Professional Documents
Culture Documents
KESIAPSIAGAAN TANGGAP
DARURAT
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Tahun 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
tersusun. Buku ini dirasa sangat diperlukan sebagai pedoman dalam rangka
dengan kondisi di Unit kerja yang harus dilaksanakan oleh seluruh pegawai RS
Tebet Jakarta.
Saat ini, Rumah sakit semakin dituntut untuk meningkatkan mutu, keamanan dan
keselamatan di dalam setiap pelayanan di Rumah sakit, untuk itu perlu dilakukan
standarisasi serta upaya penerapan program fasilitas dan keselamatan sesuai Buku
Dalam kaitan kesiapsiagaan tersebut, setiap rumah sakit perlu melakukan upaya
nyata antara lain melalui kebijakan, perencanaan kontinjensi dan rencana operasi
komunikasi. Dengan harapan buku panduan ini dapat dijadikan petunjuk dan
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam
penyusunan buku ini. Akhir kata, semoga Allah selalu menyertai langkah kita dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. RS Tebet Jakarta
Keadaan darurat merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan dimana
terjadi kebakaran, peledakan, bencana alam, atau kondisi lain yang
menimbulkan kerusakan terhadap property atau menimbulkan cidera terhadap
manusia serta lingkungan.
RS Tebet Jakarta merupakan rumah sakit tipe B yang diperuntukkan
sebagai rumah sakit rujukan untuk seluruh wilayah di Jakarta Selatan.
1. Bangunan RS Tebet Jakarta: bangunan gedung yang berdiri sendiri yang
terdiri dari Gedung A ( 5 lanatai) dan B ( 8 lantai ).
2. Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
3. Darurat: suatu keadaan tidak normal / tidak diinginkan yang terjadi pada
suatu tempat / kegiatan, yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan / harta-benda, atau merusak lingkungan sekitarnya.
4. Kesiapsiagaan pada bangunan gedung : aktivitas-aktivitas yang dirancang
untuk meminimalisir kerugian dan kerusakan, mengorganisir pemindahan
penghuni gedung dari lokasi yang terancam ke tempat yang aman dan
menyelamatkan properti secara efektif.
5. Tanggap Darurat : tindakan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok
orang dalam menghadapi keadaan darurat.
6. Prosedur Tanggap Darurat : Tata cara / pedoman kerja dalam
menanggulangi suatu keadaan darurat dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia untuk menanggulangi akibat dari suatu kondisi yang tidak
normal dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang
lebih besar.
7. Organisasi Keadaan Darurat : sekelompok orang yang ditunjuk sebagai
pelaksana penanggulangan Keadaan Darurat.
8. Penghuni bangunan : semua orang yang berada dalam bangunan baik
secara sementara (tamu/pasien/keluarga pasien) atau tetap (pegawai).
9. Peringatan dini kebakaran : proses memonitor situasi-situasi dalam ruangan
bangunan gedung yang rentan terhadap bahaya kebakaran, yang
direfleksikan dengan adanya indikator panas atau asap.
10. Evakuasi : perpindahan penghuni bangunan secara paksa akibat keadaan darurat
dari ruangan menuju ke tempat yang aman.
11.Titik Berkumpul : area dimana penghuni bangunan gedung berkumpul saat
terjadi bencana.
12. Area Pengungsian : area dimana pasien dan keluarganya berkumpul pada setiap
lantai Gedung Staf Medik.
13. Evakuasi Horizontal : evakuasi penghuni bangunan secara lateral pada lantai
yang sama ke area pengungsian yang telah ditentukan.
14. Evakuasi Vertikal : evakuasi penghuni bangunan secara vertikal dari lantai atas
menuju ke titik berkumpul yang telah ditentukan.
15. Pos Komando : area dimana jajaran komando berkumpul yang terletak di area
depan lobi gedung pelayanan medis.
1.2. Tujuan
INFORMASI UMUM
Jenis bencana menuru Undang undang Nomer 24 tahun 2007 dapat berasal
A. Potensi Bahaya
Kebakaran adalah api yang tidak dikendaki dan tidak dapat dikendalikan
yang dapat menimbulkan kerugian. Api hanya akan terjadi jika tersedia tiga unsur
yaitu adanya bahan bakar padat, cair atau gas, oksigen dan sumber panas sebagai
pemicu. Dalam gedung perkantoran bahan bakar yang ada adalah kertas, kayu,
karpet, meja dan kursi, kain untuk gordin dll, dan sumber panas dari instalasi
perkantoran namun juga terdapat gas oksigen pada setiap lantai dan gas LPG
tektonik. Hal ini didasarkan atas wilayah Indonesia terletak pada jalur paling aktif
di dunia akan gempa, akibat pertemuan lempeng tektonik, yaitu lempeng samudra
Berdasarkan dari data sejarah Gempa yang pernah terjadi di Jakarta Selatan
VII-VIII pada skala MMI (tabel skala intensitas dapat dilihat pada tabel berikut).
Dimana pada skala kekuatan gempa tersebut, kerusakan yang terjadi pada
ruangan akan jatuh jika tanpa penguatan dan tingkat kepanikan yang tinggi pada
penghuni bangunan.
II. Orang dalam jumlah sedikit mungkin merasakan gerakan bumi jika mereka
ruang amat sedikit yang menyadari adanya gerakan. Mobil yang di parkir
bergerak.
terbuka dan berputar buka tutup. Peralatan rumah tangga bisa pecah/ rusak.
mungkin bergetar. Bahan cair mungkin tumpah keluar dari wadah terbuka.
Tidak ada kerusakan struktur pada gedung yang dibangun dengan baik.
baik; kerusakan akan sangat terlihat di gedung yang tidak dibangun dengan
baik.
VIII. Supir kesulitan mengendarai. Rumah-rumah yang tidak diikat dengan baik
pada pondasinya dapat bergeser. Struktur yang tinggi seperti menara dan
baik mengalami kerusakan kecil. Gedung yang tidak dibangun dengan baik
dapat mengalami kerusakan parah. Ranting pohon patah. Sisi perbuktian
mungkin retak jika kondisi tanah basah. Ketinggian air dalam sumur
mungkin berubah.
IX. Gedung yang dibangun dengan baik mengalami kerusakan yang signifikan.
kerusakan serius.
Bendungan rusak serius. Longsor besar terjadi. Air terdesak ke tepi kanal,
sungai, dan danau. Tanah retak pada area yang sangat luas. Jakur kereta api
melengkung sedikit.
XI. Hampir semua gedung rubuh. Beberapa jembatan hancur, Retakan besar
terlihat di tanah. Jalur pipa dalam tanah hancur. Jalur kereta api mengalami
bengkok parah.
bergeser.
Bahaya banjir merupakan bencana alam yang harus diwaspadai jika gedung
dengan kekuatan yang cukup dahsyat. Bangunan RS Tebet Jakarta, yang terletak
di Jakarta Selatan sebagai Ibu Kota mempunyai potensi acaman bom dan ledakan
bom, namun tidak dapat diprediksi tempat dimana bom akan diledakkan serta
kekuatan ledakkannya.
B. Sarana Darurat
dilengkapi :
1 (satu) lift hingga lantai 5 dan 2 (dua) lift hingga lantai 8, 1 (satu)
tangga utama hingga lantai 5, dan 1 (satu) tangga utama hingga lantai 9
hingga lantai 3.
Alat pemadam api ringan (APAR) pada tiap lantai dengan titik yang telah
Sistem air pemadam (fire hydrant system) tidak memiliki reservoir, masih
Detektor asap pada area ruangan. Semua detektor bekerja secara otomatis
jika dipicu oleh adanya asap (detektor asap) dan indikasi tersebut
General fire alarm bell secara manual untuk seluruh lantai tersedia di
sarana jalan keluar saat terjadi keadaan darurat dan 3 tangga utama. Tanda
evakuasi terpasang di setiap lantai dan tanda exit pada setiap jalan keluar.
C. Sistem Komunikasi
1. Komunikasi Interpersonal
Untuk komunikasi personal antar tim tanggap darurat dilengkapi dengan sarana
Bagi pasien dan keluarga pasien, jangan panik dan ikuti arahan staf rumah
sakit dengan baik. Jangan mencoba memadamkan api sendiri. Jauhi sumber api dan
biarkan staf rumah sakit yang terlatih untuk melakukan upaya pemadaman api.
Bila keluarga anda adalah pasien yang immobile (misalnya dengan penurunan
kesadaran, dengan mesin bantu napas, dll) proses evakuasinya akan berbeda dengan
pasien lain yang mobile (dapat berjalan sendiri, dengan tongkat atau kursi roda).
Harap bersabar dan ikuti arahan dari perawat.Anda yang masih dapat berjalan
sendiri, silahkan ikuti arahan staf menuju titik aman.
Bagi pasien dan pengunjung yang sedang berada dalam lift, segera pencet
tombol buka dan keluar dari lift. Jangan berlari, cari pegangan, jongkok dan
berlindung di tempat-tempat yang aman dari risiko tertimpa barang atau reruntuhan
seperti pada pojok / sudut dinding, samping meja atau keluar dari gedung bila
mungkin.
Memang sulit untuk tidak panik saat terjadi gempa, target utamanya adalah
keluarkan pasien sebanyak mungkin dari gedung. Pada meeting point, seharusnya
sudah ada staf RS yang telah mengamankan lokasi pengungsian dan mengatur
masuknya pasien & pengunjung dari seluruh jalur evakuasi
Saat evakuasi dimulai, dengar dan ikuti arahan dari staf rumah sakit. Arah
dan jalur evakuasi RS pada umumnya telah ditentukan berdasarkan hasil analisa dari
konsultan keamanan gedung, dan telah disimulasikan menggunakan panduan tanggap
darurat bencana rumah sakit. Hindari sikap sok tahu dengan memaksa menggunakan
jalur lain untuk evakuasi. Hal ini tidak saja membahayakan nyawa anda sendiri, juga
pasien-pengunjung dan staf RS lainnya.
Saat situasi darurat, aliran listrik umumnya akan dimatikan, penggunaan lift
pun dibatasi. Hindari perilaku mau menang sendiri dengan memaksa menggunakan
lift yang diutamakan bagi pasien immobile (di tempat tidur). Pada situasi kritis,
penggunaan ramp dan atau tangga darurat relatif lebih aman dibanding lift. Sehingga
bila anda masih dapat berjalan (sendiri atau dibantu), hindari lift saat evakuasi.
Tangga darurat dilewati pasien mobile dan pengunjung, kapasitasnya terbatas untuk
satu periode waktu .
Setiap sisi rumah sakit biasanya telah dibagi menjadi zona-zona dengan jalur
evakuasi yang berbeda-beda. Patuhi arahan petugas di masing-masing zona. Hindari
perilaku sok tahu dengan memaksa untuk menyebrang zona dan menggunakan jalur
evakuasi yang berbeda. Setiap jalur evakuasi telah dianalisa kapasitasnya untuk
proses evakuasi yang lancar, cepat dan aman. Saat anda pindah berisiko mengancam
kelancaran seluruh proses evakuasi pada jalur tersebut.
Bagi pasien dan pengunjung yang berhadapan langsung dengan perusuh atau
oknum bersenjata, sedapat mungkin bersikap tenang, bicara seperlunya dan hindari
sikap sok pahlawan.
Bagi pasien dan pengunjung lainnya, ikuti arahan staf rumah sakit.Jangan
jadikan situasi kritis tersebut sebagai tontonan.
Bila pasien yang mengalami henti jantung adalah keluarga kita, berikan
keleluasaan bagi tim medis reaksi cepat untuk melakukan pertolongan. Keluar dari
ruangan, agar tidak menganggu kelancaran aktivitas resusitasi yang membutuhkan
ruang gerak yang cukup. Silahkan berdoa, menangis atau mengekspresikan
kecemasan kita dengan cara lain, tetapi pada jarak yang aman dari kamar pasien. Bila
kita/keluarga kita berada dirawat satu kamar dengan pasien yang henti jantung,
jangan jadikan pasien tersebut sebagai tontonan. Sedapat mungkin keluar dari kamar,
berikan ruang yang cukup dan leluasa bagi tim code blue untuk memberikan
pertolongan.
Bagi pasien dan pengunjung lainnya, berikan jalan dan dahulukan petugas
medis yang menggunakan penanda (pin, rompi, seragam, dll) tim medis reaksi cepat
atau tim code blue, baik di tangga, lift maupun di lorong.
Titik Berkumpul I : area di halaman depan kiri dekat pintu masuk ke RS Tebet
keluarganya.
Titik berkumpul III : area di halaman sebelah kanan RS Tebet Jakarta yang
6. Pos Komando
4P
Panggil bantuan/alarm
Pintu ditutup, sentra gas medis dan sentra gas medis diamankan
CASS
Cabut pin
Arahkan nozzle
G. Jalur evakuasi
A. Deteksi dini
1. Fenomena Api
Api berkembang menjadi besar melalui beberapa tahapan seperti pada gambar
berikut :
Perkembangan api dalam ruang tertutup dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap yaitu:
1. Tahap penyalaan
Tahap ini ditandai dengan munculnya api dalam ruangan atau tempat lainnya.
2. Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini terjadi perambatan panas dan asap yang akan menyebar ke seluruh
ruangan. Tahap pertumbuhan ini merupakan tahap yang paling baik untuk
menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan jika api membesar
3. Tahap flashover
Tahap ini api sudah mencapai langit-langit dan asap hampir memenuhi ruangan
sampai terjadi flashover adalah sekitar 2-5 menit tergantung dari bahan yang
dan saat paling tepat untuk evakuasi pasien pada lantai terbakar dan lantai
4. Tahap Surut
Api sudah mulai padam karena bahan yang terbakar hampir habis.
Evakuasi
besar, penghuni di lantai atas harus segera di evakuasi, mengingat belum memiliki
selasar darurat.
3. Pemadaman Api
Jika hidran tidak mampu tinggalkan bangunan menuju titik berkumpul/ area
pengungsian.
B. Mitigasi Gempa
1. Mitigasi Non-Struktural
Gempa tidak menimbulkan kecelakaan atau kematian dan penyebab kecelakaan atau
Setiap ruangan terdapat berbagai benda-benda, dan kondisi ini rentan untuk
kategori yaitu :
Area aman : area dimana penghuni bangunan pada sekitar area tersebut dapat
berlindung atau evakuasi sementara ketika terjadi gempa. Area dimana terdapat
meja untuk berlindung dan berdiri di tempat lekukan bangunan gedung serta
Area bahaya ringan/ sedang : area dimana penghuni tidak diperbolehkan untuk
tempat berlindung atau evakuasi sementara ketika terjadi gempa, karena benda-
benda disekitar area dapat jatuh dan menimpa penghuni dan menimbulkan
kecelakaan ringan/ sedang. Contoh benda-benda yang bisa jatuh, menimpa
penghuni bangunan dan menimbulkan luka ringan/ sedang: jam dinding, filling
Area bahaya berat : area dimana penghuni bangunan pada sekitar area tersebut
terjadi gempa karena benda-benda di sekitar area dapat jatuh dan menimbulkan
kecelakaan berat. Contoh benda-benda yang bisa jatuh dan menimpa penghuni
bangunan serta menimbulkan luka berat dan fatal seperti lemari besar dengan
tinggi lebih dari 2 meter berisi file yang terbuat dari kayu atau kaca dan kaca
jendela.
2. Evakuasi
Evakuasi Sementara
Gempa tektonik hanya berlangsung selama sekitar 1-2 menit, dan jika terjadi gempa
maka penghuni gedung tidak disyaratkan untuk evakuasi keluar bangunan namun
evakuasi ke area yang aman pada lantai yang sama sesuai dengan peta area aman.
Selanjutnya evakuasi ke luar bangunan, jika terdapat gempa susulan yang lebih besar.
dan selasar.
BAB IV
oleh Kepala Departemen RS Tebet Jakarta dan merupakan bagian terpisah dari
Buku ini.
Ketua
Didalam jam kerja : .
Di luar jam kerja : .
Wakil Ketua
.
Koordinator Regu Koordinator Regu Koordinator Regu Koordinator Regu Koordinator Regu
Pemadam Kebakaran P2K3 Evakuasi Keamanan Logistik
. . .
.. Anggota : seluruh staff
K3
7. Transportasi
8. Komunikasi Internal
BAB V
2. Ruang Lingkup
1.Tujuan
Kebakaran.
2. Ruang Lingkup
1. Tujuan
2.Ruang Lingkup
kondisi normal.
3 Pedoman Umum
Pedoman umum bagi seluruh penghuni bangunan jika terjadi gempa adalah
sebagai berikut :
Merasakan gempa.
Menuju ke tempat yang aman (sesuai dengan Peta Area Aman pada setiap
lantai) untuk jongkok, misalkan di bawah meja yang kuat, atau pada
atau lainnya.
Berpeganglah secara erat pada sesuatu benda yang kuat, misal kaki meja.
getaran gempa bumi saat berada di dalam lift , maka tekanlah semua
tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah dan menuju ke tempat yang aman
BERPEGANGAN
Bencana gempa bumi, tergantung pada kekuatan dan getaran gempa bumi pada
suatu lokasi dan merupakan cerminan pengaruh gempa bumi terhadap tingkat
kerusakan prasarana dan sarana. Pedoman tindakan yang harus dilakukan jika
MMI
I. Tidak merasakan adanya gerakan bumi. Tetap bekerja secara normal
II. Dalam jumlah sedikit mungkin merasakan Tetap bekerja secara normal
bangunan tinggi.
III. Di dalam ruangan merasakan gerakan. Benda- Tetap tenang/kepanikan
lebih lanjut
VI. Setiap orang merasakan gerakan. Orang- Menuju ke tempat aman
baik.
VII. Orang-orang kesulitan berdiri. Beberapa Menuju ke tempat
Menunggu perintah
lebih lanjut
VIII. Struktur yang tinggi seperti menara dan Menuju ke tempat aman
lanjut
X. Hampir semua gedung dan pondasinya Menuju ke tempat aman
luas. Berpegangan
lanjut
minta pertolongan
XI. Hampir semua gedung rubuh. Retakan besar Menuju ke tempat aman
hancur. Berpegangan
Menunggu Perintah
lebih lanjut
minta pertolongan
XII. Hampir semuanya hancur. Benda-benda Menuju ke tempat aman
Menunggu Perintah
lebih lanjut
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya informasi adanya ancaman bom
sampai dinyatakan aman.
E. Prosedur Banjir
1.Tujuan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan
operasional kepada seluruh pegawai dan Organisasi Tanggap Darurat
mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil dalam rangka menghadapi
ancaman banjir.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya air yang masuk ke area dasar sampai
air surut.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya perintah untuk membacakan teks
sesuai dengan pedoman teks.
BAB V
TATA CARA EVAKUASI PASIEN
keluar
dari penolong.
evakuasi.
titik kumpul.
c. Total Care (Butuh bantuan penuh karena tidak bisa berjalan dan berdiri/ kesadaran
Metode evakuasi pasien ini dikerjakan apabila pasien dalam keadaan tidak
sadar, dan alat-alat untuk membantu dalam evakuasi sudah tidak ada lagi.
Dengan Cara
Gambar 1 :
Gambar 2
Gambar 3 :
sama.
Gambar 4 :
PENUTUP
pengorganisasian dalam keadaan darurat, evakuasi menurut area, dan tata cara
akreditasi paripurna.
Dengan dilaksanakannya Panduan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana ini
dengan baik dan benar maka diharapkan akan terwujud tercapainya tujuan
Mengetahui,