You are on page 1of 24

DAFTAR PUSTAKA

Effendy. (2014) manfaat penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan. Jakarta:


EGC

Gunarso. (2014). Konsep Minat. Yogyakarta: Salemba Medika

Hurlock. (2011). Cara meningkatkan minat pada responden saat penyuluhan.


Jakarta: Balita Pustaka

Marcovic. (2008). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates

Naili, R. (2012). Audiovisual salah satu bentuk prnyuluhan yang efektif. Jakarta:
Balita Pustaka

Notoadmojo. (2007). Metode penyuluhan yang efektif dalam meningkatkan


pengetahuan sikapdan perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Musa. (2010). Macam minat pada setiap orang berbeda. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sukaca. (2009). Kanker serviks tercatat kanker mematikan no 2 setelah kanker


payudara. Jakarta: EGC

Rasjidi, I. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC

Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka

_________ (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak Dini


www.mediahidupsehat.com [diakses tanggal 13 Juni 2015]

________(2010). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif


ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging

_______. (2009). Penanganan kanker serviks dan kanker payudara pada


perempuan. Jakarta: Rineka Cipta

Tilong. (2012) Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada
Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2

Ulfah. (2009). Kanker serviks dan perjalanan penyakitnya.Jakarta: Rineka Cipta


Lampiran 1 Rencana kegiatan penelitian

RENCANA JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN USULAN PENELITIAN


DAN SKRIPSI

No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus


1 Pembuatan surat survey
2 Melaksanakan survey
3 Penyusunan BAB 1
4 Penyusunan BAB 2
5 Penyusunan BAB 3
6 Penyusunan BAB 4
8 Ujian proposal
9 Revisi dan pengesahan proposal
10 Penelitian dan pengolahan data
11 Penyusunan BAB 5
12 Penyusunan BAB 6
13 Acc BAB 5 dan 6
14 Ujian sidang skripsi
Lampiran 2: HALAMAN INFORM CONSENT

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

Kepada, Yth. :

Di

Tempat

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul


Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Audiovisual Tentang
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Terhadap Minat Ibu
Melakukan IVA Di BPM Ny T Amd.Keb Dsn Padangan
Desa Padangasri Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto
Tahun 2017, saya mohon dengan hormat Ibu / Saudara berkenan
memberikan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
penelitian tersebut diatas. Apabila / Ibu / Saudara terlibat dalam
penelitian dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah
disediakan (Informed Consent).

Kediri, Juni 2017

Hormat saya

RAFIKA WAHYU AMDARI


NIM. 16617515
Lampiran 3: HALAMAN PERSETUJUAN

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Setelah mendapat keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan


penelitian yang berjudul Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Audiovisual
Tentang Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Terhadap Minat Ibu Melakukan
IVA Di BPM Ny T Amd.Keb Dsn Padangan Desa Padangasri Kecamatan
Jatirejo Kabupaten Mojokerto Tahun 2017. Menyatakan setuju / tidak setuju
*) diikutsertakan dalam penelitian dengan catatan apabila sewaktu-waktu merasa
dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya
percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiannya.

Kediri, Juni 2017

Responden

( )

*) coret yang tidak perlu


Lampiran 4: Kuisioner

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT


(IVA) DENGAN METODE AUDIOVISUAL TERHADAP MINAT IBU
MELAKUKAN IVA DI BPM Ny T Amd.Keb DSN PADANGAN
DESA PADANGASRI KECAMATAN JATIREJO
KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN 2017

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur :

Riwayat kanker dalam keluarga :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Penghasilan :

Minat
Ket:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1 Seorang melakukan IVA apabila terdapat gejala yang


mencurigakan dalam tubuh khususnya organ reproduksi

2 Apabila hasil IVA menunjukkan ada kelainan dalam


leher rahim, maka tindakan yang harus diambil adalah
memastikan kembali dengan melakukan pemeriksaan
ulang

3 IVA dapat membentu mencegah kematian akibat kanker


serviks

4 Wanita yang belum aktif secara seksual bisa melakukan


IVA

5 Untuk melakukan pemeriksaan IVA dibutuhkan biaya


yang banyak

Setiap wanita memiliki peluang yang besar untuk


terserang kanker serviks

6 IVA adalah pemeriksaan yang hanya mendeteksi ada


atau tidaknya kanker serviks

7 Wanita hamil boleh melakukan IVA

8 IVA hanya dilakukan dirumah sakit tertentu yang


memiliki fasilitas yang lengkap

9 Pemberian bedak di daerah vagina justru memperbesar


faktor risiko kanker serviks

10 Pembersih organ reproduksi yang mengandung


antiseptik dan deodorant dapat membantu mencegah
kanker serviks

11 IVA tidak boleh dilakukan pada masa menstruasi


PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

No. Pernyataan Pilihan Jawaban

1 Apakah anda sudah pernah a. Ya


melaksanakan pemeriksaan deteksi dini b. Tidak
kanker serviks?

2 Kapan pertama kali anda melakukan Tuliskan


pemeriksaan deteksi dini kanker serviks?

3 Berapa kali anda melakukan Tuliskan


pemeriksaan deteksi dini kanker serviks?

4 Jika anda sudah pernah, dimana anda a. Rumah sakit


melakukan pemeriksaan? b. Puskesmas
c. Praktek dokter/bidan
d. Laboratorium
e. Lainnya.
5 Apakah anda pernah memperoleh hasil a. Ya
adanya kelainan pada serviks melalui b. Tidak
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks?
Lampiran 5 :SOP

PENGARUH PENYULUHAN MENGGUNAKAN AUDIOVISUAL TENTANG


INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) TERHADAP MINAT IBU
MELAKUKAN IVA DI BPM NY T AMD.KEB DSN PADANGAN
DESA PADANGASRI KECAMATAN JATIREJO
KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2017

PEMERIKSAAN IVA

No Aspek yang Di Nilai Nilai

0 1 2 3

1 Pengertian

Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam


asetat 3-5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan
melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan
olesan (Laras, 2009)

2 Tujuan

Untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia

3 Indikasi

a. Semua wanita yang berusia antara 30-45 tahun dan sudah


menikah
b. Wanita yang menikah di usia dini dan melakukan
senggama dibawah 20 tahun
c. Wanita yang melahirkan lebih dari 3 kali
d. Wanita yang memakai alat kontraspsi lebih dari 5 tahun
terutama IUD dan kontrasepsi hormonal
e. Wanita yang mengalami perdarahan setiap hubungan
seksual dan mengalami keputihan atau gatal pada vagina
f. Wanita multipartner seks (Anna, 2008)
4 Persiapan alat dan bahan

a. Spekulum cocor bebek


b. Kapas lidi
c. Asam asetat 3%
d. Gel
e. Air DTT
f. Tissue bokong
g. Bengkok
h. Tapontang
i. Kapas
j. Lampu obgine
k. Tempat sampah
l. APD (celemek, s. Tangan dan masker)
5 Persiapan lingkungan

a. Tutup tirai
b. Menjaga privasi klien
6 Persiapan Pasien

Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan:

a. Menjelaskan dengan singkat tujuan dilakukan papsmear


b. Menjelaskan dgn singkat prosedur pemeriksaan
papsmear & persiapan pasien
c. Mempersilahkan pasien ketempat pengambilan (Gyn-
bed) setelah mendapat informed consent
7 Pengambilan specimen

a. Pasien posisi litotomi tutup dan melakukan vulva toilet


b. Memasang kain steril (duk berlubang) dan speculum
c. Melakukan apusan servical dengan cara yang benar
d. Mengoleskan apusan pada kaca obyek serta fiksasi
dengan alkohol 95 % atau dryfix sesuai prosedur
e. Memberi label
f. Menulis pengantar permintaan papsmear
8 Menjelaskan hasil papsmear

Menjelaskan hasil papsmear kepada pasien


Lampiran 5: SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kanker Serviks


Sasaran :
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu :

1. Tujuan Instruksional umum

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :

a. Menyebutkan pengertian kanker serviks


b. Menyebutkan penyebab kanker serviks
c. Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
d. Mengetahui deteksi dini kanker serviks
e. Menyebutkan stadium dari kanker serviks
f. Menyebutkan penatalaksanaan kanker serviks
g. Mengetahui cara pencegahan kanker serviks

3. Materi
a. Pengertian kanker serviks
b. Penyebab kanker serviks
c. Tanda dan gejala kanker serviks
d. Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks
e. Stadium kanker serviks
f. Pencegahan kanker serviks
g. Penatalaksanaan kanker serviks
4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
5. Media
a. LCD
b. Laptop
c. Leaflet

6. Pengorganisasian
Pembimbing Klinik :
Pembimbing Pendidikan :
Penyaji :
Moderator :
Observer :
Fasilitator :

7. Job Description
Moderator : Mengarahkan jalannya acara
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab
pertanyaan
8. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan pembukaan yang
salam disampaikan oleh
2. Memperkenalkan diri moderator.
3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan
5. Menyampaikan kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik
1. Menggali pengetahuan peserta tentang tehadap materi yang
kanker serviks disampaikan.
2. Menjelaskan tentang pengertian kanker
serviks
3. Menyebutkan penyebab kanker serviks
4. Menyebutkan tanda dan gejala kanker
serviks
5. Menjelaskan tentang deteksi dini kanker
serviks
6. Menjelaskan tentang stadium kanker serviks
7. Menjelaskan yang harus dilakukan/
penatalaksanaan kanker serviks
8. Menjelaskan tentang pencegahan kanker
serviks
3 20 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya tentang materi yang kurang dipahami
3 15 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan dan reinforcement
kepada peserta yang dapat menjawab
pertanyaan
4 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
1. Mempersilahkan fasilitator dari seksama dan menjawab
pembimbing klinik dan pembimbing salam
akademik untuk menambahkan ataupun
menjelaskan kembali jawaban pertanyaan
peserta yang belum terjawab.
2. Menjelaskan kesimpulan dari materi
penyuluhan
3. Ucapan terima kasih
4. Salam penutup
Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara
aktif dalam diskusi
Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan,
mengevaluasi jalannya penyuluhan
9. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir ditempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di BPM Ny T Amd.Keb
Dsn Padangan Desa Padangasri Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
c. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan
tujuan khusus
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
KANKER SERVIK

PENGERTIAN
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang leher rahim, maksudnya
kanker yaitu tumor ganas dan terjadi di serviks, sedangkan serviks sendiri adalah
bagian dari uterus yang menonjol ke vagina. Kanker serviks berkembang ketika
sel yang abnormal dalam serviks mulai membelah diri tanpa terkendali (Faizah,
2010)
Sedangkan menurut Samadi (2011) kanker serviks adalah kanker yang
tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari
lapisan terluar serviks
Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau
Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai presentase yang cukup tinggi
dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7%. Kanker serviks adalah
salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita (Adi,
2012)
PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan
bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel
abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan
sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh
(metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah
infeksi virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks
berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe
resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi
menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
FAKTOR RISIKO KANKER LEHER RAHIM
1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seksual
Melakukan hubungan seksual pada usia muda berpengaruh terhadap
terjadinya kanker servik.Wanita penderita kanker servik melakukan hubungan
seksual pertama kali antara umur 15-19 tahun.Umur pertama kali hubungan
seksual merupakan salah satu faktor yang cukup penting.Dimana semakin
muda seoerang wanita melakukan hubungan seksual semakin besar resiko
yang harus ditangguanya,karena terjadinya kanker servik dengan masalah
laten kanker servik memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan
seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari
mula proses munculnya kanker servik pada wanita.
2. Paritas
Kanker servik banyak ditemukan pada paritas tinggi,tetapi tidak jelas
bagaimana hubungan jumlah persalinan dengan kejadian kanker servik, karna
pada wanita yang tidak melahirkan juga dapat terjadi kanker servik.
3. Ganti Pasangan
Wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia <20 tahun atau
mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko untuk terjadi
kanker servik. Bergantian pasangan dalam hubungan seksual memperbesar
kemungkinan terinfeksi Human papilloma virus.
4. Merokok
Tembakau mengandung bahan karsinogen baik yang dihisap pada getah
servik 56x lebih tinggi dibandingkan pada serum. Efek langsung bahan
tersebut pada leher rahim akan menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiap hari
resiko untuk terkena kanker adalah 7x dibanding orang yang tidak merokok.
Atau bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah
14x dibanding orang yang tidak merokok. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko
untuk terkena kanker servik.
5. Infeksi
Penyebab utama kanker servik adalah infeksi vurus human papilloma
virus (Sarwono, 2010).
GEJALA DAN TANDA
Tanda dan gejala kanker servik mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda
dini yang tidak spesifik seperti secret vagina yang agak berlebihan dan terkadang
disertai dengan bercak perdarahan.Gejala umum yang sering terjadi berupa
perdarahan pervaginam (pasca senggama,perdarahan di luar haid) dan keputihan
Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang
berbau busuk, nyeri punggung, nyeri pinggang dan panggul,sering berkemih,
buang air kecil atau besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri
pinggang, edema kaki unilateral, dan obstuksi ureter (Sarwono, 2010).

SKRINING DAN MACAM DETEKSI


Skrining/ Deteksi dini sama dengan pencegahan pertama dan upaya untuk
mendeteksi adanya suatu kelainan pada suatu objek atau penyakit. Deteksi dini
dilakukan untuk menemukan adanya penyimpangan. Dengan ditemukan secara
dini adanya penyimpangan atau masalah maka akan lebih mudah untuk membuat
intervensi, tenaga kesehatan juga memunyai waktu dalam membuat rencana atau
intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan keluarga. Bila
penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit (Evnnent,
2006).
Adapun macam skrining adalah:
1. Papsmear
Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel yang diabil dari serviks
dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan yang
terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel serviks yang terdeteksi secara dini
akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel
tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. Pemeriksaan ini hanya
memerlukan waktu beberapa menit saja.Dalam keadaan berbaring terlentang,
sebuah alat yang dinamakan speculum akan dimasukan kedalam liang
senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina
supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan
serviks terlihat dengan jelas. Sel servik kemudian diambil dengan cara
mengusap serviks dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat
yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada
obyek gelas kemudian dikirim ke laboratorium patologi. Prosedur
pemeriksaan pap smear mungkin sangat tidak menyenangkan tetapi tidak
menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksaan papsmear disarankan untuk dilakukan oleh para wanita
secara teratur sekali setahun berterusan dalam waktu tiga tahun bila sudah
aktif berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil
pemeriksaan tiga tahun berterusan normal, pemeriksaan selanjutnya dapat
dilakukan setiap tahun (Evennent, 2006).
2. Pemeriksaan Koloskopi
Koloskopi akan direkomundasikan jika terdapat salah satu atau beberapa
abnormalitas pada hasil papsmear. Pemeriksaan inimemerlukan waktu 5-10
menit dan mirip pemeriksaan papsmear, kecuali menggunakan suatu yang
lebih tertutup untuk melihat serviks melalui koloskopi yang mempunyai lensa
mikroskop.Koloskopi adalah pemeriksaan pada serviks dan vagina yang
diperbesar, yang digunakan untuk mengidentifikasi atau mengesampingkan
adanya sel yang bersifat pra kanker atau awal kanker pada serviks setelah
didapati hasil CIN yang abnormal.
Cara untuk melakukan tes koloskopi ini adalah yang pertama pasien
diminta untuk meletakan kedua kaki pada tempat kaki, sementara dokter
tersebut menggunakan speculum untuk meregangkan dinding vagina untuk
pemeriksaan. Cahaya kemudian disinarkan tepat pada serviks. Setelah
dilakukan papsmear, dokter tersebut akan mengoles serviks dengan cairan
berbeda sehingga akan terlihat gambaran selnya. Tidak ada rasa sakit dengan
tindakan ini merasa sedikit tidak nyaman dan agak perih. Petugas
(koloskopis) kemudian akan mengambil beberapa contoh dari permukaan
jaringan untuk diperiksa ke laboratorium patologi sebagai suatu pemeriksaan
lebih lanjut. Foto dapat diambil sebagai rekaman dan pemeriksaan dilakukan
dalam 10 menit. Doter atau ahli koloskopi tersebut biasanya memberi tahu ke
pasien pada saat itu juga jika memang tidak terdapat kanker. Jika pasti itu
adalah sel abnormal, dipastikan dokter tersebut dapat menggunakan suatu
diagram untuk memperlihatkan kepada pasien dimana mereka dan
merekomendasikan terapinya (Evennett, 2004).
3. Konisasi Diagnosis
Ada kalanya dengan transformasi tidak dapat dilihat seluruhnya dengan
koloskopi karena terletak didalamnya rongga dari mulut rahim. Bila hasil
sitologi berulang menunjukkkan kelainan yang mengarah keganasan mulut
rahim, maka dilaksanakan tindakan konisasi yaitu eksisi jaringan mulut rahim
yang berbentuk kerucut.
4. Tes HAD
Skrining prosedur HAD (Hydrolyzed DNA Assay) menggunakan zat
warna khusus utuk material genetik abnormal pada sel yag bersifat kanker
dan bukan kanker. Kedalaman warna, yang diukur komputer,
mengidentifikasi keparahan dari abnormalitas yang berkaitan dengan kanker,
tetapi belum tersedia informasi yang berkaitan dengan jenis kanker yang ada,
sehingga pendekatan sekunder dibutuhkan untuk menganalisis fluoresensi
daripada warna yang dihasilkan dari perwanaan khusus.Tes didiagnosis
mengunakan mikroskop laser canggih untuk menganalisis sinyal fluoresensi.
Dari sini terbentuk suatu gambaran aktivitas genetic, dan hasil menunjukkan
suatu gambaran dari aktivitas abnormal yang berhubungan dengan kanker
jelas terlihat pada saat dianalisis oleh komputer. Dari sini terdapat
kemungkinana untuk memberikan informasi yang rinci mengenai jenis kanker
yang ada seperti gambaran yang dikenal jenis dari flouresensi yang telah
diidentifikasi pada kanker yang lain.
5. Tes Palarprobe
Alternatif lain untuk tes papsmear untuk masa depan adalah palarprobe,
yaitu mesin yang dibantu komputer yang dikembangkan oleh dokter
Australia. Palarprobe ini dioperasikan prinsip bahwa terdapat perbedaan
tingkat aliran darah pada jaringan yang bersifat kanker dan non kanker. Alat
ini dapat menangkat perbedaan tersebut melalui suatu alat yang berbentuk
seperti pensil yang disisipkan ke dalam vagina dan digerakkan melintasi
servik untuk memeriksa abnormalitas. Alat ini dianggap 100% akurat dan
memperoleh hasil dalam hitungan menit, sementara pasien masih berada
dalam ruangan pemeriksaan ( Evennet, 2004).
6. IVA
IVA adalah metode baru deteksi dini kanker leher rahim dengan
mengoleskan asam acetat3-5% kedalam portio, bila terdapat lesi kanker,
maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim
yang diperiksa (Sukaca,2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim
(serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim
setelah memulas leher rahim dengan asam asetat 3-5% (Delia,2010).

DIAGNOSIS
Diagnosis kanker servik diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi
jaringan biopsis.Pada dasarnya bila dijumpai lesi kanker secara kasat mata harus
dilakukan biopsis walau hasil pemeriksaan papsmear masih dalam batas
normal.Sementara itu, biopsis lesi lebih yang tidak kasat mata dilakukan dengan
batuan kolposkopi.
Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat mata didasarkan dari hasil
pemeriksan sitologi servik (papsmear).Diagnosis kanker servik hanya berdasarkan
pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biobsis.Hasil pemeriksaan sitologi
tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis.
Biobsisi dapat dilakukan secara langsung tanpa batuan anestesia dan dapat
dilakukan secara rawat jalan. Perdarahan dapat diatasi dengan penekanan atau
meninggalkan tampon vagina. Lokasi biobsis sebaiknya dapat diambil dari
jaringan yang masih sehat dan hindari biobsis jaringan nekrosis pada lesi
besar.Bila hasil biobsis dicurigai adanya mikroinvasi, dilanjutkan dengan
konisasi. Konisasi dapat dilakukan dengan pisau (cold knife) atau dengan elektro
kaute (Sarwono, 2006 ).

STADIUM
Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepitelia.
Stadium I : Kasioma masih terbatas di servik (penyebaran di korpus
uteri diabaikan).
Stadium IA : Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopis. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopisk
walau dengan invasi yang superfisial dikelompokkan pada
stadium IB.
Stadium IA1 : Invasi ke stoma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm
dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm.
Stadium IA2 : Ivasi ke stroma tidak lebih dri 3 mm tapi kurang dari 5
mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm.
Stadium I B : Lesi yang terbatas pada serviks atau secara mikroskopis
lesi lebih luas dari stadium IA2.
Stadium IB1 : Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi
terbesar.
Stadium IB2 : Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari diameter
terbesar.
Stadium II : Tumor telah menginvaksi di luar uterus, tetapi belum
mengenai dinding panggul.
Stadium IIA : Tanpa infasi ke parametrium.
Stdium IIB : Sudah menginfeksi parametrium.
Stadium III : Tumor telah melus ke dinding panggul menyebabkan
tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IIIA : Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina
Stadium IIIB : Tumor telah melus ke dinding panggul menyebabkan
tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IV : Tumor meluas ke luar dari organ reproduksi.
Stadium IVA : Tumor menginvasi ke rektum.
Stadium IVB : Penyakit melekat ke lesi dan kanker servik
(Sarwono,2011).
PENATALAKSANAAN
Menurut Sarwono (2010), Bila diagnosa hispatologi telah dibuat maka
pengobatan harus segera dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung beberapa
faktor yaitu letak dan luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah
jumlah anak, adanya patologi dalam uterus, keadaan sosial ekonomi dan fasilitas.
Pengobatan kanker servik tergantung pada stadium klimis, secara umum
dapat digolongkan ke dalam golongan 3 terapi yaitu:
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah cara pengobatan dengan jalan pemakaian obat kimia.
Resep kombinasi obat ini diharapkan dapat membunuh seluruh sel kanker
yang menempel melalui aliran darah kita. Ada obat yang dikonsumsi lewat
mulut dengan cara diminum atau dimakan, dan ada pula yang dimasukkan ke
tubuh dengan cara diinfus.Jenis pengobatan ini hanya berlaku untuk kondisi
kanker servik seseorang yang belum menncapai stadium akhir. Walaupun
terlihat beresiko sebenarnya kemoterapi juga memiliki tingkat resiko yang
bisa terjadi yaitu: Menapause dini,tdak subur lagi (Infertilitas), dan
kerontokan rambut jangka pendek.
2. Radioterapi
Radioterapi yaitu pengobatan kanker servik dengan bantuan sinar
berenergi tinggi (sinar X) maupun dengan bahan radio aktif untuk membunuh
sel kankernya. Mungkin teknik pengobatan inilah yang efektif dan sering
dipakai di dunia medis.Tetapi perlu diketahui bahwa hanya kanker servik
stadium awal saja yang bisa ditangani oleh radioterapi ini.
Radioterapi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Radioaktif terapi internal
Dilakukan dengan cara memasukkan bahan radioaktif ke dalam leher
rahim wanita selama beberapa jam untuk membunuh sel kankernya.Bahan
radio aktif yang sering digunakan adalah radium dan kalsium.
b. Radioaktif terapi eksternal
Dilakukandengan cara menebalkan sinar-Xke area panggul kita
melalui sebuah mesin radiologi yang besar.Diharapkan sel kankernya ini
mati atau rusak oleh gelombang X sinar-X yang memiliki frekuensi
tertentu.
c. Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II meliputi
histerektomi radikal, histerektomi ekstrafansial dan limpadenoktomi pada
stadium II, disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riona,1999).
PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari
infeksi HPV.HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang
terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks.Menggunakan kondom setiap
melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker
serviks yaitu :
Menghindari hubungan sex pada umur muda.
Memiliki partner seks tunggal
Menghindari merokok

Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan


dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on
Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12
tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum
menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara
seksual.Vaksin ini diberikan selama tiga kali.Penyuntikan kedua berselang dua
bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan
keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini
tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker
serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis
tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling
penting.
Pemeriksaan Pap Rutin.Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling
efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan
jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut :
Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex
pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2
tahun sekali.
Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah
dapat dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, P. (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus


pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, H.(2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates
Rasjidi, I. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
------------- (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak
Diniwww.mediahidupsehat.com [diakses tanggal 13 Juni 2015]
-------------- (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif
ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging

You might also like