You are on page 1of 28

TUGAS INSTRUMENTASI EPIDEMIOLOGI

INSTRUMENTASI YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK PENYAKIT


CHIKUNGUNYA

Disusun Oleh:

APRILIANI ISMI FAUZIAH

25010115120176

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017
1. ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
CHIKUNGUNYA
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Instrumentasi
a. Kuisioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,
dimana responden tinggal memberikan jawaban. Kuesioner digunakan untuk
pengumpulan data tentang kebiasaan menguras TPA, kebiasaan menutup
TPA, kebiasaan mengubur barang bekas, kebiasaan menggantung pakaian,
dan kebiasaan tidur siang.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan
TPA, suhu udara, kelembaban udara, pencahayaan, keberadaan tanaman, dan
keberadaan pakaian tergantung di dinding kamar.
c. Catatan Medik
Laporan Puskesmas digunakan untuk memperoleh data tentang
penderita chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati Kota
Semarang.
d. Questemp
Questemp digunakan untuk mengukur suhu udara dan kelembaban
udara dalam rumah sampel di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati Kota
Semarang.
e. Lux Meter
Lux meter digunakan untuk mengukur banyaknya cahaya yang masuk
ke dalam rumah sampel di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati Kota
Semarang.
2. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH
TANGGA TENTANG CHIKUNGUNYA DENGAN PRAKTIK
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)
Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Definisi Operasional
Instrumentasi
Alat pengumpulan data untuk setiap variabel dalam peneliian ini adalah
kuisioner.
Pengumpulan data
a. Mengurus perizinan penelitian ke Pemerintah Kota Depokbagia
penelitian dan Dinkes Kota Depok serta Puskesmas.
b. Dinkes memeberikan surat penelitian ke Kelurahan.
c. Menyebarkan kuisioner pada responden.
d. Memberikan penjelasan cara pengisian kuisioner dan mendampingi
selama kuisioner.
e. Bagi responden yang memiliki keterbatasan (tidak dapat membaca dan
menulis) dibantu oleh peneliti.
f. Kuisioner yang sudah diisi dan kemudian dikumpulkan untuk
pengolahan data.

3. DIFUSI DAN POLA PERSEBARAN KASUS CHIKUNGUNYA


Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Definisi Operasional
Instrumentasi

Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data


sekunder dan primer. Data sekunder berupa jumlah kasus, nama penderita, gender,
gejala yang ditimbulkan, tanggal mulai sakit, dan atau tidaknya jentik di rumah
penderita, jenis vektor yang paling banyak dan jumlah penduduk serta KK di RT.
Sedangkan data primer berupa peta lokasi tempat penderita, bidan, bidan,
ketua, RT, kader, tempat ibadah, tempat penampungan, barang bekas, serta jumlah
tempat penampugan air (TPA) yang dimiliki oleh penderita.

Penitikan dilakukan dengan GPS menggunakan metode tracking yang


digunakan untuk membentuk wilayah, seperti administratif seperti administrasi
RT dan lokasi pemulung dan mark point digunakan untuk meitik rumah penderita,
lokasi bidan, kader, ketua RT, dan tempat-tempat umum.

Data sekunder pertma kali dirapihkan dan dikelompokan berdasarkan


rumah. Sehingga didapatkan 93 rumah. Setelah itu ssoftware digunakan untuk
meemindahkan data dari GPS ke dalam bentuk shapefile agar dapat dibaca
software pengolah data spasial.

Berikut merupakan sumber data sekunder dan primer yaitu:

a. Data sekunder
Data jumlah kasus, nama penderita, gender, gejala yang
ditimbulkan, tanggal mulai sakit, dan ada atau tidak adanya jentik
dirumah penderita didapatkan dari penyidikan KLB yang
dilakukan oleh Dinkes Kota Depok.
Gambar 1
Kasus Chikungunya berdasarkan jumlah penderita

Gambar 2
Kaus Chikungunya berdasarkan tanggal mulai sakit
Gambar 3
Kasus Chikungunya berdasarkan tempat penampungan air
indoor

Gambar 4
Kasus Chikungunya berdasarkan tempat penampungan air
outdoor
Gambar 5
Kasus Chikungunya berdasarkan keberadaan jentik di TPA

Gambar 6 Difusi Kasus Chikungunya


Data vektor diperoleh dari Kementrian Kesehatan.
Data jumlah penduduk dan jumlah KK diperoleh dari keterangan
setiap RT.
Tabel 1

Tabel 2
b. Data primer
Data berupa lokasi tempat tinggal penderita, bidan, ketua RT,
kader, tempat ibadah, dan tempat penampungan barang bekas serta
peta administrasi diperoleh dengan cara pemetaan dengan GPS.
Jumlah penampungan air (TPA) penderita diperoleh dengan cara
menanyakan langsung kepada keluarga di rumah tersebut.

You might also like