You are on page 1of 41

PEDOMAN

KESIAPSIAGAAN TANGGAP
DARURAT

Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)

Tahun 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-

Nya sehingga Buku Panduan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat ini dapat

tersusun. Buku ini dirasa sangat diperlukan sebagai pedoman dalam rangka

menghadapi penanggulangan bencana di RS Tebet Jakarta. Buku ini merupakan

bagian dari Buku Penanggulangan Bencana Tingkat Korporat yang disesuaikan

dengan kondisi di Unit kerja yang harus dilaksanakan oleh seluruh pegawai RS

Tebet Jakarta.

Saat ini, Rumah sakit semakin dituntut untuk meningkatkan mutu, keamanan dan

keselamatan di dalam setiap pelayanan di Rumah sakit, untuk itu perlu dilakukan

standarisasi serta upaya penerapan program fasilitas dan keselamatan sesuai Buku

Panduan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat sehingga kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan RS Tebet Jakarta meningkat.

Dalam kaitan kesiapsiagaan tersebut, setiap rumah sakit perlu melakukan upaya

nyata antara lain melalui kebijakan, perencanaan kontinjensi dan rencana operasi

untuk menghadapi ancaman kebakaran, gempa,banjir dan ancaman bom.

Pada dasarnya buku panduan ini merupakan implementasi dari Facility

Management and Safety (FMS) yang mencakup penanggulangan potensi bahaya

(kebakaran, gempa,banjir dan ancaman bom), sarana darurat dan sistem

komunikasi. Dengan harapan buku panduan ini dapat dijadikan petunjuk dan

dapat dipergunakan dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana di RS


Tebet Jakarta. Apabila buku ini dikemudian hari ada banyak kekurangan dan hal-

hal yang perlu diperbaiki maka akan dilakukan penyempurnaan.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam

penyusunan buku ini. Akhir kata, semoga Allah selalu menyertai langkah kita dan

memberikan yang terbaik serta membuka kepedulian kita.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. RS Tebet Jakarta
Keadaan darurat merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana
terjadi kebakaran, peledakan, bencana alam, atau kondisi lain yang
menimbulkan kerusakan terhadap property atau menimbulkan cidera terhadap
manusia serta lingkungan.
RS Tebet Jakarta merupakan rumah sakit tipe B yang diperuntukkan
sebagai rumah sakit rujukan untuk seluruh wilayah di Jakarta Selatan.
1. Bangunan RS Tebet Jakarta: bangunan gedung yang berdiri sendiri yang
terdiri dari Gedung A ( 5 lanatai) dan B ( 8 lantai ).
2. Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
3. Darurat: suatu keadaan tidak normal / tidak diinginkan yang terjadi pada
suatu tempat / kegiatan, yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan / harta-benda, atau merusak lingkungan sekitarnya.
4. Kesiapsiagaan pada bangunan gedung : aktivitas-aktivitas yang dirancang
untuk meminimalisir kerugian dan kerusakan, mengorganisir pemindahan
penghuni gedung dari lokasi yang terancam ke tempat yang aman dan
menyelamatkan properti secara efektif.
5. Tanggap Darurat : tindakan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok
orang dalam menghadapi keadaan darurat.
6. Prosedur Tanggap Darurat : Tata cara / pedoman kerja dalam
menanggulangi suatu keadaan darurat dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia untuk menanggulangi akibat dari suatu kondisi yang tidak
normal dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang
lebih besar.
7. Organisasi Keadaan Darurat : sekelompok orang yang ditunjuk sebagai
pelaksana penanggulangan Keadaan Darurat.
8. Penghuni bangunan : semua orang yang berada dalam bangunan baik
secara sementara (tamu/pasien/keluarga pasien) atau tetap (pegawai).
9. Peringatan dini kebakaran : proses memonitor situasi-situasi dalam ruangan
bangunan gedung yang rentan terhadap bahaya kebakaran, yang
direfleksikan dengan adanya indikator panas atau asap.
10. Evakuasi : perpindahan penghuni bangunan secara paksa akibat keadaan darurat
dari ruangan menuju ke tempat yang aman.
11.Titik Berkumpul : area dimana penghuni bangunan gedung berkumpul saat
terjadi bencana.
12. Area Pengungsian : area dimana pasien dan keluarganya berkumpul pada setiap
lantai Gedung Staf Medik.
13. Evakuasi Horizontal : evakuasi penghuni bangunan secara lateral pada lantai
yang sama ke area pengungsian yang telah ditentukan.
14. Evakuasi Vertikal : evakuasi penghuni bangunan secara vertikal dari lantai atas
menuju ke titik berkumpul yang telah ditentukan.

15. Pos Komando : area dimana jajaran komando berkumpul yang terletak di area
depan lobi gedung pelayanan medis.

1.2. Tujuan

1. Agar penanggulangan keadaan darurat dapat dilaksanakan secara


efektif dan terpadu.
2. Agar kecelakaan dan kerusakan peralatan, fasilitas, bangunan dan
lingkungan bisa ditekan seminimal mungkin.
3. Untuk digunakan sebagai bahan atau materi sosialisasi/ pelatihan bagi
personil terkait guna meningkatkan kesiapan menghadapi keadaan
darurat di RS Tebet Jakarta.

1.3. Dasar Hukum

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagaan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
5. Kepmenkes No. 106/2004 tentang Tim Pengembangan Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)/General Emergency
Life Support (GELS) Tingkat Pusat
6. Kepmenkes No. 432/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah
Sakit
7. Peraturan Menteri PU No 26/2008, Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.
Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No Per.02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

1.4. Ruang Lingkup

Buku Rencana Tanggap Darurat menjelaskan tentang :


1. Kebijakan umum yang mencakup pengertian yang terkait dengan
keadaan darurat, kebijakan, maksud & tujuan dan dasar hukum.
2. Informasi umum yang meliputi :
a. Potensi bahaya yang dapat menimbulkan keadaan darurat
didalam RS Tebet Jakarta.
b. Sarana darurat yang terpasang di RS Tebet Jakarta.
c. Pedoman pemadaman dan penyelamatan penghuni bangunan
pada darurat kebakaran.
d. Informasi karakteristik gempa dan pedoman evakuasi ketika
merasakan gempa.
3. Pemeran dalam keadaan darurat yang meliputi organisasi keadaan
darurat dan tanggung jawab personil terkait dalam melaksanakan
prosedur tanggap darurat dan tindakan yang harus dilaksanakan
dalam bentuk bagan alir.
4. Prosedur tanggap darurat kebakaran dan instruksi kerja
penyelamatan manusia dan evakuasi, tanggap darurat kebakaran,
gempa, banjir & ancaman bom, komunikasi darurat.
5. Pelatihan simulasi tanggap darurat.
BAB II

INFORMASI UMUM

Jenis bencana menuru Undang undang Nomer 24 tahun 2007 dapat berasal

dari kerentanan bahaya teknologi, kerentanan bahaya alam, kerentanan bahaya

manusia, dan kerentanan bahan berbahaya.

A. Potensi Bahaya

1. Potensi Bahaya Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak dikendaki dan tidak dapat dikendalikan

yang dapat menimbulkan kerugian. Api hanya akan terjadi jika tersedia tiga unsur

yaitu adanya bahan bakar padat, cair atau gas, oksigen dan sumber panas sebagai

pemicu. Dalam gedung perkantoran bahan bakar yang ada adalah kertas, kayu,

karpet, meja dan kursi, kain untuk gordin dll, dan sumber panas dari instalasi

listrik. Sedangkan gedung pelayanan medis hampir sama dengan gedung

perkantoran namun juga terdapat gas oksigen pada setiap lantai dan gas LPG

pada dapur. Berdasarkan Kepmenaker No. 186/1999 tentang unit

penanggulangan kebakaran di tempat kerja, untuk hunian gedung perkantoran

dan rumah sakit diklasifikasi sebagai potensi bahaya kebakaran ringan.

2. Potensi Bahaya Gempa

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana gempa bumi

tektonik. Hal ini didasarkan atas wilayah Indonesia terletak pada jalur paling aktif

di dunia akan gempa, akibat pertemuan lempeng tektonik, yaitu lempeng samudra

Indo-Australia, Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Pasifik.


RS Tebet Jakarta yang berlokasi di Jakarta Selatan letaknya berada pada

. yaitu daerah mempunyai potensi bahaya gempa

berdasarkan peta potensi gempa mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan

Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 1726 2002.

Berdasarkan dari data sejarah Gempa yang pernah terjadi di Jakarta Selatan

berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika), intensitas tingkat goncangan gempa pada bangunan adalah sekitar

VII-VIII pada skala MMI (tabel skala intensitas dapat dilihat pada tabel berikut).

Dimana pada skala kekuatan gempa tersebut, kerusakan yang terjadi pada

konstruksi bangunan yang dibangun dengan konstruksi tahan gempa akan

mengalami sedikit kerusakan, namun gedung yang dibangun tidak memenuhi

persyaratan tahan gempa akan mengalami rusak parah, barang-barang dalam

ruangan akan jatuh jika tanpa penguatan dan tingkat kepanikan yang tinggi pada

penghuni bangunan.

Tabel. Skala Intensitas Modifikasi Mercalli/MMI (Skala Goncangan)

dari FEMA (Federal Emergency Management Agency-

Badan Pengaturan Keadaan Darurat Federal Amerika)

I. Orang-orang tidak merasakan adanya gerakan bumi.

II. Orang dalam jumlah sedikit mungkin merasakan gerakan bumi jika mereka

dalam keadaan diam atau berada di lantai-lantai atas bangunan tinggi.

III. Orang-orang di dalam ruangan merasakan gerakan. Benda-benda

menggantung bergoyang-goyang. Orang-orang di luar ruangan mungkin


tidak menyadari bahwa gempa sedang terjadi.

IV. Kebanyakan orang dalam ruangan merasakan gerakan. Benda tergantung

bergoyang-goyang. Alat-alat rumah tangga, pintu, jendela bergerak tidak

karuan. Gempa terasa seperti truk menabrak tembok. Orang-orang diluar

ruang amat sedikit yang menyadari adanya gerakan. Mobil yang di parkir

bergerak.

V. Hampir semua orang merasakan gerakan. Orang tidur terbangun. Pintu

terbuka dan berputar buka tutup. Peralatan rumah tangga bisa pecah/ rusak.

Bingkai gambar bergerak. Benda kecil bergerak atau terguling. Pohon

mungkin bergetar. Bahan cair mungkin tumpah keluar dari wadah terbuka.

VI. Setiap orang merasakan gerakan. Orang-orang sulit berjalan. Benda-benda

berjatuhan dari tempatnya diletakkan. Bingkai gambar jatuh dari dinding.

Furnitur bergerak. Plesteran di dinding mungkin retak. Pohon dan tanaman

bergetar. Kerusakan sedikit di gedung yang dibangun dengan tidak baik.

Tidak ada kerusakan struktur pada gedung yang dibangun dengan baik.

VII. Orang-orang kesulitan berdiri. Supir merasakan mobilnya bergetar.

Beberapa furniture pecah. Bata-bata lepas jatuh dari gedung-gedung.

Kerusakan sedikit hingga menengah pada bangunan yang dibangun dengan

baik; kerusakan akan sangat terlihat di gedung yang tidak dibangun dengan

baik.

VIII. Supir kesulitan mengendarai. Rumah-rumah yang tidak diikat dengan baik

pada pondasinya dapat bergeser. Struktur yang tinggi seperti menara dan

chimney dapat terpuntir dan rubuh. Gedung-gedung yang dibangun dengan

baik mengalami kerusakan kecil. Gedung yang tidak dibangun dengan baik
dapat mengalami kerusakan parah. Ranting pohon patah. Sisi perbuktian

mungkin retak jika kondisi tanah basah. Ketinggian air dalam sumur

mungkin berubah.

IX. Gedung yang dibangun dengan baik mengalami kerusakan yang signifikan.

Rumah-rumah yang tidak diikat ke pondasi bergeser dari pondasinya. Pipa-

pipa di bawah tanah patah. Tanah retak. Tangki-tangki mengalami

kerusakan serius.

X. Hampir semua gedung dan pondasinya hancur. Beberapa jembatan hancur.

Bendungan rusak serius. Longsor besar terjadi. Air terdesak ke tepi kanal,

sungai, dan danau. Tanah retak pada area yang sangat luas. Jakur kereta api

melengkung sedikit.

XI. Hampir semua gedung rubuh. Beberapa jembatan hancur, Retakan besar

terlihat di tanah. Jalur pipa dalam tanah hancur. Jalur kereta api mengalami

bengkok parah.

XII. Hampir semuanya hancur. Benda-benda terlempar ke udara. Tanah bergerak

bergelombang dan menggelembung. Sejumlah batuan besar mungkin

bergeser.

3. Potensi Bahaya Banjir

Bahaya banjir merupakan bencana alam yang harus diwaspadai jika gedung

dibangun di daerah yang terletak di dataran rendah. Lokasi RS Tebet Jakarta

tidak berisiko terkena bahaya banjir karena terletak di dataran tinggi.

4. Potensi Ancaman Bom


Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, sosial dan politik

merupakan ancaman yang diwaspadai. Ancamam ini berupa ancaman perusakan/

meruntuhkan bangunan gedung dan keselamatan jiwa dengan meledakkan bom

dengan kekuatan yang cukup dahsyat. Bangunan RS Tebet Jakarta, yang terletak

di Jakarta Selatan sebagai Ibu Kota mempunyai potensi acaman bom dan ledakan

bom, namun tidak dapat diprediksi tempat dimana bom akan diledakkan serta

kekuatan ledakkannya.

B. Sarana Darurat

1. Bangunan dan Konstruksi Gedung

Bangunan RS Tebet Jakarta dengan peruntukkan hunian campuran yaitu

kegiatan perkantoran pada jam kerja.

RS Tebet Jakarta terdiri dari 2 Gedung, Gedung A (4 lantai) dan B (8 lantai) ,

dilengkapi :

1 (satu) lift hingga lantai 5 dan 2 (dua) lift hingga lantai 8, 1 (satu)

tangga utama hingga lantai 5, dan 1 (satu) tangga utama hingga lantai 9

(termasuk baseman) serta selasar darurat yang menghubungkan lantai 1

hingga lantai 3.

Konstruksi bangunan RS Tebet Jakarta untuk :

Untuk hunian perkantoran (staf medik), bangunan gedung

terkompartemenisasi antar lantai.

Untuk hunian rumah sakit, bangunan gedung berbentuk atrium (atrium

adalah ruang di dalam bangunan gedung yang menghubungkan dua


tingkat atau lebih dan keseluruhan atau sebagian ruangannya tertutup

pada bagian atasnya oleh lantai).

2. Sistem Proteksi Kebakaran

Sarana yang tersedia didalam bangunan RS Tebet Jakarta adalah :

Alat pemadam api ringan (APAR) pada tiap lantai dengan titik yang telah

ditentukan sesuai kebutuhan ruangan yang telah ditentukan melalui

analisis resiko, jenis media pemadam serbuk kimia dan CO2.

Sistem air pemadam (fire hydrant system) tidak memiliki reservoir, masih

berbarengan dengan air kebutuhan rumah sakit.

Detektor asap pada area ruangan. Semua detektor bekerja secara otomatis

jika dipicu oleh adanya asap (detektor asap) dan indikasi tersebut

diinformasikan di panel kendali di lantai dasar.

General fire alarm bell secara manual untuk seluruh lantai tersedia di

panel kendali lantai satu (IGD).

Power listrik dari PLN dan diesel genset.

Di halaman luar gedung terdapat:

............ buah Hidran pilar

3.Sarana Penyelamatan dan Kelengkapannya

RS Tebet Jakarta dilengkapi dengan 1 (dua) buah selasar darurat, sebagai

sarana jalan keluar saat terjadi keadaan darurat dan 3 tangga utama. Tanda

evakuasi terpasang di setiap lantai dan tanda exit pada setiap jalan keluar.
C. Sistem Komunikasi

1. Komunikasi Interpersonal

Untuk komunikasi personal antar tim tanggap darurat dilengkapi dengan sarana

komunikasi bergerak seperti Handy Talki.

2. Kode Komunikasi Darurat

Kode yang digunakan seperti pada tabel berikut :

Kode Warna Pedoman


Code Red Informasi Kebakaran
Code Green Informasi Gempa
Code Purple Perintah Evakuasi
Code Black Informasi Ancaman Bom
Code Grey Informasi Gangguan Keamanan
Code Pink Infromasi Penculikan Bayi
Code Blue Informasi Kegawat daruratan medis

Code Red - Api

Bagi pasien dan keluarga pasien, jangan panik dan ikuti arahan staf rumah
sakit dengan baik. Jangan mencoba memadamkan api sendiri. Jauhi sumber api dan
biarkan staf rumah sakit yang terlatih untuk melakukan upaya pemadaman api.

Jangan asal memadamkan api kalau anda tidak terlatih!

Khusus di ruang perawatan, perawat anda terlatih untuk menganalisa dan


melakukan proses evakuasi saat code purple diaktifkan. Beliau memiliki tanggung
jawab untuk mengevakuasi seluruh pasien dan keluarganya, melalui jalur evakuasi
menuju titik-titik aman yang telah ditentukan.Jadi simak petunjuknya dengan baik
dan jangan banyak protes.

Bila keluarga anda adalah pasien yang immobile (misalnya dengan penurunan
kesadaran, dengan mesin bantu napas, dll) proses evakuasinya akan berbeda dengan
pasien lain yang mobile (dapat berjalan sendiri, dengan tongkat atau kursi roda).
Harap bersabar dan ikuti arahan dari perawat.Anda yang masih dapat berjalan
sendiri, silahkan ikuti arahan staf menuju titik aman.

Code Green - Gempa

Bagi pasien dan pengunjung yang sedang berada dalam lift, segera pencet
tombol buka dan keluar dari lift. Jangan berlari, cari pegangan, jongkok dan
berlindung di tempat-tempat yang aman dari risiko tertimpa barang atau reruntuhan
seperti pada pojok / sudut dinding, samping meja atau keluar dari gedung bila
mungkin.

Pasien immobile disarankan tetap di tempat tidur, evakuasi bersama tempat


tidurnya relatif lebih aman bila jalur ramp rumah sakit dapat dilewati. Bagi pasien
yang di tempat tidur, tetap di tempat.Bagi pengunjung ruang perawatan, jongkok dan
berlindung disamping tempat tidur atau pojok dinding.

Memang sulit untuk tidak panik saat terjadi gempa, target utamanya adalah
keluarkan pasien sebanyak mungkin dari gedung. Pada meeting point, seharusnya
sudah ada staf RS yang telah mengamankan lokasi pengungsian dan mengatur
masuknya pasien & pengunjung dari seluruh jalur evakuasi

Code Purple - Evakuasi

Saat evakuasi dimulai, dengar dan ikuti arahan dari staf rumah sakit. Arah
dan jalur evakuasi RS pada umumnya telah ditentukan berdasarkan hasil analisa dari
konsultan keamanan gedung, dan telah disimulasikan menggunakan panduan tanggap
darurat bencana rumah sakit. Hindari sikap sok tahu dengan memaksa menggunakan
jalur lain untuk evakuasi. Hal ini tidak saja membahayakan nyawa anda sendiri, juga
pasien-pengunjung dan staf RS lainnya.

Saat situasi darurat, aliran listrik umumnya akan dimatikan, penggunaan lift
pun dibatasi. Hindari perilaku mau menang sendiri dengan memaksa menggunakan
lift yang diutamakan bagi pasien immobile (di tempat tidur). Pada situasi kritis,
penggunaan ramp dan atau tangga darurat relatif lebih aman dibanding lift. Sehingga
bila anda masih dapat berjalan (sendiri atau dibantu), hindari lift saat evakuasi.
Tangga darurat dilewati pasien mobile dan pengunjung, kapasitasnya terbatas untuk
satu periode waktu .

Setiap sisi rumah sakit biasanya telah dibagi menjadi zona-zona dengan jalur
evakuasi yang berbeda-beda. Patuhi arahan petugas di masing-masing zona. Hindari
perilaku sok tahu dengan memaksa untuk menyebrang zona dan menggunakan jalur
evakuasi yang berbeda. Setiap jalur evakuasi telah dianalisa kapasitasnya untuk
proses evakuasi yang lancar, cepat dan aman. Saat anda pindah berisiko mengancam
kelancaran seluruh proses evakuasi pada jalur tersebut.

Code Black - Bom

Bagi pasien dan pengunjung, jangan panik. Informasi mengenai status


ancaman bom sedang dianalisa dan berjalan, staf rumah sakit sedang mempelajari
situasi serta bersiap melaksanakan peran bila perintah evakuasi (code purple)
diaktifkan.

Jangan heboh sendiri, mencari perhatian perawat, teriak-teriak, keluar-masuk


kamar perawatan, naik-turun lift, bergosip dengan pasien/ pengunjung lainnya dan
menyebarkan kecemasan. Hal ini akan menghambat kegiatan evakuasi. Siapkan diri
dan keluarga (termasuk barang berharga yang mudah dibawa) untuk evakuasi sesuai
arahan staf rumah sakit. Bila kita melihat benda yang dicurigai sebagai bom atau
menemukan bungkusan tak bertuan, jangan sentuh. Segera laporkan pada petugas
keamanan.

Code Grey Gangguan Keamanan

Bagi pasien dan pengunjung yang berhadapan langsung dengan perusuh atau
oknum bersenjata, sedapat mungkin bersikap tenang, bicara seperlunya dan hindari
sikap sok pahlawan.
Bagi pasien dan pengunjung lainnya, ikuti arahan staf rumah sakit.Jangan
jadikan situasi kritis tersebut sebagai tontonan.

Code Pink - Penculikan

Bagi pengunjung, tetap di tempat. Berikan kesempatan petugas keamanan


untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh pada semua area rumah sakit. Bila anda
membawa bayi atau anak, jangan tersinggung saat petugas keamanan meminta anda
menunjukkan identitas bayi/ anak anda. Hal ini penting untuk menyaring si penculik
yang menyaru sebagai pengunjung yang membawa anak. Bila anda melihat orang
yang mencurigakan, jangan bertindak sendiri. Hubungi petugas keamanan segera.

Code Blue - Henti Jantung

Bila pasien yang mengalami henti jantung adalah keluarga kita, berikan
keleluasaan bagi tim medis reaksi cepat untuk melakukan pertolongan. Keluar dari
ruangan, agar tidak menganggu kelancaran aktivitas resusitasi yang membutuhkan
ruang gerak yang cukup. Silahkan berdoa, menangis atau mengekspresikan
kecemasan kita dengan cara lain, tetapi pada jarak yang aman dari kamar pasien. Bila
kita/keluarga kita berada dirawat satu kamar dengan pasien yang henti jantung,
jangan jadikan pasien tersebut sebagai tontonan. Sedapat mungkin keluar dari kamar,
berikan ruang yang cukup dan leluasa bagi tim code blue untuk memberikan
pertolongan.

Minggir, beri jalan untuk tim Code Blue!

Bagi pasien dan pengunjung lainnya, berikan jalan dan dahulukan petugas
medis yang menggunakan penanda (pin, rompi, seragam, dll) tim medis reaksi cepat
atau tim code blue, baik di tangga, lift maupun di lorong.

3. Operator & Nomor Telepon Darurat


Operator telepon darurat yang bisa dihubungi adalah di ruang tehnik lantai

dasar dengan nomor telepon darurat di seluruh RS Tebet Jakarta.

5. Titik Berkumpul & Area Pengungsian

Titik berkumpul untuk penghuni bangunan dibagi menjadi 2 yaitu :

Titik Berkumpul I : area di halaman depan kiri dekat pintu masuk ke RS Tebet

Jakarta yang akan digunakan untuk tempat berkumpulnya pasien dan

keluarganya.

Titik berkumpul II : area di halaman sebelah kanan belakang RS Tebet Jakarta

yang digunakan untuk berkumpul pasien dan keluarganya.

Titik berkumpul III : area di halaman sebelah kanan RS Tebet Jakarta yang

digunakan untuk berkumpul pasien dan keluarganya.

Titik berkumpul IV : area di halaman belakang RS Tebet Jakarta yang

digunakan untuk berkumpul pasien dan keluarganya.

6. Pos Komando

Pos Komando adalah area dimana para koordinator berkumpul untuk

memimpin jalannya operasional keadaan darurat yg terletak di belakang

gedung D dekat Workshop.

D. Cara melakukan Evakuasi Pasien

bayi sehat, dengan digendong/dengan box

pasien duduk, dengan kursi roda

pasien tidur dengan memakai seprei, kasur, brancar/tandu


evakuasi dipandu oleh tim evakuasi lantai tiap zona

E. Apa yang dilakukan jika menemukan titik api

4P

P= Pindahkan pasien ke tempat yang aman

Panggil bantuan/alarm

Pintu ditutup, sentra gas medis dan sentra gas medis diamankan

Padamkan api menggunakna APAR/hidran

F. Cara menggunakan APAR

CASS

Cabut pin

Arahkan nozzle

Semprotkan dengan menekan tuas

Sebarkan/sapukan dari sisi ke sisi

G. Jalur evakuasi

Ikuti jalur evakuasi dan berkumpul di titik yang sudah ditentukan.

Ikuti petunjuk yang diajurkan tim evakuasi zona perlantai


BAB III
MITIGASI

A. Deteksi dini

1. Fenomena Api

Api berkembang menjadi besar melalui beberapa tahapan seperti pada gambar

berikut :

Perkembangan api dalam ruang tertutup dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap yaitu:

1. Tahap penyalaan
Tahap ini ditandai dengan munculnya api dalam ruangan atau tempat lainnya.

2. Tahap Pertumbuhan

Pada tahap ini terjadi perambatan panas dan asap yang akan menyebar ke seluruh

ruangan. Tahap pertumbuhan ini merupakan tahap yang paling baik untuk

evakuasi penghuni di dalam ruangan dan upaya pemadam api dengan

menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan jika api membesar

padamkan dengan air hidran.

3. Tahap flashover

Tahap ini api sudah mencapai langit-langit dan asap hampir memenuhi ruangan

dimana temperatur ruangan mencapai sekitar 500-600 O C. Waktu yang diperlukan

sampai terjadi flashover adalah sekitar 2-5 menit tergantung dari bahan yang

terbakar. Untuk tahap ini pemadaman harus menggunakan hidran gedung

dan saat paling tepat untuk evakuasi pasien pada lantai terbakar dan lantai

lainnya yang terpapar asap.

4. Tahap Surut

Api sudah mulai padam karena bahan yang terbakar hampir habis.

2. Penyelamatan Manusia & Aset

Evakuasi

Evakuasi untuk penghuni RS Tebet Jakarta adalah dengan mengarahkan semua

penghuni bangunan menuju ke titik berkumpul 1, 2, 3 dan 4. Jika terjadi kebakaran

besar, penghuni di lantai atas harus segera di evakuasi, mengingat belum memiliki

selasar darurat.

Petugas evakuasi (perawat) harus segera mengevakuasi pasien jika dampak

kebakaran membahayakan pasien. Jangan Menunggu Instruksi. Pasien harus


segera dipindahkan ke area yang aman, dan pada setiap area pengungsian atau

titik berkumpul harus ditunggu oleh perawat.

3. Pemadaman Api

Berdasarkan tahapan perkembangan api, saat yang tepat untuk memadamkan

kebakaran adalah pada saat :

Tahap pertumbuhan, padamkan dengan APAR.

Jika api membesar gunakan Hidran Halaman

Jika hidran tidak mampu tinggalkan bangunan menuju titik berkumpul/ area

pengungsian.

B. Mitigasi Gempa

1. Mitigasi Non-Struktural

Gempa tidak menimbulkan kecelakaan atau kematian dan penyebab kecelakaan atau

kematian karena keruntuhan bangunan atau kejatuhan benda-benda disekitarnya.

Setiap ruangan terdapat berbagai benda-benda, dan kondisi ini rentan untuk

terjadinya kecelakaan pagi penghuni bangunan gedung.

Tingkat kerentanan benda-benda ketika terjadi gempa dibagi menjadi 3 (tiga)

kategori yaitu :

Area aman : area dimana penghuni bangunan pada sekitar area tersebut dapat

berlindung atau evakuasi sementara ketika terjadi gempa. Area dimana terdapat

meja untuk berlindung dan berdiri di tempat lekukan bangunan gedung serta

tidak terdapat barang-barang yang dapat jatuh.

Area bahaya ringan/ sedang : area dimana penghuni tidak diperbolehkan untuk

tempat berlindung atau evakuasi sementara ketika terjadi gempa, karena benda-

benda disekitar area dapat jatuh dan menimpa penghuni dan menimbulkan
kecelakaan ringan/ sedang. Contoh benda-benda yang bisa jatuh, menimpa

penghuni bangunan dan menimbulkan luka ringan/ sedang: jam dinding, filling

cabinet, printer, dispenser/ lemari pendingin dll.

Area bahaya berat : area dimana penghuni bangunan pada sekitar area tersebut

tidak diperbolehkan untuk tempat berlindung atau evakuasi sementara ketika

terjadi gempa karena benda-benda di sekitar area dapat jatuh dan menimbulkan

kecelakaan berat. Contoh benda-benda yang bisa jatuh dan menimpa penghuni

bangunan serta menimbulkan luka berat dan fatal seperti lemari besar dengan

tinggi lebih dari 2 meter berisi file yang terbuat dari kayu atau kaca dan kaca

jendela.

2. Evakuasi

Evakuasi Sementara

Gempa tektonik hanya berlangsung selama sekitar 1-2 menit, dan jika terjadi gempa

maka penghuni gedung tidak disyaratkan untuk evakuasi keluar bangunan namun

evakuasi ke area yang aman pada lantai yang sama sesuai dengan peta area aman.

Selanjutnya evakuasi ke luar bangunan, jika terdapat gempa susulan yang lebih besar.

Evakuasi keluar bangunan

Evakuasi untuk penghuni RS Tebet Jakarta adalah dengan mengarahkan semua

penghuni bangunan menuju ke Titik Berkumpul 1, 2, 3 dan 4 melalui tangga utama

dan selasar.
BAB IV

PENGORGANISASIAN DALAM KEADAAN DARURAT

A. Organisasi Tanggap Darurat

Bagan Organisasi Tangga Darurat RS Tebet Jakarta sesuai pada bagan

orgasisasi berikut. Nama-nama personil dalam organisasi ditunjuk dan ditetapkan

oleh Kepala Departemen RS Tebet Jakarta dan merupakan bagian terpisah dari

Buku ini.

STRUKTUR TIM TANGGAP DARURAT


DI RS Tebet Jakarta

Ketua
Didalam jam kerja : .
Di luar jam kerja : .

Wakil Ketua
.

Koordinator Regu Koordinator Regu Koordinator Regu Koordinator Regu Koordinator Regu
Pemadam Kebakaran P2K3 Evakuasi Keamanan Logistik
. . .
.. Anggota : seluruh staff
K3

Uraian tugas dan kewajiban :


1. Ketua

a. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat.


b. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat.
c. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan
latihan tanggap darurat di lingkungan.
d. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun non-rutin Unit Tanggap
Darurat.
e. Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat.
2. Wakil ketua

a. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.


b. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat.
c. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan
dengan tanggap darurat.
d. Membantu tugas-tugas Ketua apabila Ketua berhalangan.
3. Regu Pemadam Kebakaran

a. Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua sarana


pemadam api di lingkungan RS Tebet Jakarta secara aman, selamat
dan efektif.
b. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
pemadam api di lingkungan RS Tebet Jakarta kepada Koordinator,
Wakil maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
4. Regu Evakuasi

a. Memimpin prosedur evakuasi secara aman, selamat dan cepat.


b. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
evakuasi di lingkungan RS Tebet Jakarta kepada Koordinator, Wakil
maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
c. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak ataupun teruka
kepada Regu P3K, Koordinator maupun wakil Unit Tanggap Darurat.
5. Regu P3K

a. Melaksanakan tindakan P3K.


b. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana P3K
di lingkungan RS Tebet Jakarta kepada Koordinator, Wakil maupun
Ketua Unit Tanggap Darurat.
c. Melaporkan kepada Koordinator ataupun wakil Unit Tanggap
Darurat bilamana terdapat korban yang memerlukan tindakan medis
lanjut pihak ke tiga di luar RS Tebe Jakarta.
6. Logistik

Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan,


minuman, pakaian, selimut, pakaian, dsb)

7. Transportasi

Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar


lingkungan RS Tebet Jakarta.

8. Komunikasi Internal

a. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan


menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.
b. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat
dilangsungkan secara baik dan lancar
9. Komunikasi Eksternal

a. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi


informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
b. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap
darurat (Kepolisian/Warga).
10. Keamanan

Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal


selama berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.

BAB V

STANDARD OPERATING PROSEDUR

A. Prosedur Penyelamatan Penghuni Bangunan dan Evakuasi


1. Tujuan

Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan

operasional kepada seluruh pegawai dan Organisasi Tanggap Darurat

mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil dalam rangka

memindahkan penghuni bangunan karena bangunan gedung yang ditempati

tidak layak huni sementara atau tetap.

2. Ruang Lingkup

Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya perintah evakuasi sampai semua

penghuni telah keluar dari area/ bangunan yang berpotensi menimbulkan

bahaya bagi penghuni.

B. Prosedur Darurat Kebakaran

1.Tujuan

Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan

operasional kepada seluruh pegawai dan Organisasi Tanggap Darurat

mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil jika terjadi darurat

Kebakaran.

2. Ruang Lingkup

Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya teriakan kebakaran atau

terdengarnya bunyi alarm kebakaran (yang mengindikasikan adanya asap

atau panas) yaitu dari timbulnya api sampai api padam.


3. Bagan Alir Darurat Kebakaran

C. Prosedur Menghadapi Gempa

1. Tujuan

Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan

operasional kepada seluruh pegawai dan Organisasi Tanggap Darurat

mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil jika terjadi darurat gempa.

2.Ruang Lingkup

Prosedur ini dilaksanakan mulai merasakan adanya gempa sampai dinyatakan

kondisi normal.
3 Pedoman Umum

Pedoman umum bagi seluruh penghuni bangunan jika terjadi gempa adalah

sebagai berikut :

Merasakan gempa.

Menuju ke tempat yang aman (sesuai dengan Peta Area Aman pada setiap

lantai) untuk jongkok, misalkan di bawah meja yang kuat, atau pada

sudut dalam ruangan atau disebelah lemari yang kokoh/ kuat.

Lindungi kepala dan leher dengan menggunakan kedua tangan yang

diletakkan di atas kepala atau menggunakan bantuan benda seperti tas

atau lainnya.

Berpeganglah secara erat pada sesuatu benda yang kuat, misal kaki meja.

Telaplah berada di sana dan jangan bergerak sampai goncangan berhenti.

Tunggu perintah lebih lanjut

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi. Jika merasakan

getaran gempa bumi saat berada di dalam lift , maka tekanlah semua

tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah dan menuju ke tempat yang aman

sementara sampai goncangan gempa berhenti.

Secara garis besar tindakan yang harus dilakukan adalah :

MENUJU TEMPAT AMAN, JONGKOK, BERLINDUNG,

BERPEGANGAN

Bencana gempa bumi, tergantung pada kekuatan dan getaran gempa bumi pada

suatu lokasi dan merupakan cerminan pengaruh gempa bumi terhadap tingkat

kerusakan prasarana dan sarana. Pedoman tindakan yang harus dilakukan jika

merasakan gempa bumi seperti tabel berikut.


Tabel Intensitas Goncangan Gempa dan Tindakan yang lakukan

Skala Dampak Terhadap Penghuni Bangunan TINDAKAN

MMI
I. Tidak merasakan adanya gerakan bumi. Tetap bekerja secara normal
II. Dalam jumlah sedikit mungkin merasakan Tetap bekerja secara normal

gerakan bumi jika mereka dalam keadaan

diam atau berada di lantai-lantai atas

bangunan tinggi.
III. Di dalam ruangan merasakan gerakan. Benda- Tetap tenang/kepanikan

benda menggantung bergoyang-goyang. dikendalikan agar tidak

Orang-orang di luar ruangan mungkin tidak menimbulkan kegaduhan

menyadari bahwa gempa sedang terjadi.


IV. Kebanyakan orang dalam ruangan merasakan Tetap tenang/kepanikan

gerakan. Benda tergantung bergoyang- dikendalikan agar tidak

goyang. Gempa terasa seperti truk menabrak menimbulkan kegaduhan

tembok. Orang-orang di luar ruang amat

sedikit yang menyadari adanya gerakan.

Mobil yang diparkir bergerak.


V. Hampir semua orang merasakan gerakan. Menuju ke tempat

Pintu terbuka dan berputar buka tutup. aman

Bingkai gambar bergerak. Benda kecil Jongkok,

bergerak atau terguling. Bahan cair mungkin Berlindung Berpegangan

tumpah keluar dari wadah terbuka. Menunggu Perintah

lebih lanjut
VI. Setiap orang merasakan gerakan. Orang- Menuju ke tempat aman

orang sulit berjalan. Benda-benda berjatuhan Jongkok, Berlindung

dari tempatnya diletakkan. Bingkai gambar Berpegangan

jatuh dari dinding. Furnitur bergerak. Menunggu Perintah lebih

Plesteran di dinding mungkin retak. lanjut

Kerusakan sedikit di gedung yang dibangun

dengan tidak baik. Tidak ada kerusakan

struktur pada gedung yang dibangun dengan

baik.
VII. Orang-orang kesulitan berdiri. Beberapa Menuju ke tempat

furniture pecah. Kerusakan sedikit hingga aman

menengah pada bangunan yang dibangun Jongkok,

dengan baik; kerusakan akan sangat terlihat di Berlindung,

gedung yang tidak dibangun dengan baik. Berpegangan

Menunggu perintah

lebih lanjut
VIII. Struktur yang tinggi seperti menara dan Menuju ke tempat aman

Cerobong asap (chimney) dapat terpuntir dan Jongkok,Berlindung

rubuh. Gedung-gedung yang dibangun Berpegangan

dengan baik mengalami kerusakan kecil. Menunggu Perintah

Gedung yang tidak dibangun dengan baik lebih lanjut

dapat mengalami kerusakan parah.

IX. Gedung yang dibangun dengan baik Menuju ke tempat aman

mengalami kerusakan yang signifikan. Pipa- Jongkok,Berlindung

pipa di bawah tanah patah. Tanah retak. Berpegangan


Tangki-tangki mengalami kerusakan serius. Menunggu Perintah lebih

lanjut
X. Hampir semua gedung dan pondasinya Menuju ke tempat aman

hancur. Tanah retak pada area yang sangat Jongkok,Berlindung

luas. Berpegangan

Menunggu Perintah lebih

lanjut

Jika terjebak dalam

bangunan runtuh segera

minta pertolongan
XI. Hampir semua gedung rubuh. Retakan besar Menuju ke tempat aman

terlihat di tanah. Jalur pipa dalam tanah Jongkok,Berlindung

hancur. Berpegangan

Menunggu Perintah

lebih lanjut

Jika terjebak dalam

bangunan runtuh segera

minta pertolongan
XII. Hampir semuanya hancur. Benda-benda Menuju ke tempat aman

terlempar ke udara. Tanah bergerak Jongkok, Berlindung

bergelombang dan menggelembung. Berpegangan

Menunggu Perintah

lebih lanjut

Jika terjebak dalam

bangunan runtuh segera


minta pertolongan

4. Bagan alir tindakan darurat gempa bagi penghuni bangunan

D. Prosedur Menghadapi Ancaman Bom


1.Tujuan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan
operasional kepada seluruh pegawai dan Organisasi Tanggap Darurat
mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil dalam rangka menghadapi
ancaman.

2. Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya informasi adanya ancaman bom
sampai dinyatakan aman.

E. Prosedur Banjir
1.Tujuan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan
operasional kepada seluruh pegawai dan Organisasi Tanggap Darurat
mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil dalam rangka menghadapi
ancaman banjir.

2. Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya air yang masuk ke area dasar sampai
air surut.

F. Prosedur Darurat Komunikasi


1.Tujuan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan
operasional kepada Petugas Operator Komunikasi mengenai tindakan-
tindakan yang harus dilakukan ketika menerima perintah untuk
mengkomunikasikan informasi darurat ke seluruh pegawai RS Tebet Jakarta.

2. Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya perintah untuk membacakan teks
sesuai dengan pedoman teks.
BAB V
TATA CARA EVAKUASI PASIEN

Ada banyak metode, cara dan variasi untuk mengevakuasi.


Pasien yang dapat berjalan (Mandiri Care) selalu di evakuasi PERTAMA.
a. Mandiri Care (Bisa berjalan tanpa bantuan)
Semua pasien yang dapat berjalan di evakuasi paling PERTAMA dengan
pengawalan menuju pintu-pintu keluar ataupun tangga darurat menjauh dari titik
bahaya
b. Parsial Care (Bisa berdiri tapi tidak mampu berjalan)

Menggunakan penyanggah manusia


Pasien dapat berdiri namun tidak mampu

berjalan karena kelemahan fisik dapat dibantu

dengan menggunakan penyanggah manusia

(dipapah) oleh perawat, keluarga, pengunjung

atau orang yang mampu di dekatnya.

Cara : berdiri di samping bagian yang paling

lemah dari pasien tersebut, tarik lengan pasien

yang terdekat menggunakan tangan yang

terjauh dari pasien dan letakan di belakang

leher penolong, tangan penolong yang terdekat

dengan pasien memegang pinggang terjauh

dari penolong, pegang tangan dan pinggang

pasien yang kuat dan berjalan menuju pintu

keluar

Gendong dari belakang

Metode ini digunakan hanya bagi penolong

yang kuat dan pasien lebih kecil dan ringan

dari penolong.

Cara : bantu pasien untuk duduk atau berdiri

di pinggir tempat tidur menghadap ke arah

penolong, penolong berdiri atau setengah

jongkok membelakangi pasien, instruksikan

pasien untuk meletakan tangan nya di bahu


penolong, tangan penolong memegang paha

pasien dari luar dan angkat pasien ke

punggung, jalan secara perlahan ke arah pintu

keluar atau tangga-tangga darurat.

Menggunakan kursi duduk

Kebanyakan jenis kursi dapat/ bisa digunakan

untuk mengevakuasi pasien yang tidak mampu

berjalan namun dalam keadaan sadar. Jenis

kursi yang baik adalah kursi yang lurus.

Cara : Jika memungkinkan penolong terdiri

dari dua orang untuk memindahkan pasien

dari tempat tidur ke kursi duduk. Setelah

pasien didudukan di kursi, ambil selimut

untuk mengikat pinggang pasien ke kursi agar

pasien tidak terjatuh pada saat di evakuasi.

Miringkan kursi ke belakang sehingga kaki

depan menggantung. Lalu pasien segera

dibawa dengan cara yang aman, tenang dan

selamat menuju ke tempat titik kumpul.

Menggunakan kursi roda

Dengan cara : Jika memungkinkan penolong

terdiri dari dua orang untuk memindahkan

pasien dari tempat tidur ke kursi duduk.


Setelah pasien sudah didudukan di kursi,

ambil selimut untuk mengikat pinggang pasien

ke kursi agar pasien tidak terjatuh pada saat di

evakuasi.

Lalu pasien segera dibawa dengan cara yang

aman, tenang dan selamat menuju ke tempat

titik kumpul.

c. Total Care (Butuh bantuan penuh karena tidak bisa berjalan dan berdiri/ kesadaran

menurun/ tidak kooperatif)

Metode evakuasi pasien ini dikerjakan apabila pasien dalam keadaan tidak

sadar, dan alat-alat untuk membantu dalam evakuasi sudah tidak ada lagi.

Dengan Cara

Gambar 1 :

Sebelum memindahkan pasien,

siapkan terlebih dahulu sebuah

selimut yang cukup tebal di lantai

samping tempat tidur pasien yang

Gambar 1 akan di evakuasi.


Gambar 2 :

Lalu letakan bantal di tengah-

tengah selimut dan berada di atas.

Gambar 2

Gambar 3 :

Panggil salah satu orang untuk

membantu mengangkat pasien

dari tempat tidur ke selimut yang

sudah kita siapkan tadi secara

pelan, aman, dengan satu

Gambar 3 komando angkat secara bersama-

sama.
Gambar 4 :

Setelah pasien diletakan di lantai


yang sudah diberi alas selimut
tadi, lalu gulung selimut pada
bagian kaki, sehingga kaki
tertutup selimut dan tampak
sepeti huruf T
Lalu Bawa pasien menuju titik
kumpul, dan biarkan teman yang
tadi membantu untuk menolong
Gambar 4
pasien lainnya untuk di
evakuasi.
Dalam keadaan evakuasi, perlu
diperhatikan penggunaan kursi
roda, kursi duduk, tandu,
brankard, bisa membatasi
pergerakan dalam evakuasi,
bahkan bisa membahayakan,
jadi lakukan metode tersebut
setelah semua pasien-
pengunjung-orang yang akan
dievakuasi yang dapat berjalan
sudah keluar dari ruangan.
BAB VI

PENUTUP

Panduan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana RS Tebet Jakarta ini

dijadikan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan Panduan Kesiapsiagaan Tanggap

Darurat Bencana yang berupa kebijakan, informasi umum, mitigasi kebakaran,

pengorganisasian dalam keadaan darurat, evakuasi menurut area, dan tata cara

evakuasi pasien di RS Tebet Jakarta, dengan tujuan tercapainya sertifikasi

akreditasi paripurna.
Dengan dilaksanakannya Panduan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana ini

dengan baik dan benar maka diharapkan akan terwujud tercapainya tujuan

sesuai target, tercapainya 100% seluruh proses dalam Panduan Kesiapsiagaan

Tanggap Darurat Bencana.

Mengetahui,

Direktur RS Tebet, Penyusun,

Dr. Margarita Dewi. L, SpOk Tim K3RS

You might also like