Professional Documents
Culture Documents
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 1 dari 18
khususnya situs yang menyediakan fasilitas pengguna menambahkan nama-nama
tempat secara bebas yang jumlahnya semakin banyak.
Menyadari pentingnya pembakuan nama-nama geografis ini, diterbitkan
Perpres No.112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi.
Tim Nasional ini bertugas untuk mengkoordinasikan pembakuan nama rupabumi
di Indonesia dengan cara menetapkan standar dan pedoman, melakukan
pembakuan nama rupabumi dalam bentuk gasetir nasional, melakukan pembinaan
kepada Pemerintah Daerah dan mewakili Indonesia dalam sidang-sidang
internasional.
Undang-Undang No.4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
mengamanatkan perubahan BAKOSURTANAL menjadi Badan Informasi
Geospasial (BIG) dikarenakan tugasnya yang lebih luas, tidak hanya menangani
kegiatan survei dan pemetaan yang berada di hulu dalam proses
penyelenggaraan informasi geospasial, tetapi juga harus bertanggungjawab
terhadap ketersediaan dan akses terhadap informasi geospasial yang berkualitas
serta pemanfaatannya dalam pembangunan. Dalam kaitan ini, toponim merupakan
bagian dari Informasi Geospasial Dasar yang harus disediakan oleh BIG. Karena
itulah, kegiatan pembangunan basis data toponim di BIG merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kegiatan pemetaan rupabumi. Survei toponimi selalu
dilakukan setiap tahun sehingga telah menghasilkan sebuah gasetir yang relatif
sudah cukup lengkap untuk seluruh wilayah Indonesia.
BIG atau BAKOSURTANAL sebelumnya juga telah berupaya untuk
menjalankan perannya sebagai Sekretaris Tim Nasional Pembakuan Nama
Rupabumi dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti pelatihan dan
seminar nasional dan penyiapan data untuk menunjang kegiatan verifikasi nama
rupabumi. BIG juga aktif sebagai bagian dari Tim Nasional yang melakukan
verifikasi nama rupabumi yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 sesuai
dengan Roadmap yang sudah disepakati.
Mulai tahun 2012 kemarin, di BIG dibentuk sebuah unit struktural yang
menangani khusus bidang toponimi. Bahkan untuk mendukung kegiatan
Sekretariat Tim Nasional, juga telah dibentuk sebuah Kelompok Kerja. Ini adalah
salah satu bentuk perhatian dan komitmen BIG untuk terus menggerakkan
pembangunan toponimi di Indonesia. Harapan ke depan, roda operasional Tim
Nasional dapat berjalan dengan lebih optimal atas dasar pemahaman dan
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 2 dari 18
kesungguhan bersama untuk menjadikan toponimi sebagai satu hal yang
indispensable dalam pembangunan nasional kita.
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 3 dari 18
KEBIJAKAN TEKNIS TOPONIMI PASCA LAHIRNYA
UNDANG-UNDANG INFORMASI GEOSPASIAL
Edwin Hendrayana*)
ABSTRAK
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 4 dari 18
KEBIJAKAN NASIONAL PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI
Eko Subowo*)
ABSTRAK
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 5 dari 18
2. Permendagri No. 35 Tahun 2009 tentang Panitia Pembakuan Nama Rupabumi .
Peraturan ini memberikan arahan kepada Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia untuk membentuk Panitia Daerah, berikut
panduan tentang susunan dan komposisi kepanitiaan tersebut. Tugas Panitia
Provinsi dan Kabupaten/Kota tersebut adalah membantu proses inventarisasi,
verifikasi dan pembakuan nama rupabumi yang selanjutnya melaporkan kepada
Timnas untuk diproses lebih lanjut sesuai kewenangan masing-masing.
3. SE Mendagri No. 125.1/1785/PUM tanggal 16 Mei 2013 tentang Pedoman Teknis
Inventarisasi dan Verifikasi Nama Unsur Rupabumi Alami.
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 6 dari 18
PERKEMBANGAN TOPONIMI DI INDONESIA
Rudolf. W. Matindas*)
*) Pakar Toponimi
e-mail: secr@indo.net.id
ABSTRAK
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 7 dari 18
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SDM
DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL
ABSTRAK
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 8 dari 18
PERAN TOPONIMI DALAM PELESTARIAN BUDAYA
DAN PEMBENTUKAN JATI DIRI BANGSA
ABSTRAK
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 9 dari 18
OPTIMALISASI PENAMAAN PULAU GUNA PENGUATAN
IDENTITAS BUDAYA BANGSA DALAM RANGKA
KETAHANAN NASIONAL
Sukendra Martha*)
ABSTRAK
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 10 dari 18
GASETIR SEBAGAI BAGIAN KEKAYAAN BUDAYA BANGSA
Ida Herliningsih*)
ABSTRAK
Nama rupabumi, disebut juga dengan istilah nama geografis atau toponim,
adalah data geospasial yang merupakan salah satu unsur yang terdapat pada Peta
Rupabumi Indonesia (RBI). Peta RBI merupakan salah satu peta dasar
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun
2011 tentang Informasi Geospasial. Kegiatan pengumpulan nama rupabumi
dilakukan dalam pekerjaan pembuatan Peta RBI dan Gasetir Rupabumi Indonesia
di Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim, Badan Informasi Geospasial (BIG).
Dengan adanya Gasetir Rupabumi Indonesia yang berisi daftar nama geografis
dengan cakupan hampir seluruh wilayah Indonesia, menjadi referensi bagi Tim
Nasional Pembakuan Nama Rupabumi dalam melaksanakan tugasnya,
diantaranya melakukan pembakuan secara nasional nama, ejaan, dan ucapan
unsur rupabumi di Indonesia dalam bentuk gasetir nasional.
Gasetir rupabumi Indonesia ini digunakan dalam kegiatan inventarisasi,
pengolahan data dan informasi yang dilaksanakan oleh Panitia Pembakuan Nama
Rupabumi (PPNR) Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia untuk kemudian
diusulkan kepada Tim Nasional melalu PPNR Provinsi. Selanjutnya, PPNR Provinsi
mengusulkan pembakuan nama rupabumi kepada Tim Nasional sebagai bahan
penyusunan gasetir nasional. Pembakuan nama rupabumi dilakukan berdasarkan
prinsip dan prosedur penamaan rupabumi dengan tujuan untuk mewujudkan data
dan informasi yang akurat, baik untuk kepentingan pembangunan nasional maupun
internasional. Prinsip penamaan rupabumi yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama
Rupabumi, diantaranya penggunaan nama lokal dan menggunakan bahasa
Indonesia dan/ atau bahasa daerah.
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 11 dari 18
Gasetir Nasional dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi, salah
satunya adalah aplikasi untuk perlindungan sosial. Gasetir nasional, sebagai data
geospasial, merupakan bentuk khusus dari suatu spatial identifier, yang di
dalamnya merepresentasikan nama, jenis unsur, koordinat lokasi, serta informasi
terkait lainnya. Dalam aplikasi ini gasetir nasional digunakan sebagai referensi dari
berbagai data geospasial lainnya yang juga menggunakan spatial identifier.
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 12 dari 18
SEJARAH SEBAGAI PENGINGAT DAN PEMAKNA
Susanto Zuhdi*)
*) Guru Besar Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
e-mail: susanto_zuhdi@yahoo.com
ABSTRAK
Pemberian nama rupabumi pada obyek geografi mungkin setua usia
manusia yang melakukannya. Toponim dapat dilihat sebagai eksrepsi linguistik
yang mempertautkan gagasan manusia dengan obyek, seperti pada gunung,
sungai, laut, selat, pulau dsb. Selain memperlihatkan aspek bahasa, toponim juga
tidak lepas dari sejarah, yang berfungsi sebagai pengingat. Di dalam konteks
pelestarian warisan budaya, melalui pendekatan tradisi (pendekatan antropologi),
nilai-nilai budaya dapat diturunkan dari generasi ke genarasi.
Bertolak dari segitiga (triangel) bahasa sebagai pencerah (language as
enlightenment); sejarah sebagai pengingat history as remembrance) dan tradisi
sebagai kesinambungan (tradition as continuity), makalah ini terutama hendak
membentang toponim dengan aspek sejarah.
Fokus sejarah adalah pada fakta dan interpretasi. Melalui fakta sejarah
manusia mampu mengingat mengenai peristiwa, baik sebagai proses maupun
strukturnya. berdasar pada fakta itu manusia memberi makna bagi kehidupannya.
Apakah di sana terdapat makna yang berasal dari nilai-nilai perjuangan, nilai-nilai
kesetiakawananan (solidaritas), nilai persatuan dsb.
Oleh karena setiap periode sejarah memperlihatkan semangat atau jiwa
zaman (zeitgeist) masing-masing, maka sejarah mempengaruhi pemberian nama
rupa bumi. Apalagi diketahui bahwa pemberian nama dapat dilakukan oleh pihak
luar (eksonim), selain pemberian orang dalam sendiri (endonim).
Nama tempat Baubau (Sulawesi Tenggara) dalam masa pelaksanaan
Otonomi Daerah kini telah menjadi sebuah kota, dengan memiliki perangkat
legislatifnya (DPRD-Kota). Orang Buton menolak pemberian nama dari luar yang
mengartikan Baubau yang berasa kata dari bau (berkaitan dengan arti
busuk)). Kata itu berasal dari kata bhau yang berarti baru.
Dalam konteks lain, nyaris nama tempat Kota Kotamobagu hapus dari
peta bumi Indonesia, hanya karena tidak dicantumkan kota di depan
Kotamobagu. Tidak diketahui bahwa Kotamobago adalah nama spesifik.
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 13 dari 18
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 14 dari 18
SOCIAL MEDIA DAN CROWDSOURCED DATA: PERSPEKTIF BARU
PEMANFAATAN TOPONIM
RINGKASAN
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 15 dari 18
adalah Global Pulse yang merupakan sebuah program inovatif dari PBB untuk
melacak dan memonitor informasi terkait krisis sosio-ekonomi baik di tingkat lokal
maupun global. Program ini bertujuan mendapatkan data yang melengkapi data
yang didapatkan dari survey dan sensus atau cara-cara pengumpulan data statistik
lainnya yang tradisional. Global Pulse berusaha melacak informasi dari sumber-
sumber online seperti blog, media sosial (Twitter dan Facebook), situs berita, situs
lowongan kerja, situs jual beli online.
Informasi yang dilacak oleh program seperti Global Pulse ini tentu akan
lebih bermakna apabila mengandung informasi lokasi tempat kejadian atau
fenomena yang diinformasikan tersebut. Di sinilah pentingnya program ini memiliki
hubungan langsung dengan data base toponim atau gasetir yang resmi untuk
dapat menjalankan fungsi geocoding atau menunjukkan lokasi yang tepat dari
nama tempat yang disebut dalam informasi tersebut.
Volume informasi yang terdapat di internet memang luar biasa dan dapat
digunakan sebagai sebuah sumber informasi. Tetapi konten tersebut biasanya
cenderung mengandung informasi yang informal dan tidak lengkap serta
mengandung ungkapan-ungkapan yang subjektif, tidak jelas dan samar atau
ambigu. Oleh karena itu, konten informasi tersebut harus dikelompokkan dengan
informasi yang relevan atau memiliki kesamaan waktu, lokasi atau pembuat untuk
menghasilkan informasi yang lebih utuh. Cara lain adalah dengan melengkapi
informasi tersebut dengan informasi lain yang dapat mengkofirmasi atau me
negasinya. Di sinilah peranan gasetir yang dapat berfungsi sebagai spatial
identifier yaitu pengkonfirmasi sebuah nama geografis, atau juga sebagai penentu
apabila sebuah nama geografis ternyata ada di dua lokasi atau lebih.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perkembangan pesat dalam
teknologi internet yang memungkinkan masyarakat secara mandiri untuk membuat,
menggabungkan dan mendiseminasikan informasi geospasial secara sukarela di
dunia maya. Situs seperti Wikimapia dan OpenStreetMap berhasil memberdayakan
masyarakat pengguna untuk menciptakan karya informasi geospasial secara
global, sedangkan Google Earth dan Bing Map juga menyediakan berbagai
fasilitas bagi para penggunanya untuk mengembangkan berbagai aplikasi menarik
menggunakan datanya. Banyak data nama-nama tempat yang dengan bebasnya
ditambahkan oleh pengguna dalam situs-situs tersebut yang tentu saja
menimbulkan pertanyaan tentang validitas dan otorisasinya.
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 16 dari 18
Lembaga pemetaan resmi seperti Badan Informasi Geospasial (BIG) di
Indonesia, secara terus menerus mengembangkan standar dan spesifikasi untuk
mengatur produk informasi geospasial dan menggunakan tenaga kerja profesional
di bidangnya. Karena itu, maka produk-produk lembaga seperti BIG sudah
mendapatkan otoritas secara de facto dan diakui sebagai produk resmi dikarenaka
reputasi kelembagaan yang dimilikinya. Sementara itu perusahaan seperti Google,
tentu saja tidak memiliki reputasi seperti itu dalam bidang informasi geospasial.
Tetapi tidak bisa dipungkiri, para pengguna tetap bersedia mengakui produk-
produknya yang mungkin disebabkan oleh 2 hal: pertama karena itu didistribusikan
dengan teknologi yang relatif baru, dan yang kedua karena reputasi Google di
bidang lain khususnya di bidang teknologi mesin pencarian data (search engine).
Menghadapi perkembangan seperti tersebut di atas, harus segera
diresmikan Gasetir Nasional yang authorized dan resmi dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi acuan tidak hanya untuk
kepentingan terkait pemetaan, tetapi juga sebagai spatial identifier terhadap
informasi nama-nama tempat yang ada di web. Dalam era dijital seperti sekarang
ini, gasetir nasional dapat terdiri dari berbagai gasetir yang saling berhubungan
satu sama lain. Untuk itu perlu diperhatikan 3 hal yaitu komponen dari setiap
gasetir, proses penamaan tempat dan perkembangannya, dan aspek
interoperabilitas di antara gasetir yang ada.
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 17 dari 18
PROSES PERIJINAN SEBAGAI UPAYA UNTUK PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
Setiyoso Subarkah *)
*) Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Bidang Fisik dan Prasarana, Bappeda Kota
Bogor
ABSTRAK
Pengendalian pemanfaatan ruang sangat penting dilakukan dalam proses
pembangunan, sebagai upaya untuk mewujudkantertib tata ruang yang dilakukan
melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif,
serta pengenaan sanksi. Proses perizinan dilakukan untuk menjamin pemanfaatan
ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi dan standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang, untuk mencegah dampak negative pemanfaatan
ruang serta melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
Untuk ketentuan proses perizinan bidang property, Kota Bogor dimulai
dengan penerbitan izin prinsip (IP) diberikan kepada suatu kegiatan yang
diperkenankan untuk beroperasi dengan luasan di atas 10.000 m2 (sepuluh ribu
meter persegi) dengan tujuan untuk menjamin bahwa pemanfaatan tanah tersebut
sesuai peruntukan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang., kemudian Izin
Lokasi (IL) merupakan dasar untuk melakukan pembebasan lahan dalam rangka
pemanfaatan ruang, Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT), serta Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). Kebijakan penamaan property diupayakan untuk
tetap memperhatikan kearifan budaya lokal Kota Bogor dan mempertahankan
bangunan heritage yang ada..
Kata kunci: -
Seminar Nasional Toponim, Hotel Aston Primera, Bandung 25 Juni 2013 18 dari 18