Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
terus-menerus tekanan darah arteri (BP). Meskipun peningkatan BP itu dianggap "penting"
untuk perfusi memadai penting dari organ selama awal 1900-an dan menengah, sekarang
diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko yang paling signifikan untuk kardiovaskular
(CV) penyakit. Meningkatkan kesadaran dan diagnosis hipertensi, dan meningkatkan kontrol
BP dengan pengobatan yang tepat, dianggap kritis inisiatif kesehatan masyarakat untuk
Ketujuh Laporan Komite Nasional Bersama pada deteksi, Evaluasi, dan Penanganan
Tekanan Darah Tinggi (JNC7) adalah pedoman yang paling menonjol berbasis bukti klinis
pada Amerika Serikat untuk pengelolaan hipertensi, ditambah laporan dari American Heart
hypertension. Ulasan komponen yang relevan dari panduan ini dan bukti tambahan dari uji
klinis, dengan fokus pada farmakoterapi dari hipertensi. Data dari National Health and
hipertensi, 68,9% menyadari bahwa mereka memiliki hipertensi, hanya 58.4% yang
memberikan beberapa bentuk pengobatan antihipertensi, dan hanya 34% dari semua pasien
telah dikendalikan BP. Oleh karena itu, ada banyak kesempatan bagi dokter untuk
adalah lebih tinggi dari wanita sebelum usia 45 tahun, tetapi antara usia 45 dan 54 tahun
persentasenya sedikit lebih tinggi dengan wanita. Setelah usia 55 tahun, persentase yang jauh
lebih tinggi dari wanita memiliki BP lebih tinggi daripada tingkat prevalensi pada pria.
Tertinggi di non Kulit hitam Hispanik (33,5%) diikuti oleh orang kulit putih non-Hispanik
(28,9%) dan Meksiko Amerika (20,7%). Nilai-nilai BP meningkat dengan usia, dan
hipertensi (peningkatan BP secara terus menerus) adalah sangat umum pada orang tua.
Risiko seumur hidup mengembangkan hipertensi di antara mereka 55 tahun dan lebih tua
yang normotensive adalah 90%. Kebanyakan pasien memiliki prehipertensi sebelum mereka
didiagnosis dengan hipertensi, dan sebagian besar diagnosis terjadi antara dekade ketiga dan
kelima dari kehidupan. Dalam populasi usia 60 tahun, prevalensi hipertensi pada tahun
2000 adalah diperkirakan 65,4%, yang secara signifikan lebih tinggi dari 57.9% prevalensi
Hipertensi adalah salah satu penyakit mematikan di dunia karena penyakit ini bisa
memicu penyakit kelas berat sepert gagal jantung dan stroke. Sebanyak satu miliar orang di
dunia atau satu dari 4 orang dewasa penderita penyakit. Diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025. Dari berbagai penelitian
di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Meski jumlah penderita ini sangat banyak,
2
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan
darah juga dipengaruhi akttifitas fisik, di mana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam 1 hari juga berbeda;
paling tinggi pada waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Dorothy,
2011).
3
BAB II
URAIAN HIPERTENSI
Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diastolik yang tetap dan lebih besar dari
disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos vaskular perifer, yang menyebabkn
peningkatan resistensi arteriola dan menurunnya kapasitas sistem pembuluh vena. Meskipun
pada banyak orang tanpa gejala, hipertensi kronik-sistolik ataupun diastolik dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif, infark miokard, kerusakan ginjal dan cedera
Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, Pemingkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain (Mansjoer, et al. 2009).
4
Patofisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimeter
merkuri (mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah sistolik
(TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal),
dan aldosteron
6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di
ginjal
9. Diabetes mellitus
11. Obesitas
5
12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik
Tekanan darah arteri diatur dalam batas-batas tertentu untuk perfusi jaringan yang
cukup tanpa menyebabkan kerusaakan pada sistem vaskular, terutama intima arterial.
Tekanan darah arterial langsung seimbang dengan hasil curah jantung dan resistensi vaskular
perifer. Pada orang normal dan hipertensi, curah jantung dan resistensi perifer diatur oleh
suatu mekanisme pengatur yang saling tumpang tindih: barorefleks disalurkan melalui sistem
6
1. Sistem baroreseptor dan sistem saraf simpatis
Barorefleks mencakup sistem simpatis yang diperlukan untuk pengaturan tekanan darah
yang cepat dari waktu ke waktu. Turunnya tekanan darah menyebabkan neuron-neuron yang
sensitif terhadap tekanan (baroreseptor pada arkus aorta dan sinus karotid) akan
mengirimkan impuls yang lebih lemah kepada pusat-pusat kardiovaskular dalam sambungan
sumsum. Ini akan menimbulkan peningkatan respons refleks pusat simpatik dan penurunan
pusat parasimpatik terhadap jantung dan pembuluh, yang mengakibatkan vasokontriksi dan
meningkatnya isi sekuncup jantung. Prubahan ini akan menurunkan kenaikan tekanan darah
kompensasi.
2. Sistem renin-angiotensin-aldosteron
Ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah volume darah.
Baroreseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah (dan stimulasi reseptor -
adrenergik simpatik) dengan cara mengeluarkan enzim renin. Peptidase ini akan mengubah
sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lebih lanjut,
angiotensin II ini memacu sekresi aldosteron, sehingga reabsorbsi natrium ginjal dan volume
darah meningkat, yang seterusnya juga akan meningkatkan tekanan darah (Mycek, 2001).
Manifestasi Klinik
demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
7
Pemeriksaan Penunjang
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. Sebagai tambahan dapat
dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat,
Diagnosis
1. Hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran tekanan darah, tetapi dapat
ditegakkan setelah 2 kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terjadi
peningkatan tekanan darah yang tinggi atau gejala-gejala klinis pendukung pada pemeriksaan
8
BAB III
PENATALAKSANAAN
Tujuan Terapi
3. Menghindari hipotensi dan ESO yang lain serta mencegah kerusakan organ (stroke,
Terapi Hipertensi
1. Non Famakologi
Merokok
Dislipidemia
Obesitas (Body mass index atau BMI > 30 kg/m2) dn penyakit jantung
9
b. Modifikasi gaya hidup
c. Terapi Farmakologi
a. Pemilihan obat harus berdasarkan pada efektivitasnya dalam mengurangi morniditas dan
mortalitas, keamanan, biaya, penyakit yang menyertainya, dan faktor resiko yang lain
b. Pilihan awal tergantung pada tingginya tekanan darah (TD) dan adanya kondisi khusus
tingkat I harus diawali dengan pemberian diuretik tiazid. Hpertensi tingkat II menggunakan
kombinasi yang salah satunya adalah diuretik thiazid, jika tidak ada kontraindikasi.
c. Kondisi khusus yang akan mempengaruhi pemilihan obat antihipertensi antara lain:
- Diuretik, bloker, ACE inhibitor, angiotensin II receptor blocker (ARBs), dan calcium
channer blockers (CCBs) adalah pilihan pertama berdasarkan efektivitas dan keamanan
- 1 bloker, central 2-agonis, penghambat adrenergik, dan vasodilator adalah obat alternatif
10
- Hanya sekita 40% tujuan pengobatan dicapai dengan pemberian obat tunggal pemberian
obat kedua dipilih yang efeknya adiktif dengan obat pertama. Jika diuretik bukan pilihan
Pemilihan obat harsu mempertimbangkan kondisi khusus itu supaya tujuan umum
pengobatan yang mengurangi morbiditas, mortalitas, dan perlindungan organ dapat tercapai.
1. Gagal jantung
a. Diuretik merupakan pilihan utama karena dapat mengurangi udem dengan efek diuresisnya.
Diuretik kuat mungkin diperlukan, terutama pasien dengan tekanan sistolik yang besar.
b. ACE inhibitor juga merupakan obat pilihan pertama berdasarkan pada bukti-bukti uji klinis
yang terbukti paling baik dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pada pasien gagal
jantung yang mempunyai kadar renin dan angiotensin II tinggi, terapi harus dimulai dengan
c. ARB dapat sebagai alternatif ACE inhibiitor pada pasien yang tidak dapat menerima ACE
inhibitor.
a. bloker mengunragi stimulasi kerja jantung dan akan menurunkan resiko terjadinya infark
b. ACE inhibitor meningkatkan fungsi jantung dan dapat mengurangi kejadian infark.
a. bloker merupakan terapi lini pertama pada angina kronik stabil (chronic stable angina) dan
11
b. CCBs (kecuali dihidropiridin verapamil dan diltiazem) menurunkan tekanan darah dan
4. Diabetes Millitus
b. Semua pasien DM dan hipertensi harus diterpi dengan menggunakan baik ACE inhibitor atau
ARB. Kedua golongan obat tersebut bersifat nephroprotection dan menurunkan resiko pada
cardiovaskuler.
d. CCBs juga bermanfaat sebagai obat tambahan jika diperlukan untuk mengontrol TD pada
kasus DM
a. ACE inhibitor dan ARB menurunkan TD dan juga menurunkan tekanan intragomeruler, yang
selanjutnya akan mengurangi menurunnya fungsi ginjal. Beberapa data menunjukkan bahwa
kombinasi ACE inhibitor dan ARB mungkin lebig efektif dibandingkan masing-masing obat.
b. Karena pasien biasanya memerlukan kombinasi obat, diuretik, dan CCB sering diperlukan
(Priyanto, 2009).
12
- Kalsium antagonis dapat berguna juga untuk pengobatan sindroma Raynaud dan aritmia tertentu
- Diuretik tipe thiazide harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diagnosa pirai atau
- Hindari penggunaan penyekat pada pasien asma, reactive airway disease, atau second or third
- ACEI dan ARB tidak boleh diberikan kepada perempuan punya rencana hamil dan kontraindikasi
pada perempuan hamil. ACEI tidak boleh diberikan pada pasien dengan riwayat angioedema.
- Antagonis aldosteron dan diuretic penahan kalium dapat menyebabkan hiperkalemia, sehingga
jangan diberikan kepada pasien dengan kalium serum >5.0 mEq/L (tanpa minum obat apa-apa)
1. Diuretik
Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat lini pertama untuk kebanyakan pasien
dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, diuretik
salah satu obat yang direkomendasikan. Empat subkelas diuretik digunakan untuk mengobati
hipertensi: tiazid, loop, agen penahan kalium, dan antagonis aldosteron. Diuretik penahan kalium
adalah obat antihipertensi yang lemah bila digunakan sendiri tetapi memberikan efek aditif bila
dikombinasi dengan golongan tiazid atau loop. Selanjutnya diuretik ini dapat menggantikan
kalium dan magnesium yang hilang akibat pemakaian diuretik lain. Antagonis aldosteron
(spironolakton) dapat dianggap lebih poten dengan mula kerja yang lambat (s/d 6 minggu untuk
spironolakton). Tetapi, JNC 7 melihatnya sebagai kelas yang independen karena bukti
13
Pada pasien dengan fungsi ginjal cukup ( GFR> 30 ml/menit), tiazid paling efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Bila fungsi ginjal berkurang, diuretik yang lebih kuat diperlukan
untuk mengatasi peningkatan retensi sodium dan air. Furosemid 2x/hari dapat digunakan. Jadwal
minum diuretik harus pagi hari untuk yang 1x/hari, pagi dan sore untuk yang 2x/hari untuk
meminimalkan diuresis pada malam hari. Dengan penggunaan secara kronis, diuretik tiazide,
diuretik penahan kalium, dan antagonis aldosteron jarang menyebabkan diuresis yang nyata.
Perbedaan farmakokinetik yang penting dalam golongan tiazid adalah waktu paruh dan lama efek
diuretiknya. Hubungan perbedaan ini secara klinis tidak diketahui karena waktu paruh dari
kebanyakan obat antihipertensi tidak berhubungan dengan lama kerja hipotensinya. Lagi pula,
diuretik dapat menurunkan tekanan darah terutama dengan mekanisme extrarenal. Diuretik
sangat efektif menurunkan tekanan darah bila dikombinasi dengan kebanyakan obat
antihipertensif lain. Kebanyakan obat antihipertensi menimbulkan retensi natrium dan air;
masalah ini diatasi dengan pemberian diuretik bersamaan. Efek samping diuretik tiazid termasuk
disfungsi seksual. Diuretik loop dapat menyebabkan efek samping yang sama, walau efek pada
lemak serum dan glukosa tidak begitu bermakna, dan kadang-kadang dapat terjadi hipokalsemia.
Studi jangka pendek menunjukkan kalau indapamide tidak mempengaruhi lemak atau glukosa
atau disfungsi seksual. Semua efek samping diatas berhubungan dengan dosis. Kebanyakan efek
samping ini teridentifikasi dengan pemberian tiazid dosis tinggi (misalnya HCT 100mg/hari).
Guideline sekarang menyarankan dosis HCT atau klortalidone 12.5 25 mg/hari, dimana efek
samping metabolik akan sangat berkurang. Diuretik penahan kalium dapat menyebabkan
hiperkalemia, terutama pada pasien dengan penyakit ginjal kronis atau diabetes dan pada pasien
yang menerima ACEI, ARB, NSAID, atau supplemen kalium. Hiperkalemia sangat bermasalah
14
terutama dengan eplerenone, antagonis aldosteron yang terbaru. Karena sangat selektif antagonis
fungsi ginjal atau diabetes tipe 2 dengan proteinuria. Kalau spironolakton menyebabkan
ACEI dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien
dengan hipertensi. Studi ALLHAT menunjukkan kejadian gagal jantung dan stroke lebih
sedikit dengan klortalidon dibanding dengan lisinopril. Perbedaan untuk stroke konsisten
dengan hasil trial lainnya, the Captopril Prevention Project (CAPP). Pada studi dengan
lansia, ACEI sama efektifnya dengan diuretik dan penyekat beta, dan pada studi yang lain
ACEI malah lebih efektif. Lagi pula, ACEI mempunyai peranan lain pada pasien dengan
hipertensi plus kondisi lainnya. Kebanyakan klinisi setuju bila ACEI bukan merupakan terapi
lini pertama pada kebanyakan pasien hipertensi, tetapi sangat mendekati diuretik. ACEI
vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron (lihat gambar 2).
15
Gambar 2. Sistem renin-angiotensin dan system kallikrein-kinin
ACEI juga memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat yang
bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACEI, tetapi juga bertanggung
jawab terhadap efek samping batuk kering yang sering dijumpai pada penggunaan ACEI.
ACEI secara efektif mencegah dan meregresi hipertrofi ventrikel kiri dengan mengurangi
indikasi khusus dari ACEI, menunjukkan banyak kegunaan yang berdasarkan bukti
Gambar 3. Kombinasi yang memungkinkan dari kelas yang berbeda untuk obat-obat
antihipertensi
16
Beberapa studi menunjukkan kalau ACEI mungkin lebih efektif dalam menurunkan
resiko kardiovaskular dari pada obat antihipertensi lainnya. Pada DM tipe 2, dua studi
menunjukkan kalau ACEI superior daripada CCB. Tetapi pada UKPDS, captopril ekivalen
dengan atenolol dalam mencegah kejadian kardiovaskular pada pasien dengan DM tipe 2.
ACEI menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan gagal jantung42 dan
memperlambat progres penyakit ginjal kronis. Golongan ACEI harus digunakan sebagai
pengobatan lini pertama dalam terapi pada pasien-pasien ini, kecuali terdapat kontraindikasi
absolut. Selain terapi dengan penyekat beta, bukti menunjukkan kalau ACEI lebih jauh
menurunkan resiko kardiovaskular pada angina stabil kronis (EUROPA) dan pada pasien-
pasien pasca infark miokard (HOPE). Akhirnya, data dari PROGRESS menunjukkan
berkurangnya resiko stroke yang kedua kali dengan kombiasi ACEI dan diuretik tiazid.
Kebanyakan ACEI dapat diberikan 1 kali/hari kecuali kaptopril, waktu paruhnya pendek ,
biasanya dua sampai tiga kali/hari. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril diekskresi lewat urin,
jadi penyesuaian dosis diperlukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis yang parah.
ACEI dapat di toleransi dengan baik oleh kebanyakan pasien tetapi tetap mempunyai
efek samping. ACEI mengurangi aldosteron dan dapat menaikkan kosentrasi kalium serum.
Biasanya kenaikkannya sedikit, tetapi hiperkalemia dapat terjadi. Terlihat terutama pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis, atau diabetes melitus dan pada pasien yang juga
mendapat ARB, NSAID, supplemen kalium, atau diuretik penahan kalium. Monitoring serum
kalium dan kreatinin dalam waktu 4 minggu dari awal pemberian atau setelah menaikkan
dosis ACEI sering dapat mengidentifikasi kelainan ini sebelum dapat terjadkomplikasi yang
serius. Angiedema adalah komplikasi yang serius dari terapi dengan ACEI. Sering ditemui
17
pada African-Amerian dan perokok. Gejala berupa bengkak pada bibir dan lidah dan
kemungkinan susah bernafas. Hentikan pemberian ACEI untuk semua pasien dengan
angioedema, tetapi edema laring dan gejala pulmonal kadanag-kadang terjadi dan
emergensi untuk membantu respirasi. Batuk kering yang persisten terlihat pada 20% pasien;
dapat dijelaskan secara farmakologi karena ACEI menghambat penguraian dari bradikinin.
Batuk yang disebabkan tidak menimbulkan penyakit tetapi sangat menganggu ke pasien. Bila
ACEI diindikasikan untuk indikasi khusus gagal jantung, diabetes, atau penyakit ginjal
kronis; pada pasien-pasien dengan batuk kering, ACEI diganti dengan ARB. ACEI
merupakan kontraindikasi absolut untuk perempuan hamil dan pasien dengan riwayat
angioedema. ACEI harus dimulai dengan dosis rendah terutama pada pasien dengan deplesi
natrium dan volume, eksaserbasi gagal jantung, lansia, dan yang juga mendapat vasodilator
dan diuretik karena hipotensi akut dapat terjadi. Penting untuk memulai dengan dosis
Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE, dan jalan alternatif yang
menggunakan enzim lain seperti chymase ACEI hanya menghambat efek angiotensinogen
yang dihasilkan melalui RAAS, dimana ARB menghambat angiotensinogen II dari semua
jalan. Oleh karena perbedaam ini, ACEI hanya menghambat sebagian dari efek
(AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia:
18
vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan
konstriksi arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensinogen
tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi,
perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan penggunaan
ARB. Studi menunjukkan kalau ARB mengurangi berlanjutnya kerusakan organ target
jangka panjang pada pasien-pasien dengan hipertensi dan indikasi khusus lainnya.
Tujuh ARB telah di pasarkan untuk mengobati hipertensi; semua obat ini efektif
menurunkan tekanan darah. ARB mempunyai kurva dosis-respon yang datar, berarti
menaikkan dosis diatas dosis rendah atau sedang tidak akan menurunkan tekanan darah yang
drastis. Penambahan diuretik dosis rendah akan meningkatkan efikasi antihipertensi dari
ARB. Seperti ACEI, kebanyakan ARB mempunyai waktu paruh cukup panjang untuk
pemberian 1 x/hari. Tetapi kandesartan, eprosartan, dan losartan mempunyai waktu paruh
paling pendek dan diperlukan dosis pemberian 2x/hari agar efektif menurunkan tekanan
darah. ARB mempunyai efek samping paling rendah dibandingkan dengan obat
batuk kering seperti ACEI. Sama halnya dengan ACEI, ARB dapat menyebabkan insufisiensi
ginjal, hiperkalemi, dan hipotensi ortostatik. Hal-halyang harus diperhatikan lainnya sama
dengan pada penggunaan ACEI. Kejadian batuk sangat jarang, demikian juga angiedema;
tetapi cross-reactivity telah dilaporkan. ARB tidak boleh digunakan pada perempuan hamil.
4. Penyekat Beta
Penyekat beta telah digunakan pada banyak studi besar untuk hipertensi. Sebelumnya
penyekat beta disarankan sebagi obat lini pertama bersama diuretik. Tetapi, pada kebanyakan
trial ini, diuretik adalah obat utamanya, dan penyekat beta ditambahkan untuk menurunkan
19
tekanan darah. Beberapa studi telah menunjukkan berkurangnya resiko kardiovaskular
apabila penyekat beta digunakan pasca infark miokard, pada sindroma koroner akut, atau
pada angina stabil kronis. Walaupun pernah dikontraindikasikan pada penyakit gagal jantung,
banyak studi telah menunjukkan kalau karvedilol dan metoprolol suksinat menurunkan
mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sistolik yang sedang diobati dengan diuretik dan
ACEI. Atenolol digunakan pada DM tipe 2 pada studi UKPDS dan menunjukkan efek yang
sebanding, walaupun tidak lebih baik dalam menurunkan resiko kardiovaskular dibandingkan
dengan captopril.
Ada perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik diantara penyekat beta yang ada,
tetapi menurunkan tekanan darah hampir sama. Ada tiga karakteristik farmakodinamik dari
Kardioselektif (cardioselektivity)
Penyekat beta yang mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 dari
pada reseptor beta-2 adalah kardioselektif. Adrenoreseptor beta-1 dan beta-2 terdistribusi di
seluruh tubuh, tetapi terkosentrasi pada organ-organ dan jaringan tertentu. Beta-1 reseptor
lebih banyak pada jantung dan ginjal, dan beta-2 reseptor lebih banyak ditemukan pada
paruparu, liver, pankreas, dan otot halus arteri. Perangsangan reseptor beta-1 menaikkan
20
kemungkinannya untuk mencetuskan spasme bronkus dan vasokonstriksi. Juga, sekresi
insulin dan glikogenolisis secara adrenergik dimediasi oleh reseptor beta-2. Penghambatan
reseptor beta-2 dapat menurunkan proses ini dan menyebabkan hiperglikemi atau
kardioselektif; jadi lebih aman daripada penyekat beta yang nonselektif pada pasien asma,
PPOK, penyakit arteri perifer, dan diabetes yang karena alasan khusus harus diberi penyekat
beta. Tetapi, kardioselektifitas adalah fenomena yang tergantung dosis. Pada dosis yang lebih
tinggi, penyekat beta yang kardioselektif kehilangan selektifitas relatifnya untuk reseptor
beta-1 dan akan memblok reseptor beta-2 seefektif memblok reseptor beta-1. Pada dosis
berapa kardioselektifitas hilang tergantung dari pasien ke pasien. Pada umumnya, penyekat
beta yang kardioselektif lebih disukai bila digunakan untuk mengobati. hipertensi. Beberapa
penbutolol, dan pindolol adalah penyekat beta ISA yang bekerja secara agonis beta reseptor
parsial. Tetapi penyekat beta ISA ini tidak menurunkan kejadian kardiovaskular dibanding
dengan penyekat beta yang lain. Malahan, obat-obat ini dapat meningkatkan resiko pasca
infark miokard atau pada pasien dengan resiko penyakit koroner yang tinggi. Jadi, ISA jarang
diperlukan.
(membrane-stabilising action) pada sel jantung bila dosis cukup besar digunakan. Aktifitas
ini diperlukan bila karakteristik antiaritmik dari penyekat beta diperlukan. Perbadaan
farmakokinetik diantara penyekat beta berhubungan dengan first pass metabolisme, waktu
paruh, derajat kelarutan dalam lemak (lipophilicity), dan rute eliminasi. Propranolol dan
21
metoprolol mengalami first-pass metabolism, jadi dosis yang diperlukan untuk memblok
reseptor beta akan bervariasi dari pasien ke pasien. Atenolol dan nadolol mempunyai waktu
paruh panjang dan di ekskresi lewat ginjal. Walaupun waktu paruh dari penyekat beta lainnya
jauh lebih singkat,pemberian 1x/hari efektif karena waktu paruh dalam serum tidak
berhubungan dengan lama keja hipotensinya. Penyekat beta bervariasi dalam sifat
lipofiliknya atau penetrasinya ke susunan saraf pusat. Semua penyekat beta melewati sawar
darah-otak, tetapi agen lipofilik berpenetrasi lebih jauh dibanding yang hidrofilik.
Propranolol yang paling lipofilik dan atenolol yang sedikit lipofiliknya. Jadi kosentrasi
propranolol di otak lebih tinggi dibanding atenolol bila dosis yang ekivalen diberikan. Hal ini
mengakibatnya efek samping sistim saraf pusat (seperti pusing dan mengantuk) dengan agen
lipofilik seperti propranolol. Tetapi, sifat lipofilik ini memberikan efek yang lebih untuk
kondisi nonkardiovaskular seperti migraine, mencegah sakit kepala, tremor essensial, dan
tirotoksikosis. Pemberian penyekat beta tiba-tiba dapat menyebabkan angina tidak stabil,
infark miokard, dan bahkan kematian pada pasien-pasien dengan resiko tinggi penyakit
tekanan darah melebihi tekanan darah sebelum pengobatan). Untuk mencegah ini, penyekat
beta harus diturunkan dosis dan diberhentikan secara perlahan-lahan selama 1 -2 minggu.
Seperti diuretic, penyekat beta menaikkan serum kolesterol dan glukosa, tetapi efek ini
transien dan secara klinis bermakna sedikit. Penyekat beta dapat menaikkan serum
trigliserida dan menurunkan kolesterol HDL sedikit. Penyekat beta dengan karakteristik
memblok penyekat alfa (karvedilol dan labatalol) tidak mempengaruhi kadar lemak.
22
CCB bukanlah agen lini pertama tetapi merupakan obat antihipertensi yang efektif,
terutama pada ras kulit hitam. CCB mempunyai indikasi khusus untuk yang beresiko tinggi
penyakit koroner dan diabetes, tetapi sebagai obat tambahan atau pengganti. Data
jantung (cardiac events) dibandingkan dengan terapi konvensional (diuretik dan penyekat
beta) atau ACEI pada pasien tanpa komplikasi. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes,
diltiazemm ekivalen dengan diuretik dan penyekat beta dalam menurunkan kejadian
kardiovaskular. CCB dihidropiridin sangat efektif pada lansia dengan hipertensi sistolik
terisolasi berbeda dengan tipe hipertensi lainnya, dan diuretik tetap terapi lini pertama.
bila diuretik tiazid tidak dapat mengontrol tekanan darah, terutama pada pasien lansia dengan
CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang membran sel. Ada dua tipe
voltage gated calcium channel: high voltage channel (tipe L) dan low voltage channel (tipe
T). CCB yang ada hanya menghambat channel tipe L, yang menyebabkan vasodilatasi
koroner dan perifer. Ada dua subkelas CCB, dihidropiridin dan nondihidropiridine.
Keduanya sangat berbeda satu sama lain. Efektifitas antihipertensinya hampir sama, tetapi
ada perbedaan pada efek farmakodinami yang lain. Nondihidropiridin (verapamil dan
23
Verapamil menghasilkan efek negatif inotropik dan kronotropik yang bertanggung
pada pasien resiko tinggi. Diltiazem juga mempunyai efek ini tetapi tidak sebesar verapamil.
insiden efek samping kardiovaskular dan tidak disetujui untuk pengobatan hipertensi. Efek
samping yang lain dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala, gingival
hyperplasia, edema perifer, mood changes, dan gangguan gastrointestinal. Efek samping
pusing, flushing, sakit kepala, dan edema perifer lebih jarang terjadi pada nondihidropiridin
verapamil dan diltiazem karena vasodilatasinya tidak sekuat dihidropiridin. Diltiazem dan
verapamil dapat menyebabkan anorexia, nausea, edema perifer, dan hipotensi. Verapamil
menyebabkan konstipasi pada 7% pasien. Efek samping ini terjadi juga dengan diltiazem
tetapi lebih sedikit. Verapamil dan juga diltiazem (lebih sedikit) dapat menyebabkan interaksi
obat karena kemampuannya menghambat sistem isoenzim sitokrom P450 3A4 isoenzim.
Akibatnya dapat meningkatkan serum konsentrasi obat-obat lain yang di metabolisme oleh
sistem isoenzim ini seperti siklosporin, digoksin, lovastatin, simvastatin, takrolimus, dan
teofilin. Verapamil dan diltiazem harus diberikan secara hati-hati dengan penyekat beta untuk
mengobati hipertensi karena meningkatkan resiko heart block dengan kombinasi ini. Bila
CCB perlu dikombinasi dengan penyekat beta, dihidropirine harus dipilih karena tidak akan
6. Penyekat alfa1
Prazosin, terazosin, dan doxazosin adalah penyekat reseptor 1 selektif. Bekerja pada
pembuluh darah perifer dan menghambat pengambilan katekolamin pada sel otot halus,
24
menyebabkan vasodilasi dan menurunkan tekanan darah. Pada studi ALLHAT doxazosin
adalah salah satu obat yang digunakan, tetapi di stop lebih awal karena secondary end point
stroke, gagal jantung, dan kejadian kardiovaskular terlihat dengan pemberian doxazosin
dibanding chlorthalidone. Tidak ada perbedaan pada primary end point penyakit jantung
koroner fatal dan infark miokard nonfatal. Data ini menunjukkan kalau diuretik tiazid
superior dari doxazosin (dan barangkali 1-blocker lainnya) dalam mencegah kejadian
kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi. Jadi penyekat alfa adalah obat alternatif
keuntungan pada laki-laki dengan BPH (benign prostatichyperplasia). Obat ini memblok
reseptor postsinaptik alfa1 adrenergik ditempat kapsul prostat, menyebabkan relaksasi dan
berkurang hambatan keluarnya aliran urin. Efek samping yang tidak disukai dari penyekat
alfa adalah fenomena dosis pertama yang ditandai dengan pusing sementara atau pingsan,
palpitasi, dan bahkan sinkop 1 -3 jam setelah dosis pertama. Efek samping dapat juga terjadi
pada kenaikan dosis. Episode ini diikuti dengan hipotensi ortostatik dan dapat
diatasi/dikurangi dengan meminum dosis pertama dan kenaikan dosis berikutnya saat mau
tidur. Hipotensi ortostatik dan pusing dapat berlanjut terus dengan pemberian terus menerus.
Penggunaannya harus hati-hati pada pasien lansia. Penyekat alfa melewati hambatan otak-
darah dan dapat menyebabkan efek samping CNS seperti kehilangan tenaga, letih, dan
depresi.
7. Agonis 2 sentral
reseptor 2 adrenergic di otak. Perangsangan ini menurunkan aliran simpatetik dari pusat
25
vasomotor di otak dan meningkatkan tonus vagal. Penurunan aktivitas simpatetik, bersamaan
output, total peripheral resistance, aktifitas plasma rennin, dan reflex baroreseptor. Klonidin
sering digunakan untuk hipertensi yang resistan, dan metildopa adalah obat lini pertama
untuk hipertensi pada kehamilan. Penggunaan agonis 2 sentral secara kronis menyebabkan
retensi natrium dan air, paling menonjol dengan penggunaan metildopa. Penggunaan klonidin
dosis kecil dapat digunakan untuk mengobati hipertensi tanpa penambahan diuretik. Tetapi,
metildopa harus diberikan bersama diuretik untuk mencegah tumpulnya efek antihipertensi
yang terjadi dengan penggunaan jangka panjang, kecuali pada kehamilan. Seperti dengan
penggunaan obat antihipertensi yang bekerja sentral lainnya depresi dapat terjadi. Kejadian
hipotensi ortostatik dan pusing lebih tinggi dari pada dengan obat antihipertensi lainnya, jadi
harus digunakan dengan hati-hati pada lansia. Klonidin mempunyai kejadian efek samping
antikolinergik yang cukup banyak seperti sedasi, mulut kering, konstipasi, retensi urin, dan
rebound hypertension. Efek ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pelepasan norepinefrin
anemia hemolitik, walaupun jarang terjadi. Kenaikan sementara serum transaminase liver
kadang-kadang terlihat dengan terapi metildopa tetapi secara klinis irrelevant kecuali bila
nilainya diatas tiga kali batas normal. Metildopa harus diberhentikan segera apabila kenaikan
serum transaminase atau alkalin fosfatase liver menetap karena ini menunjukkan onset dari
26
8. Reserpin
juga mengosongkan katekolamin dari otak dan miokardium, mengakibatkan sedasi, depresi,
dan berkurangnya curah jantung. Reserpin mulai kerja dan waktu paruhnya lambat sehingga
dosis pemberian satu kali per hari. Tetapi, diperlukan 2 sampai 6 minggu sebalum efek
antihipertensi maksimal terlihat. Reserpin dapat menyebabkan retensi natrium dan air yang
aktifitas parasimpatetik. Terlihat dari efek samping hidung tersumbat, meningkat sekresi
asam lambung, diare, dan bradikardia dapat terjadi. Depresi yang terjadi berupa kesedihan,
hilang nafsu makan atau percaya diri, hilang tenaga, disfungsi ereksi. Dengan dosis 0.05 dan
0.25 depresi minimal. Reserpin digunakan sebagai terapi lini ke tiga pengobatan hipertensi.
Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh relaksasi langsung
otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan vasodilasi ke pembuluh darah vena. Kedua
obat juga menyebabkan penurunan tekanan perfusi yang kuat yang mengaktifkan refleks
sehingga meningkatkan denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan rennin. Akibatnya
terbentuk takifilaksis, efek hipotensi akan hilang dengan pemakaian seterusnya. Efek ini
27
1. Labu siam (Sechium edule)
Nama Daerah : labu jipang, manisah (Jawa Timur), waluh siam (Jawa Barat, di dunia
internasional biasa disebut Chayate dijadikan cadangan pangan bagi penduduk meksiko.
albuminoid. Karena bersifat dingin jika dimakan terasa sejuk dan dingin di perut. Daging
buahnya terdiri dari 90 persen air, 7,5% karbohidrat, 1 persen protein, 0,6 persen serat, 0,2
persen abu, dan 0,1 persen lemak. Juga mengandung sekitar 20 mg kalsium, 25 mg fosfor,
100 mg kalium, 0,3 mg zat besi, 2 mg natrium, serta beberapa zat kimia yang berkhasiat.
Bukti klinis : kandungan alkaloid dalam labu siam bisa membuka pembulu darah yang
tersumbat. Oleh karena itulah labu siam bisa menurunkan tekanan darah tinggi atau
hipertensi. Seperti diketahui, melalui air seni yang banyak terbuang akibat sifat diuretik dari
labu siam, kandungan garam di dalam darah pun ikut berkurang. Berkurangnya kadar garam
yang bersifat menyerap atau menahan air ini akan meringankan kerja jantung dalam
Cara penggunaannya mudah yaitu dengan cara meminum air perasan labu sehari dua kali,
2. Murbei
Nama lain :Besaran (Indonesia). murbai, besaran (Jawa).; Kerta, kitau (Sumatera).; Sangye
(China), may mon, dau tam (Vietnam), morus leaf,; morus bark,morus fruit, mulberry leaf,
Cara Pemakaian : Daun murbei segar sebanyak 15 g dicuci bersih kemudian direbus dengan
2 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring lalu dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan
28
sore. Buah murbei segar sebanyak 30 g direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit mendidih,
dinginkan, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Daun bersifat pahit, manis, dingin, masuk meridian
paru dan hati. Buah bersifat manis, dingin, masuk meridian jantung, hati, dan ginjal. Kulit
akar bersifat manis, sejuk, masuk meridian paru. Ranting bersifat pahit, netral, masuk
meridian hati.
aceto'ne, trigonelline, choline, adenin, asam amino, copper, zinc, vitamin (A, B1, C. dan
karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam formyltetrahydrofolik, dan
mioinositol. Juga mengandung phytoestrogens. Bagian ranting murbei mengandung tanin dan
stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit batang mengandung (1)
urease.
29
Senyawa aktif : Bawang putih mengandung minyak atsiri, alii, kalium, saltivine, diallysulfide
Bukti ilmiah : Kandungan allicin dan aliin berkaitan dengan daya anti kolesterol.
Kemampuan ini membuat bawang putih berkhasiat mencegah penyakit jantung koroner dan
Cara pemakaian : 3 siung bawang putih dikupas dan dibersihkan, 3 tangkai seledri dicuci
bersih. Kedua bahan dimasukkan ke dalam 3 gelas air. Direbus hingga mendidih hingga
tersisa 1 gelas. Diangkat, disaring lalu didinginkan. Ramuan diminum setiap hari.
Senyawa aktif : saponin, polifenol, flavonol, myoinosital, orthosipon glikosida, minyak atsiri,
dan garam kalium. Orthosipon glikosida adalah senyawa khusus yang memiliki daya diuretik
Bukti ilmiah : diduga kemungkinan mekanisme penurunan tekanan darah terjadi karena
kumis kucing berefek diuresis. Zat-zat yang bersifat diuresis dapat menambah kecepatan
pembentukan urin maupun meningkatkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuresis adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel dan tekanan darah kembali
normal.
Cara pemakaian : daun kumis kucing segar sebanyak genggam direbus dalam 1 gelas air.
Dididihkan hingga tersisa gelas. Diangkat, didinginkan lalu disaring. Diminum 2 kali
Efek diuretik
30
Beberapa studi pada tikus telah melaporkan aktivitas diuretik dari ekstrak O. stamineus dan
O. aristatus dan dari flavonoids (sinensetin dan tetrametoksiflavon) yang diisolasi dari O.
menyebabkan diuresis signifikan setelah 224 jam dibandingkan dengan kontrol. Efeknya
(10 mg/kg). Pemberian secara oral dari ekstrak cair O. aristatus meningkatkan ekskresi ion
yang besarnya serupa dengan furosemid, meskipun tidak ada catatan aktivitas diuretik.
Sinensetin 3',4',5,7-tetramethoxyflavone
5,6,7,4'-Tetramethoxyflavone
volume urin pada tikus yang berpuasa setelah tiga jam setelah pemberian peroral,
hidroklortiazid peroral. (25 mg/kg). Ekskresi ion natrium, kalium, dan klorida meningkat
31
A belum diuraikan, meskipun demikian tampaknya mekanisme kerjanya berbeda dengan
hidroklortiazid.
Efek antihipertensif
berkaitan dengan aktivitas antihipertensi. Pada tikus yang hipertensi spontan, pemberian
menekan kontraksi induksi-agonis aorta toraks pada tikus dan menurunkan kekuatan
kontraktil pada isolasi atria babi-guinea tanpa menyebabkan efek yang signifikan terhadap
curah jantung. Mekanisme aksi untuk efek antihipetensi dari metilripariokromen dianggap
tidak jelas.
Perpindahan tipe pimaran dari diterpen (neoortosiphol A dan B), tipe isopimarin-diterpen
dilaporkan dapat menghambat efek menekan pada respo kontraktil di aorta toraks.
Salah satu kandungan ketimun adalah isoflavon yang dapat menurunkan tekanan darah.
Cara Pemakaian : 2 buah ketimun segar dicuci bersih lalu diparut. Hasil parutannya peras
32
Senyawa aktif : flavonoid (apigenin, isoquercitrin), kaumarin, minyak atsiri (limonene,
selenine, santalol).
Bukti ilmiah : seledri terbukti berhasil menurunkan tekanan darah tinggi karena aktivitas
sebagai kalsium antagonis yang berpengaruh pada tekanan darah. Ini artinya senyawa aktif
seledri bekerja pada reseptor pembuh darah yang hasil akhirnya memberi efek relaksasi. Pada
pasien hipertensi saat tekanan darah naik maka pembuluh darah akan
Cara pemakaian : disiapkan 20 batang seledri kemudian dicuci bersih, dimasukkan kedalam
panci bersama 2 gelas air kemudian direbus hingga tersisa nya. Diangkat, didinginkan, lalu
Nama daerah : Limeng, selimeng, thlimeng (Aceh), selemeng (Gayo),; Asom, belimbing,
bhalingbhing bulu (Madura).; Blingbing buloh (Bali), limbi (Bima), balimbeng (Flores),; Libi
Senyawa aktif : buah bilimbing wuluh mengandung asam askorbat, niasin, riboflavin,
Bukti ilmiah : beberapa studi penelitian menunjukkan pengaruh buah belimbing wuluh
sebagai obat hipertensi. Tanaman obat yang dipakai untuk mengobati hipertensi paling tidak
harus memiliki beberapa sifat berikut : diuretik, antiadrenergik, dan vasodilator. Buah
33
belimbing wuluh paling tidak memenuhi syarat sebagai diuretik. Kandungan kalium sitrat di
dalam buahnya merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh. Jika proses pengeluaran kemih
Cara penggunaan : buah belimbing wuluh sebanyak 3 buah dicuci bersih, dipotong-potong
lalu direbus dalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Diangkat, didinginkan lalu disaring
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Rasa asam, sejuk. Menghilangkan sakit (analgetik),
2008).
1. Tensigard
Komposisi:
Ekstrak Apii Herba / Apii herba extr 92 mg, Ekstrak Orthosiphon Folium / orthosiphon
Indikasi: Menurunkan dan menstabilkan tekanan darah serta melancarkan air seni.
Pabrik: Phapros.
34
2. Kapsul Bawang Putih Tunggal
Perawatan : 3 x 1
3. Garlic
Khasiat :
Menurunkan hipertensi
Detoksifikasi racun
35
4. Cellery
Khasiat :
Khasiat:
tekanan darah.
Pendaftar & Importir: PT. GNE Indonesia Jakarta Barat, DKI Jakarta
36
BAB IV
PENCEGAHAN
- Stress
- Merokok
- Ikan
- Jus seledri
37
- Minyak zaitun
- Ketimun
- Cuka apel
Lakukan olah raga selama 30 menit hingga 45 menit sehari sebanyak kali seminggu. Berikut
- Latihan aerobik adalah tipe yang bergerak kelompok otot besar dan menyebabkan Anda
bernafas lebih dalam dan hati Anda untuk bekerja lebih keras untuk memompa darah. Ini
juga disebut latihan cardiovaskular. Hal ini meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru.
Contohnya: berjalan , joging, berlari, menari aerobik, bersepeda, mendayung dan renang
- Latihan beban berat pelatihan, atau latihan kekuatan, membangun kekuatan dan otot. Senam
seperti push-up adalah latihan beban juga. Angkat beban adalah latihan beban. Jika anda
memiliki tekanan darah tinggi atau masalah kesehatan lainnya, konsultasikan dengn dokter
Contoh kasus.
Seorang ibu usia 27 tahun,memiliki 2 orang anak dan sudah tidak lagi
berada dikampung sehingga untuk pergi atau berobat kedokter itu lumayan
38
Terapi yang aman untuk ibu tersebut bisa dilakukan dengan cara:
Yang harus diketahui dahulu bahwa penyakit hipertensi itu tidak bisa disembuhkan tetapi
2. Tiap hari kalu bisa ditensi, ibu bisa belajar dengan orang-orang puskesmas atau
selalu bertambah bisa dengan HCT tiap pagi 1 tablet + captopril 12,5 mg 3x1
ganti-ganti obat-obatanya.
Tetapi bagaimanapun juga obat itu hanya untuk mengendalikan tensinya, jadi
harus tetap minum obat walaupun sudah merubah kebiasaan hidup, karena
39
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah (TD), tekanan sistole lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg yang sifatnya permanen. Atau seseorang
pada situasi atau waktu berlainan diperoleh nilai rata-rata tekanan darah sistole (TDS) > 140
mmHg dan tekanan darah diastole (TDD) >90 mmHg. TDS merupakan hasil pembacaan saat
jantung berkontraksi, sedangkan TDD hasil pembacaan saat relaksasi atau diantara dua
40
kontraksi. Besarnya tekanan darah bervariasi antar individu dan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
TD dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer.
Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup
jantung. Besarnya isi sekuncup jantung ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung dan
aliran vena. Curah jantung rata-rata 4-8 liter per menit. Isi sekuncup jantung, jumlah yang
dipompa dari ventrikel kiri dalam setiap jantung berdenyut, kira-kira 70 ml.
Curah jantung (4-8 L/menit) = Denyut jantung x vol. sekuncup (70 ml/denyut)
Resistensi perifer merupakan akibat resistensi pembuluh darah (arteri dan arteriola) dan
viskositas darah. Resistensi pembulu darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan
antihipertensi merupakan golongan obat keras dan tidak termasuk dalam daftar Obat Wajib
Apotik (OWA). Obat tradisional mungkin dapat menjadi alternatif untuk mengobati
hipertensi tingkat 1 (ringan) dimana belum terdapat komplikasi. Selain itu terapi non
farmakologi juga dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya penyakit hipertensi, caranya
- Berhenti merokok
41
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur Penyakit. PT
Agromedia Pustaka. Jakart.
Anonim,2013.http://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wpcontent/uploads/2013/10/rsz_ga
mat-gold-g-1024x768-compressed1.jpg (Online), diakses 21 Oktober 2014.
Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina Farmasi
dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DEPKES.
Dipiro, Joseph T., et al. 2008. Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach 7th Edition.
The McGraw-Hill Companies. USA.
Dorothy M, Russel. 2011. Bebas dari 6 Penyakit Paling Mematikan. Penyunting: Tim
MedPress, Media Pressindo, Yogyakarta.
Mansjoer A., et al. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapis. Jakarta.
Mycek, Mary J. 2001. Famakologi Ulasan Bergambar. Alih bahasa, Azwar Agoes; Editor,
Huriaan Hartanto. Widya Medika, Jakarta.
42
Priyanto, 2010. Farmakologi Dasar. Leskonnfi. Jakarta.
43