You are on page 1of 5

1.

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan (Riyadi dan Purwanto, 2009). Menangis,
memanggil nama orang yang sudah meninggal secara terus menerus, marah, sedih dan kecewa
merupakan beberapa respon yang tampak saat seseorang mengalami peristiwa kehilangan,
terutama akibat kematian orang yang dicintai. Keadaan seperti inilah yang menurut Puri, Laking,
dan Treasaden (2011) disebut sebagai proses berduka, yang merupakan suatu proses psikologis
dan emosional yang dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal setelah kehilangan.
Berduka adalah respon individu terhadap kehilangan. Lama proses berduka sangat individual
dan dapat terjadi sampai beberapa tahun, fase akut berduka biasanya berlangsung 6- 8 minggu
dan penylesaian respon kehilangan atau berduka secara menyeluruh memerlukan waktu 1 bulan
sampai 3 tahun. (Budi ana dkk:89;2007) / respon individu terhadap kehilangan.

Sumber : SALIM, J. F., PASARIBU, J., & SUSILO, W. H. (2013). PROSES BERDUKA AKIBAT KEMATIAN
ORANG YANG DICINTAI YANG.

2. Peningkatan marah tawar-menawar depresi menerima

a. Fase peningkatan Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan tidak,
saya tidak percaya itu terjadi atau itu tidak mungkin terjadi (Prabowo, 114:2014)

b. Fase marah Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
individu menunjukan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada
dirinya sendiri.( Prabowo, 115:2014)

c. Tawar-menawar Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan kepada tuhan.( Prabowo, 115:2014)

d. Fase depresi Pada fase ini individu sering menunjukan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat penurut, tidak mau bicara, manyatakan keputusan, perasaan tidak berharga, dan sebagainya. (
Prabowo, 115:2014)

e. Fase penerimaan Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang yang
selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang sampai hilang.( Prabowo,
115:2014)

sumber : SALIM, J. F., PASARIBU, J., & SUSILO, W. H. (2013). PROSES BERDUKA AKIBAT KEMATIAN
ORANG YANG DICINTAI YANG.

4. Tahapan Berduka

Menurut Teori Rodebaugh et al. pada tahun 1999


Tahap dukacita sebagai suatu proses yang melalui empat tahap, yaitu :
i. Reeling : klien mengalami syok, tidak percaya, atau menyangkal.
ii. Merasa (feeling) : klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa bersalah, kesedihan yang
mendalam, kemarahan, kurang konsentrasi, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan, dan
ketidaknyamanan fisik yang umum.
iii. Menghadapi (dealing) : klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan dengan melibatkan diri dalam
kelompok pendukung, terapi dukacita, membaca dan bimbingan spiritual.
iv. Pemulihan (healing) : klien mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian kehidupan dan penderitaan
yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti bahwa kehilangan tersebut dilupakan atau diterima. 5.
Pengkajian

Sumber : Sari, R. A. (2015). PENGALAMAN KEHILANGAN (LOSS) DAN BERDUKA (GRIEF) PADA IBU
PREEKLAMPSI YANG KEHILANGAN BAYINYA.

3. Banyak situasi yang dapat menimbulkan kehilangan yang dapat menimbulkan respon berduka pada
diri seseorang (Carpenito, 2006). Situasi yang paling sering ditemui adalah sebagai berikut:

a) Patofisiologis

Berhubungan dengan kehilangan fungsi atau kemandirian yang bersifat sekunder akibat kehilangan
fungsi neurologis, kardiovaskuler, sensori, muskuloskeletal, digestif, pernapasan, ginjal dan trauma;

b) Terkait pengobatan

Berhubungan dengan peristiwa kehilangan akibat dialisis dalam jangka waktu yang lama dan prosedur
pembedahan (mastektomi, kolostomi, histerektomi);

c) Situasional (Personal, Lingkungan)

Berhubungan dengan efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder akibat nyeri kronis, penyakit
terminal, dan kematian; berhubungan dengan kehilangan gaya hidup akibat melahirkan, perkawinan,
perpisahan, anak meninggalkan rumah, dan perceraian; dan berhubungan dengan kehilangan normalitas
sekunder akibat keadaan

cacat, bekas luka, penyakit;

d) Maturasional

Berhubungan dengan perubahan akibat penuaan seperti teman-teman, pekerjaan, fungsi, dan rumah
dan berhubungan dengan kehilangan harapan dan impian.

Sumber : PUTRI, R. (2013). ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA SITUASIONAL PADA IBU A YANG
MENGALAMI STROKE NON- HEMORAGIK DI RUANG RAWAT ANTASENA RUMAH SAKIT MARDZOEKI
MAHDI BOGOR.

Intervensi

Berduka Disfungsional Keluarga

Berdiskusi Berdiskusi dengan keluarga keluarga tentang tentang masalah masalah kehilangan
kehilangan dan berduka berduka dan dampaknya dampaknya pada klien.

Berdiskusi Berdiskusi dengan keluarga keluarga cara-cara mengatasi mengatasi berduka berduka yang
dialami dialami oleh klien

Melatih Melatih keluarga keluarga mempraktikkan mempraktikkan cara merawat merawat klien
dengan berduka berduka disfungsional disfungsional
Berdiskusi Berdiskusi dengan keluarga keluarga sumber-sumber bantuan bantuan yang dapat
dimanfaatkan dimanfaatkan oleh keluarga keluarga untuk mengatasi mengatasi kehilangan kehilangan

yang dialami dialami oleh klien

Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan prisip komunikasi terapiutik 1. Sapa pasien dengan
ramah dan baik verbal maupun non verbal 2. Perkenalkan diri dengan sopan 3. Tanyakan nama lengkap
pasien dan nama kesukaan pasien 4. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Buat kontrak interaksi yang jekas 6.
Jujur dan menepati janji 7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya 8. Ciptakan
lingkungan yang tenang dang bersahabat 9. Beri perhatian dan penghargaan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Tujuan umum: Pasien dapat beriteraksi dengan orang lain Tujuan
khusus: TUK I Dapat membina hubungan saling percaya Kriteria hasil: Setelah.x pertemuan, pasien
dapat menerima kehadiran perawat. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaanya saat ini
secara verbal: 1. Mau menjawab salam 2. Ada kontak mata 3. Mau berjabat tangan 4. Mau berkenalan 5.
Mau menjawab pertanyaan 6. Mau duduk berdampingan dengan perawat 7. Mau mengungkapkan
perasaanya

Daftar pustaka :

Creek. (2003). Occupational Terapy . London : COT .

dkk, B. A. (2007). Manajement Keperawatan psikososial&kader kesehatan jiwa . jakarta : EGC.

prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika

Mfm. Ppt Kehilangan dan berduka


Menurut ROSSI ANITA SARI tahun 2015
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika terjadi
perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan.

Dukacita adalah proses dimana seseorang mengalami respon psikologis, sosial dan fisik terhadap
kehilangan yang dipersepsikan.

Teori Bowlby menjelaskan bahwa proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki empat fase,
yaitu : mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan, kerinduan emosional akibat kehilangan
orang yang dicintai dan memprotes kehilangan yang tetap ada, kekacauan kognitif dan
keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya sulit melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari,
dan tahap terakhir adalah reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat
mengembalikan hidupnya.
Pengkajian pada klien yang berduka meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi dukacita klien
tentang yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperlihatkan melalui perilaku. Tiga area utama
yang perlu dikaji :19
1) Persepsi yang adekuat tentang kehilangan.

2) Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan.

3) Perilaku koping yang adekuat selama proses

ROSSI ANITA SARI.(2015).


PENGALAMAN KEHILANGAN (LOSS) DAN BERDUKA (GRIEF) PADA IBU
PREEKLAMPSI YANG KEHILANGAN BAYINYA.semarang : undip

You might also like