Professional Documents
Culture Documents
Konsep baru masuk kedalam struktur kognitif bisa dengan cara asimilasi maupun akomodasi (
menurut Piaget ). Masuknya informasi baru akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
(disequilibrasi) dalam struktur kognitif anak. Tapi segera akan terjadi semacam adaptasi yang
selanjutnya akan membentuk kesetimbangan (equilibrasi) baru. Pada tahap ini informasi yang
masuk sudah berpadu dengan informasi sebelumnya. Hal ini berarti dalam diri anak sudah
terdapat perolehan pengetahuan ( Ratna Wilis, 1990. Hal. 3). Pengertian rekonstruksi diatas
identik dengan rekonseptualisasi yaitu perubahan pemikiran tentang suatu konsep IPA dari
konsep person on the street kearah konsep yang benar dan bersifat ilmiah.
TERJEMAHAN : To achieve this objective various aspects need to be considered in the process
of learning (PBM) IPA. One that is often forgotten is that the synchronization pattern
epistemological perspective (epistemological view of science) between the teacher (as an
instructor / teacher) and student (learner / learner).
Dewey I. Dykstra menulis : without the same conceptual framework as the teacher
students are unable to derive the intended meaning from instruction (Barners, 1986). Thus it is
not, in general, very effective in getting students to understand the concept being taught.
TERJEMAHAN : Dewey I. Dykstra menulis: "tanpa kerangka konseptual sama dengan siswa
guru tidak dapat memperoleh makna yang dimaksudkan dari instruksi (Barners, 1986). Jadi,
tidak, secara umum, sangat efektif dalam mendapatkan siswa untuk memahami konsep yang
diajarkan.
Teralu sering proses belajar dan mengajar berlangsung searah karena tidak adanya
kesesuaian pola pandang epistemologis ini. Bahkan sudah umum, konsepsi mengajar bagi
seorang guru adalah transper konsep IPA berdasarkan pola pandang epistemologisnya.
Sehingga, tugas pembelajaran murid ialah dianggap sudah selesai manakala murid sudah
menerima pandangan epistemologis guru sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dipertentangkan
lagi.
TERJEMAHAN : Too often the process of learning and teaching take place in the same direction
because of a lack of compatibility pattern of this epistemological perspective. In fact it is
common, the conception of "teaching" for a teacher is "transper IPA concept based pattern
epistemological perspective". Thus, the task of "learning" students is considered completed when
the pupil is already receiving an epistemological view of the teacher as a truth without contested
again
Tidak jarang murid yang menyimpang dari pola pandang epistemologis guru segera
disalahkan, dan guru pun umumnya kurang menyukai murid yang demikian. Padahal, pandangan
epistemologis guru tentang konsep IPA tersebut seyogiyanya dikaitkan dengan pandangan
epistemologis murid, sehingga terjadi suatu proses komunikasi dua arah dalam PBM. Sehingga
dapat didiaknosis konsep mereka, apakah terjadi miskonsepsi atau tidak. Selain itu, kerangka
konsep alternatif yang dimajukan juga dapat dianalisis, apakah perlu diadakan perubahan konsep
(conceptual change) atau tidak.
TERJEMAHAN : Not infrequently students who deviate from the pattern of the epistemological
point of view immediately blame teachers and teachers are generally less fond of such pupils. In
fact, teachers epistemological view of the concept of IPA seyogiyanya associated with the
epistemological view of students, resulting in a two-way communication process in the PBM. So
it can didiaknosis their concepts, whether there misconceptions or not. In addition, the
conceptual framework that promoted alternative can also be analyzed, whether there should be a
change of concept (conceptual change) or not.
Akibat ketidaksesuaian pola pandang epistemologis ini terjadi bias dari makna belajar
dalam arti yang sesungguhnya. Misalnya, banyak siswa yang memandang IPA hanya sekedar
kumpulan fakta yang harus dihapal (collection of facts to be memorized). Siswa mempelajari
konsep-konsep dan prinsip-prinsip IPA itu hanya sekedar menghafal, tanpa mengerti apa dan
mengapa demikian.
David Ausubel (1968) menggunakan istilah role reception learning untuk keadaan ini.
Kebalikannya adalah pembelajaran yang bermakna (meaningful reception learning).
TERJEMAHAN : David Ausubel (1968) uses the term "role reception learning" for this
situation. Conversely, a meaningful learning (meaningful reception learning).
Ratna Wilis Dahar mengatakan, mengajar dan belajar bukanlah suatu sinonim; seorang
guru mungkin mengajar dengan baik, tanpa siswa belajar, artinya proses mengajar bisa saja
berlangsung dari pihak guru tanpa diikuti dengan proses belajar dari siswa. Jadi komunikasi
antara guru dan siswa hanya berlangsung searah. Ini sering sekali terjadi, bahkan boleh dikatakan
sudah menjadi masalah umum dalam pendidikan, khususnya dalam pendidikan IPA.
TERJEMAHAN : Ratna Wilis Dahar said, "teaching and learning is not a synonym; a teacher
may teach well, regardless of student learning, "meaning that the teaching process could take
place on the part of the teacher without being followed by the learning process of the students.
So the communication between teachers and students only take place in the same direction. This
happens frequently, may even be said to have become a common problem in education,
especially in science education.
Lebih jauh lagi, dengan mengabaikan pola pandang epistemologis siswa, berarti guru
mengabaikan prakonsepsi (preconception/ existing knowledge) yang sudah ada dalam struktur
kognitif siswa. Atau, guru mengajarkan suatu konsep IPA tanpa mempertimbangkan konsep
yang dimiliki siswa tentang masalah tersebut. Ini merupakan suatu tradisi dalam proses belajar
mengajar warisan pemikiran filosofis Jhon Locke yang dikembangkan Piaget dan Inhelder. Suatu
penyimpangan dari kaidah hakikat dan makna belajar yang diyakini saat ini.
PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISTIK
PERSPECTIVE CONSTRUCTIVIST
Penulis mengutip pandangan Jhonson Laird yang mengatakan. They are unable to
compare this perceptual representations directly with the world it is their world. Pandangan
yang bernada sama dikemukakan oleh Straus yang mengatakan, model mentals are used to
organize experience.
TERJEMAHAN : The author cites the view Jhonson Laird said. "They are Unable to compare
this perceptual representations Directly with the world it is their world". The views expressed by
Straus same tone that says, "mentals models are used to organize experience".
Hal ini berarti, setiap orang menerima dunia (dan fenomena yang menyertainya)
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki mereka, berdasarkan kemampuan dan daya nalar mereka.
Kemempuan ini sangat dipengaruhi situasi dan kondisi yang ada. Mereka akan berkembang jika
tercipta suatu kondisi optimum yang mendukung perkembangan mereka. Inilah yang dikenal
sebagai model mental dalam psikologi kognitif.
TERJEMAHAN : This means that each person receives the world (and the accompanying
phenomena) based on their knowledge, based on their ability and reasoning power. This
kemempuan greatly influenced the situation and conditions. They will grow if created an
optimum conditions favorable to their development. This is what is known as mental models in
cognitive psychology.
Jadi, model-model mental sebenarnya tidka lain dari kumpulan (organisasi) dari
schemata-skemata interpretif yang terdapat dalam struktur kognitif anak, yang berperan
mengorganisir pengalaman-pengalaman yang akan masuk ke dalam struktur kognitif anak,
sehingga akan terbentuk model kognitif yang baru atau mungkin juga hanya sekedar
memperkaya model kognitif yang sudah ada.
TERJEMAHAN : Thus, mental models actually tidka other than a collection (organization) of
schemata-schemata interpretive contained in cognitive structures of children, the role of
organizing experiences that will fit into the structure of a child's cognitive, so it will form a
cognitive model, or may also just enrich existing cognitive models.
Head menulis, individuals prior concept derive from experience with the wnvironment,
are used to model new situations. Berbagai penelitian dalam bidang pengkajian tentang pola
kognitif manusia juga membuktikan bahwa model mental ini berperan dalam melakukan
pengorganisasian terhadap konsep yang akan masuk ke dalam struktur kognitif anak.
TERJEMAHAN : Head writes, "individuals" concept derive from prior experience with the
wnvironment, new models are used to situations. Various studies in the field of the study of
human cognitive pattern also shows that this mental model was instrumental in organizing the
concepts that will fit into a child's cognitive structure.
Analisis dan kajian terhadap kertas kerja (workshop) pola pengembangan sistem
pendidikan di Amerika Serikat yang diberi nama DIRAC (The Diagnosis and Remediation of
Alternative Conceptions) workshop mendukung pandangan ini.
TERJEMAHAN : Analysis and review of working papers (workshop) the development pattern of
education system in the United States named "DIRAC (The Diagnosis and Remediation of
Alternative Conceptions) workshop" supports this view.
DIRAC workshop merupakan pengembangan dari karya Gilbert dan Osborne, dengan
tujuan utama merancang suatu sistem yang memungkinkan siswa memiliki pola pandang dan
menerima konsep IPA sebagaimana diyakini para saintist. Tema dari karya ini ialah : From
Children to Scientist Science. Hasil kerja DIRAC workshop sudah diterapkan secara luas oleh
para guru IPA di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi.
TERJEMAHAN : DIRAC workshop is an extension of the work of Gilbert and Osborne, with
the main purpose of designing a system that allows students to have a pattern of view and accept
the concept of science as it is believed to be the saintist. The theme of this work is: "From
Children to Scientist Science". The work of DIRAC workshop has been applied widely by the
science teachers at all educational levels, ranging from basic education to higher education.
Ada tiga gagasan dasar yang sangat relevan dan sinkron dengan pola pandang
konstruktivisme dalam workshop tersebut, yang dikutip dari tulisan Hewson, yaitu:
TERJEMAHAN : There are three basic ideas are very relevant and in sync with the pattern of
view of constructivism in the workshop, which quoted from the writings Hewson, namely:
1. People have to use the knowledge they posses if they are to understand new information.
2. People strive to make sense of their experience, whether they are provided inside or
outside the classroom; and
3. Different individuals construct alternative conceptions of the same information.
Kita melihat bahwa landasan pemikiran DIRAC workshop ialah konstruktivisme. Apakah
suatu konsep dapat diterima, itu tergantung dari apakah informasi itu make sense dalam diri
siswa atau tidak. Dan dalam menerima informasi itu, konsepsi alternative setiap orang berbeda,
walau informasi yang diterima sama.
Setiap orang menerima dunia dan fenomena alam yang terdapat di dalamnya berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki mereka, berdasarkan kemampuan dan daya nalar mereka, mereka
mengkonstruksi dan menyimpannya dalam struktur kognitif mereka. Hal ini berlaku dalam
pendidikan secara umum. Guru harus memandang anak sebagai suatuu pribadi. Suatu pribadi
yang unik yang memiliki kelemahan dan kelebihan yang menerima konsep berdasarkan
keberadaan dan kemampuan intelektualnya sendiri, secara pribadi.
TERJEMAHAN : Everyone receives the world and natural phenomena contained therein is
based on the knowledge that owned them, based on their ability and reasoning power, they
construct and store them in their cognitive structures. This is true in general education. Teachers
should view children as a personal suatuu. A unique individual who has weaknesses and
strengths that accept the concept is based on the existence and intellectual abilities, personally.
Saya masih teringat kalimat almarhum Prof. S. Nasution, You can lead a horse to the
water, but you cant make him drink. Seorang guru biasa saja mengindoktrinasi, menakut-
nakuti bahkan mengancam muridnya agar menghafal amati materi yang diajrkan, namun pada
akhirnya semua tidak aka nada artinya. Semuanya segera dilupakan.
TERJEMAHAN : I still remember the words of the late Prof. S. Nasution, "You can lead a horse
to water, but you can not make him drink". A mediocre teacher indoctrinate, frighten even
threatened his students to "memorize observe" diajrkan material, but in the end there will be no
meaning. Everything is immediately forgotten.
Penulis pernah sangat membenci dan takut pada pelajaran MIPA pada wktu SMA kelas 1
semester 1. Setelah pindah dari sekolah tersebut ke sekolah lain, penulis mulai menyenangi
MIPA (Matematika, Fisika dan IPA). Mengapa? Karena, guru di sekolah baru tersebut demikian
menarik mengajarkan pelajaran tersebut. Bukan karena indoktrinasi atau karena ancaman, namun
karena pelajaran itu demikian menarik dan make sense dalam diri penulis.
TERJEMAHAN : The author once hated and feared in Mathematics and Science subjects in high
school grade wktu 1 semester 1. After moving from the school to another school, the author
started please Mathematics (Mathematics, Physics and Science). Why? Because, teachers at the
new school so interesting to teach the lesson. Not because of indoctrination or as a threat, but
because it was so interesting lessons and "make sense" in the writer.
Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukannya, Hewson menulis : one of the factors
affecting students learning in science is their existing knowledge priorti instruction. The students
prior knowledge provides an indications of the alternative conceptions as well as the conceptions
possessed by the students. The conceptual change model used here suggests condition under
which alternative conception can be replaced by or differentiate into scientific conceptions and
new conceptions can be integrated with existing conceptions.
TERJEMAHAN : Based on various research accomplishments, Hewson wrote : salah satu faktor
yang mempengaruhi siswa belajar dalam ilmu pengetahuan instruksi priorti yang ada. Para siswa
pengetahuan sebelumnya memberikan indikasi dari konsepsi alternatif serta konsepsi yang
dimiliki oleh siswa. Model perubahan konseptual yang digunakan di sini menunjukkan kondisi di
mana konsepsi alternatif dapat digantikan oleh atau berdiferensiasi menjadi konsepsi ilmiah dan
konsepsi baru dapat diintegrasikan dengan konsepsi yang ada.
Dalam suatu symposium pertemuan tahunan The National Association for Research in
Science Teaching, Washington, D.C. bulan april 1987. Ada dua pertanyaan pokok yang
dimajukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan IPA. Kedua pertanyaan tersebut
(dikutip dalam bahasa Inggris ialah) :
TERJEMAHAN : 1. Bagaimana siswa belajar kompleks, dalam konten terstruktur seperti fisika?.
2. Apa implikasi yang menjawab pertanyaan ini untuk mengajar IPA?
Dari pertanyaan pertama terlihat bahwa mempelajari IPA (apakah itu IPA, fisika atau
biologi) masih merupakan masalah, bahkan untuk negara maju seperti Amerika Serikat.
TERJEMAHAN : From the first question is seen that studying science (whether it be science,
physics or biology) is still a problem, even for developed countries like the United States.