You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

Dispepsia berasal dari dari bahasa Yunani yang berarti "Pencernaan Yang

Jelek". Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa

tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.1

Salah satu definisi yang dikemukakan oleh suatu kelompok kerja

internasional adalah sindroma yang terdiri dari keluhan-keluhan yang disebabkan

karena kelainan traktur digestivus bagian proksimal yang dapat berupa mual atau

muntah, kembung, dysphagia, rasa penuh, nyeri epigastrium atau nyeri

retrosternal dan ruktus, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Dengan demikian

dyspepsia merupakan suatu sindrom klinik yang bersifat kronik.2

1
BAB II

STASUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : Ramawati
Umur : 54 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Randu Pasar III
Tanggal Masuk : 23 September 2016
Jam Masuk : 16.25 WIB

II. Anamnesis

Keluhan Utama : Lemas, Mual, Muntah, Nafsu Makan

Menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang : Os rujukan dari rumah sakit KESREM


untuk dilakukan HD cito. Wajah Os terlihat
sembab (+), oedem dikedua tungkai dan
lengan (+)

Riwayat Penyakit Dahulu :-

Riwayat Pemberian Obat :-

Riwayat Alergi :-

III. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
B. Kesadaran : Apatis
C. Vital Sign
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Heart Rate : 80 x/i
Respiration Rate : 24 x/i

2
Temperature : 36,70 C
D. Status Generalis
1. Kepala
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva Palpebra Anemis (+/+)
Hidung : Deviasi Septum Nasi (-), Sekret (-)
Mulut : Mukosa Bibir Kering (-),Sianosis (-)
2. Leher : Pembesaran KGB (-)
3. Thorax(Pulmo)
Depan
Infeksi : Simetris
Palpasi :
Stem Premitus Kanan = Kiri, Kesan normal

Perkusi : sonor

Batas Paru Hepar R/A ICS V/VI

Auskultasi : SP Vesikuler (+/+)

ST Ronki (kering/basah) (-/-), Wheezing (-/-)

Belakang

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Stem Premitus Kanan Kiri, Kesan normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : SP Vesikuler (+/+)

ST Ronkhi (kering/basah) (-/-), Wheezing (-/-)

4. Thorax (Cardio) docslidedocnet


Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

3
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
Perkusi : Batas Jantung Atas ICS II Sinistra
Batas Jantung Kanan Linea parasternalis Dextra,
ICS II
Batas Jantung Kiri Linea Midclavicula sinistra,
ICS IV
Auskultasi : HR = 80 x/i
Desah (-)
5. Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Peristaltik Usus (+) X
Palpasi : Soepel, Nyeri Tekan Abdomen (+)
Hepar : Tidak teraba
Perkusi : Timpani
6. Genitalia : Tidak diperiksa
7. Extremitas :
Superior : Oedem (-/-), Akral Dingin (-/-)
Inferior : Oedem (-/-), Akral Dingin (-/-)
IV. Diagnosa Kerja : Dispepsia

V. Anjuran : Darah lengkap, KGD, anti HCV, anti HIV


Hasil Lab
Leukosit : 7.29 10e3/uL
Hemoglobin : 7.20 g/dL
Eritrosit : 2.55 10e6/Ul
Hematokrit : 21.6 %
Trombosit : 208 10e3/uL

4
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Dispepsia adalah merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri
dari rasa tidak enak atau sakit diperut bagian atas menetap atau mengalami
kekambuhan. Keluhan refluks gastro esofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heart burn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.
Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu:1
1) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.
2) dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

2.2 Etiologi

Penyebab dispepsia, yaitu3 :


1) Dalam Lumen SaluranCerna.
Tukak peptic
Gastritis
Keganasan
2) Gastroparesis
3) Obat-obatan
AINS
Teofilin
Digitalis
Antibiotik
4) Hepato Biller
Hepatitis
Kolesistitis

5
Kolelitiatis
Keganasan
Disfungsi spincterodii
5) Pancreas
Pankreatitis
Keganasan
6) Keadaan Sistematik
DM
Penyakit tiroid
Gagal ginjal
Kehamilan
PJI
7) GangguanFungsional
Dispepsia fungsional
Sindrom koloni ritatif

2.3 Patofisiologi

Patofisiologi DNU masih sedikit diketahui, beberapa faktor


berikut mungkin berperan penting (multifaktorial)
Abnormalitas Motorik Gaster Dengan studi Scintigraphic
Nuklear dibuktikan lebih dari 50% pasien DNU mempunyai
keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku"
bertanggung jawab terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan
normal seharusnya fundus relaksasi, baik saat mencerna
makanan bila terjadi distensi duodenum. Pengosongan
makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke bagian fundus
dan duodenum diatur oleh refleks vagal Pada beberapa pasien
DNU, refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga
pengisian bagian antrum terlalu cepat.4

Perubahan sensifitas gaster

Lebih 50% pasien DNU menunjukkan sensifitas terhadap


distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat:

6
makanan yang sedikit mengiritasi seperti makanan pedas,
distensi udara, gangguan kontraksi gaster intestinum atau
distensi dini bagian Antrum postprandial dapat menginduksi
nyeri pada bagian ini.4

Stres dan Faktor Psikososial

Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik


dan morbiditas psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada
pasien DNU dari pada subyek kontrol yang sehat.
Banyak pasien mengatakan bahwa stres mencetuskan keluhan
dispepsia. Beberapa studi mengatakan stres yang lama
menyebabkan perubahan aktifitas vagal, berakibat gangguan
akomodasi dan motilitas gaster.5

GastritisHP

Diagnosa endoskopik gastrtitis akibat infeksi HP sangat sulit


karena sering kali gambarannya tidak khas.5

2.4 Faktor resiko

Beberapa faktor risiko dispepsia, antara lain4 :


1. Merokok
2. Obesitas
3. NSAID, bifosfonat, DMARD
4. Terapi hormon pada wanita
5. Pengangguran
6. Makan terlalu banyak
7. Makan terlalu cepat atau jarak waktu makan tidak teratur
8. Makanan berminyak, tinggi lemak, atau pedas
9. Konsumsi kafein, alkohol, atau soda berlebihan
10. Stres psikologis
11. Riwayat nyeri abdomen pada keluarga
12. Usia (30-50 tahun)
13. Jenis kelamin (perempuan : laki-laki 2:1)2

7
2.5 Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis, di dasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan,
dispepsia terbagi menjadi 3 tipe3 :
1) Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
a) Nyeri epigastrium terlokalisasi.
b) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c) Nyeri saat lapar.
d) Nyeri episodik.
2) Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),
dengan gejala :
a) Mudah kenyang
b) Perut cepat terasa penuh saat makan
c) Mual
d) Muntah
e) Upper abdominal bloating
f) Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3) Dispepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

2.6 Klasifikasi Anemia

Dyspepsia Organik Dyspepsia Fungsional

Penyakit penyebab : 1. Type dismolitas


KU : Cepat kenyang, mual,
Ulkus Peptikum
muntah, kembung.
KU : Sakit meningkat bila perut
2. Type Like Ulcer
kosong, sakit mereda apabila
KU : Nyeri ulu hati ketika lapar,
diberikan antasida.
hilang setelah makan dan
Pankreatitis Kronik
meminum obat, nyeri dimalam
KU : Sakit mendadak, menjalar
hari.
kepunggung, kembung.
3. Type Non Spesifik
GERD

8
KU : Rasa terbakar di ulu hati atau 4. Type Refluk
dada, kembung (>55th), nafsu KU : Rasa terbakar di perut
makan menurun, berat badan 5. Menurut kriteria roma
menurun. a. Gejala menetap selama 3
bulan dalam 1 tahun terakhir.
b. Nyeri epigastrium yang
menetap atau sering kambuh
(recurrent).
c. Tidak ada kelainan organik
yang jelas (termasuk endoskopi)
d. Tidak ada tanda-tanda IBS
(Irritable Bowel Syndrome)
- symptom tidak hilang dengan
defekasi
- tidak ada perubahan frekuensi
dan konsistensi tinja.

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu3 :


1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na
bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya
jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi
rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar
akanmenyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik

9
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik.Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
sekresi asam lambung sekitar 28-43%.Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2).Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel
parietal.Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas (SCBA).2

6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance).2

2.8 Komplikasi

Komplikasi ini nantinya akan mengakibatkan terjadinya ulkus peptikum,


yaitu suatu keadaan luka di dinding lambung, bisa dalam atau lebar tergantung
dari berapa lama lambung terpapar dengan asam lambung. Ulkus peptikum
yang terus menerus akan menyebabkan luka semakin dalam yang menimbulkan

10
komplikasi perdarahan saluran cerna. Biasanya pasien akan mengeluh muntah
darah.3

Komplikasi yang paling dikhawatirkan, kanker lambung. Jika ini terjadi,


penderitanya harus dioperasi. Yang dioperasi bukan hanya daerah yang ada
kankernya saja, melainkan jaringan sehat yang ada di sekitarnya pun biasanya ikut
diambil.3

11
KESIMPULAN

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang


terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung,
rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Etiologi dari dispepsia
karena kelainan organik, yaitu gangguan atau penyakit dalam lumen saluran
cerna, obat-obatan, Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier
seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik, serta penyakit sistemik.
.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Wallander M-A, Johansson S, Ruigomez A, Rodriguez LAG, Jones R.


Dyspepsia in general practice : incidence, risk factor, cormobidity and
mortality. Family Practice. 2007; 24(5) : 403-11.
2. Mudjaddid E. Dispepsia fungsional. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III.
Edisi 5. Jakarta : InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2009.
3. Djojoningrat D. Dispepsia fungsional. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi 5. Jakarta : InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam; 2009. Hal.529-33.
4. Harahap SH. Dispepsia [homepage on the internet]. 2010 [cited 2011 Feb
22]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20335/4/Chapter%20II.pd
f
5. Davies R. Dyspepsia [homepage on the internet]. 2010 [cited 2011 Feb
22]. Available from:
http://www.med.nyu.edu/content?ChunkIID=161572#risk

13

You might also like