Professional Documents
Culture Documents
2
satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. (PB IDI, 1983)
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan
dokter keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih
responsif dan bertanggung jawab. (Charmichael, 1973)
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran
yang ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran
yang bersifat khusus. (WONCA, Manila; 1979)
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang
dihadapi serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang
menyelenggarakan perawatan kesehatan perorangan pada tingkat pertama
dan berkelanjutan. (Whinney, 1969)
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang
terpadu menuju perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga.
(Sargent, 1967)
3
organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI).
Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi
pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat
pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional,
maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga
yang dikenal dengan nama World of National College and Academic
Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia
adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga
Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya
untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah
pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
(WONCA).
Pada tahun 1990, setelah Kongres Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan
Kongres Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali, namanya diubah menjadi
Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai organisasi
dokter seminat.
Pada tahun 2003, dalam Kogres Nasional di Surabaya, ditasbihkan sebagai
perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum,
dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), namun saat itu
belum mempunyai kolegium yang berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke IDI dan MKKI.
4
Pelayanan yang holistic dan kemprehensif
Pelayanan yang berkesinambungan
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Pelayanan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga , lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya ( dokter keluarga harus mendiagnosis secara
holistic dan mengobati secara komprehensif ).
Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral dan hukum ( untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dokter )
Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu ( untuk mengendalikan mutu dan
biaya agar tidak berlebih atau kekurangan ).
Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan (tidak mengada-ngada dan tidak
menyealahgunakan data)
strata pertama untuk semua orang tidak berdasarkan umur atau jenis
kelamin. Pelayanan yang bersifat paripurna yaitu pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan atau promotif, pencegahan penyakit dan proteksi
khusus atau preventif, pemulihan kesehatan atau kuratif, pencegahan
kecacatan atau disability limitation dan rehabilitasi baik fisik, mental,
maupun sosial setelah sakit dengan memperhatikan kemampuan sosial
serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.
o Standar pelayanan medik, pelayanan medik yang melaksanakan pelayanan
kedokteran secara lege artis. Berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang, penegakkan diagnosis dan diagnosis banding, prognosis,
konseling, konsultasi, rujukan, tindak lanjut, tindakan, pengobatan
rasional, dan pembinaan keluarga.
o Standar pelayanan menyeluruh, pelayanan disediakan dalam kedokteran
5
dengan pasiensaat proses pelaksanaan medic, juga merupakan kemitraan
lintas program dengan berbagai institusi formal maupun informal.
o Standar pelayanan berkesinambungan, merupakan pelayanan
berkesinambungan yang melaksanakan pelayanan kedokteran secra efektif
efisien, proaktif, dan terus menerus demi kesehatan pasien.
6
3. Standar peralatan klinik, peralatan medis, peralatan penunjang medis dan
peralatan non medis.
4. Standar proses proses penunjang praktik, pengelolaan rekam medic,
pengelolaan pencegahan infeksi, pengelolaan air bersih, pengelolaan obat,
dan pengelolaan limbah
7
harus diwujudkan. Dua unsur pokok yang saling terkait dalam Sistem Kesehatan
Nasional adalah Upaya kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan Masalah yang
mendasar pada pembiayaan kesehatan adalah sistem dan sumber pembiayaan
kesehatan bagi setiap anggota masyarakat. Sehingga persoalan pembiayaan
kesehatan di Indonesia masih merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji.
Sistem yang paling mendekati cocok untuk diterapkan tampaknya akan sampai
satu kesepahaman yakni system pembiayaan kesehatan yang berbasiskan sistem
asuransi kesehatan.
8
Memiliki ketrampilan klinis layanan primer lanjut :
1. Ketrampilan melakukan health screening
2. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
3. Membaca hasil EKG
4. Membaca hasil USG
5. ACLS, ATLS, dan APLS
penyuluhan gizi
o Memahami pokok masalah perkembangan normal
o Menyelenggarakan konseling, psikologi, dan prilaku
o Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
o Menyelenggarakan layanan paliatif
o Menjunjung tinggi aspek pelayanan kedokteran
10
kondisi kesehatan di komunitas serta faktor faktor yang mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Diagnosis komunitas ini mengidentifikasi
masalah kemudian mengarahkan suatu intervensi perbaikan sehingga menghasilkan
suatu rencana kerja yang konkrit. Keterampilan melakukan diagnosis komunitas
merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh dokter untuk menerapkan
pelayanan kedokteran secara holistik dan komprehensif dengan pendekatan keluarga
dan okupasi terhadap pasien. Dalam penerapannya, penggunaan diagnosis komunitas
dalam suatu program kesehatan adalah sebagai berikut :
- untuk berperan sebagai referensi data kesehatan dalam suatu wilayah
- untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai masalah kesehatan
pada komunitas lokal dan penduduknya
- untuk merekomendasikan intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi
pemecahan masalah yang mampu laksana
- untuk mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di
masa depan
- untuk menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan media
- untuk pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program kerja
kesehatan.
Oleh karena itu diagnosis komunitas harus disadari bukan sebagai suatu kegiatan yang
berdiri sendiri namun merupakan bagian dari suatu proses dinamis yang mengarah
kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan kesehatan di dalam
komunitas. Diagnosis komunitas merupakan awal dari siklus pemecahan masalah
untuk digunakan sebagai dasar pengenalan masalah di komunitas, sehingga
dilanjutkan dengan suatu perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi serta
evaluasi bagaimana intervensi tersebut berhasil dilakukan di komunitas.
Tabel 1. Perbedaan antara Kedokteran komunitas dan Kedokteran Rumah Sakit
Karakteristik Kedokteran Komunitas Kedokteran Rumah Sakit
Area pelayanan Populasi di area kerja Pasien yang datang ke fasilitas
kesehatan
Strategi Aktif dan pasif Pasif, menunggu pasien datang
operasional
Organisasi Terdiri atas puskesmas, pustu, Terdiri atas hubungan yang
posyandu tidak mengikat antara pelayanan
primer, sekunder dan tersier
Bentuk Komprehensif (health Hanya kuratif
pelayanan promotion, specific protection,
11
early diagnosis dan prompt
treatment, disability-limitation,
rehabilitation
Koordinasi Ada koordinasi dengan Tidak ada hubungan
Intersektoral departemen kesehatan dan
jajarannya
Partisipasi Mengikut sertakan masyarakat Partisipasi terbatas
masyarakat dalam program kesehatan
Analisis cost- Memberikan high cost- benefit Memberikan poor cost- benefit
benefit rasio melalui minimum- rasio melalui maximum-
expenditure dan maximum-result expenditure dan minimum-result
12
tinggi
Menurut epidemiologi, penentuan masalah (medis dan non medis) di komunitas harus
memakai indikator yang merepresentasikan permasalahan komunitas/ masyarakat.
Berikut adalah indikator status kesehatan yang biasa dipakai untuk menggambarkan
masalah kesehatan di komunitas:
1. Angka Kematian (Mortality rate): AKK, AKI, AKB, Angka Kematian akibat
penyakit tertentu, dll
2. Angka Kesakitan (Morbidity rate): Insiden, prevalen (menyangkut berbagai
penyakit)
3. Angka Ke-cacatan (Disability rate): Angka absensi, dll
Selain indikator diatas terdapat indikator lain yang sering dipergunakan misalnya :
1. Indikator jangkauan pelayanan kesehatan, misalnya cakupan ibu hamil yang
mendapat pelayanan ANC.
2. Rasio petugas kesehatan-penduduk, misalnya rasio dokter : penduduk
3. Indikator kesehatan lingkungan, misalnya persentase penduduk yang mendapat
air bersih
4. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi, income per capita,
angka buta huruf, dll)
Bila kita mau mengetahui masalah kesehatan suatu komunitas, maka jalan yang paling
baik adalah melakukan survey yang mengumpulkan data-data sesuai indikator diatas.
Kegiatan ini akan memakan waktu lama dan biaya yang banyak. Oleh karena itu
sebagai pendekatan awal ada cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan
menganalisis laporan penyakit/kematian yang ada disuatu wilayah. Data ini bisa
diperoleh dari hasil penelitian kesehatan atau laporan tahunan puskesmas (harap
diingat bahwa tidak semua orang yang sakit datang ke puskesmas). Pola penyakit di
suatu area biasanya akan selalu sama dalam kurun waktu tertentu, kecuali bila ada
kejadian luar biasa. Dalam situasi ini maka penyakit yang akan menjadi area
diagnosis komunitas dalam pelatihan modul komunitas, tidak selalu harus yang paling
banyak ditemukan. Dalam keadaan tertentu, masalah kesehatan dapat pula ditanyakan
kepada orang orang yang dianggap mempunyai pengetahuan dalam hal ini, misalnya
pimpinan puskesmas, kepala daerah (camat, lurah) atau orang orang yang bergerak
dalam bidang kesehatan (guru, kader). Untuk mendapatkan informasi dari orang orang
ini, maka dapat dipergunakan metoda NGT atau Delphi tehnik.
15
Bila sudah ditemukan area masalah, maka juga perlu mengetahui berbagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Konsep terjadinya penyakit menurut
Blum dapat dipakai untuk membuat kerangka konsep yang menjelaskan mengapa
penyakit tersebut terjadi. Ini akan membantu menentukan data apa yang akan
dikumpulkan dari masyarakat agar mendapatkan masalah yang utama dan hal-hal lain
yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
16
Agar data yang dikumpulkan merepresentasikan gambaran masyarakat, maka perlu
ditentukan sasaran penduduk yang akan menjadi responden, berapa jumlahnya serta
lokasinya tinggalnya. Sebaiknya penentuan sasaran berdasarkan probability sampling,
kecuali bila terpaksa dapat dilakukan non probability sampling. Hal ini juga berlaku
bila responden diambil dari rekam medis atau pengunjung puskesmas.
Rencana mendapatkan data harus dibuat seperti proposal penelitian sederhana yang
terdiri atas :
a. Latar belakang
b. Tujuan
c. Metoda
d. Sasaran dan sampel (besar dan cara pemilihan)
e. Instrumen yang dipakai (observasi, kuesioner atau pemeriksaan)
f. Batasan operasional data yang diambil
17
- Potensi dari pengembangan kondisi kesehatan di komunitas dan area yang lebih
luas
Beberapa hal umum yang menjadi sifat hasil analisis data diagnosis komunitas adalah:
- Informasi statistik lebih baik ditampilkan dalam bentuk rate atau rasio untuk
perbandingan
- Tren atau proyeksi sangat berguna untuk memonitor perubahan sepanjang
waktu yang diamati serta perencanaan ke depan
- Data wilayah atau distrik lokal dapat dibandingkan dengan distrik yang lain
atau ke seluruh populasi
- Tampilan hasil dalam bentuk skematis atau gambar dapat digunakan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mudah dan cepat
18
Gambar 1. Langkah penerapan diagnosis komunitas
TAHAPAN KERJA DIAGNOSIS KOMUNITAS
Tahapan kerjanya adalah:
1. Menentukan area masalah yang dihadapi puskesmas. Area masalah yang
dimaksud bisa diambil dari program program yang dilaksanakan di puskesmas.
Untuk itu ada beberapa sumber untuk menentukan area yaitu melihat data
jangkauan pelayanan atau pencapaian program serta menanyakan kepada
pimpinan puskesmas yang dianggap sebagai informan kunci
2. Menentukan masalah yang spesifik yang ada di area tersebut. Cara
menentukannya adalah dengan menanyakan kepada dokter puskesmas atau
penanggung jawab program yang bersangkutan
3. Membuat proposal sederhana untuk merumuskan langkah langkah metode
diagnosis komunitas mencakup sasaran, sampel, instrumen yang dipakai dan
batasan operasional data yang akan diambil
4. Persiapan pengumpulan data di lapangan atau dari pengunjung puskesmas
5. Menganalisis data secara deskriptif dengan menggunakan program analisis.
Dalam diagnosis komunitas ini uji statistik inferens tidak penting untuk
dilakukan
6. Membuat laporan untuk diseminasi ke pimpinan dan pengelola program terkait
di puskesmas
19
Nama wilayah tempat komunitas bersangkutan (kota, kecamatan, kelurahan)
Nama lokasi keberadaan komunitas sasaran
Gambaran singkat wilayah (topografi dan vegetasi)
Adat istiadat dan kepercayaan masyarakat
Kelompok agama yang utama
Kegiatan ekonomi (sumber pendapatan)
Sarana ekonomi (pasar, toko)
Sarana transportasi
Sarana komunikasi
Sarana penyediaan air
Sarana sanitasi
Perumahan (kondisi dan pola bangunan)
Sekolah dan sarana pendidikan lain
Sarana kesehatan (RS, klinik, puskesmas, toko obat, dukun)
Pola penyakit:
o Penyebab utama dari gangguan kesehatan
o Jenis penyakit yang paling banyak
o Masalah kesehatan khusus
Perilaku sehat dan sakit
o Kemana mencari pertolongan ketika sakit
o Apa yang dilakukan untuk mencegah penyakit
o Apa peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan
DIAGNOSIS
DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat
ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban 75 gram. (peringkat bukti B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode High-Performance
Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
21
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa
terganggu (TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma
puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam
<140 mg/dl
2. Toleransi glukosa terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam
setelah TTGO antara 140-199 mg/dl Diagnosis prediabetes dapat juga
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c 5,7-6,4%.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes, yang meliputi:
- Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut
- Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati
- Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif :
Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum
- Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama:
o Riwayat Penyakit
o Gejala yang dialami oleh pasien.
o Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa
darah
o Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung
koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga (termasuk
penyakit DM dan endokrin lain)
o Riwayat penyakit dan pengobatan
o Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi.
- Pemeriksaan Fisik
o Pengukuran tinggi dan berat badan
o Pengukuran tekanan darah, nadi, rongga mulut, kelenjar tiroid, paru
dan jantung
o Pemeriksaan kaki secara komprehensif
- Evaluasi Laboratorium
22
o HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun pada pasien
yang mencapai sasaran terapi dan yang memiliki kendali glikemik
stabil dan 4 kali dalam 1 tahun pada pasien dengan perubahan
terapi atau yang tidak mencapai sasaran terapi
o Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan
23
o Obat Antihiperglikemia Oral :
Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue):
Sulfonilurea dan Glinid
Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan
Tiazolidindion (TZD)
Penghambat Absorpsi Glukosa: Penghambat Glukosidase
Alfa
Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
o Obat Antihiperglikemia Suntik
Insulin
Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
o Terapi kombinasi : Terapi dengan obat antihiperglikemia oral
kombinasi baik secara terpisah ataupun fixed dose combination
dalam bentuk tablet tunggal, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu
dapat terjadi sasaran kadar glukosa darah yang belum tercapai,
sehingga perlu diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia
oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi obat
antihiperglikemia oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai
dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk
dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral
dapat menjadi pilihan. Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan
insulin yang banyak dipergunakan adalah kombinasi obat
antihiperglikemia oral dan insulin basal (insulin kerja menengah
atau insulin kerja panjang), yang diberikan pada malam hari
menjelang tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat
mencapai kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10
unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi
dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari
masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal,
maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial,
serta pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan.
24
II.5.5 SISTEM RUJUKAN BERDASARKAN SKN
PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN
Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan ini dikembangkan atas dasar Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 032/Birhup/72 tentang
pelaksanaan Referal System, adapun batasan dan pengertian pada Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1 sebagai berikut:
Referal System adalah suatu usaha pelayanan kesehatan antara berbagai tingkat
unit-unit pelayanan medis dalam suatu daerah tertentu ataupun untuk seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-
balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal 207)
25
Rujukan upaya kesehatan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung-jawab secara
timbal balik, baik horisontal dan vertikal maupun struktural dan fungsional terhadap
kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Rujukan dibagi
dalam rujukan medik yang berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien (kasus), spesimen, dan pengetahuan tentang penyakit; sedang
rujukan kesehatan dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
berupa sarana, teknologi, dan operasional. (Sistem Kesehatan Nasional ;2009)
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Program system rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun 1976
untuk memperbaiki pelayanan obstetri/kebidanan,terutama bagi kelompok resiko
tinggi. Harapanya adalah dengan system ini pelayanan akan lebih
efisien,efektif,affordable,dan mudah diakses oleh mayoritas masyarakat. Tetapi
pelayanan ini bukan hanya sekedar aktifitas dalam system rujukan, tetapi juga
mencakup pelatihan dan penelitian. Syarat syarat tertentu harus dipenuhi sebelum
system rujukan dapat berfungsi secara tepat, seperti :
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan umum rujukan
26
untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan
medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari
unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus
patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus
masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang
memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan
laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan
kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat
balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin
kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan,
terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk
27
memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan perkembangan
maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut
lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan
kesehatan.
Alur Rujukan
Karena adanya perbedaan dan persamaan klasifikasi, wilayah dan kemampuan tiap
sarana kesehatan yang ada di Provinsi perlu disusun alur rujukan pasien secara umum,
kecuali bagi rujukan kasus kegawatdaruratan atau rujukan khusus. Ada beberapa
aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:
Rumah Sakit Umum Provinsi dengan klasifikasi B sebagai rujukan bagi Rumah Sakit
Umum Kabupaten/Kota dengan klasifikasi C atau D atau sarana kesehatan lain,
termasuk Rumah Sakit Angkatan Darat, Rumah Sakit Bhayangkara dan Swasta di
Provinsi . Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota kelas C yang telah
mempunyai 4 spesialis dasar dapat menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten /Kota kelas D terdekat yang belum mempunyai spesialisasi yang
dituju dan Puskesmas. Puskesmas sebagai tujuan rujukan utama Puskesmas
Pembantu, Polindes/ Poskesdes dan masyarakat di wilayahnya.
Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan rujukan yang dapat
dikoordinasikan di tingkat, antara lain: Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat
(BLKM), Rumah Sakit Jiwa (RS Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM),
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
1. Dari Kader
a. Puskesmas pembantu
2. Dari Posyandu
a. Puskesmas pembantu
b. Pelayanan kesehatan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat inap
yang diberikan berdasarkan indikasi medis dari dokter disertai surat rujukan,
dilakukan atas pertimbangan tertentu atau kesepakatan antara rumah sakit dengan
pasien atau keluarga pasien. yang telah ditetapkan Yang dimaksud denganantar
region yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan region yang telah
ditetapkan. Misalnya, RS A merujuk pasiennya ke RS B karena pertimbangan waktu,
30
jarak atau karena pertimbangan lainnya yang disepakati antara rumah sakit dengan
pasien atau keluarga pasien.
SYARAT RUJUKAN
(1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang
untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui
kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk.
(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah
(3) Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan
hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk
atau yang menerima rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,
oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;
31
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;
(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan
atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat
diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui
mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau
penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan
pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau
sesuai dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya, harus
ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu
ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota;
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
32
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan
sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk
partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap
dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana
tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.
Pengiriman Penderita
33
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga
kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
34