You are on page 1of 8

On My Mind

29 Apr 2013 3 Comments

by ELF4SUJU in angst, fan fiction, fanfiction, One Shot Tags: Kim Jong
Woon, Super Junior, Yesung

Title : On My Mind

Author : RitsuKim

Cast : Kim Jongwoon, Kim Hyeri

Genre : angst

Length : oneshot

Rating : G

A/N : FF ini sebelumnya pernah publish di blog pribadi saya, enjoy this ff,
really appreciate your comment, thanks before, ^^

Breath you out

Breath you in

You keep coming back to tell me

Youre the one who could have been

kau janji? dia menatapku dengan lekat.

ne, kau tidak percaya padaku?

ani, tentu saja aku percaya padamu, ia terlihat berpuas diri. ingat ya, hatimu hanya
milikku, tidak boleh ada namja lain yang memilikinya.

kau sudah mengatakan itu ratusan bahkan ribuan kali Kim Jongwoon ssi. Ucapku dengan
penekanan di setiap katanya.

janji jari kelingking? dia menyodorkan jari kelingkingnya padaku.

Aku berdecak menanggapi tingkahnya itu, asal kalian tahu, hampir setiap kali kami bertemu,
dia selalu membicarakan hal ini. Mau tidak mau, aku mengaitkan jari kelingkingku dengan
jari kelingkingnya. Dia tersenyum sumringah dan berlanjut dengan tangannya menggenggam
tanganku erat.

ah.. jeongmal, aku sangat bahagia. Hatimu hanya milikku. Dia memejamkan matanya
dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

lalu bagaimana dengan hatimu? Hatimu juga harusnya hanya untukku. Ucapku dengan
nada protes, namun aku malah ikut tersenyum melihat wajah bahagianya itu.

hatiku? ia malah balik bertanya. Ia membuka matanya lagi dan menolehkan wajahnya
padaku. Dengan secepat kilat aku merubah ekspresi wajahku menjadi cemberut-cemberut
manja.

iya, hatimu.

Dengan senyum yang semakin membuat matanya tak terlihat, ia malah menjawab, tentu saja
hatiku ini milikku.

aa~ kau curang. Aku semakin memajukan bibirku cemberut. Tapi dia malah mengacak
rambutku dengan gemas dan tertawa semakin kencang saja.

And my eyes see it all so clear

It was long ago and far away but it never disappears

I try to put it in the past

Hold on to myself and dont look back

Sudah 5 tahun semenjak kejadian itu berlangsung. Namun semuanya masih sangat jelas
dalam ingatanku. Seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Kau yang tertawa lepas di
hadapanku karena puas telah berhasil mengerjaiku.

Tanganmu yang dengan lembut menyentuh kepalaku, dan bahkan dengan seenaknya
mengacak-ngacak rambutku. Padahal aku sudah susah payah menata rambutku sebagus
mungkin untuknya. Agar aku terlihat cantik di hadapannya.

Genggaman tangannya yang kokoh dan hangat. Rasanya seolah ia melindungiku seutuhnya
walaupun itu hanyalah sebuah genggaman tangan. Aku selalu bahagia saat aku bersama
dengannya. Menikmati setiap detik waktuku denganya.

Namun, kuingat-ingat lagi, itu terjadi beberapa tahun silam. Itu semua hanya sebuah masa
lalu yang cukup membuat hatiku terluka. Tidak, bahkan aku tidak merasakan sakitnya karena
hatiku masih ada padanya. Dia telah membawanya dan tidak mengembalikannya lagi. Namun
ini terasa lebih menyakitkan. Hatiku kosong, terasa sangat perih ketika kau membawanya
secara paksa.
Aku mencoba bangkit, semua hanya masa lalu. Yang perlu kulakukan hanya menguburnya
rapat-rapat dan tak perlu mengungkit-ngungkitnya lagi. Tak perlu untukku menengok lagi
masa lalu yang hanya akan membuatku sakit.

I dont wanna dream about

All the things that never were

Maybe I can live without

When Im out from under

I dont wanna feel the pain

What good would it do me now

Ill get it all figured out

When Im out from under

Akan kusingkirkan semua kenangan-kenangan yang ada di benakku tentangmu. Akan


kubuang semua hal yang ada sangkut pautnya denganmu. Aku tidak ingin memikirkan lagi
semua hal tentangmu. Semua hal yang tidak akan pernah terjadi lagi diantara kita. Aku pasti
bisa menjalani hidupku tanpamu. Semua orang pasti bisa bangkit dari keterpurukannya kan?
Asalkan kita memiliki keinginan yang kuat untuk bangkit. Ya. aku pasti bisa lepas dari
bayang-bayangmu. Mungkin.

Kulangkahkan kakiku menuju sudut ruangan kamarku. Yang selama ini menajdi tempatku
menumpahkan segala hal yang kurasa tanpa perlu takut orang lain akan tahu apa yang
kurasakan. Kulihat disana wajah seseorang tengah menatapku. Ah, tidak, dia menatap kamera
waktu itu. Foto pertama sekaligus terakhir yang aku ambil dari dirinya. Lembaran kenangan
satu-satunya yang berhasil kudapat darinya. Wajah itu tersenyum penuh kebahagiaan. Seolah
tidak ada beban di pikirannya.

Lembaran kertas yang membuat rasa itu datang kembali, rasa sakit yang hampa dan kosong.
Rasa sesak saat melihat gambaran wajahnya dan senyumannya. Aku tidak ingin merasakan
lagi rasa seperti ini. Aku akan mengakhiri rasa sakit ini. Aku tidak ingin selamanya seperti
ini. Tenggelam dalam bayang-bayang masa laluku bersamamu yang tidak akan pernah
kembali. Semuanya akan berjalan dengan lancar setelah aku menghapus semua hal tentangmu
dari hadapanku. Setdaknya itulah yang aku harapkan.

So let me go
Just let me fly away

Let me feel the space between us growing deeper

And much darker every day

Pagi ini aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasanya. Hanya ada sedikit perbedaan,
aku yang sekarang berbeda dengan aku yang kemarin. Aku yang sekarang adalah aku yang
akan bangkit keluar, lepas dari bayang-bayang masa lalu. Tidak akan ada lagi Kim Hyeri
yang pemurung dan sering melamun. Aku beruntung aku tidak dipecat dari pekerjaanku yang
dulu. Jujur kurasakan prestasi kerjaku menurun selama beberapa tahun ini. Ya. semua ini
karenanya. Karena dia yang telah membawa pergi hatiku.

Aku memasang ekspresi sebaik mungkin di wajahku. Begitu aku memasuki kantorku, aku
menyapa beberapa orang rekan kerjaku. Mereka melihatku dengan tatapan heran. Heran
mungkin karena aku yang biasa datang ke kantor dengan wajah kusut dan enggan untuk
diganggu sekarang malah menyapa mereka.

Sampai di meja kerjaku, aku duduk disana dan memeriksa beberapa file yang masih harus
kukerjakan. Aku membuka laci meja kerjaku. Dan aku terpaku melihat apa yang ada disana.
Kukeluarkan benda itu. Kotak beludru berwarna merah itu telah sukses menyeretku kembali
ke ingatan masa laluku bersamamu. Kukuatkan hatiku untuk membuka kotak tersebut.
Didalamnya masih tersimpan rapi, cincin yang terbuat dari emas putih yang dihiasi oleh
permata kecil. Dan masih dapat kulihat jelas ukiran itu. J&H.

kudengar pimpinan kita yang baru sekarang masih sangat muda.

ya.. dan juga tampan. Kudengar rekan kerjaku yang duduk di sebelah mejaku berbicara.
Menghentikan bayangan masa lalu yang sudah hampir berjalan datang kembali
menghampiriku. Kusimpan lagi cincin itu di dalam kotaknya.

siapa itu namanya?

kau ini bagaimana sih, masa kau tidak tahu nama calon pimpinan kita yang baru. Namanya
Kim Jongwoon.

DEG! Tidak. Nama jongwoon sangat banyak di Seoul ini. Tidak mungkin itu dia.
Kudengarkan lagi dengan seksama pembicaraan rekan kerjaku itu.

kudengar dia diberi kepercayaan untuk mengelola perusahaan ini sekarang. Dan katanya dia
itu dikenal sangat dingin terhadap semua bawahannya. Tapi prestasinya tidak dapat diragukan
lagi. Pada awalnya kudengar dia ditempatkan oleh Youngmin sajangnim di cabang yang
berada di Mokpo.

ah, Mokpo itu kan cabang perusahaan yang perkembangannya paling terlambat di banding
cabang yang lain.
ya, tapi kau dengar sendiri sekarang justru cabang di Mokpo yang perkembangannya paling
pesat. Itu semua karena Kim Jongwoon sajangnim yang turun tangan mengatur perusahaan
disana.

aigoo.. sudah tampan, pintar, yah.. tapi sayangnya dia sudah beristri. Aku semakin
penasaran dengan siapa sebenarnya atasanku sekarang yang katanya baru itu.

maaf, apa perusahaan kita sekarang memiliki atasan baru?

Kedua rekan kerjaku itu menoleh padaku dengan tatapan kaget. Mungkin tidak menyangka
aku akan berbicara pada mereka.

Salah seorang dari mereka menjawab pertanyaanku. ya, iya Hyeri ah, kita punya atasan
baru. Namanya Kim Jongwoon. Dia menantu dari Youngmin sajangnim.

Tepat saat itu, Park Jungsoo, kepala bagian yang memimpin bagian tempatku bekerja datang.
Dia menyuruh kami untuk segera beres-beres dan bersiap-siap menyambut atasan mereka
yang baru yang katanya bernama Kim Jongwoon.

Dengan terburu aku kembali menyimpan kotak beludru yang sedari tadi masih ada di dalam
genggaman tanganku. Semua karyawan di perintahkan berdiri dan memberi salam kepada
atasan kami itu. Kami semua membungkukan badan kami. Sampai saat kami boleh berdiri
tegak lagi, pandangan mata kami bertemu. Terlihat ada sedikit raut terkejut di wajahnya.
Namun ia dengan cepat dapat mengendalikan dirinya lagi. Ia mengalihkan pandangan
matanya dariku. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dan memang tidak terjadi apa-apa, setidaknya
di ruangan ini. Namun tidak di dalam diriku. Dia, Kim Jongwoon, yang selama 5 tahun ini
selalu memenuhi pikiranku, berada di hadapanku, menjadi atasan kerjaku.

Watch me now and Ill be someone new

My heart will be unbroken

It will open up for everyone but you

Even when I cross the line

Its like a lie Ive told a thousand times

Tidak, tidak bisa. Aku tidak boleh menyerah. Aku harus tetap memegang tekadku untuk
melupakannya, untuk membuang jauh semua hal tentangnya. Tapi, kini dia ada di dekatku.
Bahkan kini dia ada di hadapanku.

duduklah. Ya. nttah untuk alasan apa, atasanku, pimpinan perusahaan ini, Kim Jongwoon
memanggilku ke ruangannya. Aku menuruti perintahnya untuk duduk di kursi di hadapan
meja kerjanya. Aku diam, dia juga diam. Aku hanya bisa menunduk, tidak berani melihat
wajahnya. Aku takut tidak bisa menahan perasaanku. Jujur, aku masih sangat
menyayanginya. Jujur, aku sangat merindukannya. Tapi, apa dia merasakan hal yang sama
padaku? aku yakin tidak.

Kudengar ia menghembuskan nafasnya sebelum berkata, sudah sangat lama semenjak


terakhir kita bertemu. Bagaimana kabarmu sekarang Hyeri ah?

Jangan. Kumohon jangan membuatku goyah. Kudengar nadanya saat menyebut namaku
masih sama seperti dulu. Salah satu hal yang mungkin sangat kecil namun sangat berarti
untukku. Ingat Hyeri ah, semuanya sudah berubah. Sudah 5 tahun semenjak ia memutuskan
untuk pergi meninggalkanmu.

saya.. baik Kim sajangnim. Aku sedikit menganggukkan kepalaku. Masih tidak berani
melihat sosoknya. Bohong. Aku berbohong berkata seperti tadi. Aku tidak pernah baik-baik
saja semenjak kau pergi.

aku tidak menyangka dapat bertemu denganmu lagi disini. Aku diam, tidak menanggapi
perkataannya.

dengar, Hyeri ah, aku tau ini sudah sangat lama tapi aku mau minta maaf padamu soal 5
tahun lalu. Aku tidak bermaksud untuk..

maaf sajangnim, apabila tidak ada lagi yang akan dibicarakan, saya harus kembali ke
pekerjaan saya. Aku segera berdiri dan menganggukan kepalaku sekilas padanya, pamit dan
segera berlalu dari hadapannya.

Hyeri ah, tunggu sebentar. Ia berusaha mencegahku pergi, namun aku dengan cepat keluar
dari ruangannya. Aku berjalan cepat menuju kamar kecil. Masuk ke salah satu biliknya. Aku
sudah tidak dapat menahannya lagi. Air mataku yang dengan sekuat tenaga kutahan sedari
tadi akhirnya tumpah juga mengalir di kedua pipiku.

Kenapa ini semua terasa sulit? Kenapa aku tidak bisa lepas dari semua hal tentangmu? Di
saat aku sudah bertekad akan melenyapkanmu dari ingatanku, kau malah muncul kembali di
hadapanku, tidak membiarkanku walau hanya beberapa saat untuk bebas darimu.

Semuanya hanya bisa menjadi seperti sebuah kebohongan untukku. Bohong aku baik-baik
saja tanpa dirimu.

And part of me still believes

When you say youre gonna stick around

And part of me still believes

We can find a way to work it out

But I know that we tried everything we could try

So lets just say good bye


Forever

- 5 years ago-

maafkan aku Hyeri ah, aku tidak bisa bersamamu lagi. Ia menundukkan kepalanya, tidak
melihat padaku.

apa? aku yang sedang meminum cola yang baru saja kubuka terkejut mendengar
perkataannya.

kita berpisah Hyeri ah. Kali ini ia menatap wajahku. Dari matanya dapat kubaca ia seperti
tidak tega mengucapkan hal itu padaku.

tapi kenapa oppa? Apa salahku? Maafkan aku kalau aku mempunyai salah padamu.
Suaraku mulai terdengar sengau.

aniya, kau tidak salah apa-apa. Aku yang salah. Aku bukan pria baik-baik. Jadi kumohon
lupakan saja aku. Anggap saja aku tidak pernah hadir di dalam kehidupanmu.

oppa.. katakan padaku ada apa? Kalau kau punya masalah, ceritakanlah padaku, siapa tahu
aku bisa membantumu memecahkan masalahmu. Air mataku mulai menganak sungai di
kedua pipiku.

jebal, jangan menangis Hyeri ah. Kau tidak pantas menangisi pria sepertiku. Kau adalah
gadis baik yang terlalu baik untukku. Ia terdiam sesaat, aku hanya pria pengecut yang
hanya bisa membuat seorang gadis baik sepertimu menangis.

tapi kenapa oppa? Jebal.. jangan meninggalkanku.. aku tidak bisa tanpamu oppa.. ucapku
sambil terisak.

mianhae Hyeri ah, ia memelukku dengan erat cukup lama, saranghae, ia kemudian
mencium keningku agak lama dan tanpa berkata apa-apa lagi, kau pergi meninggalkanku.

andwae oppa jebal.. jangan pergi.. aku menangis sejadi-jadinya, tak peduli dengan
keadaan sekitarku.

Jongwoon POV

mianhae Hyeri ah, aku memeluknya dengan erat. Sungguh, aku sangat menyayangi yeoja
yang berada di pelukanku ini. Aku tidak tega membuatnya menangis seperti ini. Aku juga
tidak mau berpisah dengannya. Tapi aku bukan namja baik.
saranghae, kukatakan bahwa sebenarnya aku sangat mencintainya. Tapi aku tidak bisa terus
bersamanya. Dia gadis baik, sedangkan aku hanyalah pria yang hanya bisa menjual dirinya
demi menyelamatkan perusahaan ayahnya dari kebangkrutan dengan cara menikahi putri
pemilik perusahaan lain yang lebih maju agar perusahaan ayahku dapat terbebas dari jurang
kehancuran.

You might also like