Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK : IV
INDRAWATI MOHA
DESRIAN ADAM
FEBRINANDO PAKAYA
ZULKARNAIN A. MANAKU
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical
bedah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kasus COPD
Shalawat beriring salam senantiasa penulis berikan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliulah, sehingga kita bisa keluar dari zaman
Jahilliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi seperti yang
Tiada karya manusia yang sempurna, begitu pun dalam makalah ini yang mungkin
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis berharap kepada saudara
sekalian agar dapat memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya membangun, demi
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar.
Daftar isi....
BABA I Pendahuluan........
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Tujuan..........................................................................................................
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi.........................................................................................................
2.2 Anfis.............................................................................................................
2.3 Etiologi.........................................................................................................
2.4 Patofisiologi.................................................................................................
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Farmakologi.........................................................................................
2.5.2 Terapi Diet...........................................................................................
2.6 Konsep Keperawatan..................................................................................
2.7 Hasil Penelitian............................................................................................
2.8 Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................
2.9 Manajemen Kasus.......................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK/COPD) merupakan suatu kelainan dengan ciri-
ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible (Lyndon Saputra,
2010). Fungsi paru mengalami kemunduran dengan bertambahnya usia. Dalam usia yang
lebih lanjut, kekuatan otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya system respirasi seperti
fungsi ventilasi paru.
Asap rokok yang terhisap ke dalam paru-paru perokoknya merupakan asap rokok
utama (main stream smoke), sedangkan asap ujung batang rokok yang terbakar merupakan
asap rokok sampingan (side stream smoke). Dalam asap rokok tersebut mengandung sekitar
4000 zat kimia berbahaya , antara lain aseton (bahan cat), arsen (racun), cadmium (aki
kendaraan), ammonia (pembersih lantai), karbon monoksida (asap knalpot), butane (bahan
bakar ringan), DDT (insektisida).
Terkait hal tersebut, RS PKU Muhammadiyah Surakarta yang merupakan rumah
sakit daerah di Surakarta ikut berkonstribusi dalam penanganan kasus PPOK. Hal ini
dibuktikan dengan adanya poliklinik khusus paru dan menjadi rujukan bagi penderita PPOK
di wilayah Surakarta yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Dalam hal ini penulis tertarik menyajikan studi kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Pernapasan :
PPOK di Ruang Multazam RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
COPD atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang dapat dicegah
dan dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan, yang dapat
mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual. Penyakit paru kronik ini
ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang
disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan
sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah
rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.
Paru-paru adalah organ pernapasan yang sangat penting karena memasok oksigen
yang berguna untuk proses metabolisme. Manusia memiliki dua paru-paru: paru-paru kiri dan
paru-paru kanan. Udara masuk ke paru-paru melalui bronkus kemudian di dalam paru-paru
bronkus bercabang-cabang seperti akar yang disebut bronkiolus, bronkiolus bermuara di
alveolus yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas dengan pembuluh darah.
1. Struktur Paru-Paru
Paru-paru adalah organ yang sangat lunak, elastis, ringan, dan dapat terapung di
dalam air. Wujud paru-paru seperti spons berwarna merah muda dan berjumlah sepasang.
Paru-paru berjumlah sepasang yang mengisi sebagian besar rongga dada. Paru-paru
kiri lebih kecil dibandingkan paru-paru kanan. Hal ini dikarenakan paru-paru kiri memiliki
lekukan untuk memberi ruang kepada jantung. Kedua paru-paru dihubungkan oleh bronkus
dan trakea.
Paru-paru kanan terbagi menjadi tiga lobus (lobus superior, lobus medialis, dan lobus
inferior), sedangkan paru-paru kiri terbagi menjadi dua lobus (lobus superior dan lobus
inferior). Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh fisura. Paru-paru kanan memiliki dua fisura
yaitu fisura oblique (interlobularis primer) dan fisura transversal (interlobularis sekunder).
Sedangkan paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Tiap-tiap lobus terdiri atas
bagian yang lebih kecil yang disebut segmen.
Permukaan Paru-Paru
Paru-paru diselimuti oleh selaput yang disebut pleura dengan luas permukaan sekitar
90 m2. Selaput ini berfungsi untuk mengurangi gesekan saat melakukan inspirasi (menghirup
napas) maupun ekspirasi (menghembuskan napas). Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu pleura
parietalis dan pleura viseralis.
2. Letak Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum) dan dilindungi oleh tulang
selangka. Rongga dada dan rongga perut dibatasi oleh suatu sekat yang disebut diafragma.
Paru-paru terletak di atas jantung dan hati (liver). Paru-paru berada di dalam pleura yang
merupakan lapisan pelindung paru-paru.
3. Bagian-Bagian Paru-Paru
Gambar diatas adalah gambar anatomi paru-paru manusia. Berikut adalah penjelasan bagian-
bagian tersebut:
1. Laring adalah organ yang berfungsi untuk melindungi trakea dan menghasilkan
suara.
2. Trakea atau batang tenggorok adalah saluran berbentuk pipa yang dindingnya terdiri
dari 3 lapisan: lapisan luar (jaringan ikat), lapisan tengah (otot polos dan cincin tulang
rawan), dan lapisan dalam (jaringan epitel bersilia).
3. Bronkus adalah percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Bronkus primer adalah percabangan pertama, bronkus sekunder adalah percabangan
kedua, sedangkan bronkus tersier adalah percabangan ketiga.
4. Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus.
5. Cardiac notch adalah lekukan yang berfungsi untuk memberikan ruang kepada
jantung.
6. Arteri pulmonalis adalah pembuluh nadi yang membawa darah kaya karbon dioksida
dari jantung ke paru-paru.
7. Vena pulmonalis adalah pembuluh balik yang membawa darah kaya oksigen dari
paru-paru menuju jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh.
8. Duktus alveolus adalah percabangan dari bronkiolus yang bermuara di alveolus.
9. Alveoli adalah kantung kecil yang memungkinkan oksigen dan karbon dioksida untuk
bergerak di antara paru-paru dan aliran darah.
2.3 ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi Udara
3. Paparan Debu, asap
4. Gas-gas kimiawi akibat kerja
5. Riwayat infeki saluran nafas
6. Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut David Ovedoff
(2002) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi udara dari bahan kimiawi
akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan dengan virus hemophilus influenza dan
strepto coccus pneumonia.
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama menurut Neil F. Gordan
(2002) bagi penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan penderita
penyakit PPOK, yaitu :
2.4 PATOFISIOLOGI
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari COPD ini adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada sel-
sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.
Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian,
apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran
udara kolaps.
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien COPD, yakni :
peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran nafas,
dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan parenkim).
Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita asma.
2.5 PENATALAKSANAAN
2.5.1 FARMAKOLOGI
a. berhenti merokok merupakan langkah yang utama dalam membuat terapi COPD.
Untuk dapat mengatasinya maka perlu dipelajari lingkungan,tingkah laku dan
ketergantungan. Penggunaan gumnikotin,trandermal patces,klonodiurn
hopomosisi,dan akupuntur mungkin tetap tidak akan membawa hasil dalam
menghilangkan adeksi terhadap perokok. Berhenti merokok dapat mempengaruhi
proknosis dari COPD karena faal pernapsan menjadi lebih baik.
b. pemberian vaksin virus influenza yakni umyuk mencegah terjadinya influenza yang
dapat memperburuk COPD terutama pada masa epidemik, dapat pula digunakan
amantadin dan rimantadin yang dapat memperpendek pengaruh dari kuman influenza
terhadap eksaserbasi COPD.
c. bronkodilator
Ada 2 bentuk bronkodilator yang sering diberikan yakni : beta -2 agonis dan
antikolinegrik
Epinefrin
Alliterol
Bitliterol
Isoetarin
Isopliterenol
Metapliterenol
Terbutalin
Antikolinergik
Golongan beta- 2 agonis :
Teofilin
Digunakan pada COPD secara luas untuk meningkatkan faal pada paru dan mencegah
keletihan. Preparat yang biasa digunakan dibagi atas 3 bagian, yakni:
a) short acting yang diberikan 3-4 kali sehari
aminofilin
teofilin
b) long acting yang diberikan 2 kali sehari
koledil SA
teudur
c) ultra lomg acting
teo-24
unifil
kortikletoroid
diberikan dalam bentuk oral dengan dosis tunggal prednison 40 mg/ hari paling
sedikit selama 2 minggu. Dapat pula diberikan bentuk inhalasi kortiksteroid,antar lain:
Nama farmasi
a. beklometason
b. flunisolid
c. triamsinolon
Nama dagang
a. bektoid,vanseril
b. acrobid
c. azmakort
Garam
Terlalu banyak sodium atau garam dalam diet Anda menyebabkan retensi air, yang
dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk bernapas. Hapus shaker garam dari meja dan
tidak menambahkan garam ke memasak Anda. Gunakan tawar bumbu dan rempah-rempah
untuk membumbui makanan sebagai gantinya. Periksa dengan Anda penyedia ahli gizi atau
kesehatan tentang pengganti garam rendah sodium. Mereka mungkin mengandung bahan-
bahan yang dapat mempengaruhi kesehatan Anda secara negatif. Meskipun apa yang banyak
orang percaya, asupan paling natrium tidak berasal dari botol garam, melainkan apa yang
sudah dalam makanan. Pastikan untuk memeriksa label makanan yang Anda beli dan
menghindari yang mengandung lebih dari 300 miligram sodium per porsi untuk makanan
ringan, dan lebih dari 600 miligram untuk seluruh makanan.
Beberapa Buah
Apel, buah batu seperti aprikot dan peach, dan melon dapat menyebabkan kembung
dan gas di beberapa, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan pada orang dengan
COPD. Jika makanan ini tidak masalah bagi Anda, Anda dapat memasukkan mereka dalam
diet Anda.
Beberapa sayuran
Ada daftar panjang sayuran diketahui menyebabkan kembung dan gas. Yang penting
adalah bagaimana tubuh Anda bekerja. Anda dapat terus menikmati sayuran ini jika mereka
tidak menyebabkan masalah bagi Anda: kacang-kacangan, kubis Brussel, kol, kembang kol,
jagung, daun bawang, bawang, kacang polong, paprika, dan daun bawang. Kedelai juga dapat
menyebabkan gas.
Produk susu
Beberapa orang menemukan bahwa produk susu, seperti susu dan keju, membuat
dahak lebih tebal. Namun, jika produk susu tampaknya tidak membuat dahak Anda buruk,
maka Anda dapat terus makan mereka.
Cokelat
Cokelat mengandung kafein, yang dapat mengganggu obat Anda. Periksa dengan
dokter Anda untuk mengetahui apakah Anda harus menghindari atau membatasi asupan
Anda.
Gorengan
Makanan yang digoreng, digoreng, atau berminyak dapat menyebabkan gas dan
gangguan pencernaan. Berat makanan dibumbui juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dan dapat mempengaruhi pernapasan Anda. Hindari makanan ini jika memungkinkan.
Kegemukan
Bila Anda kelebihan berat badan, jantung dan paru-paru harus bekerja lebih keras,
membuat bernapas lebih sulit. kelebihan berat badan juga dapat meningkatkan permintaan
oksigen. dokter atau ahli gizi dapat menyarankan Anda tentang cara untuk mencapai berat
badan sehat dengan mengikuti rencana makan yang sehat dan program latihan dicapai.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang
digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik
(PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang sama.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang sama.
e. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronik ialah batuk produktif/non produktif, dan sesak nafas.
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit.
c. Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
d. Gerak dan Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Pasien akan
cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
e. Istirahat dan tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
f. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu
oleh orang lain.
g. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37C), pireksia/demam(38-40C),
hiperpireksia=40C< ataupun hipertermi <35,5C.
h. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Nyeri dada
meningkat karena batuk berulang (skala 5)
i. Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang dialaminya
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan keluarga atau
temannya.
k. Bekerja
Tanyakan pada pasien, apakan sakit yang dialaminya menyebabkan terganggunya
pekerjaan yang dijalaninya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali pasien sembahyang, dll.
m. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan waktunya
untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi sesak yang dirasakan. Disinilah
peran kita untuk memberikan HE yang tepat dan membantu pasien untuk mengalihkan
sesaknya dengan metode pemberian nafas dalam.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d kelemahan, upaya batuk yang buruk, sekresi
yang kental atau berlebihan.
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidaksamaan ventilasi-perfusi
3. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d kelelahan, batuk yang sering, adanya
produksi sputum, dispnea, anoreksia.
PEMBAHASAN
Pada tahun 2004 hasil survei direktorat Jendral PPM bahwa COPD menempati urutan
pertama penyumbangkan angka kesakitan (35 %). Selain itu didapatkan juga data laporan
rawat inap ruang Pajajaran RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari bahwa .jumlah pasien COPD
menduduki peringkat ke 2 dari 10 besar penyakit paru yaitu sejumlah 215 pasien COPD.
TUJUAN
METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra eksperimen onegroup pra
test - post test design yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi,
kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Penelitian dilakukan pada bulan November
2014 di Pajajaran RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari dengan Populasinya adalah semua
pasien COPD di ruang Pajajaran RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari. Sampel: sebagian
pasien COPD di ruang Pajajaran RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari sebanyak 20
responden, Sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu Tehnik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti. Variabel independen pada penelitian ini adalah pemberian nebulizer dan batuk
efektif, Varibel dependen pada penelitian ini adalah status pernafasan pasien COPD. Setelah
didapatkan nilai dari masing-masing variabel, kemudian ditabulasikan ke dalam tabulasi
silang. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji Willcoxon Sign Rank Test untuk
mengetahui efektivitas pemberian nebulizer dan batuk efektif terhadap status pernafasan
pasien COPD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
PERNAFASAN FREKWENSI %
NORMAL - -
MENURUN 20 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa status pernafasan responden sebelum
pemberian nebulezer dan batuk efektif seluruhnya menurun sebanyak 20 responden (100%).
Tabel 2
PERNAFASAN FREKWENSI %
MENINGKAT 15 75%
MENURUN 5 25%
TOTAL 20 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa status pernafasan sesudah dilakukan
pemberian nebulizer dan batuk efektif sebagian besar status pernafasan meningkat atau
menjadi 75% atau 15 responden dan status pernafasan menurun sebanyak 5 responden
(25%).
3. Efectivitas pemberian Pemberian nebulezer dan batuk efektif terhadap pasien COPD
Tabel 3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata sebelum diberikan nebilizer dan
batuk efektif adalah X1 = 15,4165 dan nilai standar deviasinya 1,9982. Sedangkan nilai rata-
rata setelah diberikan nebulizer dan batuk efektif X2 = 8,1248 dan nilai standar deviasinya
1,4836. Hasil uji statistik menunjukkan nilai sig (2-tailed) adalah p = 0,001 berarti p < 0,05
maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya Efektif pemberian nebulizer dan batuk efektif
terhadap status pernafasan pasien COPD.
1. Status Pernafasan Pasien COPD. Sebelum Pemberian Nebulizer dan Batuk Efektif.
Dari tabel 1 menunjukkan status pernafasan pasien PPOK sebelum dilakukan
pemberian kombinasi bronkodilator aerosol dan batuk efektif seluruhnya atau 100%
menurun. Penurunan status pernafasan ini terjadi disebabkan keterbatasan aliran udara
(terutama aliran ekspirasi) yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran
udara terjadi progresif dan berkaitan dengan respon peradangan yang abnormal
terhadap partikel atau gas-gas berbahaya, terutama asap rokok
2. Status Pernafasan Pasien COPD Sesudah Pemberian nebulizer dan Batuk Efektif.
Dari tabel.2 menunjukkan kadar status pernafasan pasien COPD sesudah
dilakukan pemberian nebulizer dan Batuk Efektif sebanyak 15 responden (75%)
mengalami peningkatan atau menjadi lebih baik.. Hal ini disebabkan karena
responden tersebut benar benar telah mendapatkan terapi bronlodilator aerosol dan
batuk efektif.Namun ada 5 responden (25%) yang mengalami penurunan status
pernafasan.
KESIMPULAN
Ada pengaruh pemberian nebulizer dan batuk efektif terhadap status pernafasan
pasien COPD dengan hasil uji statistik menunjukkan nilai sig (2-tailed) adalah p =
0,001, berarti p < 0,05.
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologist sangat membantu dalam menegakan atau menyokong
diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada pemeriksaan fungsi paru FVC (kapasitas vital kuat) dan fev folume ekspirasi
kuat mengalami penurunan menjadi kurang ari 20 %.
c. Analisis gas darah.
Pada pemeriksaan gas darah arteri PH < 7,35;Paco2> 45 mmHg, sedangkan yang
normal PH 7,35-7,45 dan PaCO2 35-45 mmHg, serta pO2 75-100 mmHg.
d. Pemeriksaaan EKG (elektrokardiogram).
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan di ruang Multazam RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada
tanggal 30 April 2013 pukul 09.00 WIB. Data diperoleh dari pasien, keluarga, dan catatan
medis.
1. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian yang penulis lakukan didapatkan keluhan utama : batuk, sesak
napas. Kemudian riwayat kesehatan sekarang : pasien mengatakan saat ini merasakan batuk
berdahak, sesak napas, nyeri ulu hati. Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan pernah
mengalami penyakit yang sama pada tahun 2006 dan mendapatkan pengobatan selama 2
minggu dan pada tahun 2012 juga di rawat selama 1 minggu dengan penyakit yang sama.
Pasien mempunyai riwayat perokok aktif.
DATA FOKUS
Dari data data diatas maka didapatkan data fokus : data subyektif : pasien
mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan nyeriulu
hati pada saat batuk, pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena
batuk dan sesak napas. Pengkajian nyeri : faktor memperberat (P) batuk menetap, kualitas
(Q) menusuk, region (R) dada, skala (S) 5, time (T) timbul kadang-kadang saat batuk. pasien
tidur 2-3 jam sehari dan tidur siang 1 jam
Data obyektif : pasien tampak menahan sakit saat batuk,pasien tampak sesak napas,
napas pendek, pasien menggunakan otot bantu pernapasan. Kantong mata bawah hitam.
Tanda-tanda vital : tekanan darah (TD) 120/80 mmHg, suhu (S) 36 C, nadi (N) 84 x/menit,
respiratori rate (RR) 28 x/menit. auskultasi : creakles pada percabangan bronkus. Pasien
hanya ditempat tidur dan saat beraktivitas dibantu oleh keluarga.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil evaluasi penulis, masalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum, hanya dapat teratasi sebagian dalam waktu 3 x 24 jam.
Hal ini disebabkan produksi sekret akan terus terjadi selama ada infeksi pada saluran napas,
sejalan dengan teori Price (2007) yang menyatakan bahan cair (sekret) lepas ke dalam
bronkus yang mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi sputum pada jalan napas
pasien
PPOK. Terbukti dengan data subjektif pasien mengatakan masih batuk dan sesak
napas berkurang, dan objektif pasien bernapas menggunakan otot bantu pernapasan , napas
dangkal cepat, suara napas creakles pada percabangan bronkus, RR : 28 x/menit.
Dibandingkan dengan kriteria hasil mempertahankan jalan napas pasien, pasien
mengeluarkan sekret dengan batuk efektif, pasien menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.
Dari hasil evaluasi penulis, didapatkan masalah nyeri akut berhubungan dengan
spasme otot dada dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam. Terbukti dengan data pasien
mengatakan nyeri sudah berkurang dan mampu mengontrol nyeri, pasien relaks, pengkajian
nyeri : P = batuk menetap, Q = menusuk, R = dada, S = 3, T = timbul kadang-kadang saat
batuk, TTV : TD :130/80mmHg, S : 36 C, RR : 28 x/menit, N : 75 x/menit, dibandingkan
dengan kriteria hasil yaitu menyatakan nyeri berkurang dan terkontrol, pasien tampak rileks,
skala nyeri 3.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak
napas dan batuk teratasi dalam waktu 3 x 24 jam. Dikarenakan sesak nafas dan batuk sudah
berkurang dan pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit sudah mampu tidur nyenyak,
dan sudah terbiasa dengan lingkungan yang ramai. Hal ini terbukti dengan data pasien
mengatakan tidurnya sudah nyenyak dan sedikit bangun karena batuk, pasien tidur 7-8 jam
pada malam hari, 1 jam siang hari, TTV : TD : 130/80 mmHg, S : 36 C, N : 75 x/menit,
RR : 28 x/menit, yang dibandingkan dengan kriteria hasil yaitu pasien mampu tidur tanpa
gangguan, TTV normal, kebutuhan tidur terpenuhi minimal 8 jam.
Dari hasil evaluasi penulis, masalah intoleransi aktivitas hanya dapat teratasi
sebagian dalam waktu 3 x 24 jam. Hal ini dikarenakan pasien masih mengalami sesak napas,
sehingga terjadi inadekuat oksigen untuk beraktivitas. Terbukti dengan data pasien
mengatakan hanya mampu beraktivitas sedikit di tempat tidur, pasien masih dibantu jika
beraktivitas, RR : 28 x/menit yang dibandingkan dengan kriteria hasil melaporkan atau
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas dan tanda-tanda vital normal.
SIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan pemeriksaan fisik head
to toe yang mendukung ditegakkannya diagnosa.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul empat diagnosa pada pasien
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum, nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dada, gangguan pola tidur
berhubungan dengan sesak napas dan batuk, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
inadekuat oksigen untuk beraktivitas Semua diagnosa yang muncul dalam kasus sesuai
dengan teori.
3. Intervensi yang disusun penulis berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian
yang sesuai untuk menegakkan diagnosa. Selain itu sejalan dengan teori dalam tinjauan
keperawatan.
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. Selain itu
terdapat faktor penghambat yang membuat beberapa implementasi dalam
pelaksanaannya kurang maksimal.
5. Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi, ada 2 diagnosa yang
teratasi : nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dada, dan gangguan pola tidur
berhubungan dengan sesak napas dan batuk. Selain itu ada 2 diagnosa yang teratasi
sebagian : brsihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan inadekuat oksigen untuk
beraktivitas.
SARAN
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis
menyarankan kepada:
1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang dari petunjuk dokter dan perawat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan dapat menjaga pola hidup untuk menjaga kesehatan.
2. Untuk perawatan pasien dengan PPOK, harus ada kerjasama antara perawat ruangan dan
keluarga agar selalu memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien dan
memberi pendidikan kesehatan pada keluarga yang paling sederhana dan senantiasa
memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola hidup dan kesehatan pasien.
3. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat
perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien secara
komprehensif dan optimal.
4. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) adalah suatu kondisi dimana aliran
udara pada paru tersumbat secara terus-menerus. Gangguan yang penting adalah bronkhitis
kronis, a bronkhial( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).
Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit
tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Penyebab COPD :
Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
Polusi oleh zat- zat pereduksi.
Faktor keturunan.
Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
B. SARAN
Diharapkan Pembaca dapat mengerti tentang COPD dan mencegahnya dan deteksi dini
padapenyakitini.
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikanpenanganan yang
tepatuntukmengatasipenyakit COPD.
Di dalam masalah PPOK, sebaiknya terlebih dahulu mencegah faktor pencetus seperti
asap rokok, polusi udara dan lain-lain agar tidak terkena PPOK. Karena mengingat penderita
akan mengalami sakit yang berkepanjangan dan hal ini sangat merugikan penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Dialih bahasakan
oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Clochesy J.M., and Allen C., Patients with Sepsis, Critical Care Nursing , W.B. Saunders
Company, Phialadelphia,1993
Manthous C.A., Multiple System Organ Failture , Principles of Critical Care, Campanion-
Handbook, Mc. Grow-Hill Inc., Toronto, 1993.
(Buku Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Prof. Dr H. Tabrani Rab Jilid 2)
Ackerman MH. The effect of saline lavage prior to suctioning. Am J Crit Care 1993
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah brunner & Suddarth edisi 8 Suzanne C. Smeltzer,
Brenda G. Bare