You are on page 1of 11

Komparasi Indeks Vegetasi Untuk Estimasi Stok Karbon .................................................................................................... (Frananda, dkk.

KOMPARASI INDEKS VEGETASI UNTUK ESTIMASI STOK KARBON


HUTAN MANGROVE KAWASAN SEGORO ANAK PADA KAWASAN
TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI, JAWA TIMUR
(Comparison of Vegetation Indices for Mangrove Carbon Stock Estimation
in Segoro Anak Area, Alas Purwo National Park, Banyuwangi, East Java)
1 2 2
Hendry Frananda , Hartono , dan Retnadi Heru Jatmiko
1
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
2
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Email : hendryken@gmail.com

Diterima (received): 24 Juni 2015; Direvisi (revised): 2 September 2015; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 21 Oktober 2015

ABSTRAK
Estimasi kandungan karbon kawasaan hutan mangrove sering dilakukan dengan memanfaatkan
transformasi indeks vegetasi, dimana nilai yang diperoleh merupakan gabungan dari beberapa saluran pada
citra untuk menonjolkan kenampakan vegetasi. Sulitnya medan hutan mangrove menjadikan transformasi
indeks vegetasi sebagai salah satu cara efektif untuk mengestimasi karbon. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalam mengestimasi kandungan karbon
pada hutan mangrove, dan untuk mengetahui transformasi indeks vegetasi terbaik dalam mengestimasi
kandungan karbon hutan mangrove, sehingga akan diketahui korelasi antara masing-masing transformasi
indeks vegetasi yang digunakan dengan kandungan karbon lapangan beserta tingkat akurasinya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan perhitungan kandungan karbon pada beberapa titik sampel
lapangan dan melihat korelasi antara kandungan karbon pada titik sampel lapangan dengan nilai indeks dari
masing-masing transformasi indeks vegetasi yang digunakan. Hasil penelitian berupa korelasi beserta tingkat
akurasi dan kandungan karbon total dari masing-masing transformasi indeks vegetasi yang digunakan (SR,
NDVI, TVI, RVI, SAVI, EVI) dengan data lapangan. Koreksi radiometrik yang dilakukan adalah histogram
adjusment atau dark-pixel subtraction. EVI dan TVI merupakan indeks vegetasi yang memiliki korelasi dan
2
akurasi terbaik untuk mengestimasi kandungan karbon hutan mangrove dengan nilai R dari EVI = 0,72 dan TVI
= 0,63, dengan nilai RMSE EVI 74.40139 ton/ha dan nilai RMSE TVI 39.70762 ton/ha. Kesimpulan dari
penelitian ini diketahui pada tingkat koreksi atmosfer yang sama, indeks vegetasi EVI dan TVI merupakan
indeks yang memiliki hubungan korelasi dan akurasi terbaik, sehingga EVI dan TVI merupakan indeks vegetasi
terbaik untuk mengestimasi karbon hutan mangrove.

Kata kunci: penginderaan jauh, estimasi, karbon hutan, indeks vegetasi

ABSTRACT

Forest carbon content estimations are often done by using transformation of vegetation index, where the
value that obtained was a combination of several canals in the image to show the appearance of vegetation.
The difficult terrain of mangrove forest made the transformation of vegetation index as one of the effective ways
to estimate carbon. The objective of this study were to determine the extent of remote sensing data can be used
and the most optimum vegetation index transformation in estimating the carbon content in the mangrove forest,
so as to obtain a correlation between each vegetation index transformation that are used with the carbon
content of the field and its level of accuracy. The method were using the calculation of carbon content at some
point field samples and examine the correlations between the carbon content at the point of field samples with
an index value of each vegetation index transformation that are used. The result of this study was a correlation
with the level of accuracy and total carbon content of each vegetation index transformation that are used (SR,
NDVI, TVI, RVI, SAVI, EVI) with field data. Radiometric correction was conducted with histogram adjustment or
dark-pixel subtraction. EVI and TV are the best correlation and accuracy of vegetation index for estimating the
2
carbon content of mangrove forest with R values of EVI = 0.72 and TVI = 0,63, and the RMSE of EVI
74.40139 tons/hectare and TVI 39.70762 tons/hectare. The conclusion of this study was known at the same
level of atmospheric correction, EVI and TVI vegetation index have the best correlation and accuracy, so that
EVI and TVI are the best vegetation index for estimating carbon mangrove forests.

Keywords: remote sensing, estimation, forest carbon, vegetation index

113
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 113-123

PENDAHULUAN satu teknik analisis citra yang sering dilakukan


dalam analisis vegetasi secara umum, terdapat
Potensi sumberdaya hutan Indonesia sangat banyak jenis transformasi indeks vegetasi yang
melimpah, dan salah satunya adalah hutan dapat digunakan, tetapi transformasi indeks
mangrove. Potensi hutan mangrove Indonesia vegetasi yang cocok untuk diterapkan pada
cukup besar, Indonesia memiliki luas hutan kawasan mangrove masih menjadi kerancuan.
mangrove terbesar di dunia (Kusmana, 1996).Total Berdasarkan berita acara pengukuran tanggal
luas hutan mangrove dunia di tahun 2000 adalah 27 Mei 1983, kawasan Taman Nasional Alas Purwo
2
137.760 km di 118 negara dan terdapat pada memiliki luasan 43.420 ha. Tipe ekosistem utama di
daerah tropis dan subtropis di dunia. Sekitar 75% kawasan Taman Nasional Alas Purwo adalah
hutan mangrove dunia ditemukan hanya pada 15 ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah.
negara, dan hanya 6,9% berstatus dilindungi. Hutan mangrove pada kawasan Taman Nasional
Distribusi biogeografi mangrove adalah umumnya Alas Purwo memiliki luasan 1.200 Ha,
terbatas pada daerah tropis dan subtropis dan (www.tnalaspurwo.org). Kawasan hutan mangrove
persentase terbesar hutan mangrove ditemukan yang sangat luas dan memiliki medan yang sulit,
antara Lintang 5 Utara dan 5 Selatan (Giri. C, sehingga inventarisasi secara terestrial di seluruh
2005). areal hutan sangat sulit dilakukan karena akan
WALHI (2010), menjelaskan telah terjadi terkendala dari waktu, tenaga dan biaya. Oleh
penurunan luas hutan mangrove. Luasan hutan sebab itu diperlukan suatu cara untuk menghadapi
mangrove Indonesia menurun dari luas awal sekitar hal ini yaitu dengan menggunakan citra
4.5 juta ha menjadi 1.9 juta ha. Penurunan luas penginderaan jauh.
hutan mangrove terjadi paling dominan karena
kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, METODE
seperti alih tata guna lahan mangrove menjadi
lahan tambak, eksploitasi kayu mangrove untuk Metode yang digunakan dalam penelitian
kayu bakar dan arang khususnya untuk jenis estimasi stok karbon hutan mangrove ini adalah
Rhizopora spp dan Bruguiera spp. interpretasi citra penginderaan jauh secara
Kerusakan mangrove yang terjadi akan visual/digital, dan kerja lapangan. Bahan yang
mempengaruhi besarnya kemampuan hutan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
mangrove dalam penyerapan karbon. a. Citra LANDSAT 7 ETM + (Daerah Taman
Permasalahan klimatik tersebut oleh United Nations Nasional Alas Purwo, resolusi 30 m,
for Climate Change Convention (UNFCCC) telah perekaman tahun 2002) untuk membuat satuan
dicari solusi untuk mengurangi dampak emisi gas pemetaan dan penentuan titik sampel
buang GRK. Pertemuan yang diselenggarakan di lapangan, Citra LANDSAT 7 ETM + digunakan
Bali pada tahun 2007 pada pertemuan UN karena memiliki resolusi spektral yang lebih
Conference of Parties ke 13 (COP 13) baik untuk menonjolkan kenampakan
mengeluarkan suatu program Reduced Emissions mangrove.
from Deforestation and Degradation (REDD) yang b. Citra ALOS AVNIR-2 (Daerah Taman Nasional
bertujuan untuk mendukung negara-negara Alas Purwo, resolusi 10 m, perekaman tahun
berkembang di dalam mengurangi emisi dari 2009) digunakan untuk analisis regresi dalam
deforestasi dan degradasi (www.unfccc.int). mengestimasi kandungan karbon.
Program REDD ini diharapkan negara berkembang c. Peta RBI skala 1 : 25.000 meliputi kawasan
berpartisipasi aktif untuk menjaga kelestarian Hutan Mangrove Alas Purwo Banyuwangi
hutannya sebagai bentuk sumbangsih alami dalam (Sheet 1707-134 dan 1707-143,
menciptakan mesin penyerap karbon untuk BAKOSURTANAL 2006).
mengurangi emisi gas buang GRK.
Stok karbon pada suatu vegetasi khususnya Koreksi Radiometrik Citra
pohon sangat diperlukan bagi keselarasan
lingkungan dari emisi yang berlebihan karena Ada tiga proses pada bagian koreksi
pohon dan organisme foto-ototrof lainnya radiometrik ini, yaitu konversi dari nilai piksel (digital
mengalami proses fotosintesis pada siang hari, number (DN)) ke atsensor radiance, dan konversi
proses tersebut membutuhkan suatu komponen dari atsensor radiance ke atsensor reflectance,
penting berupa CO2 dari atmosfer. Penyerapan dilanjutkan dengan mengkonversi dari atsensor
CO2 dalam jumlah besar oleh tumbuhan dilakukan reflectance ke atsurface reflectance. Proses
pada siang hari bertepatan saat berbagai aktifitas pertama bertujuan untuk mengembalikan nilai DN
manusia memproduksi emisi gas buang GRK tiap piksel ke dalam satuan atsensor radiance
2
(salah satunya karbon) di alam bebas. (W/(m .sr.m)). Model hubungan antara DN
Konsep dalam penginderaan jauh yang dengan radiance pada tiap band adalah:
menerangkan bahwa objek-objek dimuka bumi
memiliki karakteristik pantulan spektral yang khas Radiance = gain * DN + offset, atau
terhadap sumber energi yang datang, L = gain * QCAL + offset ..(1)
memungkinkan studi vegetasi ini dilakukan. dimana :
Transformasi indeks vegetasi merupakan salah L = Nilai radiansi

114
Komparasi Indeks Vegetasi Untuk Estimasi Stok Karbon .................................................................................................... (Frananda, dkk.)

gain = gain (ALOS User Handbook, Jaxa 2006) lapangan, digunakan 3 variabel pendekatan untuk
offset = offset (Band Exposure pada header citra) membangun satuan lahan yaitu: tipe vegetasi,
karakteristik lahan dan kerapatan vegetasi.
Proses kedua adalah konversi dari at sensor a. Tipe vegetasi
radiance ke at-sensor reflectance, yang Perbedaan tipe vegetasi yang terlihat pada
dimaksudkan untuk mengurangi variabilitas antar perekaman citra merepresentasikan perbedaan
citra. dari jenis vegetasi, perbedaan dari jenis
vegetasi akan menghasilkan biomassa yang
berbeda, hal ini dikarenakan perbedaan
kepadatan volume antar tiap jenis spesies
................................... (2)
pohon umumnya berbeda. Pada proses ini
dimana :
kenampakan yang berbeda diasumsikan
= Nilai pantulan objek pada sensor
memiliki perbedaan tipe vegetasi penyusun
(reflectance at sensor)
-2 -1 -1 mangrove, tipe yang berbeda diasumsikan
L = Nilai radiansi (Wm sr m )
merupakan jenis mangrove yang berbeda.
d = Jarak bumi matahari (unit astronomi)
b. Interpretasi kerapatan vegetasi
{dimana d = 1 0,01674 x cos (0,9856 x
Semakin rapat vegetasi maka kandungan
(JD-4)}
-2 karbon akan semakin besar dan begitu juga
ESUN = Nilai spektral iradiansi matahari (Wm
-1 sebaliknya. Laju fotosintesis pada area vegetasi
m )
0 yang lebih rapat juga semakin tinggi sehingga
S = Sudut puncak matahari (90 Sun
laju perubahan CO2 menjadi biomassa semakin
Elevation)
cepat pada area yang memiliki vegetasi yang
lebih rapat. Penentuan kerapatan vegetasi
Tahap selanjutnya dilakukan koreksi atmosfer
dengan menggunakan nilai indeks dari
relatif, yaitu histogram adjusment atau dark-pixel
transformasi NDVI, transformasi NDVI ini
subtraction, dengan tujuan mengkonversi dari
memiliki rentang nilai antara (-1) hingga (+1).
atsensor reflectance ke atsurface reflectance.
Nilai indeks lebih kecil atau sama dengan 0
menunjukkan awan, air dan tutupan lain selain
BV correction = - bias .................................. (3)
vegetasi. Nilai yang mewakili vegetasi terdapat
pada rentang 0,2 hingga 0,7 dan di atas nilai
Pada proses ini objek air diambil sebagai nilai bias, tersebut menggambarkan tingkat kesehatan
pemilihan objek air didasarkan karena objek air tutupan vegetasi.
memiliki serapan maksimal dalam keadaan c. Interpretasi karakteristik lahan
normal/ideal, apabila objek air dalam keadaan Karakteristik lahan mempengaruhi vegetasi
normal memiliki pantulan spektral yang cukup tinggi yang tumbuh pada daerah tersebut dan juga
maka nilai tersebut dianggap sebagai nilai bias. dapat menyebabkan perbedaan kerapatan.
Faktor tersebut dapat disebabkan karena
Koreksi Geometrik Citra kandungan unsur hara tanah menjadi berbeda.
Keterbukaan/ekspos lokasi baik dengan laut,
Citra Landsat 7 ETM+ dan ALOS yang muara, daratan, atau lokasi yang sering
digunakan dalam penelitian ini belum mengalami tergenang juga dapat berpengaruh terhadap
koreksi geometrik sehingga perlu dilakukan koreksi jenis vegetasi yang tumbuh dan kecepatan
geometrik dengan menggunakan image to image pertumbuhannya. Kawasan hutan mangrove
dengan menggunakan rujukan citra lain yang sudah pada lokasi penelitian merupakan mangrove
terkoreksi secara geometrik. yang tidak berada disepanjang garis pantai
sepeti hutan mangrove pada umumnya, tetapi
Pemrosesan Citra berada pada sepanjang muara sungai. Pada
interpretasi visual dari citra Landsat 7 ETM +
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi karakteristik hutan mangrove digolongkan
Masking (pemotongan citra), interpretasi citra menjadi dua yaitu karakteristik lahan sering
secara visual (Tipe Vegetasi dan Karakteristik tergenang dan karakteristik lahan yang jarang
Lahan) dan secara digital (Kerapatan Tajuk dengan tergenang.
menggunakan transformasi indeks vegetasi NDVI).
3. Indeks Vegetasi
1. Masking (pemotongan citra) Pengolahan citra digital pada citra ALOS
Proses masking dilakukan untuk memisahkan setelah dilakukan koreksi radiometrik dan
daerah penelitian, dalam hal ini Hutan Mangrove geometrik yaitu transformasi Indeks vegetasi,
pada kawasan Segoroanak Taman Nasional Alas dimana nilai yang diperoleh merupakan gabungan
Purwo. dari beberapa spektral band spesifik dari citra untuk
menonjolkan kenampakan vegetasi. Indeks
2. Penyusunan Peta Satuan Lahan Vegetasi adalah pengukuran optis tingkat kehijauan
Peta satuan lahan digunakan sebagai (greenness) kanopi vegetasi, sifat komposit dari
pendekatan dalam penentuan titik sampel klorofil daun, luas daun, struktur dan tutupan kanopi

115
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 113-123

vegetasi (Huete, 2011). Indeks vegetasi yang 1. Pengambilan sampel dengan pendekatan non
digunakan dalam penelitian ini adalah : destructive sampling (alometri).
2. Pendugaan melalui penginderaan jauh.
a. Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) 3. Membangun persamaan regresi berdasarkan
data lapangan untuk menghitung biomassa.
........................................ (4) 4. Penerapan persamaan regresi masing-masing
indeks vegetasi untuk mengetahui kandungan
karbon seluruh kawasan hutan mangrove.
b. Triangular Vegetation Index (TVI) Biomassa yang diukur merupakan biomassa
kering yang kandungan karbonnya diestimasi
(5) general sebesar 46% dari berat total biomassa
kering (Hairiah dan Rahayu, 2007). Persamaan
c. Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) alometri yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan persamaan alometri untuk
.......................... (6) perhitungan biomassa pada hutan mangrove
berdasarkan perbedaan kepadatan kayu antar
dimana :
spesies (Komiyama, 2005, 2008) :
L = 0.5
a. Alometri Biomassa Batang
2 0,931 ........................
W S = 0,0696 (D H) (9)
d. Enhanced Vegetation Index (EVI) (Huete et al.
2002))
b. Alometri Biomassa Ranting
........(7) W T = 0,251 D
2,46
....................... (10)

dimana : c. Alometri Biomassa Daun


1,696
C1 = 6 , W L = 0,135 DB .................... (11)
C2 = 7.5,
L = 1, dan d. Alometri Biomassa Akar
0,899 2,22
G = 2.5 W R = 0,1999 D ............... (12)
Dimana :
e. Simple Ratio (SR) D = Diameter pohon setinggi dada (DBH 1,3 m)
............................................. (8) DB = Diameter pohon pada cabang pertama (cm)
H = Tinggi pohon (m)
= Nilai Kepadatan kayu atau berat kering per
4. Analisis statistik
satuan volume kayu
Data lapangan dibagi menjadi dua yaitu data
(www.worldagroforestrycentre.org)
lapangan untuk membangun persamaan dalam
statistik dan data lapangan untuk uji akurasi.
Penggunaan alometri dibedakan berdasarkan
Pengambilan data lapangan dilakukan pada
batang, ranting, daun dan akar. Hal ini dikarenakan
tanggal 13 hingga 23 Juni 2011 dengan metode
adanya perbedaan reproduksi pada masing-masing
stratified sampling pada setiap satuan pemetaan
jenis spesies mangrove () yang dipengaruhi faktor
(mapping unit) yang terbentuk untuk mengetahui
lingkungan mangrove (Soares, 2005). Data hasil
biomassa pada titik sampel yang ditentukan.
perhitungan karbon pada tiap sampel diolah
Pemilihan lokasi sampel didasarkan pada jumlah
dengan statistik untuk mendapatkan persamaan
satuan pemetaan yang terbentuk yaitu sebanyak 12
korelasi antara nilai karbon lapangan dengan
kelas. Sampel diambil sebanyak 36 titik sampel,
masing-masing indeks vegetasi yang digunakan.
jumlah sampel untuk membangun persamaan
Persamaan yang didapat diterapkan untuk
dalam statistik diambil sebanyak 24 titik sampel
mengestimasi kandungan stok karbon hutan
dengan rincian 2 titik sampel untuk tiap kelas
mangrove secara keseluruhan dengan
satuan lahan, sedangkan sampel untuk uji akurasi
menggunakan Citra ALOS perekaman tahun 2009.
diambil sebanyak 12 titik sampel dengan rincian 1
Selanjutnya masing-masing transformasi indeks
titik sampel untuk setiap kelas satuan lahan.
vegetasi yang digunakan akan dilakukan uji akurasi
Ukuran plot sampel lapangan yang digunakan
2 dengan menggunakan data lapangan untuk uji
sebesar 20 m . 2
akurasi. Setelah diketahui koefisien korelasi (R )
Analisis regresi digunakan untuk membangun
dan akurasi dari masing-masing transformasi
persamaan pada nilai kandungan karbon pada
indeks vegetasi yang digunakan dapat disimpulkan
kerja lapangan yang selanjutnya dibandingkan
indeks vegetasi terbaik untuk mengestimasi stok
dengan transformasi-transformasi yang digunakan.
karbon hutan mangrove.
Proses ini memanfaatkan Citra ALOS sehingga
Analisis statistik yang digunakan adalah
akan menghasilkan citra baru yang mempunyai
analisis korelasi dan analisis regresi. Analisis
nilai dan sebaran karbon untuk setiap pikselnya.
korelasi digunakan untuk mengukur keeratan
Langkah kerja untuk estimasi stok karbon pada
hubungan antara variabel, dimana pada penelitian
penelitian ini terdiri dari :
ini variabel yang digunakan adalah nilai indeks
vegetasi yang digunakan dan nilai kandungan

116
Komparasi Indeks Vegetasi Untuk Estimasi Stok Karbon .................................................................................................... (Frananda, dkk.)

karbon pada masing-masing sampel. Besarnya Data lapangan yang dikumpulkan pada saat
koefisien korelasi bergerak antara -1 sampai 1. kerja lapangan berupa diameter pohon setinggi
Sedangkan analisis regresi digunakan untuk dada atau 130 cm (D/dbh), diameter pohon pada
mengukur seberapa besar variabel bebas mampu cabang pertama (DB), tinggi pohon (H) dan jenis
menjelaskan variabel terikat, dimana yang menjadi spesies mangrove (). Jenis mangrove di kawasan
variabel bebas adalah nilai indeks vegetasi yang hutang mangrove di daerah penelitian terdapat 13
digunakan dan yang menjadi variabel terikat adalah jenis yang teridentifikasi pada saat kerja lapangan
nilai kandungan karbon pada masing-masing yaitu: Rhizopora mucronata, Xylocarpus
sampel. moluccensis, Avicennia lananta, Rhizopora
apiculata, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha,
5. Uji akurasi Bruguiera cylindrica, Avicennia oficinalis,
Proses uji akurasi bertujuan untuk Xylocarpus granatum, Bruguiera sexangula,
membandingkan antara nilai kandungan karbon Avicennia marina, Sonneratia sp, dan Lumnitzera
dugaan atau nilai kandungan karbon yang didapat littorea.
dari persamaan regresi yang telah didapatkan Jenis spesies mangrove kemudian dihitung
masing-masing indeks vegetasi yang dipakai kandungan biomassanya dengan menggunakan
dengan nilai karbon aktual/lapangan, dan dilihat persamaan yang telah dikembangkan oleh
sejauh mana nilai penduga dapat memberikan Komiyama (2005, 2008). Pohon dibagi menjadi 4
ketelitian dalam menduga kandungan nilai karbon. bagian utama yaitu batang, ranting/cabang, daun
Proses uji akurasi menggunakan 12 titik sampel dan akar. Formula yang digunakan untuk 4 bagian
yang mewakili setiap satuan pemetaan yang telah pohon tersebut berbeda-beda. Setelah kandungan
diambil pada saat kerja lapangan dan titik sampel biomassa pohon diketahui maka nilai dari
ini bukan merupakan titik sampel yang digunakan kandungan biomassa tersebut dikonversi menjadi
untuk membangun persamaan regresi. nilai kandungan karbon dengan mengalikan 0,46
Uji akurasi dengan menggunakan tabel atau dapat dikatakan 46% dari kandungan
Standar Error Estimasi dimana hasil yang didapat biomassa merupakan nilai kandungan karbon.
yaitu kandungan karbon bernilai (kurang/lebih),
atau akurasi dari persamaan yang dipakai berada Hasil Analisis Statistik dan Pengolahan Citra
diatas atau dibawah nilai yang didapat dari proses Digital
uji akurasi. Pada proses uji akurasi ini digunakan
hasil persamaan regresi yang telah didapat untuk Pengolahan citra digital pada citra ALOS yang
setiap indeks vegetasi yang dipakai (NDVI, SAVI, meliputi beberapa indeks vegetasi yaitu SR (Simple
SR, TVI, EVI, dan RVI), diterapkan pada titik Ratio), NDVI (Normalized Difference Vegetation
sampel untuk di uji akurasi pada tiap persamaan Index), TVI (Triangular Vegetation Index), SAVI
regresi untuk tiap-tiap indeks vegetasi tersebut (Transformed Vegetation Index), EVI
dengan menggunakan rumus : (Enhanced Vegetation Index), dan RVI (Ratio
Vegetation Index). Input masukan yang digunakan
terhadap 6 alometri indeks vegetasi yang dipakai
....................................................(4) adalah sama yaitu citra reflectance at surface dari
Dimana : ALOS. Peta kandungan karbon kawasan Segoro
SE = Standar Error Estimasi Anak dari masing-masing indeks vegetasi dapat
y = Kandungan Karbon Lapangan dilihat pada Gambar 6, sedangkan hasil uji
y = Estimasi Kandungan Karbon dengan ketelitian disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis
Persamaan Regresi-Korelasi regresi pada masing-masing indeks vegetasi
n = Jumlah Titik Sampel adalah sebagai berikut:
a. Normalized Difference Vegetation Index
HASIL DAN PEMBAHASAN (NDVI)
Berdasarkan hasil analisis regresi antara NDVI
Jumlah sampel sebanyak 36 sampel yang dengan nilai karbon pada lokasi sampel
ditetapkan di awal tidak dapat terpenuhi. Pada saat lapangan sebanyak 21 titik sampel didapat
kerja lapangan peneliti hanya mampu mendapat 33 model persamaan Y = 914.0X - 330, dengan
2
sampel. Pada satuan pemetaan 1, 8 dan 12, nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar
peneliti hanya berhasil mendapatkan 2 sampel 0,61 atau dapat dikatakan 61 % nilai karbon
untuk masing-masing satuan pemetaan tersebut. dapat dijelaskan oleh varibel NDVI, seperti
Jumlah sampel tidak dapat terpenuhi disebabkan ditunjukkan pada Gambar 1. Nilai karbon total
oleh berbagai faktor antara lain sulitnya medan yang didapat dengan menggunakan indeks
hutan mangrove, tidak adanya akses jalan darat vegetasi NDVI ini sebesar 589.225 ton, nilai
pada kawasan hutan mangrove dan pertimbangan karbon rata-rata untuk setiap piksel diketahui
cepatnya pasang-surut air laut pada saat sebesar 4,3431 ton/piksel dan nilai karbon rata-
melakukan pengumpulan data. Hal ini dikarenakan rata untuk setiap meter diketahui sebesar
2
akses untuk masuk ke kawasan hutan mangrove 0,0434 ton/m .
hanya dapat dilakukan melalui sungai.

117
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 113-123

Tabel 1. Hasil uji akurasi.


NDVI SAVI TVI EVI SR
N Karbo
o n (y)
Nilai y y-y Nilai y y-y Nilai y y-y Nilai y y-y Nilai y y-y
589,13 0,867 463,0 126,0 13,01 463,0 13,25 164,8 0,751 448,9 140,1 502,0
1 126,1 424,3 14,11 87,09
7 7 8 5 6 4 5 4 2 5 9 4
680,73 0,872 467,2 213,4 13,08 467,2 213,4 15,65 498,1 182,5 0,846 168,7 519,6 161,1
2 512 14,66
7 3 8 5 5 4 9 4 8 5 2 4 2 1
487,39 0,895 488,1 13,42 488,1 14,59 465,4 0,814 490,7 18,07 629,9
3 -0,78 -0,74 21,9 -3,34 -142,5
8 2 7 7 3 2 9 2 3 7 2
451,46 0,906 498,4 13,59 498,3 15,16 483,1 0,847 512,5 20,35
4 -46,95 -46,9 -31,69 -61,09 703,6 -252,1
4 4 1 5 6 5 4 1 5 8
353,39 0,854 451,3 12,82 451,3 15,34 488,7 487,9 12,78 458,9
5 -98 -97,95 -135,3 0,81 -134,5 -105,5
4 9 9 4 4 7 5 1 4 8
696,23 494,3 201,8 13,52 494,3 201,8 17,10 542,7 153,4 0,926 565,0 131,2 19,40 672,6
6 0,902 23,55
4 9 4 9 5 8 1 6 7 1 1 2 1 8
539,48 209,2 209,2 255,5 0,431 236,7 171,2
7 0,59 -155,3 0,885 -155,2 7,777 -201,6 -182,8 3,878 -117,3
6 5 2 7 5 6 8
240,19 0,794 11,92 396,3 11,73 377,5 0,654 384,9 87,44 328,4
8 396,4 -156,2 -156,1 -137,3 -144,7 -88,2
6 8 1 6 7 6 7 2 3 7
141,25 0,727 335,1 10,91 335,1 12,44 399,2 0,636 372,9 63,46 251,0
9 -193,9 -193,8 -258 -231,6 -109,7
9 8 7 6 3 2 7 7 4 5 2
330,59 0,797 398,7 17,86 71,07 259,5 0,163 58,82 271,7 88,67 332,4
10 -68,15 1,196 398,7 -68,11 -1,85
9 3 4 7 2 3 3 7 7 5 5
245,71 0,868 463,5 13,02 463,5 13,94 445,5 0,772 463,2 14,17 504,0
11 -217,8 -217,8 -199,8 -217,5 -258,3
6 2 7 4 2 6 8 8 4 9 1
523,39 0,895 488,2 13,42 488,2 14,65 467,3 0,820 494,8 630,6
12 35,1 35,15 56,07 28,52 18,1 -107,2
6 3 9 9 4 2 2 4 7 6
Total -360,2 -360,2 -125,5 -235,2 -911,3
Standar Error Estimasi 114,1 113,9 39,7 74,4 288,2
Sumber : Pengolahan Data Lapangan, 2011

Dimana :
y = Kandungan karbon lapangan
y = Estimasi kandungan karbon dengan persamaan regresi-korelasi
Nilai = Nilai indeks yang digunakan

b. Triangular Vegetation Index (TVI) lapangan sebanyak 21 titik sampel didapat


Berdasarkan hasil analisis regresi antara TVI model persamaan Y = 663.6X - 49.60, dengan
2
dengan nilai karbon pada lokasi sampel nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar
lapangan sebanyak 21 titik sampel didapat 0,71 atau dapat dikatakan 71% nilai karbon
model persamaan Y = 30.80X + 16.04, dengan dapat dijelaskan oleh varibel EVI, seperti
2
nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar ditunjukkan pada Gambar 4. Nilai karbon total
0.62 atau dapat dikatakan 62 % nilai karbon yang didapat dengan menggunakan indeks
dapat dijelaskan oleh varibel TVI, seperti vegetasi EVI ini sebesar 600.569 ton, nilai
ditunjukkan pada Gambar 2. Nilai karbon total karbon rata-rata untuk setiap piksel diketahui
yang didapat dengan menggunakan indeks sebesar 4,3669 ton/piksel dan nilai karbon rata-
vegetasi TVI ini sebesar 583.981 ton, nilai rata untuk setiap meter diketahui sebesar
2
karbon rata-rata untuk setiap piksel diketahui 0,0436 ton/m .
sebesar 4,2409 ton/piksel dan nilai karbon rata- e. Simple Ratio (SR)
rata untuk setiap meter diketahui sebesar Berdasarkan hasil analisis regresi antara SR
2
0,0424 ton/m . dengan nilai karbon pada lokasi sampel
c. Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) lapangan sebanyak 21 titik sampel didapat
Berdasarkan hasil analisis regresi antara SAVI model persamaan Y = 32,3X + 46,03, dengan
2
dengan nilai karbon pada lokasi sampel nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar
lapangan sebanyak 21 titik sampel didapat 0,75 atau dapat dikatakan 75% nilai karbon
model persamaan Y = 609.3X - 330, dengan dapat dijelaskan oleh varibel SR (lihat pada
2
nilai koefisien determinasi (R ) yaitu sebesar Gambar 5). Nilai karbon total yang didapat
0.61 atau dapat dikatakan 61 % nilai karbon dengan menggunakan indeks vegetasi SR ini
dapat dijelaskan oleh varibel SAVI, seperti sebesar 662.212 ton, nilai karbon rata-rata
ditunjukkan pada Gambar 3. Nilai karbon total untuk setiap piksel sebesar 4,7889 ton/piksel
yang didapat dengan menggunakan indeks dan nilai karbon rata-rata untuk setiap meter
2
vegetasi SAVI ini sebesar 589.168 ton, nilai diketahui sebesar 0,0478 ton/m . Berdasarkan
karbon rata-rata untuk setiap piksel diketahui hasil analisis korelasi-regresi untuk setiap
sebesar 4,2409 ton/piksel dan nilai karbon rata- variabel indeks vegetasi yang digunakan, SR
rata untuk setiap meter diketahui sebesar merupakan indeks vegetasi yang memiliki nilai
2 2
0,0424 ton/m . koefisien determinasi (R ) paling besar yaitu
d. Enhanced Vegetation Index (EVI) sebesar 0,75, sedangkan NDVI merupakan
Berdasarkan hasil analisis regresi antara EVI indeks vegetasi yang memiliki nilai koefisien
2
dengan nilai karbon pada lokasi sampel determinasi (R ) paling kecil yaitu sebesar 0,61.

118
Komparasi Indeks Vegetasi Untuk Estimasi Stok Karbon .................................................................................................... (Frananda, dkk.)

Gambar 1. Grafik hubungan antara NDVI Gambar 5. Grafik hubungan antara SR dengan
dengan karbon. karbon.

Hasil analisis regresi terhadap titik sampel


lapangan untuk uji akurasi pada Tabel 1 diketahui
RMSE untuk indek vegetasi yang dipakai. Indeks
vegetasi yang memiliki RMSE terbaik adalah TVI
sebesar 39.70762 ton/ha, diikuti EVI sebesar
74.40139 ton/ha, SAVI sebesar 113.9104 ton/ha,
NDVI sebesar 114.068 ton/ha, dan SR sebesar
288.1775. Nilai akurasi rata-rata untuk semua
indeks vegetasi yang digunakan sebesar 120,53
ton/ha.
Pada Tabel 2 ditampilkan perbandingan dari
2
formula yang dipakai, koefisien determinasi (R )
Gambar 2. Grafik hubungan antara TVI dan akurasi dari masing-masing indeks vegetasi
dengan karbon. yang digunakan. Dapat dilihat tidak ada hubungan
antara koefisien determinasi dengan akurasi yang
didapatkan, sehingga akurasi indeks vegetasi yang
tinggi tidak menggambarkan koefisien determinasi
yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya.

Tabel 2. Perbandingan indeks yang digunakan.


2
Transformasi R Akurasi (RMSE)
NDVI 0,61 114,1
TVI 0,62 39,7
SAVI 0,61 113,9
EVI 0,71 74,4
SR 0,75 288,2
Sumber : Pengolahan Data Lapangan, 2011
Gambar 3. Grafik hubungan antara SAVI
dengan karbon. Transformasi TVI dan EVI menggunakan
panjang gelombang lain selain red dan NIR
dalam formulanya yaitu green pada transformasi
TVI dan blue pada transformasi EVI, penggunaan
panjang gelombang yang lebih banyak dalam
formulanya dapat menghasilkan koefisien regresi
2
(R ) dan akurasi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan transformasi NDVI, SAVI dan SR yang
hanya menggunakan perbandingan dua panjang
gelombang yaitu red dan NIR.
Konsistensi dari masing-masing indeks
vegetasi terhadap level koreksi radiometrik dapat
berbeda, beberapa indeks vegetasi memiliki
akurasi yang baik dan konsisten pada berbagai
Gambar 4. Grafik hubungan antara EVI dengan level koreksi radiometrik dalam pemetaan karbon,
karbon. NDVI merupakan indeks vegetasi yang paling
sering digunakan untuk berbagai kajian ekologis,
NDVI merupakan indikator jumlah kehijauan
vegetasi (Domenikiotis et al., 2003).

119
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 113-123

a. Metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

b. Metode Triangular Vegetation Index (TVI)

Gambar 6. Peta kandungan karbon kawasan Segoro Anak dari masing-masing indeks vegetasi

120
Komparasi Indeks Vegetasi Untuk Estimasi Stok Karbon .................................................................................................... (Frananda, dkk.)

c. Metode Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI)

d. Metode Enhanced Vegetation Index (EVI)

Gambar 6. Peta kandungan karbon kawasan Segoro Anak dari masing-masing indeks vegetasi

121
Majalah Ilmiah Glob Volume 17 No. 2 Desember 2015: 113-123

e. Metode Simple Ratio (SR))

Gambar 6. Peta kandungan karbon kawasan Segoro Anak dari masing-masing indeks vegetasi

NDVI bukan terbaik untuk mengestimasi biomassa cenderung meningkat semakin ke arah
karbon, namun memiliki akurasi yang relatif dalam. Variasi dapat disebabkan kondisi lingkungan
konsisten pada berbagai tingkat koreksi radiometrik yang berbeda seperti faktor endapan atau lumpur
(Wicaksono et al., 2011). Pada fenomena yang lebih tinggi semakin kearah hulu dan
seasonality hasil perbandingan antara pemanfaatan perbedaan salinitas antar wilayah (Mitra, 2011).
NDVI dan EVI menunjukkan bahwa EVI relatif lebih Tahapan penelitian yang telah dilakukan yaitu
sensitif terhadap seasonality dibandingkan dengan membangun persamaan regresi korelasi untuk
NDVI (Fereira et al., 2003). mencari hubungan antara kandungan karbon
Keadaan geografis dari ekosistem hutan dilapangan dengan indeks vegetasi yang
mangrove yang terletak pada daerah peralihan digunakan sampai dengan uji akurasi dari titik
antara darat dan perairan/laut dapat menjadi faktor sampel lapangan, peneliti mengetahui indeks
yang mempengaruhi panjang gelombang dalam vegetasi EVI dan TVI merupakan indeks yang
formula masing-masing indeks yang digunakan, memiliki hubungan korelasi tinggi dan memiliki
pada blue dan green yang lebih peka terhadap akurasi yang terbaik bila dibandingkan dengan
objek air bila dibandingkan dengan red dan NIR, indeks vegetasi yang lain untuk mengestimasi
menjadikan tranformasi EVI dan TVI lebih baik bila kandungan karbon hutan mangrove. Peneliti sangat
dibandingkan dengan transformasi yang hanya menyarankan indeks vegetasi EVI dan TVI
menggunakan red dan NIR dalam formulanya. sebaiknya digunakan untuk mengestimasi
Biomassa hutan mangrove bervariasi terkait kandungan biomassa/karbon hutan mangrove
usia, jenis yang dominan, dan lokasinya. Pada dalam penelitian-penelitian sejenis dikemudian hari.
kawasan hutan mangrove primer seperti kawasan Pemilihan indeks vegetasi yang tepat sangat
Segoro Anak ini, kandungan biomassa cenderung membantu dalam menginventarisasi hutan
rendah pada daerah dekat laut dan kandungan mangrove.
vegetasi. Hal ini dikarenakan beberapa indeks
KESIMPULAN vegetasi memiliki akurasi yang baik/konsisten pada
berbagai level koreksi radiometrik dalam pemetaan
Berdasarkan penelitian dapat ditarik dan ada yang tidak memiliki akurasi yang baik/tidak
kesimpulan bahwa Indeks vegetasi EVI dan TVI konsisten (Wicaksono et al., 2011)
merupakan indeks yang memiliki hubungan korelasi
dan akurasi terbaik yaitu dengan nilai koefisien UCAPAN TERIMA KASIH
2
determinasi (R ) sebesar EVI = 0,72 dan TVI =
0,63, dan juga memiliki akurasi sebesar EVI = Penulis menyampaikan terima kasih kepada
74.40139 ton/ha dan TVI = 39.70762 ton/ha bila Bapak Prof. DR. Hartono, DEA, DESS, Bapak Drs.
dibandingkan dengan indeks vegetasi yang lain. Retnadi Heru Jatmiko, M.Sc, dan Bapak Projo
Level koreksi radiometrik yang digunakan dapat Danoedoro, M.Sc, Ph.D yang telah banyak
2
mempengaruhi hasil koefisien determinasi (R ) dan membantu penulis dalam penelitian ini, disela-sela
akurasi dari masing-masing transformasi indeks kesibukan dan rutinitasnya namun tetap

122
Komparasi Indeks Vegetasi Untuk Estimasi Stok Karbon .................................................................................................... (Frananda, dkk.)

meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, JAXA, (2006). ALOS; User Handbook. Earth Observation
dorongan, saran dan arahan sejak rencana Research Centre. Japan Aerospace Exploration
penelitian hingga selesainya penelitian ini. Agency.Japan
Komiyama, A., Poungparn, S., & Kato, S. (2005).
Common allometric equations for estimating the
DAFTAR PUSTAKA tree weight of mangroves. Journal of Tropical
Ecology, 21(04), 471-477.
Domenikiotis, C., Loukas, A., & Dalezios, N. R. (2003). Komiyama, A., Ong, J. E., & Poungparn, S. (2008).
The use of NOAA/AVHRR satellite data for Allometry, biomass, and productivity of mangrove
monitoring and assessment of forest fires and forests: A review. Aquatic Botany, 89(2), 128-137.
floods. Natural Hazards and Earth System Kusmana, C.1996. Nilai Ekonomis Hutan Mangrove.
Science, 3(1/2), 115-128. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Media Konservasi
Ferreira, L. G., Yoshioka, H., Huete, A., & Sano, E. E. Vol. V No. (1) ; 17-24.
(2003). Seasonal landscape and spectral vegetation Mitra, A., Sengupta, K., & Banerjee, K. (2011). Standing
index dynamics in the Brazilian Cerrado: An biomass and carbon storage of above-ground
analysis within the Large-Scale Biosphere structures in dominant mangrove trees in the
Atmosphere Experiment in Amaznia Sundarbans. Forest ecology and
(LBA). Remote Sensing of Environment, 87(4), 534- management, 261(7), 1325-1335.
550. Soares, M. L. G., & Schaeffer-Novelli, Y. (2005). Above-
Giri, C., Ochieng, E., Tieszen, L. L., Zhu, Z., Singh, A., ground biomass of mangrove species. I. Analysis of
Loveland, T., ... & Duke, N. (2011). Status and models. Estuarine, Coastal and Shelf
distribution of mangrove forests of the world using Science, 65(1), 1-18.
earth observation satellite data. Global Ecology and Walhi. (2010). Hutan Mangrove: Laju Kerusakan di
Biogeography,20(1), 154-159. Lampung Sulit diredam.
Hairiah, K dan Rahayu, S. (2007). Pengukuran Karbon http://www.walhi.or.id/in/ruang-media/walhi-di-
Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan media/1048-hutan-mangrove-laju-kerusakan-di-
Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre ICRAF, lampung-sulit-diredam. (10 12 2010)
SEA Regional Office, University of Brawijaya, Wicaksono, P., Danoedoro, P., Hartono, H., Nehren, U.,
Unibraw, Indonesia. & Ribbe, L. (2011, October). Preliminary work of
Huete, A., Didan, K., Leeuwen, W.V., Miura, T., Glenn, E. mangrove ecosystem carbon stock mapping in
(2011). MODIS Vegetation Indices. Land Remote small island using remote sensing: above and below
Sensing and Global Environmental Change. ground carbon stock mapping on medium resolution
Springer. New York satellite image. Proceedings of SPIE: Vol. 8174.
Huete, A., Didan, K., Miura, T., Rodriguez, E. P., Gao, X., Remote sensing for agriculture, ecosystems, and
& Ferreira, L. G. (2002). Overview of the radiometric hydrology XIII. International Society for Optics and
and biophysical performance of the MODIS Photonics.
vegetation indices. Remote sensing of
environment, 83(1), 195-213.

123

You might also like