You are on page 1of 1

TRANSFORMASI SIMBOLISTIS

PAGELARAN SENI WAYANG KULIT PURWA


PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA
(Analisis Didaktis Filosofis)
Oleh:
Udjang Pr. M. Basir
(FBS UNESA)

Abstrak :
Kesenian wayang kulit dalam masyarakat Jawa, tergolong unsur budaya adiluhung yang
cukup tua usianya. Bagi komunitas Jawa sendiri, pagelaran wayang kulit (purwa) berdimensi ganda,
sebagai tontonan dan tuntunan. Aspek tontonan terkait dengan nilai estetis lakon wayang yang bernilai
drama, indah, dan menyenangkan. Sedangkan aspek tuntunan diperoleh dari esensi lakon wayang yang
isinya menyuguhkan tata nilai hidup bermasyarakat yang dapat diambil sebagai cermin kehidupan.
Sebagai seni tradisi, drama dalam pagelaran wayang bernilai simbolis sebagai gambaran
potret filosofis hidup masyarakat Jawa. Dari properti tata panggungnya, seluruh asesoris (ubarampe)
yang mendukung pertunjukan wayang bernilai simbol yang diharapkan dapat mendukung kesuksesan
pertunjukan wayang dan memberikan nilai sugesti positif bagi pemangku hajat. Misalnya, sesaji
(sajen) dimaksudkan sebagai bentuk permohonan izin bagi leluhur dan segenap kekuatan gaib yang ada
(baureksa). Sedangkan asesoris lain seperti tuwuhan (buah dan tumbuhan), lebih bernilai doa dan
sugesti yang tertuju pada pemangku hajat agar menjadi tuan rumah yang baik dan menyenangkan,
sehingga pagelaran berjalan sukses. Misalnya, pohon tebu (antebing kalbu), tendan pisan/gedhang
(saged padhang), kelapa muda/cengkir (kencenging pikir), dsb. Demikian pula perangkat pertunjukan
wayang yang menggambarkan sikap hidup dan pemahaman manusia Jawa tentang budayanya, mulai
dari pemaknaan tentang kelir (dunia), blencong (matahari), pohon pisang (bumi), kecrek (irama
kehidupan), cempolo (detak jantung), kothak wayang (alam barzah/akherat), dll.

You might also like