You are on page 1of 17

Rizky Vania Oka

04011381419152
Gamma
Skenario B Blok 29
A. Analisis Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga?
Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang komprehensif, kontinyu,
koordinatif (kolaboratif), mengutamakan pencegahan, menimbang keluarga dan
komunitasnya.
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan
WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip-
prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter
primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan:
1) Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2) Pelayanan yang kontinu
3) Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4) Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5) Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya
6) Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggalnya
7) Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8) Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9) Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.
Source:
http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran%20keluarga.pdf

2. Bagaimana bentuk kolaborasi antara dr. Amri dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk kasus tn. ambu?
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga
merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang
pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal
Koordinator penatalaksanaan pasien
1
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien
yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-keluarga,
maupun bersama dokter-pasien-dokter spesialis/ rumah sakit.
Mitra dokter-pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan
pasien pada saat proses penatalaksaan medis
Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.

Profesi kesehatan yang berperan dalam kolaborasi tim kesehatan:


1. Dokter
Tenaga pelayanan kesehatan yang paling utama adalah profesi dokter. Dokter
dianggap sebagai pusat konstelasi tenaga profesi kesehatan.
Peran dokter:
Melakukan prosedur diagnosis
Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif
Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
Memberdayakan dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan
Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada
individu, keluarga dan masyarakat
Selain itu dalam dokter keluarga, WHO mencanangkan konsep Five Star
Doctor sesuai konsep dokter keluarga:
Care Provider: pemberi pelayanan
Decision maker: pengambilan keputusan
Communicator/educator
Community leader

2
Manager
2. Dokter Gigi
Tenaga kesehatan profesional yang menyediakan perawatan pencegahan dan
restoratif mengenai masalah gigi dan mulut. Peran:
mendeteksi penyakit
mendiagnosa masalah dalam gigi dan mulut
memperbaiki estetik
restorasi bedah
pendidikan masyarakat untuk upaya pencegahan
3. Perawat
Memberikan pelayanan pada individu, keluarga, dan masyarakat yang mencakup:
Peningkatan kesehatan: membantu masyarakat dalam mengembangkan
sumber untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan.
Pencegahan penyakit: mengurangi resiko penyakit untuk meningkatkan
kebiasaan kesehatan yang baik dan mempertahankan fungsi secara opimal.
Pemeliharaan kesehatan: perawat melakukan aktivis untuk membantu
masyarakat mempertahankan status kesehatannya.
Pemulihan kesehatan: perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan
setelah pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit.
Perawatan pasien menjelang ajal: perawat memberikan rasa nyaman dan
merawat orang dalam keadaan menjelang ajal.
Peran perawat menurut Doeheny (1985) dalam Kusnanto (2004):
Coordinator: sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber
dan potensi klien
Counsellor: sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
Care giver: sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan konsep caring
Educator: sebagai pendidik
Collaborator: sebagai anggota tim kesehatan yang dapat bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain
Patient advocate: sebagai pembela untuk melindung klien
Change agent: sebagai pembaru yang dituntut untuk mengadakan perubahan
Consultant: sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan
masalah klien

3
4. Apoteker
Peran dalam komunitas:
Bidang pelayanan kefarmasian
Bidang pengelolaan
Peran dalam RS:
Bidang manajerial farmasi RS
Bidang pengelolaan perbekalan farmasi
Bidang pegawasan kualitas obat
Bidang KIE obat
WHO 7 stars pharmacist
Leader: ketika bekerja dalam kelompok multidisipilin pelayanan kesehatan
saat kondisi dokter tidak ada, maka kepemimpinan berada pada farmasis
Decision maker: pembuat keputusan dalam membergunakan sumber daya
secara efektif dan efisien
Communicator: berada pada posisi ideal antara dokter dan pasien. Oleh karena
itu, seorang farmasis harus percaya diri saat berinteraksi dengan profesi
kesehatan lain dan publik.
Life long learner: tetap selalu belajar sepanjang pengabdian profesi
Teacher
Care giver: mengelola pelayanan perhatian dan perlindungan
Manager: mengelola secara efektif sumber-sumber daya
5. Kesehatan Masyarakat
Merupakan profesi kesehatan yang fokus dalam pelayanan kesehatan yang
bersifar promotif, preventif dan protektif agar frekuensi penyakit berkurang atau
tereradikasi dengan melakukan proteksi atau dengan diciptakannya peraturan-
peraturan yang mendukung upaya kesehatan. Peran:
Monitoring status kesehatan
Mengembangkan rencana dan kebijakan
Mendiagnosa dan menyelidiki masalah kesehatan
Menegakkan hukum dan peraturan
Evaluasi efektivitas, aksesibilitas, dan kualiatas layanan
Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat
Menjamin ketersediaan layanan kesehatan

4
Penelitian
Memobilisasi kemitraan masyarakat
Menjamin kompetensi tenaga kesehatan

3. Bagaimana penatalaksanaan keluhan pada kasus dengan pendekatan dokter


keluarga?
Penatalaksanaan pada tn. Ambu dilakukan menggunakan pendekatan kedokteran
keluarga yaitu menatalaksana dengan empat aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif dan
terakhir rehabilitatif. Maksudnya setelah dilakukan tatalaksana kuratif kepada tn. Ambu
dilakukan juga tindakan preventif kepada keluarga tn. Ambu. Selain itu dilakukan
tindakan rehabilitatif kepada tn. Ambu dan keluarga. Tidak lupa juga kita memeriksa
apakah anggota keluarga tn. Ambu ada yang menderita penyakit seperti yang dikeluhkan
tn. Ambu. Apabila ada, dilakukan tindakan penatalaksan seperti yang dilakukan kepada
tn. Ambu. Terakhir, berikan edukasi kepada tn. Ambu dan keluarga mengenai penyakit,
tindakan pencegahan, serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Spesifik ke keluhan kencing manis tn. Ambu:
1. Personal care
a. Initial Plain
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, Gula Darah Puasa dan Gula Darah 2 jam
post prandial
Pemeriksaan HbA1C
b. Non Medikamentosa
Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi dan seimbang.
Diet tinggi protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan tinggi serat
c. Medikamentosa
Obat untuk menurunkan gula darah, ex: Metformin 500 mg 3x1 sehari
Vit. B comp 2x1
d. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
Edukasi untuk minum obat secara teratur
Penjelasan keluarga pasien tentang penyakit diabetes melitus serta pencegahan
komplikasi.

5
Mulai membiasakan diri tidak memakan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi
lemak
Tanda-tanda kegawatan atau muncul komplikasi dari diabetes mellitus segera
bawa pasien ke rumah sakit
Olahraga teratur
Kontrol setiap bulan ke puskesmas untuk cek gula darah
e. Monitoring
Pasien secara rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan untuk
memantau gula darah dan keefektifan pengobatan.
a) Family Focus
- Memberikan pengatahuan kepada keluarga pasien tentang pencegahan
terjadinya komplikasi Diabetes Melitus.
- Meningkatkan imunitas pasien dengan makan makanan bergizi dan seimbang.
- Pasien mendapatkan dukungan psikologis dari keluarga
b) Community Focus
Pasien juga mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis
lainnya. Menjaga gaya hidup sehat di lingkungan tempat tinggal oleh seluruh
warga desa tempat pasien tinggal

4. Apa dampak dari rumah yang tidak memiliki ventilasi yang naik dan sinar
matahari tidak dapat masuk?
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kualitas udara yang buruk di
dalam rumah diduga menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya penyebaran
penyakit menular dan kematian di negara-negara berkembang. Anak-anak dan ibu rumah
tangga adalah yang paling berisiko mengalaminya. Ventilasi yang baik dapat menjadi
salah satu solusi terhadap kondisi yang sering tidak disadari dan terabaikan ini. Berikut
beberapa detail yang perlu dicermati untuk mengetahui peran penting ventilasi:
Kompor mengeluarkan salah satu gas paling berbahaya jika dihirup terus-menerus oleh
manusia, yaitu nitrogen dioksida. Gas ini dapat mengakibatkan kondisi mengi, meski
penghirupnya tidak mengidap asma sekalipun.
Saat membersihkan rumah sekalipun, Anda justru dapat memperburuk kualitas udara
dalam rumah jika pembersih yang digunakan mengandung zat yang berbahaya dan
Beberapa pembersih mengandung ammonia, klorin, dan volatile organic

6
compounds (VOCs) yang kemudian menguap ke udara sebagai gas. Bahan ini juga dapat
terkandung pada cat dinding.
Hewan piaraan yang tinggal di dalam rumah, apalagi dalam kamar tidur, dapat berdampak
kepada kualitas udara di dalam ruangan. Meski sangat Anda sayangi, kehadiran mereka
bisa jadi membawa serta polutan udara, seperti tungau debu yang dapat menyebabkan
alergi. Tungau debu ini dapat ditemukan pada benda-benda di rumah seperti karpet dan
bantal.
Penghuni yang merokok di dalam rumah berisiko mendatangkan bahaya, seperti risiko
asma, bronkitis, dan kanker paru bagi para perokok pasif yang tinggal bersamanya. Asap
yang terjebak di dalam rumah/bangunan juga berisiko menyebabkan sakit tenggorokan
dan sakit kepala. Residu racun dalam rokok dapat menempel pada beberapa benda di
dalam rumah hingga waktu yang lama, seperti pada bantal, kaos.
Kualitas udara yang buruk berisiko menyebabkan beragam gangguan kesehatan, seperti
batuk, sakit tenggorokan, mata berair, atau sesak napas. Seorang pengidap asma mungkin
akan mengalami serangan asma. Dalam jangka panjang, kualitas udara buruk yang kronis
dapat menyebabkan penghuni dalam bangunan mengalami flu yang tidak kunjung
sembuh, bronkitis, sakit kepala yang terus berulang, atau asma kronis.
Sinar matahari yang sedikit masuk kedalam rumah menyebabkan rumah terlalu lembap
yang dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan bahkan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan rumah.
WHO menyatakan bahwa asap dari pembakaran di dalam rumah, seperti tungku api untuk
memasak (dengan kayu bakar) di dapur menyebabkan setidaknya tiga nyawa meninggal
per menit. Pembakaran ini menimbulkan bahan kimia berbahaya, seperti karbon
monoksida yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko
penyakit pernapasan, seperti pneumonia dan bronkitis. Peneliti bahkan menemukan
bahwa efek yang diakibatkan pembakaran ini setara dengan mengisap dua bungkus.

5. Bagaimana penatalaksanaan permasalahan kesehatan pada keluarga tn. Ambu


berdasarkan konsep dan prinsip kedokteran keluarga?
a) Dalam menatalaksana pasien, seorang dokter perlu memperhatikan pasien seutuhnya,
tidak hanya tanda dan gejala penyakit namun juga psikologisnya. Pembinaan keluarga
yang dilakukan pada kasus ini tidak hanya mengenai penyakit pasien, tetapi juga
mengenai masalah-masalah lainnya seperti fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
keluarga, perilaku kesehatan keluarga, dan lingkungan.

7
b) Pada kunjungan ke puskesmas pertama kali terapi medikamentosa yang diberikan
adalah Permetrin krim 5% yang dioleskan pada seluruh tubuh kecuali bagian wajah.
Hal ini sesuai dengan tatalaksana skabies.
c) Pasien juga diberikan antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi rasa gatal
yaitu klortrimeton sekali sehari pada malam hari. Permetrin sebagai anti skabies
lebih poten jika dibandingkan dengan lindan (gameksan) atau krotamiton, juga lebih
poten dan aman pada bayi dan anak. Obat ini efektif untuk kasus skabies yang gagal
dengan pengobatan skabies lain khususnya lindan.
d) Penularan skabies terutama melalui kontak langsung yang erat, maka untuk
keberhasilan terapi seluruh keluarga yang tinggal dalam 1 rumah harus diobati
dengan anti skabies secara serentak.
e) Bagi penularan melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur,
pakaian, atau handuk memegang peranan penting, maka dilakukan edukasi kepada
keluarga pasien untuk mencuci pakaian, sprei, gorden dan menjemur sofa dan tempat
tidur. Hal ini dilakukan untuk mematikan semua tungau dewasa dan telur sehingga
tidak terjadi kekambuhan.

Intervensi yang dilakukan terhadap lingkungan adalah:


1. Edukasi terhadap keluarga mengenai skabies (penyebab, gejala, cara penularan,dan
terapi), dan mengenai higiene pribadi serta lingkungan.
2. Keluarga diberikan motivasi untuk mencuci, menjemur, dan menyeterika pakaian
dan seprai yang digunakan dalam 1 minggu terakhir.
3. Keluarga dimotivasi untuk memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan membuka
pintu rumah pada siang hari dan menggunakan kipas angin yang selalu dibersihkan,
serta selalu mencuci dan menyeterika pakaian setelah digunakan danmenyimpannya
dalam lemari.
4. Keluarga dimotivasi untuk menambah sumber pendapatan tambahan melalui
pemanfaatan waktu luang, seperti berdagang atau menjadi pramuwisma paruh
waktu.
5. Mengatasi masalah lingkungan antara lain dengan melakukan penyuluhan mengenai
skabies yang dihadiri oleh kader, wakil dari Puskesmas, dan para warga.
Menyampaikan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga higiene lingkungan
dan perilaku berobat yang baik agar tidak terjadinya penularan skabies.

8
Learning Issue (Jaminan Kesehatan Nasional)

System kesehatan Nasional termasuk system rujukan


I. Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side)
dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah,
serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia
maupun material.
Sedangkan sistem kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu
derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Suatu sistem harus memiliki landasan sebagai dasar dari adanya sistem
tersebut.Landasan sistem kesehatan nasional Indonesia meliputi:
a. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
b. Landasan konstitusional, yaitu UUD 1945
c. Landasan operasional meliputi seluruh peraturan perundangan terkait.
Salah satu subsistem dari sistem kesehatan nasional yang paling penting adalah
pelayanan kesehatan.Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, dan lingkungan (Depkes RI
2009).
Tujuan pelayanan kesehatan yaitu pomotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan
kesehatan). Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sub sistem dalam pelayanan
kesehatan yang meliputi input, proses, output, dampak, umpan balik, dan lingkungan.
a. Input : Sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya
sistem.
Contoh :Dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, ahli kesehatan masyarakat.
b. Proses :suatu kegiatan yang berfungsi mengubah input menjadi output yang
direncanakan.
Contoh : kegiatan pelayanan rumah sakit.
c. Output : Hal yang dihasilkan oleh proses.

9
Contoh : Pasien sembuh/ tidak sembuh.
d. Dampak :Akibat yang dihasilkan oleh output setelah beberapa waktu lamanya.
Contoh : Meningkatnya status kesehatan masyarakat.
e. Umpan balik :Hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
Contoh : Keluhan pasien terhadap pelayanan.
f. Lingkungan : Dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh : Masyarakat dan instansi-instansi lain.
Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah:
1. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat
tidak sulit ditemukan.
2. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan
dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan.

Stratifikasi Pelayanan Kesehatan


Stratifikasi pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian pelayanan
kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan.
Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama. Namun
secara umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu:

10
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (promosi
kesehatan).Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini
bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient services).Bentuk pelayanan ini
di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
Balkesmas.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan
yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat
inap (in patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini
misalnya Rumah Sakit tipe C dan D.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan
kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih komplek dan
umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).

Pengertian Sistem Rujukan


Menurut Sistem Kesehatan Nasional Departemen Kesehatan RI, sistem rujukan
adalah suatu sistem penyelenggaraan sistem kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu penyakit/lebih atau masalah kesehatan secara
vertikal dari unit yang berkemampuan kurang ke unit yang lebih mampu atau secara
horizontal antar unit-unit yang setara kemampuannya.

11
Alur Sistem Rujukan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)


Indonesia dahulu memiliki beberapa instansi yang menjamin kesehatan masyarakat,
seperti PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, PT Asabri, Bapel JPKM dan berbagai
program jaminan sosial lainnya, tetapi beroperasi secara terpisah dan memiliki
peraturannya sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, maka disahkan UU
No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tanggal 19
Oktober 2004.
A. Pendahuluan
Perbedaan asuransi Sosial dengan asuransi komersial dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu:
1. Kepesertaan: asuransi sosial bersifat wajib bagi seluruh penduduk, sedangan
asuransi komersial bersifat sukarela.
2. Asuransi sosial bersifat nirlaba atau tidak berorientasi mencari keuntungan (not
for profit), sedangkan asuransi komersial berorientasi mencari keuntungan (for
profit).
3. Asuransi sosial manfaatnya komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif) sesuai dengan kebutuhan medis, sedangkan asuransi komersial
manfaatnya terbatas sesuai dengan premi yang dibayarkan.
B. Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional Menurut UU SJSN
Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong-
royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam

12
bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu
yang berisiko tinggi; dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip
kegotong-royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi
keseluruhan rakyat Indonesia.
Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi kepentingan sebesar-
besarnya peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan surplus anggaran
akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
Prinsip portabilitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar
seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan
dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat
Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan
kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

C. Aspek Penyelenggaraan JKN

13
Beberapa pengertian:
Pekerja Bukan Penerima Upah: setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
resiko sendiri.
Pemberi Kerja: orang perseorangan, pengusaha, badan hokum atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara Negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
- Istri atau suami yang sah dari peserta
- Anak kandung, anak angkat dan atau anak tiri dari peserta, dengan criteria:
Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri
Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal
- Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
Di dalam Undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib penjadi
peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam
bulan.Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan.Bagi yang

14
mempunyaiupah/gaji, besaran iuran berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh
pekerja dan Pemberi Kerja.Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya
ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan
tidak mampu membayariuran maka iurannya dibayari pemerintah.
D. Syarat dan Lokasi Pendaftaran
Syarat pendaftaran peserta akan diatur dengan peraturan BPJS.
Lokasi pendaftaran dilakukan di kantor BPJS setempat/ terdekat dari domisili
peserta.
E. Prosedur Pendaftaran Peserta
1. Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
2. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
dirisebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
3. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajibmendaftarkan diridan keluarganya
sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
F. Hak dan Kewajiban Peserta
Hak Peserta:
Memperoleh identitas peserta
Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta:
Membayar iuran
Melaporkan data kepesertaan kepadaBPJS Kesehatan dengan menunjukkan
identitas peserta pada saat pindah domisili dan/atau pindah kerja.
G. Masa Berlaku Kepesertaan
Selama peserta membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
Bila peserta tidak membayar iuran atau meninggal dunia maka status
kepesertaannya akan hilang.
Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan BPJS.

Penatatalaksanaan penyakit tidak menular dengan prinsip dan konsep DOGA


UpayaUpaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4 tingkatan
pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu:

15
1. Pencegahan Primordial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan,
gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya status
penyakit. Misalnya: menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok itu
merupakan statu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif untuk
tidak merokok.
2. Pencegahan Tingkat Pertama
a) Promosi Kesehatan Masyarakat: Kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan
pendidikan kesehatan masyarakat.
b) Pencegahan Khusus: Pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif
3. Pencegahan Tingkat Kedua
a) Diagnosis Dini, misalnya dengan screening.
b) Pengobatan, misalnya dengan kemotherapi atau pembedahan
4. Pencegahan Tingkat Ketiga adalah dengan cara Rehabilitasi.

Prinsip kolaborasi dalam konsep DOGA dalam penatalaksanaan kesehatan.


Kolaboarasi merupakan proses interaksi dan hubungan antar profesi yang bekerja pada
sebuah lingkungan kelompok (Teamwork). Komponen kolaborasi terdiri dari SMART, yaitu:
- Spesifik
- Measurable
- Attainable (Realistic)
- Relevant
- Time bound (Berjangka waktu)
Selain itu juga diperhatikan:
- Kepemimpinan efektif
- Komunikasi Efektif
- Kohesi yang baik
- Saling menghormati
Prinsip-prinsip Kolaborasi:
- Patient-cenetered care
- Terdapat hubungan dokter pasien yang baik
- Terdapat pemimpin yang efektif
- Terdapat rasa saling menghormati

16
- Terdapat komunikasi yang efektif
- Terdapat kejelasan peran dan lingkup pelayanan kesehatan
- Terdapat kejelasan tanggung jawab
- Terdapat perlindungan kesalahan untuk seluruh anggota team
- Terdapat SDM dan Fasilitas yang memadai
- Terdapat pendanaan dan pengaturan pembayaran yang memadai
- Terdapat sistem edukasi yang baik
- Terdapat penelitian dan evaluasi
Terselenggaranya Kolaborasi bertujuan untuk mencapai Patient safety.
Kolaborasi di Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer diantaranya:
- Perawatanan reproduksi primer
- Perawatan kesehatan jiwa primer
- Perawatan paliatif primer
- Fasilitas dukungan perawatan di rumah
- Edukasi pasien
- Program manajemen penyakit kronis (DM, CVD, Obes, Artritis, Asma, Depresi)
- Promosi kesehatan dan pencegahan penyakti
- Kesehatan Ibu dan Anak
- Kesehatan dan keselamatan kerja
- Perawatan orang lanjut usia yang rentan
- Perawatan ketergantungan obat
- Pelayanan rehabilitasi fisik

Source:
http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment/unduhan/Ebook%20BAHAN%20PAPARAN%20J
KN%20DALAM%20SJSN.pdf
http://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/11205.pdf

17

You might also like