You are on page 1of 14

1. Apa yang dimaksud dengan variabel ?

Jawab : Variabel : adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di
dalam suatu penelitian.
Menurut F.N. Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep. Variabel
merupakan konsep yang mempunyai nilai yang bermacam-macam. Suatu
konsep dapat diubah menjadi suatu variabel dengan cara memusatkan pada
aspek tertentu dari variabel itu sendiri.
2. Apa yang dimaksud dengan variabel independen dan dependen ?
Jawab :
Variabel Independen disebut sebagai variabel predictor, variabel
pengaruh, kausa, variabel perlakuan, treatment, variabel risiko, stimulus,
dan juga dikenal sebagai variabel bebas dan variabel predictor.
Variabel ini merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan
atau mempengaruhi timbulnya variabel terikat (dependen).
Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel konsekuen, variabel
kriteria, variabel pengaruh, terikat, tergantung, dan variabel output.
variabel terikat adalah karena setiap variabel independen akan
mempengaruhi variabel terikat / independen.

3. Buatlah satu contoh judul penelitian tentukan variabel dependen dan


independennya ?
Jawab :
Judul : dalam penelitian dengan judul hubungan Penerapan Standar
Operasional Prosedur Perawatan Luka Terhadap Kepuasan Pasien

yang menjadi variabel bebas atau independen adalah Penerapan Standar


Operasional Prosedur perawatan luka, sedangkan yang menjadi variabel
terikat atau dependen adalah kepuasan pasien post operasi.

4. Pada latar belakang komponen apa yang harus ada ?


Jawab : Seperti tulisan pada umumnya, penulisan latar belakang masalah
terbagi menjadi 3 bagian.
Bagian pembuka yang memuat gambaran umum tentang masalah
yang akan diangkat.
Bagian isi yang memuat fakta, fenomena, data-data dan pendapat
ahli berkenaan dengan pentingnya masalah dan efek negatifnya
jika tetap dibiarkan.
Bagian penutup yang memuat alternative penyelesaian masalah
yang bisa ditawarkan.

5. Buatlah contoh latar belakang penelitian ?


Jawab :
Latar belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secaa fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Menurut (Tietjen,2004) Pada tahun 2000, suatu survey prevelensi
meliputi 55 rumah sakit di 14 negara berkembang pada empat wilayah
Word Health Organization (WHO) (Eropa, Mediterania Timur, Asia
Tenggara, da Pasifik) menemukan rata-rata 8,7% dari seluruh pasien
rumah sakit. Pada survey ini frekuensi tertinggi dilaporkan dari rumah
sakit di wilayah Timur Tengah Mediterania dan Asia Tenggara, masing-
masing 11,8% dan 10%. Penelitian WHO dan lain-lain, juga menemukan
prevalensi Infeksi Luka Operasi yang tertinggi di Intensif Care Unit (ICU),
perawatan bedah akut, dan bangsal ortopedi.
Saat ini masih banyak rumah sakit yang beroperasi tanpa di dukung
dengan system yang baku. Mereka lebih banyak beroperasi berdasarkan
kebiasaan apa yang sudah mereka jalankan bertahun-tahun dan akhirnya
menjadi sebuah kebiasaan rumah sakit tersebut. Perumusan SOP menjadi
relevan karena sebagai tolok ukur instansi pemerintah dalam
melaksanakan progam kerjanya. (Anonim, 2005).
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Andriyani, (2010).
Dengan judul Gambaran Motivasi Perawat dalam Implementasi Perawatan
luka Post Operasi Sesuai Standar Operasional Prosedur diruang bedah
RSUD dr. m. yunus Bengkulu, Terhadap Permasalahan pelayanan
kesehatan di rumah sakit RSUD M. Yunus Bengkulu saat ini yaitu masih
banyak ditemukan infeksi pada paska operasi, data dari bulan Oktober-
Desember 2009 ditemukan 60 orang pasien post operasi yang mengalami
infeksi luka post operasi sebanyak 15 orang (25%) pasien appendiktomy
yang berjumlah 24 orang yang infeksi 8 orang (33,33%), pasien
herniatomy yang berjumlah 16 orang yang infeksi sebanyak 4 rang (25%),
pasien yang seksio ceaser (SC) yang berjumlah 20 orang yang infeksi
sebanyak 3 orang (15%). Dari persentase infeksi pada tindakan-tindakan
tersebut yang dapat mempengaruhi proses pemyembuhan luka.
Diperkirakan penyebab infeksi luka post operasi diatas karena tindakan
keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedural.
Sering kali perawat lalai dalam melaksanakan pelayanannya kepada
pasien seperti cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, tidak
menggunakan handscoon steril, Kapas alkohol yang diperas ditempat
kapas alkohol, tidak menggunakan alat-alat yang steril serta tidak
menjalankan tehnik perawatan luka yang procedural. Komplikasi yang
dapat terjadi karena perawatan luka post operasi antara lain oedema,
hematoma, perdarahan sekunder, luka robek, dan adesi. Luka kotor karena
kelalaian perawat tersebut dapat juga menyebabkan infeksi. (Suriadi,2004)
Menurut Azwar, (1996) dalam (Haryanti,2010 ). Kualitas pelayanan
rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang menjadi sasaran
pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan medik khususnya medik
spesialistik merupakan salah satu ciri dari Rumah Sakit yang membedakan
antara Rumah Sakit dengan fasilitas pelayanan lainnya.
Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan
harapan sebelum pasien menerima pelayanan kesehatan dari pihak rumah
sakit sebagai provider, pasien akan merasa puas jika kualitas pelayanan
rumah sakit lebih tinggi atau setidaknya sama dengan yang diharapkan
pasien. (Haryanti, 2010)
Berdasarkan hasil penelitian Muhtarom (2009) dengan judul
Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien
di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga. Kepuasan pasien dipengaruhi oleh pelayanan. Adapun pelayanan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, kualitasnya
dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan keterampilan. Dapat
disimpulkan bahwa Ada Hubungan signifikan positif dan sangat kuat
antara mutu pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di
Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD. Abdul Aziz Kota Singkawang
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan langkah-langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Saat ini
masih banyak kasus tentang kinerja perawat yang melakukan perawatan
luka tidak sesuai dengan SOP, SOP memberikan langkah-langkah yang
benar dan terbaik untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi, serta
mengurangi kesalahan dan pelayanan di bawah standar (substandar)
dengan memberikan langkah-langkah yang sudah di uji dan di setujui
dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Sumber : Andriyani, (2010)
Journal.unimus.ac.id/index.php/FIKIkes/
Rumah Sakit st. Vincentius, Singkawang adalah salah satu rumah sakit
swasta di Singkawang yang merupakan amal usaha Pimpinan Pusat
Persyarikatan Muhammadiyah. Yang berdiri pada tahun 1923. Telah
terakreditasi 12 bidang pelayanan serta tersertifikasi system manajemen
mutu ISO 9001 : 2000. Oleh karena itu RS Sakit st. Vincentius,
Singkawang berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
dimilikinya supaya dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan
meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Studi pendahuluan pada tanggal 18 Juli 2013 di bangsal


bedah Sakit st. Vincentius, Singkawang didapatkan data dengan cara
wawancara dengan kepala rekam medik didapatkan hasil bahwa kejadian
post operasi sebanyak 140 pasien, dalam 3 bulan terakhir. Dari hasil
Observasi yang dilakukan di bangsal bedah rumah Sakit st. Vincentius,
Singkawang terhadap 6 pasien pada saat dilakukan perawatan luka,
Didapatkan data bahwa ada perawat yang mengabaikan prosedur sebelum
merawat luka. Perawat tidak melakukan tindakan cuci tangan terlebih
dahulu, dan perawat tidak mengganti handscon dengan handscon yang
baru di depan pasien maupun keluarga pasien, serta tidak menggunakan
handscon steril. Dan masih ada sebagian perawat pada waktu melakukan
perawatan luka kurang maksimal saat menekan luka untuk mengeluarkan
puss atau nanah yang ada di dalamnya.
Data mengenai kepuasan pasien didapat dari hasil wawancara kepada
6 keluarga pasien pada saat ditanya, 2 dari 6 keluarga pasien mengatakan
merasa kecewa atas pelayanan perawat yang melakukan perawatan luka
karena tidak sesuai dengan langkah-langkah standar operasional prosedur
yang sudah ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit.
Perawatan luka merupakan aspek yang penting dari asuhan
keperawatan dan membutuhkan pengetahuan serta keterampilan perawat
dalam merawat luka agar luka tetap aman (Potter.P, 2006). Tindakan
perawatan luka post operasi akan lebih berkualitas apabila dalam
pelaksanaanya selalu mengacu pada SOP yang telah diterapkan seperti
mencuci tangan dahulu sebelum tindakan, begitu pula dengan alat-alat
yang akan digunakan harus disterilkan dulu sebelum digunakan pada klien.
(Brunner & Suddar, 2002)
Sehingga dalam perawatan luka post operasi harus sesuai dengan
prosedur, apabila tidak sesuai maka bisa terjadi adanya infeksi pada luka
operasi dan hal tersebut membuat pasien maupun keluarganya akan merasa
kecewa atau tidak puas dengan perawatan luka yang diberikan oleh
perawat.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti perlu untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Perawatan Luka Terhadap Kepuasan Pasien Post Operasi dibangsal Sakit
st. Vincentius, Singkawang

6. Apa yang dimaksud dengan populasi?


Jawab : Dalam statistika, populasi adalah sekumpulan data yang
mempunyai karakteristik yang sama dan menjadi objek inferensi.

7. Apa yang dimaksud dengan sampel ?


Jawab : Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti;
dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan
populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi
yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel
yang diambil.

8. Apa yang dimaksud dengan kriteria inklusi dan eklusi ? dan berikan satu
contoh
Jawab : Kriteria inklusi adalah kriteria atau standar yang ditetapkan
sebelum penelitian atau penelaahan dilakukan. Kriteria inklusi digunakan
untuk menentukan apakah seseorang dapat berpartisipasi dalam studi
penelitian atau apakah penelitian individu dapat dimasukkan dalam
penelaahan sistematis. Kriteria inklusi meliputi jenis kelamin, usia, jenis
penyakit yang diobati, pengobatan sebelumnya, dan kondisi medis lainnya.
Kriteria inklusi membantu mengidentifikasi peserta yang sesuai.
Kriteria eksklusi atau kriteria pengecualian adalah kriteria atau standar
yang ditetapkan sebelum penelitian atau penelaahan. Kriteria eksklusi
digunakan untuk menentukan apakah seseorang harus berpartisipasi dalam
studi penelitian atau apakah penelitian individu harus dikecualikan dalam
tinjauan sistematis. Kriteria eksklusi meliputi usia, perawatan sebelumnya,
dan kondisi medis lainnya. Kriteria membantu mengidentifikasi peserta
yang sesuai.

9. Buatlah contoh inklusi


Jawab : KASUS: penelitian pengaruh pemberian vaksin A terhadap
tumbuh kembang anak di desa B. (tidak mungkin kita melakukan
penelitian terhadap semua anak di desa B, karna akan menghabiskan
banyak waktu ,untuk itu di ambil sampel penelitian yaitu sebagian anak di
desa B yang di anggap mewakili seluruh anak dari desa tersebut).
Contoh pada kasus diatas ditetapkan kriteria inklusi yaitu anak di
bawah 5 tahun , anak yang pernah mendapat vaksin A , anak yang kondisi
tubuhnya sehat dan kriteria-kriteria lainnya.

10. Sebutkan metode pengambilan sampel dan jelaskan


Jawab : Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu
secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-random)/non-
probabilita.
a) Acak (Random sampling) artinya, setiap anggota dari populasi
memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Tidak ada intervensi tertentu dari peneliti.Masing-masing
jenis dari pengambilan acak (probability sampling) ini
memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.

1) Pengambilan acak sederhana (Simpel random sampling)

Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel


diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada
dalam populasi.
2) Pengambilan acak secara sistematis (Systematic random
sampling)

Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari


populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri
oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.

3) Pengambilan acak berdasarkan lapisan (Stratified random


sampling)
Stratified Sample adalah suatu teknik sampling dimana populasi
kita bagi kedalam sub populasi(strata), karena mempunyai
karakteristik yang heterogen dan heterogenitas tersebut
mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian tujuan
penelitian, maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini.
Setiap stratum dipilih sampel melalui proses simple random
sampling.

4) pengambilan acak berdasar area (Cluster sampling)

Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data


atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi,
kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh
provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya,
maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random,
dan menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-
masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional
stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja
berbeda.

b) Tidak acak (Non-random sampling)

Merupakan cara pengambilan sampel secara tidak acak di mana


masing-masing anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk
terpilih anggota sampel.[3] Ada intervensi tertentu dari peneliti dan
biasa peneliti menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan
penelitiannya.

1) Pengambilan sesaat (Accidental/haphazard sampling)

Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan


dengan tiba-tiba berdasarkan siapa yang ditemui oleh peneliti.
Misalnya, reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan
sedang lewat. Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah
kepraktisan dalam pemillihan anggota sampel. Sedangkan,
kekurangannya adalah belum tentu responden memiliki karakteristik
yang dicari oleh peneliti.

2) Pengambilan menurut jumlah (Quota sampling)

Merupakan pengambilan anggota sampel berdasarkan jumlah yang


diinginkan oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan menurut jumlah ini
adalah praktis karena jumlah sudah ditentukan dari awal.Sedangkan,
kekurangannya adalah bias, belum tentu mewakili seluruh anggota
populasi.

3) Pengambilan menurut tujuan (Purposive sampling)

Merupakan pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan


dan pertimbangan tertentu dari peneliti.Kelebihan dari pengambilan
menurut tujuan ini adalah tujuan dari peneliti dapat terpenuhi. Sedangkan,
kekurangannya adalah belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.

4) Pengambilan beruntun (Snow-ball sampling)

Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan


sistem jaringan responden. Mulai dari mewawancarai satu responden.
Kemudian, responden tersebut akan menunjukkan responden lain dan
responden lain tersebut akan menunjukkan responden berikutnya. Hal ini
dilakukan secara terus-menerus sampai dengan terpenuhinya jumlah
anggota sampel yang diingini oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan
beruntun ini adalah bisa mendapatkan responden yang kredibel di
bidangnya. Sedangkan, kekurangannya adalah memakan waktu yang
cukup lama dan belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.

11. Sebutkan tehnik pengumpulan data?


Jawab : Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan
adalah angket, observasi dan wawancara.
- Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
- Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan
angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak
terlalu besar.
- Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul
data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.

12. Sebutkan tahap-tahap dan prosedur penelitian dan jelaskan


Jawab : Tahapan Prosedur Penelitian:
a) Mendefinisikan dan Merumuskan Masalah
Pendefinisian masalah harus jelas,baik dari segi keluasannya
maupun dari segi kedalamannya.
b) Melakukan Studi Kepustakaan (Studi Pendahuluan)
Mengacu pada teori-teori yang berlaku dan dapat dicari atau
ditemukan pada buku-buku teks ataupun penelitian orang lain.
c) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau anggapan yang sifatnya
sementara tentang fenomena yang akan diselidiki. Berguna untuk
membantu peneliti menuntun jalan pikirannya agar mencapai hasil
penelitiannya. Yang dihipotesiskan adalah pernyataan yang ada
pada rumusan masalah.
d) Menentukan Model atau Desain Penelitian
Model yang dipakai dapat berupa model matematika. Tahap ini
dapat diganti dengan tahap menentukan desain penelitian
e) Mengumpulkan Data
Data harus dicari dengan teknik yang sesuai.
f) Mengolah dan Menyajikan Informasi
Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga informasi
yang tersaji lebih mudah diinterpretasikan dan dianalisis lebih
lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik dan nilai statistik.
g) Menganalisis dan Menginterpretasikan
Selanjutnya hasil olahan tersebut dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan alat-alat analisis yang sesuai agar dapat dihasilkan
kajian yang cukup tajam, mendalam dan luas.
h) Membuat Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan yang sesuai dengan
hipotesis yang diajukan. Saran disajikan pula karena penelitian
mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau asumsi-asumsi.
i) Membuat Laporan
13. Cara menghitung analisa univariat
Jawab : rumus uji analisis univariat
P= f x 100%
n
ket :
p : persentase
f : jumlah penerapan yang sesuai prosedur (nilai 1)
n : jumlah item observasi
PEKERJAAN RUMAH RISET KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
KARTIKA
NIM : 20146320184

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PRODI DIV KEPERAWATAN
2017/2018

You might also like