You are on page 1of 6

METODE SIMPEL UNTUK MENGHITUNG KALKULASI KAPUR PADA

KOLAM IKAN

V.K PILLAI1 dan CLAUDE E.BOYD2


1
Balai Besar Perikanan Laut, P.B. No. 1912, Cochin 682018 (India)
2
Departemen perikanan dan budidaya perairan, percobaan pertanian alabama
Staion, auburn university, AL 36849 (UsA)
* Penelitian didukung oleh proyek pembenihan alabama No.497.
(Diterima 7 Januari 1985)

Abstrak
Perubahan pH dalam 40 ml buffer disebabkan oleh 20 g tanah kering
dikalikan 5600 untuk meningkatkan kebutuhan kapur dari lumpur kolam ikan.
kandungan buffer terdiri 10 g p-nitrophenol, 7.5 g asam borik, 37 g potassium
klorida dan 5,25 g potassium hidroksida dihancurkan dan ditambah dengan
destilasi air 1000 ml ; pH buffer menjadi 8.00.
PENGANTAR
Menurut Thomaston dan Zeller (1961),respon untuk pemupukan kolam
yang terbaik bila total alkalinitas dan total kesadahan kurang dari 20 mg/l CaCO3.
Boyd (1974,1976) mengubah prosedur persyaratan kapur untuk tanah (adams dan
evans, 1962) sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan kapur
untuk kolam ikan.
Boyd (1974), total kesadahan dan total alkalinitas perairan tambak lebih 20
mg / l bila lumpur bebas adalah 0,2 atau kurang. Selanjutnya, ada hubungan antara
basis lumpur tak jenuh dan nilai pH nya. dan pH lumpur 6 cocok dengan lumpur
tak jenuh 0.2 . Oleh karena itu, jika pH lmpur diketahui maka basis lumpur tak
jneuh dapat dihitung dari persamaan regresi . Pengurangan pH dalam larutan
penyangga untuk mengetahui berat lumpur kering dapat mengubah total
keasaman. Netralisasi dari total keasaman dapat memberikan basis bebas 0.0.
Oleh karena itu, jumlah perubahan keasaman (dalam miliekuivalen) yang bisa di
netralisasi utk menurunkan basis tak jenuh menjadi 0.2- dengan 20 mg/l total
kesadahan dan alkalinitas dalam air kolam dapat dihitung sebagai berikut:
Keasaman dinetralkan = pertukaran keasaman / ketidakjenuhan basis awal x
perubahan yang diinginkan pada ketidakjenuhan dasar.
Boyd dan cuenco (1980) menentukan bahwa kapur pertanian bereaksi
terhadap kedalaman sekitar 15 cm di lumpur sampai 2 tahun, dan berat udara
kering dari lapisan diatas 15 cm rata-rata 1 400 000kg/ha. Tingkat pengapuran
dalam kg / ha caco3 dihitung dari keasaman. Faktor pengapuran 1,5 adalah
dikalikan dengan tingkat pengapuran, karena kapur pertanian tidak 100% efektif
dalam menetralkan keasaman tanah atau lumpur.
Metode yang dikembangkan oleh boyd (1974) telah terbukti efektif dan telah
banyak digunakan. Namun, prosedurnya dikembangkan untuk kolam di alabama,
dan hubungan antara pH dan basis lumpur tak jenuh berbeda secara geografis.
Untuk hasil yang akurat, ditentukan daerah tertentu untuk hubungan antara pH
dan basis lumpur tak jenuh sebelum prosedur digunakan. Ada metode untuk
menentukan kebutuhan kapur lumpur kolam yang tidak memerlukan hubungan
pH dan basis tidak jenuh. Metode ini melibatkan pengukuran total keasaman
dengan penyangga, dan menghitung tingkat pengapuran yang diperlukan untuk
memberikan basis tak jenuh 0.0. Karena teknik ini akan selalu memberikan
tingkat pengapuran yang lebih tinggi dari yang diperlukan, faktor pembatas 1,5
diabaikan.
BAHAN DAN METODE
Lumpur dikumpulkan dengan pengerukan ekman dari kolam lee dan
ruseell, alabama. Sampel tersebar di lapisan tipis pada lapisan plastik hingga
mengering. Lumpur kering dilumatkan hingga melewati bukaan 0,85 mm.
Penyangga terdiri dari 10 g p-nitrophenol, asam 7,5 g borat, 37 g kalium
klorida, dan 5,25 g kalium hidroksida dilarutkan dan diencerkan sampai 1000 ml
dengan air suling. Penyangga disesuaikan dengan pH 8.00 + 0,001.
kesetimbangan pH dalam campuran buffer 40 ml dan 20 g lumpur kering.
Campuran penyangga dan lumpur dalam labu erlenmeyer 125 ml diaduk selama
5,10,15,30,45 atau 60 menit pada 200 rpm pada model Gyratory GUN 10,
platform shaker. Larutan difiltasi dengan kertas whatman no.1. pH larutan diukur
dengan pH meter dengan model orion 701A. campuran penyangga dan lumpur
dalam gelas 100 ml diaduk sesekali dengan batang kaca, dan pH diukur langsung
setelah 5,10,15,30,45, dan 60 menit dengan memasukkan elektroda ke dalam
campuran.
Ketepatan prosedur kapur yang dimodifikasi diperkirakan dengan membuat lima
analisis ulangan pada tiga sampel lumpur. Lima belas sampel lumpur dianalisis
untuk kebutuhan kapur dengan metode modifikasi dan prosedur standard yang
dijelaskan oleh boyd (1976).
HASIL DAN DISKUSI
Kesetimbangan pH dapat dicapai lebih cepat dengan agitasi mekanis dari
campuran buffer-lumpur, namun kesetimbangan pH juga dapat dicapai dengan
pengadukan sesekali selama 1 jam (Tabel I). Hasil yang ditunjukkan pada
Gambar. 1 juga menunjukkan bahwa pengadukan selama 1 jam memberikan
kesetimbangan pH yang sama seperti agitasi mekanis dan filtrasi. jauh lebih
mudah untuk mengukur pH dalam larutan daripada campuran buffer-lumpur.
Tabel I . Pengaruh waktu terhadap pH dalam campuran buffer-lumpur.
Sampel secara mekanis diaduk pada 200 rpm, buffer dipisahkan dari lumpur
dengan filtrasi, dan pH diukur. campuran penyangga lumpur yang diaduk sesekali
dengan batang kaca dan elektroda kaca dimasukkan ke dalam campuran.
Waktu pH denagn dengan agitasi mekanis dan filtrasi.

Sebanyak 40 ml penyangga aliquot dititrasi dengan asam sulfat standar, dan pH


diukur setelah setiap penambahan asam 0,32 milliequivalent (Gambar 2). Setiap
perubahan pH 0,1 dalam 40 ml penyangga setara dengan 0,16 miliekuivalen
keasaman dengan pH 6,4 sampai 8,0. Prosedur persyaratan kapur yang
dimodifikasi terdiri dari berat 20 g lumpur kering yang melewati bukaan 0,85 mm
kedalam gelas 100 ml dan menambahkan 40 ml buffer. Campuran diaduk sesekali
selama 1 jam dan pH diukur hingga mendekati pH 0,01 dengan elektroda kaca.
campuran tersebut dapat diaduk secara mekanis, dan filatsi penyangga untuk
menentukan pH menjadi lebih mudah. Jika kesetimbangan pH kurang dari 6,8,
prosedur harus diulang dengan menggunakan setengah lumpur kering.

Gambar. 1. kesetimbangan pH buffer dalam campuran buffer-lumpur.


Pengadukan: campuran diaduk sesekali selama 1 jam dengan batang kaca dan
elektroda kaca dimasukkan ke dalam campuran.
mekanis: campuran diaduk pada 200 rpm selama 1 jam pada pengocok mekanis,
penyangga yang dipisahkan dari lumpur dengan filtrasi, dan pH buffer ditentukan.

Kebutuhan kapur dapat dihitung dengan rumus berikut.


Keasaman (miliekuivalen) dalam sampel = (perubahan pH/ 0.1) x 0.16.
Ekuivalen CaCO3 dari sampel = miliekuivalen dari keasaman sampel x 50
CaCO3 yang diperlukan untk 1 kg lumpur = ekuivalen CaCO3 dari sampel x (100/
berat sampel)
Rata-rata kapur (CaCO3 kg/ha) = kebutuhan CaCO3 kg untuk 1 kg lumpur x 1 400
000
Jika 20 g sampel yang digunakan adalah lumpur kering maka persamaannya
adalah rata-rata kapur (CaCO3 kg /ha) = perubahan pH x 5600.
Perbandingan metode modifikasi dengan metode standar dapat dilihat pada
gambar 3. Metode yang dimodifikasi memberikan nilai kira-kira 20% lebih besar
dari metode standar untuk lumpur kolam dari Alabama. Presisi metode kapur yang
dimodifikasi tinggi (Tabel II) Teknik kebutuhan kapur yang dimodifikasi
sederhana, cepat, dan berlaku untuk semua. Hal ini berlaku untuk mineral dan
lumpur organik.

Gambar 3. Perbandingan kebutuhan kapur yang dimodifikasi dengan kebutuhan


kapur standar.
Tabel II. Pretisi jumlah kebutuhan kapur yang dimodifikasi.

20% atau lebih kebutuhan kapur pertanian untuk meningkatkan total alkalinitas
dan total kesadahan diatas 20 mg/l tidak berbahaya untuk kolam ikan. Penerapan
kapur akan memiliki efek residu yang lebih lama.
REFERENCES
Adams, F. and Evans, c.E., 1962. A rapid method for measuring lime requirement
of red. yellow podzolic soils, Soil Sci. Soc. Am. Proc., 26: 355-357.

Boyd, C.E., 1974. Lime requirements of Alabama fish ponds. AL Agric. Exp.
Sta.. Auburn Univ AL, Bull. pp.
Boyd, C.E., 1976. Lime requirement and application in fish ponds. In T.v.R.

Pillay and W.A. Dill (Editors), Advances in Aquaculture. Fishing News (Books)
Ltd., Farnham, England, pp. 120-122.

Boyd, C.E. and Cuenco, M.L., 1980. Refinements of the lime requirement
procedure for fish ponds. Aquaculture, 21: 293-299.

Thomaston, W.w. and Zeller, H.D., 1961. Results of a six-year investigation of


chemical soil and water analysis and lime treatment in Georgia fish ponds,
Proc. Annu. Conf. Southeast. Assoc. Game Fish Comm., 15: 236-245.

You might also like