
penuh di telinga, demam, batuk, pilek, lemah pada anggota gerak, bicara
pelo disangkal oleh pasien.
Riwayat infeksi pada telinga, hidung maupun tenggorokkan disangkal.
Riwayat trauma kepala disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda vital dan status
internus dalam batas normal, pada status neurologis koordinasi dan
keseimbangan didapatkan tes konfrontasi horizontal, romberg dipertajam
dan tes disdiadokinesis positif, pada nervus VIII kranialis didapatkan
nistagmus horizontal.
Pada pemeriksaan penunjang CT scan kepala tanpa kontras tidak
tampak kelainan.

VI. DIAGNOSIS
a. Diagnosa Klinis : vertigo dengan vomitus
b. Diagnosa Topis : kanalis semisirkularis
c. Diagnosa Etiologi : BPPV

VII. TATALAKSANA
1. Non medikamentosa
Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 12
Memberitahu pasien tentang latihan Brandt-Daroff untuk latihan di
rumah agar pasien terbiasa dengan beberapa posisi sehingga tidak
muncul keluhan pusing berputar saat berpindah posisi.

2. Medikamentosa
Infus asering 20 tpm
Injeksi ondansetron 2x1 amp
Injeksi ranitidin 2x1 amp
Injeksi ketorolac 2x30 mg
Betahistin 6 mg 3x1
Dramamin 3x50 mg

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri).1
Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar - merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.3

II. KLASIFIKASI
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi:2
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)

III. ETIOLOGI
1. Penyebab perifer Vertigo
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab
utama vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.5
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh
pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini
terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan menyebabkan gejala
klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan horizontal.Otoli
mengandung Kristal-kristal kecil kalsium karbonat yang berasal dari
utrikulus telinga dalam . Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan
posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus.9

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 14
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi
dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan
neuritis vestibular sebelumny, meskipun gejala benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah episode.8
Mnires disease
Mnires disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan
keluhan pendengaran.11 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada
rendah), dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi
penuh pada telinga.10 Mnires disease terjadi pada sekitar 15% pada
kasus vertigo otologik.8
Mnires disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik.
Hal ini terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan
kanalis semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe.
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.
Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis.
Labirintis terjadi dengan komplek gejala yang sama disertai dengan
tinnitus atau penurunan pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15%
kasus vertigo otologik.11
2. Penyebab Sentral Vertigo
Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering
dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine. Sebelumnya telah
dikenal sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda dan
disarthria) untuk basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit
kepala sebelah. Verigo pada migraine lebih lama dibandingkan aura
lainnya, dan seringkali membaik dengan terapi yang digunakan untuk
migraine.10
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari
suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien
terjadi beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 15
dan pada paien yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease.
Sering juga berhungan dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh,
dan lemah. Pemeriksaan diantara gejala biasanya normal.9
Tumor Intrakranial
Tumor intrakranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan
kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk
kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan
pendengaran atau gejala neurologis. Tumor pada fossa posterior yang
melibatkan ventrikel keempat atau Chiari malformation sering tidak
terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis. Multipel sklerosis
pada batang otak akan ditandai dengan vertigo akut dan nistagmus
walaupun biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang lain dan
jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya.

IV. GEJALA KLINIS

VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat
gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia,
parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.5
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung: 9
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan
kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala
menghilang secara spontan.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 16
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai
nistagmus.

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral


Lesi Sistem vestibuler (telinga Sistem vertebrobasiler dan
dalam, saraf perifer) gangguan vaskular (otak,
batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional Iskemik batang otak,
paroksismal jinak (BPPV), vertebrobasiler insufisiensi,
penyakit maniere, neoplasma, migren basiler
neuronitis vestibuler,
labirintis, neuroma akustik,
trauma
Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya: diplopia,
SSP parestesi, gangguan
sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan
serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Jadi cape Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga Kadang-kadang Tidak ada


berdenging dan
atau tuli
Nistagmus + -
spontan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 17
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo
vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab
yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran
pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular neutritis
atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan
vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat
disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkan oleh
trauma baik langsung ataupun barotrauma, mengejan. Bersin atau gerakan
yang mengakibatkan telinga ke bawah akan memprovokasi vertigo pada
pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya fenomena Tullios (nistagmus dan
vertigo yang disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah
kepada penyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang
stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis
tidak cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun.3
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, meniere disease, atau tuli
pada usia muda perlu ditanyakan.
Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatan yang
ototoksik, obat anti epilepsi, antihipertensi, dan sedative.

V. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan leher dan
sistem kardiovaskular.
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi:
- Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli
sensorineural, nistagmus.2

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 18
Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau
vermis cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa
nistagmus rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.
- Gait test
1. Rombergs sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki
instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun
Rombergs sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal
ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
2. Heel-to- toe walking test
3. Unterberger's stepping test
Pasien disuruh untuk berjalan dengan mata tertutup jika pasien
berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi
tersebut.2
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 19
4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh
telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata
terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.

Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.


1. Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manuver1
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45 di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 20
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-
langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue) (Allen, 2008).
- Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal.
Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa
nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi
terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka
didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah
hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII.5
- Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat
ke belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah agar bejana
lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat
dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimfe).
Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh
karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30C (kira-kira 7 di bawah suhu
badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik,
dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang
dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah
gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan
lamanya nistagmus berlangsung dicatat. Lamanya nistagmus berlangsung
berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara - 2 menit. Setelah istirahat 5
menit, telinga ke-2 dites.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 21
- Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
- Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai
peranan penting: sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini
dilakukan dengan 6 tahap:
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun
dalam keadaan biasa (normal).
b. Pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa
dengan tes romberg).
c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada
tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input
visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
d. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.
Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari
badan bagian bawah dapat diganggu.
e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak
digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu
(kacau;tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik
lainnya untuk input (informasi).
2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif
dan tuli perseptif
b. Audiometri: Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay.
VI. Diagnosis Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometri, vestibular testing,
evalusi laboratories dan evalusi radiologis.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 22
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran. Vestibular testing tidak dilakukan pada
semau pasieen dengan keluhan dizziness. Vestibular testing membantu jika tidak
ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan
elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada
kurang dari 1 persen pasien.11
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada faktor resiko untuk terjadinya
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII.11

VII. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20
sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat
pada pasien (durasi gejala).

VIII. Diagnosis Banding


Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Penyebab vertigo
Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda
intracranial
Mnires disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine
angle
Labyrinthitis Benign positional Vertebrobasilar insufficiency
vertigo dan thromboembolism

Labyrinthine Acute vestiblar Tumor otak, misalnya:


trauma dysfunction epyndimoma atau metastasis
pada ventrikel keempat
Acoustic neuroma Medication induced Migraine

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 23
vertigo e.g
aminoglikosida
Acute cochleo Cervical spondylosis Multiple sklerosis
vestibular
dysfunction
Syphilis (rare) Following flexion- Aura epileptic attack,
extension injury terutama temporal lobe
epilepsy
Obat-obatan, misalnya:
phenytoin, barbiturate
Syringobulosa

IX. Terapi
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-
kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).
Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang
positif.
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular
mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 24
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai
dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3
kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk
(sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di
kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine
(Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea
yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap
vertigo.
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah
efedrin.
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat
anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar
(palpitasi) dan menjadi gelisah gugup.
OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan
yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti
mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
- Lorazepam. Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg
- Diazepam. Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg
OBAT ANTI KOLINERGIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 25
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin
dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg
0,6 mg, 3 4 kali sehari.

Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan
defisit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak
banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan
untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri
terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.
Contoh latihan:
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi,
gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 26
Terapi Fisik Brand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Keterangan Gambar:
Ambil posisi duduk.
Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 27
DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in


primary care, BJMP 2010;3(4):a351.
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American
Family Physician January 15, 2006; Volume 73, Number 2.
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2008.
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2008.
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011.
Diunduh tanggal 8 Desember 2014. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach
that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254
(1732): 19-23.
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical
Assesment and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June
2008, Vol 69, No 6
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2006
10. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of
American Family Physician March 15,2005:71:6.
11. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient
with Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and
wilkins)
12. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10
September 2009. Diunduh tanggal 8 Desember 2014. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD RAA SOEWONDO PATI Page 28

You might also like