Professional Documents
Culture Documents
BAB II
PEMBAHASAN
Epilepsi adalah nama umum sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat
yang timbul spontan dan berulang dengan episode singkat (disebut bangkitan berulang atau
recumbent seizure), dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini
biasanya di sertai dengan kejang (konvulsi), hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau
psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG (abnormal dan eksesif). Untuk penyakit
epilepsi, gambaran EEG bersifat diagnpstik. Berdasarkan gambaran EEG, epilepsi dapat
dinamakan disritmia serebral yang bersifat paroksismal.
Dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya di
sertai dengan kejang (konvulsi), hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan
selalu disertai gambaran letupan EEG (abnormal dan eksesif). Untuk penyakit epilepsi,
gambaran EEG bersifat diagnpstik. Berdasarkan gambaran EEG, epilepsy dapat dinamakan
disritmia serebral yang bersifat paroksismal.
Bangkitan epilepsi merupakan fenomena klinis yang berkaitan dengan letupan listrik
atau depolarisasi abnormal dan eksesif, terjadi di suatu fokus dalam otak yang menyebabkan
bangkitan paroksismal. Fokus ini merupakan neuron epileptik yang sensitif terhadap rangsang
disebut neuron epileptik. Neuron inilah yang menjadi sumber bangkitan epilepsi.
Letupan depolarisasi dapat terjadi di daerah korteks. Penjalaran yang terbatas di daerah
korteks akan menimbulkan bagkitan parsial misalnya epilepsi fokal Jackson.Letupan
depolarisasi tersebut dapat menjalar ke area yang lebih luas dan menimbulkan konvulsi umum
(epilepsi umum). Letupan depolarisasi di luar korteks motorik antara lain di korteks sensorik,
pusat subkortikal, menimbulkan gejala aura prakonvulsi antara lain adanya penghiduan bau
wangi-wangian. Gangguan paroksismal terhadap kesadaran, selanjutnya penjalaran ke daerah
korteks motorik menyebabkan konvulsi. Berdasarkan tempat asal letupan depolarisasi, jenis
bangkitan dan penjalaran depolarisasi tersebut , dikenal berbagai bentuk epilepsi.
Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh Jhon Hughlings
Jackson, bapak epilepsi modern. Pada focus epilepsidi korteks serebri terjadi letupan yang
timbul kadang-kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat; letupan ini menjadi bangkitan
umum bila neuron normal disekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep ini masih
tetap dianut dengan beberapa perubahan kecil. Adanya letupan depolarisasi abnormal yang
menjadi dasar diagnosis diferensial epilepsi memang dapat dibuktikan.
Mekanisme dasar terjadinya bangkitan umum primer adalah karrena adanya cetusn listrik
di fokal korteks. Cetusan listrik tersebut akan melampaui ambang inhibisi neuron disekitarnya,
kemudian menyebar melalui hubungan sinaps kortiko-kortial. Tidak ada gejala klinis yang
tampak, abnormalitas EEG tetap terekam pada periode antar kejang. Kemudian, cetusan
korteks tersebut menyebar ke korteks kontralateral melalui jalur hemisfer dan jalur nucleus
subkorteks. Gejala klinis, tergantung bagiaan otak yang tereksitasi misalnya salvias, midriasis,
takikardi. Aktivitas subkorteks akan diteruskan kembali ke focus korteks asalnya sehingga
akan meningkatkan aktivitas eksitasi dan terjadi penyebaran cetusan listrik ke neuron-neuron
spinal melalui jalur kortikospinal dan retikulospinal sehingga menyebabkan kejang tonik-
klonik umum. Secara klinis terjadi fase tonik-klonik berulang kali dan akhirnya timbul
kelelahan neuron pada focus epilepsi dan menimbulkan paralisis dan kelelahan pascaepilepsi.
Sedangkan meknisme dasar terjadinya bangkitan parsial meliputi dua fase, yakni fase
inisiasi dan fase propagasi.
1. Fase inisiasi terjadi atas letupan potensial aksi frekuensi tinggi yang melibatkan peranan
kanal ion Ca++ dan Na+ serta hiperpolarisasi/hipersinkronisasi yang dimediasi oleh
reseptor GABA atau kanal ion K+.
2. Fase propagasi. Dalam keadaan normal, penyebaran depolarisasi akan dihambat oleh
neuron-neuron inhibisi disekitarnya yang mengadakan hiperpolarisasi. Namun pada
fase propagasi terjadi peningkatan K+ intrasel (yang mendepolarisasi neuron
disekitarnya), akumulasi Ca++ pada ujung akhir pre sinaps (meningkatkan pelepasan
neurotransmiter), serta menginduksi reseptor eksitasi NMDA dan meningkatkan ion
Ca++ sehingga tidak terjadi inhibisi oleh neuron-neuron disekitarnya. Kemudian akan
dilanjutkan dengaan penyebaran dari korteks hingga spinal, sehingga dapat
menyebabkan epilepsi umum/epilepsi sekunder.
2
3
[Type the document title]
Pada prinsipnya ,obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi dan penyebaran
kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih cenderung bersifat membatasi proses
penyebaran kejang daripada mencegah proses inisiasi. Dengan demikian secara umum ada dua
mekanisme kerja, yakni: peningkataninhibisi (GABA-ergik) dan penurunan eksitasi yang
kemudian memodifikasi konduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas neurotransmitor,
meliputi:
3
4
[Type the document title]
bioransformasi maupun ekskresi obat. Pengukuran kadar obat akan membantu dokter untuk
mengetahui atau mendeteksi (1) kepatuhan pasien; (2) apakah kadar terapi sudah dicapai
dengan dosis yang diberikan; (3) apakah peningkatan dosis masih dapat dilakukan pada
bangkitan yang belum terkendali tanpa menimbulkan efek toksik; (4) besarnya dosis untuk
penyesuaian bila terjadi interaksi obat, perubahan keadaan fisilogis maupun penyakit.
Manfaat penetapan kadar antiepilepsi dalam darah pasien sudah jelas, yaitu 80% pasien
dapat dikendalikan kejangnya dengan antiepilesi yang tersedia saat ini, bila obat yang
diberikan sesuai, maka kadar terapi menjadi optimal. Dengan memantau kadar antiepilepsi
maka dosis dapat diberikan secara individual, agar efek toksik dan kegagalan terapi dapat
dihindarkan. Fenitoin merupakan salah satu antiepilepsi yang kadarnya dalam darah sangat
perlu dipantau. Pada dosis terapi, biotransformasi fenitoin mungkin sudah mengalami
kejenuhan sehingga dengan perubahan dosis yang kecil dapat menimbulkan perubahan
kadar yang drastis.
Meskipun demikian, kadar terapi tidak boleh menjadi acuan keberhasilan terapi.
Monitoring kadar obat dapat memberi panduan penyesuain dosis tetapi keputusan akhir
tetap berdasarkan observasi klinisnya. Jadi tidak perlu meningkatkan dosis yang ternyata di
bawah dosis terapi bila tidak ada serangan.
terdapat pada mefenitoin dan barbiturat, tetapi tidak padafenitoin. Adanya gugus metal
pada atom N akan mengubah spectrum aktivitas misalnyamefenitoin, dan hasil N
dimetilisasi oleh enzim mikrosom hati menghasilkan metabolit tidak aktif.
a. Farmakologi
Fenitoin berefek anntikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP.Dosis
toksik menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigditas
deserebrasi.Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan pada penghambatan penjalaran
rangsang dari fokus ke bagianlain otak. Efek stabilitasi membran sel oleh fenitoin
juga terlihat pada saraf tepi dan membran sellainnya yang juga mudah terpacu
misalnya sel sistem konduksi jantung. Fenitoin mempengaruhiperpindahan ion
melintasi membran sel, dalam hal ini khususnya dengan menggiatkan pompano +
neuron.
b. Farmakokinetik
Absorbsi fenitoin yang diperlukan berlangsung lambat, 10% daridosis oral
diekskresikan melalui tinja dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma
dicapaidalam 3-12 jam. Bila dosis muatan (loading dose) perlu diberikan, 600-800
mg, dalam dosisterbagi antara 8-12 jam, kadar efektif plasma akan tercapai dalam
24 jam. Pemberian fenitoinmengendap di tempat suntikan kira-kira 5 hari, dan
absorbs berlangsung lambat. Pengikatan fenitoin oleh protein, terutama oleh
albumin plasma kira-kira 90%. Pada orangsehat, termasuk wanita hamil dan
wanita pemakai obat kontrasepsi oral, fraksi bebas kira-kira10%, sedangkan pada
pasien dengan penyakit ginjal, penyakit hati atau penyakit hepatorenal
danneonatus fraksi bebas bebas rata-rata di atas 15%. Pada pasien epilepsi, fraksi
bebas berkisarantara 5,8%-12,6%. Fenitoin terikat kuat pada jaringan saraf
sehingga kerjanya bertahan lebihlama tetapi mula kerja lebih lambat dari
fenobarbital.
c. Interaksi Obat
Kadar fenition dalam plasma akan meninggi bila diberikan bersama
kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, dikumarol, dan beberapa sulfonamide
tertentu, karna obat-obat tersebut mengambat biotransformasi fenition, sedangkan
sulfisoksazol, fenilbutazon, salisilat dan asam valproat akan mempengaruhi ikatan
protein plasma fenitoin sehingga meninggikan juga kadarnya dalam plasma.
5
6
[Type the document title]
g. Kulit
Efek samping pada kulit terjadi pada 2-5% pasien,lebih sering pada anak dan
remaja yaitu beruparuam morbiliform. Beberapa kasus diantaranya disertai
hiperpireksia,eosinofilia,dan terjadi ruam kulit sebaiknya pemberian obat
dihentikan,dan diteruskan kembali dengan berhati-hati bila kelainan kulit telah
hilang.Pada wanita muda, pengobatan fenitoin secara kronik menyebabkan keratosis
danhirsutisme,karena meningkatnya aktivitas korteks suprarenalis.
h. Lain-Lain
6
7
[Type the document title]
bayi dengan cacat kongnital meningkat menjadi 3 kali, bila ibunya mendapatkan terapi
fenitoin selama trimester pertama kehamilan. Cacat congenital yang menonjol ialah
keiloskisis dan palatoskisis. Pada kehamilan lanjut, fenitoin menyebabkan abnormalitas
tulang pada neonatus.Penggunaan fenitoin pada wanita hamil tetap diteruskan
berdasarkan pertimbangan bahwa bangkitan epilepsi sendiri dapat menyebabkan
cacatpada anak sedang tidak semua ibu yang minum fenitoin mendapat anak cacat.
i. Indikasi
Pasien yang baru pertama kali mendapat fenitoin, tidak segera memperoleh efek,
karena adanya tenggang waktu (time lag).Oleh karena itu, terapi secara periodik
umpamanya pada bangkitan yang berkaitan dengan haid, seyogyanya tidak menunggu
sampai datangnya aura. Untuk mengganti terapi epilepsi dari fenobarbital menjadi
fenitoin, penghentian fenobarbital juga harus berangsur-angsur, sebab penghentian
secara tiba-tiba dapat menyebabkan bangkitan berupa status epileptikus yang berbahaya
Selain bromida, fenobarbital merupakan obat antiepilepsi tertua yang tersedia saat ini.
Meskipun dianggap sbagai obat antilepsi paling aman, obat lain yg memiliko obat efek
sedatif yang lebih kecil lebih didorong penggunaannya. Banyak yang menganggap bahwa
barbiturat hanya merupakan obat kejang pilihan pada bayi.
a. Kimiawi
Terdapat 4 turunan asam barbiturat yang digunakan sebagai obat anti kejang yaitu
fenobarbital, mefobarbital, metabrital dan primidon. Tiga obat pertama sangat serupa
satu sama lain sehingga dapat di bahas bersamaan. Metarbital adalah barbiturat yang di
metilasi, dan mefobarbital adalah fenobarbital yang dimetilasi; keduanya mengalami
deetilasi in vivo. pKa ketiga senyawa asam lemah ini berkisar dari 7,3 sampai 7,9.
Dengan demikian,sedikit perubahan pada keseimbangan asam basa normal dapat
menyebabkan fluktuasi yang penting dalam rasio antara spesies yang terinisasi dan
yang tidak. Hal ini khususnya penting untuk fenobarbital, yakni suatu barbital yang
paling sering digunakan, yang memiliki pKa serupa dengan plasma PH 7,4.
b. Mekanisme Kerja
c. Farmakokinetik
e. Interaksi Obat
Interaksi febarbital dengan obat lain umumnya terjadi karena fenobarbital
meningkatkan aktivitas enzim mikrosom enzim mikrosom hati. Kombinasi dengan
asam valporat akan menyebabkan kadar fenobarbital meningkat 40%.
f. Efek Samping
a. Kimia
b. Mekanisme kerja
c. Farmakokinetika
Trimethadione diabsorpsi sangat cepat, dengan kadar puncak yang dicapai dalam satu
jam setelah pemberian obat. Obat ini didistribusikan ke seluruh jaringan yang
mendapatkan perfusi aliran darah, dengan volume distribusi yang mendekati volume
cairan tubuh total. Obat ini tidak terikat dengan protein plasma. Trimethadione di
metabolismesempurna didalam hati secara demetilasi menjadi 5,5-dimethyl-2,4-
oksazolidinedione (dimethadione). Yang mempunyai aktivasi utama antiseizure. Obat ini
memiliki harga klirens yang relative rendah (1,6 L/Kg/hari), berkaitan dengan waktu
paruhnya sekitar 16 jam. Namun metabolitnya yang terdemetilasi, sangat lambat
dieliminasi dan mengalami akumulasi menjadi lebih banyak daripada obat induknya.
Klirens dimethadione adalah 0,08 L/kg/hari; metabolit ini memiliki waktu paruh yang
sangat panjang (240 jam).
10
11
[Type the document title]
Rentang kadar plasma terpeutik untuk trimethadione belum dapat ditentukan, meski
kadar trimethadione di dalam darah diatas 20 g/ml telah diduga. Dosis trimethadione
sebesar 30 mg/kg/hari dibutuhkan untuk mencapai kadar tersebut pada orang dewasa.
e. Interaksi Obat
f. Toksisitas
Efek samping yang bergantung dosis dan yang paling umum dan paling mengganggu
dari oxazolidinedione adalah sedasi. Efek yang tidak diinginkan yang tidak biasa adalah
hemeralpia, efek silau yang tidak bisa diadaptasi oleh mata; efek ini bersifat reversible jika
dilakukan penghentian pemakaian obat. Akumulasi dimethadione pernah dilaporkan
menyebabkan asidosis metabolic sedang. Trimethadione dikaitkan dengan reaksi
dermatologi idionsinkratik, seperti ruam dan dermatitis eksfoliativa, dan juga reaksi toksik
yang melibatkan organ-organ pembentuk darah, yang tingkatnya dapat berkisar dari
perubahan lainnya mencakup sindroma nefritis yang reversible, yang mungkin melibatkan
reaksi imun terhadap obat tersebut, juga sindroma miastenia. Obat ini sebaiknya tidak
digunakan selama kehamilan.
a. Kimiawi
11
12
[Type the document title]
b. Mekanisme Kerja
Etosuksimid mempunyai efek penting pada arus Ca2+,menurunkan nilai arus ambang
rendah (tipe T). Efek ini terlihat pada konsentrasi terapeutik di saraf talamus. Arus kalsium
tipe T diperkirakan merupakan arus pemacu di saraf talamus yang bertanggung jawab
menimbulkan lepasan muatan di korteks yang ritmik pada serangan absence. Oleh karena
itu, inhibisi arus tersebut merupakan kerja terapeutik spesifik etosuksimid.
c. Farmakokinetik
Absorpsi terjadi dengan sempurna pada pemberian obat per oral. Kadar puncak tercapai
dalam 3-7 jam setelah pemberian kapsul per oral. Obat ini tidak terikat pada protein.
Etosuksimid dimetabolisasi dengan sempurna, terutama melalui proses hidroksilasi,
menjadi metabolit yang tidak aktif. Bersihan total etosuksimisd sangatlah rendah (0,25
L/kg/hari). Hal ini sesuai dengan waktu paruhnya yang mencapai kurang lebih 40 jam,
walaupun berbagai laporan menyebut antara 18-72 jam.
Kadar terapeutik 60-100 mcg/ Ml dapat dicapai pada orang dewasa menggunakan dosis
750-1500 mg/hari, meskipun dosis yang lebih rendah atau lebih tinggi mungkin diperlukan
dan ditoleransi (hingga mencapai 125 mcg/ mL) pada beberapa pasien. Etosuksimid
mempunyai hubungan linear antara dosis dan kadar plasma dalam keadaan stabil. Obat ini
dapat diberikan sebagai dosis harian tunggal untuk menghindarkan terjadinya efek samping
pada pencernaan; dosis umumnya adalah 2 kali sehari.
e. Interaksi Obat
f. Efek Samping
12
13
[Type the document title]
Efek samping umum yang terkait dengan dosis terapi adalah gangguan lambung,
termasuk nyeri, mual, dan muntah. Efek samping lain lain yang terkait dengan dosis adalah
letargi atau lelah sementara dan, agak jarang, nyeri kepala, pusing, cegukan dan euforia.
Perubahan tingkah laku biasanya membaik dengan cepat. Efek samping yang tidak
bergantung pada dosis atau idiosinkrasi jarang terjadi. Apabila timbul lupus eritematosus
terjadi kemungkinan ada obat lain yang ikut berperan dalam hal ini.Gejala yang lebih berat
berupa agranulositosis dan pansitopenia. Efek samping dapat diatasi dengan memberikan
dosis rendah pada awalnya dan meningkatkan dosis secara perlahan.
Efek samping karbamazepin cukup sering terjadi. Seperempat dari jumlah penderita
yang diobati mengalami efek samping. Efek samping yang terjadi setelah pemberian obat
jangka lama berupa pusing,vertigo,ataksia,diplopia,dan penglihatan kabur. Frekuensi
bangkitan dapat meningkat akibat dosis berlebih. Efek samping lainnya dapat berupa
mual,muntah,diskrasia darah yang berat (anemia aplastik,agranulositosis) dan reaksi
hipersensitif (dermatitis,eosinofilia,limfadenopati,splenomegali). Gejala intoksikasi akut
karbamazepin dapat berupa stupor atau koma, penderita iritabel, kejang dan depresi napas.
Efek samping yang dapat muncul di kemudian hari berupa retensi air yang dapat menjadi
masalah bagi penderita usia lanjut dengan gangguan jantung.
Pada hewan, obat ini dilaporkan bersirat teratogenik dan karsinogenik. Pada
manusia kedua efek ini perlu diselidiki lebih lanjut.Karena potensinya untuk menimnulkan
efek samping sangat luas, maka pada pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan
pemerikaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.
13
14
[Type the document title]
a. Dosis
Dosis anak di bawah 6 tahun, 100 mg sehari; dosis 6-12 tahun, 2 kali 100 mg sehari.
Dosis dewasa: dosis awal 2 kali 200 mg hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan
secara bertahap. Dosis penunjang berkisar antara 800-1200 mg sehari untuk dewasa
atau 20-30 mg/kgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi
dalam serum 6-8 mcg/ml.
Disampingobatantiansietasbenzodiazepine
jugadapatdimanfaatkansebagaiantikonvulsi,khususnyauntukepilepsi.Obat-
obatgolonganbenzodiazepineantara lain
diazepam,klonazepam,klorazepatdipotasium,klobazam,dannitrazepam. Perubahanstruktur
yang kecilsajadapatmengakibatkanperbedaanaktivitas.
Mekanismekerjabenzodiazepin:
a. Farmakokinetik
- Farmakokinetikbenzodiazepinsebagianmenentukanpenggunaanklinisnya.
Secaraumumsemuagolonganobatbenzodiazepindapatdiabsorbsisempurnakecualiklor
azepat. Lalubenzodiazepinberikatandenganmetabolitaktifnyadanterikatdengan
protein plasma.
- Semua benzodiazepine dalambentuk nonionic memilikikoefesiendistribusilemak: air
yang tinggi; namunsifatlipofiliknyadapatbervariasilebihdari 50 kali,
bergantungkepadapolaritasdanelektronegativitasberbagaisenyawa benzodiazepine.
- Benzodiazepindimetabolisirsecaraekstensifolehenzimsitokrom p450 di hati.
Metabolitaktifbenzodiazepindibiotransformasilambatdarisenyawa lain sehingga
lama
kerjaobattidaksamadenganwaktuparonya.Tahapmetabolismenyaadalahdesalkilasi,
hidroksilasidankonjugasi .
14
15
[Type the document title]
- Metabolitbenzodiazepinberkonjugasilaludiekskresikanmelalui urine.
b. Farmakodinamik
- Peningkatandosisobatbenzodiazepinmenyababkandepresi SSP yang
terusmeningkatsehinggamenyababkanefekanestesia (efekbertahandanrelaksasiotot).
Obatinimenekantetapitidakmenghilangkanlepasmuatanlistrik abnormal darifokus.
Padadosisrendahbenzodiazepinmenekanaktivitaspolosinaptikpadameduladalamsiste
mretikullermesensefalik.
- Interaksiobatdenganreseptorpenghambat neurotransmitter yang diaktifkanolehgaba.
Benzodiazepinbekerjapada GABAA. Obatberikatandengan GABAA yang
menyebabkanpembukaankanalklorida, sehingga ion
kloridamasukkedalamselmengakibatkanpeningkatanelektrikdisepanjangmembransel
(selsukartereksitasi) ataudengan kata lain
benzodiazepinmenaikkanpotensialatauefektifitas neurotransmitter-inhibitor GABA .
- Hampirsemuaefek benzodiazepine merupakanhasilkerjagolonganinipada SSP
denganefekutama:sedasi, hypnosis, penguranganterhadaprangsanganemosi/ansietas,
relaksasiotot, dan anti konvulsi. Hanyaduaefeksaja yang
merupakankerjagolonganinipadajaringanperifer:vasodilatasikoroner
(setelahpemberiandosisterapigolongan benzodiazepine tertentusecara iv),
danblokadeneuromuskular (yang hanyaterjadipadapemberiandosistinggi).
c. Kontraindikasi
- Penggunaanpadawanitahamil,
untukpenderitapenyakithatidanginjal,sertapemakaianbersamaandenganalkoholdanpe
nekan SSP.
1. Diazepam
Indikasidankontraindikasi
Indikasi:diazepam digunakanuntukterapikonvulsirekuenmisal status
epileptikus,untukterapibangkitanparsialsederhana(klonikfokal
),untukterapibangkitanlenadanhipsaritmia
Kontraindikasi:Penggunaanpadawanitahamil,
untukpenderitapenyakithatidanginjal,sertapemakaianbersamaandenganalkoholda
npenekan SSP.
Dosis :
Dewasa / anak yang sudahbesar : 5-10 mg(dewasa : 0,2-0,4 mg/kgbb/oral)
15
16
[Type the document title]
Efeksamping:
Obstruksisalurannafasolehlidahakibatrelaksasiotot,depresinapassampai
terhenti,hipotensi, jantungberhentiberdenyutdankantuk.
2. Klonazepam
Indikasidankontraindikasi
Indikasi :
klonazepamdigunakanuntukterapibangkitanmioklonikpadaanak,bangkitanakineti
kdanspasmeinfantile,untukkejang absence.
Kontraindikasi: Penggunaanpadawanitahamil,
untukpenderitapenyakithatidanginjal,sertapemakaianbersamaandenganalkoholda
npenekan SSP.
Dosis :
- Dosisawal: pada orang dewasatidaklebihdari
1,5mg/kgBB/haridanpadaanak-anak 0,01-0,03 mg/kgBB/hari
- Dosisdapatnaiktiapharidengankenaikan 0,25-0,5 mg/kgBB/haripadaanakdan
0,5-1 mg/kgBB/haripada orang dewasa.
- Dosisyangdirekomendasikan: 20mg/kgBB/hariuntukdewasadan 0,2
mg/kgBB/haripadaanak.
Mekanismekerja :
Farmakokinetik:
16
17
[Type the document title]
Klonazepammudahdiabsorbsisetelahpemberian
oral.Konsentrasimaksimaldalam plasma tercapaidalam 2-4 jam.Sekitar 50%
klonazepamterikatdalam protein plasma, hanyakurangdari 15 yang
tidakdiubahdanselanjutnyaklonazepamdiekskresimelaluiurin. Yang
laindimetabolosirdengan di konjungasiataupuntidak.
Farmakodinamik :
Setelahdikonsumsi peroral klonazepammulaibekerjaditubuhsetelah 20-
60 menit. Konsentrasipuncakdalam serum dicapaidalam 1-2 jam
sedangkanmasakerjaobatinitergantungdariwaktuparuhnyayaituselama 6-12
jam.
Efeksamping:
- Mengantuk,samnolen,lesu,latergi,inkoordinasimuskulus,etaksia,ganggua
nperilaku
- Dapatjugaterjadihiperaktivitas,iritabilitasdankesukarankonsentrasi,anorek
sia,sertakenaikansekresi saliva
3. Klorazepatdipotasium
Indikasidankontraindikasi
Indikasi: untukkejangparsialkompleks orang dewasa, untukterapibangkitamlena.
Kontraindikasi: Penggunaanpadawanitahamil,
untukpenderitapenyakithatidanginjal,sertapemakaianbersamaandenganalkoholda
npenekan SSP.
Dosis :
- Dosispadadewasa yang diberikan per oral 7,5 mg /kgBB/harit.i.ddan per
oral yang diberikanpadaanak 7,5 mg/kgBB/harib.i.d
- Dosisdapatdikurangiperlahan-lahanmencapai 45
mg/kgBB/harijikaakanberhentimenggunakanobat.
Mekanismekerja :
Farmakokinetik
Klorazepatbarudiabsorbsisempurnasetelahdikarboksilasidalamcai
ranlambungmenjadinordazepamdenganwaktu paruh 0.9-2 jam.
Klorazepatdanmetabolitnyaterikatpada protein plasma yang
17
18
[Type the document title]
diredistribusikankejaringan. Metabolisme
obatgolonganinisecaraekstensifolehkelompokenzimsitokrom.
Efeksamping
Dosis :
Mekanisme kerja :
Efeksamping:
- Pencetusanbangkitantonikklonikataumemberatnyabangkitanlena , hipersekresi
lender salurannafas
- Gangguanterhadap SSP yang menimbulkangejalalatergidanataksia.
18
19
[Type the document title]
membran untuk kalium. Efek antikonvulsi valproat bersifat rumit a.l. didasarkan
meningkatnya kadar asam gama aminobutirat (GABA) di dalam otak.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorbsi dan kadar maksimal serum tercapai
setelah 1-3 jam. Makanan menghambat absorbsinya dengan masa penuh 8-10 jam, kadar
darah stabil setelah 48 jam terapi. Jika diberikan dalam bentuk amida, depamida, kadar
valproat dalam serum sepadan dengan pemberian dalam bentuk asam valproat, tetapi masa
paruhnya lebih panjang yaitu 15 jam. Biotransformasi depadima menjadi valproat
berlangsung in vivo, tetapi jika dicampur dengan plasma in vitro perubahan tidak terjadi.
Kira-kira 70% dari dosis valproat di ekskresi di urin dalam 24 jam.
Toksisitas valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit,
dan alopesia. Gangguan cerna berupa anoreksia, mual dan muntah terjadi pada 16 kasus.
Efek terhadap SSP dapat berupa kantuk, ataksia, dan tremor, menghilang dengan
penurunan dosis. Gangguan pada hati berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan
sesekali terjadi nekrosis hati yang sering berkibat fatal. Kira-kira 60 kasus kematian telah
dilaporkan akibat penggunaan obat ini. Dari suatu uji klinik yang terkendali, dosis valproat
1200 mg sehari, hanya menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk
mengatakan bahwa obat ini aman dipakai karena penggunaan masih terbatas.
Valproat efektif terhadap epilepsi umum yakni bangkitan lena yang disertai oleh
bangkitan tonik-klonik. Sedangkan terhadap epilepsi fokal lain efektifitasnya kurang
memuaskan. Tetapi dimulai dengan dosis 3 kali 200 mg/hari; jika perlu, setelah 3 hari dosis
dinaikkan menjadi 3 kali 400 mg/hari. Dosis harian lazim, berkisar 0,8-1,4 g. Dosis anak
yang disarankan berkisar 20-30 mg/kgBB sehari.
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital sebanyak 40% karena tejadi
penghambatan hidroksilasi fenobarbital, dapat menyebabkan stupor sampai koma.
Sedangkan interaksiya dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks.
Fenitoin total dalam plasma akan turun, karena biotransformasi yang meningkat dan
pergeseran fenitoin dari ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah
mungkin tidak dipengaruhi. Kombinasi asam valproat dengan klonezepam dihubungkan
dengan timbulnya status epileptikus bangkitan lena.
19
20
[Type the document title]
3) Vigabatrin
4) Lamotrigin
Pertama kali dikembangkan karena adanya efek anti folat dari anti kejang
tertentu. Merupakan golongan feniltriazin dan inhibitor dihidrofolat reduktase.
Mekanisme kerjanya adalah melalui inaktivasi kanal Na+ , Ca+, dan mencegah
20
21
[Type the document title]
5) Gabapentin
Merupakan suatu analog GABA . Gabapentin tidak bekerja pada reseptor GABA.
Tetapi berperan dalam metabolisme GABA . waktu paruhnya pendek, yakni 5-8 jam.
Tidak dimetabolisme dan tidak menginduksi enzim-enzim di hati dan tidak terikat
pada protein plasma. Digunakan sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial dan
kejang umum tonik-klonik. Biasanya dibutuhkan dalam dosis tinggi. Juga dipakai
untuk mengobati nyeri neuropatik seperti neuralgia pasca herpes. Pemberian
gabapentin untuk anak kurang dari 12 tahun tidak dianjurkan dan ada pasien yang
menderita gangguan fungsi ginjal. Dosisnya harus disesuaikan. Dosis gabapentin
(dewasa dan anak >12 tahun ) adalah 900-1800 mg/hari. Efek sampingnya berupa
ataksia, pusing, sakit kepala, samnolen, tremor, belum ada penalitian tentang
keamanan gabapentin pada wanita hamil. Menyusui, anak-anak dan usia lanjut. Tidak
ada interaksi obat yang bermakna dengan gabapentin. Gabapentin tidak
mempengaruhi kadar obat anti epilepsi lainya.
6) Topiramat
efek GABA, absorbsinya cukup cepat (kurang lebih 2jam). Waktu paruhnya 20-30
jam digunakan untuk terapi bangkitan parsial dan bangkitan umum tonik-klonik. juga
digunakan untuk sindroma lenox-gestaut. Sindroma west, dan bangkitan lena. Dosis
200-600mg/hari yang dimlai dengan dosis kecildan ditingkatkan perlahan-
lahan.topiramat seringkali diberikan bersama dngan obat antikonvulsan lainya.
7) Tiagabin
8) Zonisamid
Merupakan turunan sulfonamide dan bekerja melalui blok kanal Na+ dan Ca+ .
hanya sedikit terikat pada protein plasma, waktu paruh 3 hari. Digunakan untuk terapi
bangkitan parsial dan bangkitan umum toni klonik serta spasme infantile dan
mioklonus. Dosis dewasa 100mg/hari sampai dengan 600mg/hari. Sedangkan dosis
anak-anak 4mg/hari sampai dengan 12mg/hari.Efek samping zonisamid diantaranya
adalah pusing dan gangguan kognitif.
9) Levetirasetam
22