You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah media dalam mendidik dan
mengembangkan peotensi-potensi kemanusiaan yang primordial. Pendidikan
sejatinya adalah gerbang untuk mengantar umat manusia menuju peradaban yang
lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan
manusia, lingkungan, dan sang pencipta. Pendidikan adalah sebuah ranah yang
didalamnya melibatkan dialektika interpersonal dalam mengisi ruang-ruang
kehidupan; sebuah ranah yang menjadi pelita bagi perjalanan umat manusia, masa
lalu, masa kini, dan masa akan datang.
Pendidikan dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk
mengantarkan kegiatan pendidikan kearahtujuan yang dicita-citakan.
Bagaimanapun baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan islam, ia tidak
berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam
mentransformasikannya kepada peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar-dasar pelaksanaan pendidikan?
2. Bagaimana pengelompokan anak didik untuk keperuan pendidikan?
3. Bagaimana pengelompokan anak didik untuk keperluan penyelenggaran
pembelajaran?

C. Manfaat Penulisan Makalah


1. Bagi para pembaca maupun penulis, makalah ini dapat sebagai sarana
untuk menambah wawasan tentang Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan.
2. Mengetahui dasar-dasar pelaksanaan pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan dilihat dari 3 aspek, yaitu :
A. Aspek Biologis
Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak ada faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
Anak memiliki sifat sifat genetik yang merupakan kombinasi kedua orang tuanya.
Setelah berhubungan dengan masyarakat menjadilah orang/anak yang
menginternalisasi nilai-nilai dalam masyarakat.
a. Faktor Hereditas
Faktor hereditas merupakan faktor yang muncul pada tiap orang yang
didapat (diwarisi) dari orang tua dalam wujud sifat-sifat genetis. Faktor hereditas
pada perkembangan anak bersifat alami (dari orang tua).
Contohnya : bakat, prestasi, intelektual, ciri fisik, dll.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan alam sosial yang mempengaruhi individu).
Contohnya : pada faktor lingkungan proses perkembangan didasarkan pada
lingkungan sebagai alat yang digunakan untuk mengarahkan perkembangan.
Peran kedua faktor tersebut berbeda-beda pada tiap contoh kasus yang berbeda
pula.
Hal tersebut telah disebutkan Seifert dan Hoffnung (1991) pada
perkembangan dan belajar peserta didik, sejak awal tahun 1980an ada
kecenderungan para ahli untuk lebih menerima pentingnya pengaruh genetika
(hereditas) terhadap perbedaan individu yang terjadi dalam perkembangan.
Namun data yang sama dari penelitian-penelitian genetik yang dilakukan,
memberikan bukti yag mendukung pentingnya pengaruh lingkungan. Hal ini
sebabkan karena perilaku-perilaku kompleks yang menjadi kepedulian para
peneliti memang dipengaruhi baik oleh faktor keturunan maupun oleh faktor
lingkungan.
Perkembangan fisik anak terus berlangsung pada masa usia sekolah.
Begitu pula perkembangan perseptual anak terus mengalami penajaman dan
penghalusan. Perkembangan biologis dan perseptual anak memiliki keterjalinan

2
dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya, permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak
negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainya. Dengan demikian pendidik
harus benar-benar memberikan perhatian yang cukup terhadap aspek
perkembangan fisik dan perseptual anak. Pemahaman kita tentang karakteristik
perkembangan fisik anak serta faktor yang mempengaruhinya membawa implikasi
praktis bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Implikasi tersebut khususnya
berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum, pemeliharaan
kesehatan dan nutrisi anak, penjaskes serta penciptaan lingkungan dan
pembiasaan perilaku sehat.
B. Aspek Sosiologis
Merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di
dalam sistem pendidikan.
Ruang lingkupnya meliputi empat bidang, yaitu :
a. Hubungan sistem pendidikan dan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
- Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
- Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
- Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan
perubahan kebudayaan
- Hubungan pendidikan dengan kelas sosial/ sistem status
- Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras,
kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat
b. Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :
- Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan
di luar sekolah
- Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah
c. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari :
- Peranan sosial guru
- Sifat kepribadian guru
- Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
- Fungsi sekolah dalam sosialiasasi anak-anak

3
d. Sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lainnya, yang meliputi:
- Analisa tentang proses pendidikan
- Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikan
- Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi
sekolah
C. Aspek Psikologis
Kajian psikologis yang erat kaitannya dengan pendidikan adalah yang
berkaitan dengan kecerdasan, berpikir dan belajar.
Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan umum (intelegensi) dan kecerdasan
dalam bidang lain (bakat).
Jean Piaget berpendapat bahwa kecerdasan merupakan internalisasi
pengalaman, maksudnya pembentukan kecerdasan dapat dilakukan dengan
menciptakan kondisi lingkungan, kesempatan, dan iklim emosi yang
memungkinkan individu untuk memperoleh pengalaman tertentu.

Ada dua komponen mendasar yang membedakan individu secara


psikologis dalam dunia ilmu pendidikan, yaitu
Minat
Minat sangat berkaitan dengan masalah bahan ajar, alat ajar, situasi, kondisi, serta
guru.
Kemandirian
Kemandirian seseorang bergantu pada upaya membebaskan diri dari
ketergantungan pada bantuan orang lain, menumbuhkan keberanian, dan rasa
percaya diri.
D. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Beberapa pasal dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional secara implisit menghendaki adanya penjaminan mutu
pendidikan dijalankan untuk memastikan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan
kebijakan yang telah digariskan. Klausul-klausul yang terkait mutu berikut
evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan menjelaskan hal-hal berikut:

4
Pasal 1 angka (1 dan 21):
a. Ayat (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
b. Ayat (21), evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikikan pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 35 ayat (1 - 3):
a. Ayat (1), standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
kelulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
b. Ayat (2), standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
c. Ayat (3), pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan
pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standardisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
Pasal 40 ayat (2):

Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:


1. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis;
2. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
3. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

5
Pasal 41 ayat (1):
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan
pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu
Pasal 50 ayat (1, 2, 3, dan 5):
a. Ayat (1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab
Menteri.
b. Ayat (2), pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
c. Ayat (3), pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
d. Ayat (5), pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
Pasal 58 ayat (1 dan 2):
a. Ayat (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
b. Ayat (2), evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan
sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
Pasal 59 ayat (1 dan 2):
a. Ayat (1), pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap
pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
b. Ayat (2), masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga
yang mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana dimaksudkan pasal 58.

4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan yaitu :
Pasal 91 ayat (1, 2, dan 3)
a. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan.

6
b. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan.
c. Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu
yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
5 Renstra Kemdikbud 2015-2019 yaitu :
Visi: terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang
berkarakter dengan berlandaskan gotong royong
Misi

1. Mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat


2. Mewujudkan akses yang meluas dan merata
3. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu
4. Mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa
5. Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan
pelibatan publik

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia,dan hasilnya tidak segera tampak.
Diperlukan satu generasi untuk melihat hasil akhir dari pendidikan itu, apabila
terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan,pada umumnya sudah terlambat
untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang
dan dilasanakan secermat mungkin dengan memperhatikan dasar-dasar
pelaksanaan pendidikan.

B. Saran
Melalui adanya pendidikan, anak akan dibekali dengan penalaran, keterampilan,
dan sikap makarya, sehingga anak mampu berkembang dengan lebih baik. kami
berharap pemerintah memberikan sarana dan prasara pendidikan yang lebih baik,
agar anak dari usia dini terbekali dengan pendidikan yang layak untuk mereka di
hari esok

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Anggota IKAPI. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Fokusmedia
Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen."
Jilid Satu. IPB Press, Bogor.
Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras

You might also like