Professional Documents
Culture Documents
..*)
*)
SD Negeri Kanor I Kec. Kanor Bojonegoro
Abstrak
Dari hasil pengamatan pada pembelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani khususnya
dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa banyak beraktifitas, berkreatif dan kritis serta dalam situasi menyenangkan. Ini
terlihat masih rendanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan memahami penguasaan tehnik
permainan dalam Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani masih sangat rendah sehingga hasil belajarnya pun
rendah.
Untuk itu, penelitihan tindakan kelas ini mencoba menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal
balik) dengan alasan secara teori model ini menjadikan siswa banyak beraktivitas , kreatifitas dan
inovatif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik ) ini
diharapkan pula siswa menjadi lebih senang dan antusias dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa mata
pelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani dapat meningkat.
Pada penelitihan tidakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : Tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan di setiap siklus tampak
ada peningkatan hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui Model Pembelajaran Resiprokal
(timbal balik) dapat meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Jasmani dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut.
PENDAHULUAN
Dengan adanya Model Pembelajaran Resiprokal (timbal balik) , media yang bervariasi diharapkan dapat
lebih membangkitkan aktivitas Praktik dan kompetensi yang diharapkan. Seperti Pembelajaran Atletik merupakan
salah satu materi penjaskes disekolah SD Kanor I Kec. Kanor. Pendidikan Penjaskes dirancang melalui aktivitas
jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif dan sportif, salah satunya Nomor Olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling
Perut. pada kurikulum KTSP SD terdapat pada Standar kompetensi pertama yaitu mempraktikkan berbagai teknik
dasar permainan dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Adapun indikatornya siswa dituntut
untuk mampu melakukan Teknik Dasar melompat tanpa awalan.
Sebagai mana kita ketahui bersama, untuk melakukan olahraga Praktik tidak mudah seperti dibayangkan,
karena tanpa ada proses sistematis ini malah akan membahayakan bagi siswa (cidera). Pelajaran olahraga merupakan
Pelajaran yang sangat di senangi oleh siswa, tetapi berbeda halnya dengan cabang olahraga Lompat Tinggi Gaya
Guling Perut. justru siswa sangat sulit untuk melakukan, alasan yang sering terdengar dominan melakukan gerakan
yang diawali dengan lari dan lompatan yang menguras tenaga serta sangat melelahkan. Oleh karena itu Peneliti
mencoba memodifikasi Cabang olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut. ini kedalam bentuk bermain
menggunakan model pembelajaran Resiprokal / timbal balik dengan tujuan mengembangkan teknik dasar yaitu
Pembedaharaan gerak dasar. Gerak dasar anak apabila sesering mungkin dilakukan maka dia akan semakin
berkembang dan lambat laun gerak inilah yang nantinya akan mampu menciptakan gerak yang diharapkan. Dengan
gerakan yang sederhana, tidak terlalu terstruktur dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan serta karakteristik anak
(Drs. Soepartono : 2004 : 11).
Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan pengamatan dilapangan, siswa SDN Kanor I
Kec. Kanor Bojonegoro hasil belajar olahraga lompat jauh belum menncapai KKM disisi lain keaktifan siswa dalam
menerima pembelajaran terlihat kaku dan kurang menyenangkan.
Rumusan Masalah
1. Apakah melalui penggunaan model pembelajaran Resiprokal / timbal balik dapat meningkatkan hasil belajar
olahraga Loncat Tinggi Gaya Guling Perut.
2. Apakah siswa melakukan olahraga lompat Tinggi gaya Guling Perut dengan menggunakan model pembelajaran
Resiprokal / timbal balik mampu membuat model pembelajaran Resiprokal / timbal balik mampu membuat
daya taruk siswa sehingga menyenangkan.
3. Apakah hasil belajar siswa secara keseluruhan mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KAJIAN TEORI
Pengertian Belajar Mengajar
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sedikit permanen. Proses belajar akan berjalan dengan
baik apabila disertai dengan tujuan yang jelas. Tujuan belajar yaitu agar terjadinya perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga perubahan tersebut bermakna dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Mengajar mempunyai makna yaitu memindahkan ilmu dari guru ke siswa yang dilakukan secara sengaja
dengan berbagai proses yang dilakukannya. Berkenaan dengan hal ini Sadiman (1994:49) mengemukakan bahwa :
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik yang tujuannya agar anak didik mendapatkan
dan menguasai pengetahuan, ataupun mengajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan berhubungan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar dan
menanamkan pengetahuan dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman. Dalam hal ini siswa atau anak didik
mengenal dan menguasai budaya bangsa untuk kemudian dapat memperkaya atau menciptakan suatu yang baru.
Menurut Sanjaya (2008) Lompat Tinggi Gaya Guling Perut, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem
pembelajaran adalah:
Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Layaknya
seorang prajurit di medan pertempuran. Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk menghancurkan musuh
akan sangat bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri. Demikian juga dengan guru. Keberhasilan implementasi
suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik
pembelajaran.
Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak
adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing
anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat di pengaruhi oleh perkembangan anak yang
tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu factor
organisasi kelas dan factor iklim social-psikologi. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa
dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran memengang peranan yang sangat penting. Peran guru, untuk siswa pada usia
pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti Televisi, Radio, Komputer dan lain
sebagainya. Begitu juga halnya dengan siswa sebuah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa. Jadi proses pembelajaran guru dengan siswa adalah faktor utama dalam
menentukan keberhasilan belajar. Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak di pundak guru.
Oleh karena itu, Salah satu faktor pendukung perencanaan proses pembelajaran yaitu media. Peranan Media
dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971 : 285) ditegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang
dimiliki media Pembelajaran yaitu :
1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian.
2. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara
disesuaikan dengan keperluan dan,
3. Media mempunyai kemampuan-kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung
makna.
Menurut (Engkos Kosasih : 1993: 84) ada beberapa macam gaya lompat Tinggi Gaya Guling Perut di antaranya :
1. Lompat tinggi gaya straddle ( guling perut )
2. Lompat tinggi gaya western rool ( guling samping )
3. Lompat tinggi gaya fosbury flop
Rancanag Tindakan
Rancangan tindakan yang dilaksanakan dituangkan dalam bentuk siklus. Siklus penelitian ini dilaksanakan dalam
tiga siklus. Dan setiap siklus akan berisi kegiatan : perencanaan, pelaksanaan, observasi(pengamatan) dan refleksi.
Siklus II
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak canggung dalam
melakukan eksperimen dalam lompat tinggi gaya guling perut karena masih kurangnya pemahaman dalam
memahami materi ini . Hal itu disebabkan oleh sebagaian siswa yang kurang bahkan tidak memperhatikan contoh
yang diberikan guru dalam lompat tinggi yang benar. Selama praktek melaksanakan lompat tinggi Guru melakukan
pengamatan dan mengisi lembat observasi sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan kemampuan dalam
memahami materi lompat tinggi gaya guling perut.
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 93 % siswa senang melakukan praktek
pembelajaran lompat tinggi dengan metode ini, siswa mengalami penungkatan dan hasil evaluasi yang telah
dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaitu 9,3 dan sebagian masih mengalami kesuliatan.
Refleksi
Berdasarkan reflesi terhadap kegiatan siklus II. Maka dibuatlah rancangan tindakan untuk siklus III, yaitu :
1. Memberi tugas kepada semua siswa untuk melatih dalam materi lompat tinggi gaya guling perut yang
akan diberikan pada yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya.
2. Pengelompokan siswa diusahakan tidak tetap dan ditata ulang pada pertemuan berikutnya agar setiap
siswa berlatih bekerja sama dengan teman-teman yang lainnya.
Siklus III
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak canggung dalam
melakukan eksperimen dalam lompat tinggi, karena masih kurangnya pemahaman dalam memahami materi ini . Hal
itu disebabkan oleh sebagaian siswa yang kurang bahkan tidak memperhatikan contoh yang diberikan guru dalam
lompat tinggi gaya guling perut yang benar. Selama praktek melaksanakan lompat tinggi gaya guling perut Guru
melakukan pengamatan dan mengisi lembat observasi sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan kemampuan
dalam memahami materi lompat tinggi gaya guling perut
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 98% siswa senang melakukan praktek
pembelajarn lompat tinggi gaya guling perut dengan metode ini, siswa mengalami peningkatan dan hasil evaluasi
yang telah dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaiti 98, sehingga hampir seluruh siswa tidah ada yang
mengalami kesulitan dalam melaksanakan materi ini.
Refleksi
Hasil dari observasi dan penilaian proses yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan prosentase siswa yang
menyenangi kegiatan pembelajaran materi Altitik lompat tinggi gaya guling perut dengan menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi . Hampir seluruh siswa telah memiliki kemampuan dalam melaksanakan lompat tinggi
gaya guling perut dengan benar sehingga diharapkan mampu sebagai landasan dalam meningkatkan prestasi dalam
kualifikasi lomba baik di tingkat Kecamatan maupun di tingkat Kabupaten dalam even-even perlombaan olahraga
utamanya pada Atlitik dalam lompat tinggi gaya guling perut
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale balik )dengan mengoptimalkan laboratorium dapat meningkatkan hasil
belajar siswa . Hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel I Prosentase siswa yang senang dengan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik )
Siklus I Siklus II Siklus III
72 % 93 % 98 %
PENUTUP
Simpulan
1. Model Pembelajaran Resiprokal (timbale balik) menjadikan siswa ikut lebih aktif terlibat langsung dalam
pembelajaran Pendidikan Jasmani , Olahraga Kesehatan utamanya pada Atlitik pada materi lompat tinggi gaya
guling perut
2. Model Pembelajaran Resiprokal (timbale balik) dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan memberikan suasana yang baru dan sangat menyenangkan , dan ini merupakan salah satu bentuk
motivasi sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Jasmani , Olahraga dan
Kesehatan.
3. Dengan aktifnya siswa dan pembelajaran yang menyenangkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
, Olahraga dan Kesehatan khususny pada Atlitik pada materi lompat tinggi gaya guling perut
DAFTAR PUSTAKA
Usman. M.U (1990) Menjadi guru professional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Depdikbud.
Pidarta, M.(1990) Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara-Negara Maju. Jakarta : Bumu Aksara.
Ischak. (1986) Berbagai Jenis Peta dan Kegunaannya. Jogyakarta : Liberty.
Adam,A. dan Mbririmuljo, S. (1990). Games and role playing. Harare : Generator.
Depdikbud.(1987).Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar . Surabaya : Kanwil Depdikbud Propinsi Jatim.
Kristiani,N (1999) Metode simulasi melalui kegiatan bermain : Pembelajarn Konsep Sintensis Protein Pada Siswa
SMU. Jurnal Gentengkali ,3 (2): 13-14.