You are on page 1of 12

Budidaya Tumbuhan Obat Herbal Guna Meningkatkan Kesehatan Dan

Ekonomi Keluarga Madiri Di Desa Kebonlegi RW 4 Kecamatan Kaliangkrik


Kabupaten Magelang

Anang Hermawan*, Dadang Dedianto, M. Zaky Sadewa, M. Fauzan Hadi, Riski


Arifin, Ahmad Husain Abdullah, Nur Dwi Lestari, Talitha Edra Devina, Ihda Rufaida
Nahar, Amalia Khairunisa, Arifa Fajar Noviana

*Coressponding author : Anang Hermawan ( ananghermawan@uii.ac.id )


Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
ABSTRAK
Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting
dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh
karena itu tumbuhan obat dan obat tradisional telah berakar kuat dalam kehidupan
sebagian masyarakat hingga saat ini. Tujuan dari konservasi tanaman obat herbal
yaitu guna meningkatkan kesehatan masyarakat dengan pengurangan obat sintetik
dengan digantikan obat herbal dan untuk mengembangkan konservasi dan budidaya
Tumbuhan Obat Herbal di masyarakat pedesaan. Metode penelitian yang dilakukan
pengumpulan data dilakukan dengan cara survei eksploratif yaitu wawancara dan
pengamatan langsung di lapangan serta praktek penanaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa desa yang menjadi tempat penelitian apotek hidup kurang
memiliki keanekaragaman tumbuhan obat yang lengkap untuk obat semua macam
penyakit yang diderita oleh masyarakat Desa Kebonlegi. Pengetahuan, persepsi, sikap
dan perilaku konservasi belum terintegrasi dengan potensi tumbuhan obat herbal.
Jumlah tumbuhan obat yang dibudidayakan di Kampung sebayak 22 spesies. Spesies
tumbuhan obat yang potensial dikembangkan berdasarkan nilai kegunaan untuk obat
penyakit utama masyarakat Desa kebonlegi Kecamatan Kaliangkrik.

Kata kunci : Tanaman Obat, Budidaya, Kesehatan, apotek hidup, dan Desa Kebonlegi

1
ABSTRACT
Medicinal plants and traditional medicine since ancient times played an important role
in maintaining health, maintaining stamina and treating illness. Therefore, traditional
medicinal and medicinal plants have been deeply rooted in the lives of some people to
this day. The purpose of herbal medicinal plant conservation is to improve public
health by reducing synthetic drugs with replaced herbal medicine and to develop the
conservation and cultivation of Herbal Medicinal Plants in rural communities.
Methods of research conducted data collection conducted by explorative survey that is
interview and direct observation in the field. The results showed that the villages that
became the research sites lacked a complete diversity of medicinal plants for the
medicines of all kinds of diseases suffered by the people of Kebonlegi Village.
Conservation knowledge, perceptions, attitudes and behavior have not been integrated
with the potential of herbs. The number of medicinal plants cultivated in that village
are 22 species. Potential medicinal plant species are developed based on the value of
utility for the main disease drug of Kebonlegi Village people, Kaliangkrik.

Keywords : Medicinal Plants, cultivation, health, live pharmacies and Kebonlegi


Village

2
Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara terbesar ke-14 di dunia dengan luas wilayah


sekitar 1.991.000 m2. dimana Indonesia juga dikenal secara luas sebagai megacenter
keanekaragaman hayati (biodiversity) terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil. Di wilayah
Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 940 di antaranya termasuk
tumbuhan berkhasiat atau biasa disebut sebagai tanaman obat. Berdasarkan hasil
sensus penduduk yang dilakukan oleh The World Bank[1] pada tahun 2013 jumlah
penduduk Indonesia lebih kurang mencapai 249,9 juta jiwa, dengan didominasi
penduduk pedesaan sebesar 126.715.375 (50,21%), dengan angka pertumbuhan 1.21%
per tahun[2] .

Namun dibalik semua kemegahan di Bumi Pertiwi ini terdapat fakta-fakta yang
mengejutkan dimana tingkat kesehatan masyarakatnya masih sangat rendah. Kesehatan
adalah factor sangat penting yang mendukung terwujudnya masyarakat sejahtera.
Tanpa badan yang sehat, masyarakat tidak akan mampu bekerja dan berusaha dengan
baik demi terciptanya kesejahteraan keluarga, bangsa dan negara. Oleh Karena itu
kesehtan menjadi prioritas dalam pembangunan masyarakat yang maju dan sejahtera[3].

Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan
penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit.
Oleh karena itu tumbuhan obat dan obat tradisional telah berakar kuat dalam kehidupan
sebagian masyarakat hingga saat ini[4]. Krisis ekonomi yang berlarut-larut saat ini,
berubahnya pola hidup termasuk kebiasaan makan, menimbulkan banyak penyakit dan
membuat kesehatan menjadi barang yang mahal. Mahalnya harga obat-obatan modern
menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat mengalami penurunan yang pada
gilirannya akan mempengaruhi aspek kesejahteraan masyarakat umum dan akan
berdampak negatif pada ketahanan dan kinerja bangsa[5].
Lemahnya daya beli masyarakat dan melambungnya harga obat-obatan modern
memaksa masyarakat dan pemerintah mencari upaya mengatasi keadaan yang

3
memprihatinkan ini dengan cara menoleh kembali ke alam seperti negara-negara maju
yang secara luas telah menggunakan obat-obatan modern akhir-akhir ini menunjukkan
indikasi lebih menyukai obat dari bahan alami dari pada obat-obatan sintetik. Salah
satu faktor penyebabnya adalah pemanfaatan obat-obat dari bahan alami relatif lebih
aman dari pada pemakaian obat sintetis[6].
Sampai saat ini potensi keanekaragaman tumbuhan di pedesaan dan
perkampungan masyarakat yang bermanfaat obat - obatan masih banyak diabaikan dan
belum dimanfaatkan dan belum dikembangkan untuk bahan obat-obatan dan bahkan
berpotensi menjadi komoditi ekonomi. Hal ini terjadi antara lain Karena pengetahuan
dan teknologi yang rendah yang dimiliki masyarakat. Pemerintah telah lama
mencanangkan program Tumbuhan/Taman Obat, untuk menjaga kesehatan keluarga
yang murah dan mandiri, namun dalam perjalanannya makin banyak dilupakan.
Sehingga permasalahan ini perlu diatasi melalui suatu kegiatan revitalisasi konservasi
tanaman obat.
Pencegahan penyakit sebenarnya dapat diatasi dengan memanfaatkan tanaman
obat herbal. Sayangnya, hal ini tidak disadari warga apalagi warga keluarga muda yang
kebanyakan tidak mengenal tanaman obat. Padahal, Indonesia memiliki potensi yang
besar untuk tanaman obat tradisional dimana ada sekitar 940 jenis dikenal sebagai
[7]
tanaman obat tradisional . Beberapa penyakit yang sering muncul di masyarakat
diantaranya adalah: darah tinggi, darah rendah,diabetes, flu, asam urat, kolesterol,
tukak lambung, asthma, diare, sakit gigi, cacingan, gatal-gatal, jantung, hingga kanker.
Tujuan dari konservasi tanaman obat herbal yaitu guna meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan pengurangan obat sintetik dengan digantikan obat herbal dan untuk
mengembangkan konservasi dan budidaya Tumbuhan Obat Herbal di masyarakat
pedesaan.

4
Bahan dan Metode Penelitian

Kegiatan pembangunan konservasi Tanaman Obat Keluarga guna


meningkatkan kesehatan masyarakat dan ekonomi mandiri keluarga dilaksanakan di
desa yang berada di Dusun Kebonlegi RW 4 desa Kebonlegi, Kecamatan Kaliangkrik
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Pada bulan Agustus tahun 2017
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini, antara lain: Bibit berbagai spesies
tumbuhan obat,modul dan buku praktis paket teknologi tumbuhan obat, dan bahan
untuk budidaya berupa pupuk organik
Metode penelitian yang dilakukan Pengumpulan data dilakukan dengan cara
survei eksploratif yaitu wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Wawancara
ditujukan kepada tokoh masyarakat, dan masyarakat pengguna atau mengenal
tumbuhan obat. Untuk mengetahui potensi tumbuhan obat di Desa Kebonlegi
dilakukan dengan cara identifikasi melalui pengamatan langsung di lapangan dan
setiap tumbuhan berkhasiat obat dicatat nama lokalnya, bagian yang digunakan, serta
cara penggunaan dan kegunaannya. Hasil yang didapatkan kemudian dianalisis
menggunakan analisis deskriptif. Penelitian dilakukan di Desa Kebonlegi RW 4
Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.

Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan tujuan penelitian yang menjadi pokok permasalahan yaitu potensi


tumbuhan obat yang terdapat di sekitar Desa Kebonlegi sekitar kawasan Gunung
Sumbing Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah masih
cukup sedikit. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Kebonlegi belum tertarik
membudidayakan tumbuhan obat di lahan Karena masih menganggap nilai ekonomi
yang didapatkan dari tumbuhan obat masih sangat kecil dibandingkan dengan hasil
penanaman sayuran serta kurangnya pengetahuan tentang manfaat tanaman obat dan
tidak mengetahui cara membudidayakan tumbuhan obat di lahan.

5
Salah satu alasan tanaman obat Indonesia perlu segera dikembangkan secara
serius, baik dalam kapasitas rumah tangga maupun industri yaitu tumbuhan obat sudah
mulai sulit ditemukan di habitatnya. Bahkan, beberapa spesies mulai langka karena
kurangnya kesadaran masyarakat melakukan pelestarian. Budidaya bagian dari upaya
melakukan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan obat secara teratur dan terukur. Dari
aspek materil, kebun dijadikan tempat untuk menyediakan kebutuhan bahan baku obat
tradisional dalam melakukan pengobatan, meskipun masih dalam volume yang
terbatas[8]. Setidaknya kebun obat adalah Dokumen Hidup yang mencerminkan
luasnya apresiasi dan pengetahuan masyarakat setempat dalam memanfaatkann
tumbuhan berkhasiat obat serta keberlangsungan sistem ekologi hutan. Mengingat
semakin meningkatnya pemakaian obat tradisional sehingga menuntut pengembangan
obat tradisional yang semakin nyata, baik yang menyangkut aspek kesehatan, potensi
ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat.
Dari hasil wawancara dengan salah satu masyarakat setempat bahwa diketahui
jumlah jenis tumbuhan obat yang ditemukan di lahan pekarangan relatif sedikit
dibandingkan dengan tanaman jenis lain. Hal ini diduga terkait dengan pengetahuan
lokal masyarakat yang masih kurang mengetahui tentang pengetahuan tumbuhan obat
baik dari segi pemanfaatannya, pengelolaan dan pelestariannya (budidaya). Dalam
program budidaya tanaman obat di Desa Kebonlegi dapat dilihata pada table berikut :

Table 1 daftar tanaman obat berdasarkan nama lokal, nama botani, bagian yang
digunakan, serta kegunaannya

NO Nama Lokal Nama Botani Bagian yang Manfaat Obat


Digunakan
1. Mengkudu Morinda Citrifolia Buah Tekanan Darah
Linn. Tinggi, Dan
Kolesterol
2. Adas Pimpinella Anisum Biji Batuk, Asam
(L) Lambung,
Sariawan,
Penambah
Nafsu Makan,

6
Susah Tidur
Dan Diare
3. Jahe Zingiber Officinale Rimpang Mabuk, Asam
Rosc Urat, Artritis
Dan Lambung (
Gastritis )
4. Jinten Coleus Ambolnicus Daun Sariawan,
Lour Batuk, Sakit
Gigi, Asthma,
Kembung, Sakit
Kepala Dan
Luka Borok
5. Sambung Gynura Daun Gula Darah
nyowo Procumbens (Diabetes
Militus), Darah
Tinggi,
Kolesterol,
Asam Urat
6. Kaca piring Gardenia Huguata Daun Sariawan,
Merr Demam, Sesak
Nafas Dan
Darah Tinggi
7. Patah tulang PENDHILANTHUS Daun Dan Batang Sakit Pada
Pringtel Robins Tulang Dan
Persendian
8. Mahkuto dewo Phaleria Daun dan buah asam urat,
Macrocarpa Scheef kanker, gula
darah, hepatitis,
radang kulit dan
jerawat
9. Daun sendok Plantago Major Daun Bengkak atau
radang, saluran
kemih, bantu
ginjal, pilek, flu
dan diare akut

10. Orang aring Eclipta Alba L Daun Penyubur


rambut, sakit

7
gigi, sesak nafas
dan kurap
11. Rosmeri Rusmarinus Daun dan Bunga Batuk, tulang
Officinalle L dan gigi,
antikanker,
persendian dan
nyeri
12. Sirih merah Piper Ornatum Daun Luka bakar,
mimisan, maag,
gatal gatal,
mata merah,
gusi berdarah,
sariawan,
keputihan
13. Lengkuas Alpinia galaga l Rimpang Anti bengkak,
radang sendi,
mabuk, diare,
anti jamur
(panu), nafsu
makan
14. Sereh Cymbopogon Daun Kolesterol,
Citratus melancarkan
pencernaan,
pusing, demam,
penambah darah
dan menetralkan
racun
15. Pandan wangi Pandanus Daun Rematik, pegal
Amaryllifolius linu, darah
tinggi,
menambah
nafsu makan
16. Kencur Kaempferia Rimpang Maag, pegal
galanga L linu,batuk,
nyeri, pusing
dan keseleo
17. Kunyit Curcuma domestica Rimpang Kolesterol,
Val. tukak lambung (

8
gastritis ), maag,
nyeri menstruasi
18. Temuireng Curcuma Rimpang Peluruh kentut,
Aeruginosa peluruh dahak,
penambah nafsu
makan, dan
cacingan

19. Kunir putih Kaempferiae Rimpang Tukak lambung,


rotunda (L) antinyeri,
bengkak/radang,
kanker dan
antibakteri
20. Temulawak Curcuma Rimpang Kolesterol,
Xanthorrhiza Roxb anoreksia, tukak
lambung, daya
tahan tubuh dan
penambah nafsu
makan
21. Dlingo Acorus Calamus Rimpang Pembersih darah
kotor, nyeri
sendi, wasir dan
sakit pinggang
22. Temukunci Boesenbergia Rimpang Sariawan, panas
Pandurata dalam, masuk
angin, perut
kembung, dan
gatal gatal

Penanaman tanaman obat yang biasanya merupakan tanaman rempah bumbu


dan digunakan sebagai obat sakit ringan dapat dilakukan segera oleh warga tanpa harus
menunggu tenaga kesehatan professional. Selain itu juga warga masyarakat yang
membudidayakan tanaman obat keluarga dapat digunakan sebagai sumber
penghasilan. Penggunaan tanaman obat ini tidak perlu mengeluarkan biaya, mengingat
tanaman tersebut tersedia tanpa harus membeli. Upaya ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat saat mereka tidak mempunyai biaya. Disamping itu sebagian masyarakat

9
di desa kebanyakan tidak mau berobat ke dokter. Tanaman obat juga dapat dijual
kepada masyarakat, sehingga dapat untuk menambah penghasilan. Dari segi
keamanannya tanaman obat ini diberikan sebagai obat tanpa penambahan bahan kimia,
misalnya buah mengkudu, mahkota dewa dan lain-lain tanaman obat. Alasan menanam
tanaman obat dapat untuk menambah penghasilan, untuk melestarikan tradisi dan
untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif[9]..
Tanaman obat herbal perlu untuk dilestarikan dan dibudidayakan karena bisa
digunakan sebagai media untuk menambah produktivitas dan penghasilan dari suatu
daerah serta dapat digunakan sebagai pertolongan awal bagi yang menderita sakit
sebelum mendatangi tenaga kesehatan profesional. Indonesia saat ini memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap obat impor dan perlu dicarikan subtitusinya
dengan produk industri di dalam negeri. Salah satu program untuk mencapai sasaran
tersebut adalah dengan meningkatkan penggunaan pengobatan tradisional yang aman
dan bermanfaat baik secara tersendiri maupun terpadu dalam pelayanan kesehatan.
Pengobatan secara tradisional tersebut dengan cara mengonsumsi jamu atau obat-obat
lainnya yang berasal dari tanaman obat keluarga. Selain itu, tanaman obat keluarga
juga dapat dipakai sebagai suatu cara pengobatan yang murah dan terjangkau
mengingat tidak semua masyarakat mampu berobat ke tenaga kesehatan profesional.
Diperlukan kesadaran dari masyarakat untuk mengembangkannya dengan cara
memperkenalkan kepada para kaum muda mengenai manfaat dan kegunaan tanaman
obat. Dengan cara ini tanaman obat herbal dapat memberikan pengobatan kepada
masyarakat. Selain itu tanaman obat keluarga yang mempunyai khasiat dalam
penyembuhan merupakan salah satu tradisi yang harus dilestarikan demi menyikapi
keadaan, situasi, dan kondisi dari pengobatan yang ada dan sedang dijalankan[10].

10
Kesimpulan
Jumlah spesies tumbuhan obat yang dibudidayakn untuk dikembangkan
berdasarkan nilai kegunaan untuk obat penyakit utama masyarakat Desa Kebonlegi
Kecamatan Kaliangkrik Kabubaten Magelang sebanyak 22 spesies. Pemahaman
masyarakat Desa Kebonlegi tentang pengetahuan tumbuhan obat baik dari segi
pemanfaatannya, pengelolaan dan pelestariannya (budidaya) masih sangat rendah.
Tanaman obat dapat digunakan untuk pengobatan awal sebelum berobat ke tenaga
kesehatan dan meminimalisir penggunaan obat sintetik untuk pengobatan[10].

Daftar Pustaka
1. 2013. Population Total, viewed 10 Februari 2016,
http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL
2. Endraswara, S. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi
Epistemologi dan Aplikasi. Pustaka Widyatama. Jakarta.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Strategi Kementerian
Kesehatan 2015 2019. Bab I; 15-16. 2015.
4. Dalimartha, S.. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 1. Trubus Agriwidya:
Jakarta.
5. Hariana, H. Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1. Penebar swadaya:
Jakarta.
6. Kintoko. 2006. Prospek Pengembangan Tanaman Obat. Prosiding Persidangan
Antarabangsa Pembangunan Aceh. UKM Bangi: Aceh.
7. Syukur, C dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Penerbit
Swadaya: Jakarta.
8. Supardi S, Nurhadiyanto F, WittoEng S. Penggunaan obat tradisional buatan pabrik
dalam pengobatan sendiri di Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia.
2003;2(4):135-40.
9. Supardi S, Susyanty AL. Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan
sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas 2007). Buletin Penelitian Kesehatan.
2010;38(2):80-9

11
10. Hermita, N. 2010. Potensi Pengembangan Tumbuhan Obat sebagai Objek
Ekowisata di Desa Pakuli Kawasan Penyangga Taman Nasional Lore Lindu
Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

12

You might also like