You are on page 1of 6

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OLAH RAGA LOMPAT TINGGI

GAYA GULING PERUT (STRADDLE ) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN


RESIPROKAL (TIMBAL BALIK ) PADA SISWA KELAS V
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016-2017

..*)
*)
SD Negeri Kanor I Kec. Kanor Bojonegoro

Abstrak
Dari hasil pengamatan pada pembelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani khususnya
dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa banyak beraktifitas, berkreatif dan kritis serta dalam situasi menyenangkan. Ini
terlihat masih rendanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan kemampuan memahami penguasaan tehnik
permainan dalam Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani masih sangat rendah sehingga hasil belajarnya pun
rendah.
Untuk itu, penelitihan tindakan kelas ini mencoba menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal
balik) dengan alasan secara teori model ini menjadikan siswa banyak beraktivitas , kreatifitas dan
inovatif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik ) ini
diharapkan pula siswa menjadi lebih senang dan antusias dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa mata
pelajaran Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jasmani dapat meningkat.
Pada penelitihan tidakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : Tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada akhir pelaksanaan tindakan di setiap siklus tampak
ada peningkatan hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui Model Pembelajaran Resiprokal
(timbal balik) dapat meningkatkan kemampuan penguasaan teknik dasar Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Jasmani dalam materi Lompat Tinggi Gaya Guling Perut.

Kata kunci : Gaya guling perut (straddle), model pembelajaran resiprokal

PENDAHULUAN
Dengan adanya Model Pembelajaran Resiprokal (timbal balik) , media yang bervariasi diharapkan dapat
lebih membangkitkan aktivitas Praktik dan kompetensi yang diharapkan. Seperti Pembelajaran Atletik merupakan
salah satu materi penjaskes disekolah SD Kanor I Kec. Kanor. Pendidikan Penjaskes dirancang melalui aktivitas
jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif dan sportif, salah satunya Nomor Olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling
Perut. pada kurikulum KTSP SD terdapat pada Standar kompetensi pertama yaitu mempraktikkan berbagai teknik
dasar permainan dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Adapun indikatornya siswa dituntut
untuk mampu melakukan Teknik Dasar melompat tanpa awalan.
Sebagai mana kita ketahui bersama, untuk melakukan olahraga Praktik tidak mudah seperti dibayangkan,
karena tanpa ada proses sistematis ini malah akan membahayakan bagi siswa (cidera). Pelajaran olahraga merupakan
Pelajaran yang sangat di senangi oleh siswa, tetapi berbeda halnya dengan cabang olahraga Lompat Tinggi Gaya
Guling Perut. justru siswa sangat sulit untuk melakukan, alasan yang sering terdengar dominan melakukan gerakan
yang diawali dengan lari dan lompatan yang menguras tenaga serta sangat melelahkan. Oleh karena itu Peneliti
mencoba memodifikasi Cabang olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut. ini kedalam bentuk bermain
menggunakan model pembelajaran Resiprokal / timbal balik dengan tujuan mengembangkan teknik dasar yaitu
Pembedaharaan gerak dasar. Gerak dasar anak apabila sesering mungkin dilakukan maka dia akan semakin
berkembang dan lambat laun gerak inilah yang nantinya akan mampu menciptakan gerak yang diharapkan. Dengan
gerakan yang sederhana, tidak terlalu terstruktur dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan serta karakteristik anak
(Drs. Soepartono : 2004 : 11).
Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan pengamatan dilapangan, siswa SDN Kanor I
Kec. Kanor Bojonegoro hasil belajar olahraga lompat jauh belum menncapai KKM disisi lain keaktifan siswa dalam
menerima pembelajaran terlihat kaku dan kurang menyenangkan.
Rumusan Masalah
1. Apakah melalui penggunaan model pembelajaran Resiprokal / timbal balik dapat meningkatkan hasil belajar
olahraga Loncat Tinggi Gaya Guling Perut.
2. Apakah siswa melakukan olahraga lompat Tinggi gaya Guling Perut dengan menggunakan model pembelajaran
Resiprokal / timbal balik mampu membuat model pembelajaran Resiprokal / timbal balik mampu membuat
daya taruk siswa sehingga menyenangkan.
3. Apakah hasil belajar siswa secara keseluruhan mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KAJIAN TEORI
Pengertian Belajar Mengajar
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sedikit permanen. Proses belajar akan berjalan dengan
baik apabila disertai dengan tujuan yang jelas. Tujuan belajar yaitu agar terjadinya perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga perubahan tersebut bermakna dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Mengajar mempunyai makna yaitu memindahkan ilmu dari guru ke siswa yang dilakukan secara sengaja
dengan berbagai proses yang dilakukannya. Berkenaan dengan hal ini Sadiman (1994:49) mengemukakan bahwa :
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik yang tujuannya agar anak didik mendapatkan
dan menguasai pengetahuan, ataupun mengajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan berhubungan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar dan
menanamkan pengetahuan dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman. Dalam hal ini siswa atau anak didik
mengenal dan menguasai budaya bangsa untuk kemudian dapat memperkaya atau menciptakan suatu yang baru.
Menurut Sanjaya (2008) Lompat Tinggi Gaya Guling Perut, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem
pembelajaran adalah:

Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Layaknya
seorang prajurit di medan pertempuran. Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk menghancurkan musuh
akan sangat bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri. Demikian juga dengan guru. Keberhasilan implementasi
suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik
pembelajaran.

Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak
adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing
anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat di pengaruhi oleh perkembangan anak yang
tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

Faktor Sarana dan Prasarana


Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya
media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya, sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
menuntun guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, dengan memiliki sarana dan prasarana merupakan
komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu factor
organisasi kelas dan factor iklim social-psikologi. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa
dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran memengang peranan yang sangat penting. Peran guru, untuk siswa pada usia
pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti Televisi, Radio, Komputer dan lain
sebagainya. Begitu juga halnya dengan siswa sebuah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa. Jadi proses pembelajaran guru dengan siswa adalah faktor utama dalam
menentukan keberhasilan belajar. Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak di pundak guru.
Oleh karena itu, Salah satu faktor pendukung perencanaan proses pembelajaran yaitu media. Peranan Media
dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971 : 285) ditegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang
dimiliki media Pembelajaran yaitu :
1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian.
2. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara
disesuaikan dengan keperluan dan,
3. Media mempunyai kemampuan-kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung
makna.

Lompat Tinggi Gaya Guling Perut


Pendidikan Jasmani adalah metode pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dipilih dan terus dilakukan
dengan sepenuhnya memperhatikan nilai-nilai didalam pertumbuhan, perkembangan dan kelakuan manusia.
Perkembangan kelakuan anak akan terwujud seperti tujuan pendidikan jasmani yaitu meningkatkan kesegaran
jasmani anak didik. Bentuk-bentuk dasar kesegaran jasmani tertuang salah satu pada cabang olahraga Atletik Nomor
lompat Tinggi gaya Guling Perut.
Olahraga Lompat tinggi adalah Suatu gerakan lompatan yang dilakukan untuk mencapai lompatan yang
setinggi-tingginya . Untuk dapat mencapai jarak lompatan ini terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik dasar
dari lompat tinggi itu sendiri antara lain :
1. Awalan yaitu Untuk mendapat kecepatan pada waktu akan melompat. Awalan itu harus dilakukan dengan
secepat-cepatnya serta jangan mengubah langkah pada saat akan melompat.
2. Tolakan yaitu Menolak sekuat - kuatnya pada papan tolakan dengan kaki yang terkuat ke atas (tinggi dan ke
depan).
3. Sikap Melayang diudara yaitu Badan harus di usahakan melayang selama mungkin diudara serta dalam
keadaan seimbang.
4. Sikap Mandarat yaitu Pelompat harus mengusahakan jatuh/mendarat dengan sebaik- baiknya

Menurut (Engkos Kosasih : 1993: 84) ada beberapa macam gaya lompat Tinggi Gaya Guling Perut di antaranya :
1. Lompat tinggi gaya straddle ( guling perut )
2. Lompat tinggi gaya western rool ( guling samping )
3. Lompat tinggi gaya fosbury flop

Model Pembelajaran olahraga Lompat Tinggi Gaya Guling Perut


Dalam pemberian model pembelajaran Lompat Tinggi. umumnya dalam pemberian materi tidak sama dengan
kompetensi Dasar yang lain, dari cara melakukan awalan, tolakan, Melayang diudara, saat mendarat dan gerakan
lanjutan. Ternyata pembelajaran yang selama ini penulis berikan walaupun dengan tahap yang sistematis tidak
memberikan hasil belajar yang maksimal.
Tahap berikutnya penulis mencoba memasukkan unsur bermain dengan memakai Media kardus adalah upaya
mediasi yang membuat siswa-siswi senang akan melewati rintangan sederhana sambil bermain dengan melakukan
gerakan teknik-teknik dasar seperti gerakan awalan, tolakan, melayang diudara dan saat mendarat. Permainan
adalah suatu kegiatan yang menarik, menantang dan menimbulkan kesenangan yang unik baik dilakukan seseorang
atau berkelompok.
Model pembelajaran yang penulis lakukan adalah Model Pembelajaran Resiprokal (
timbal balik ) . Ada beberapa langkah yang ditempuh diantaranya :
1. Guru mengatur siswa agar berpasang-pasangan.
2. Guru membagikan bahan ajar, yang berisi deskripsi tangan dan indikator tugas
gerak kepada siswa.
3. Siswa mempelajari tugas gerak dan indikator keberhasilannya.
4. Siswa melaksanakan tugas gerak, dan bergantian dan bilamana pelaku sudah
berhasil menampilkan gerak sesuai indikator yang telah ditentukan.
5. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
6. Evaluasi.
7. Penutup.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitihan
Penelitian ini dilakukan di SDN Kanor I Kec. Kanor Bojonegoro. Waktu penelitian yang dilaksanakan, selama satu
bulan, yang dimulai pada bulan September s / d Oktober 2016 Pelaksanaan di bulan ini mengingat sedang berjalan
program Kegiatan Belajar Mengajar Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

Populasi dan Sampel


Penelitian ini dilakukan di SDN Kanor I Kec. Kanor Bojonegoro. Sobyek penelitian ini adalah siswa kelas V
SDN Kanor I Kec. Kanor Bojonegoro dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 3 laki-laki dan 12
siswa perempuan. Tingkat kemampuan yang dimiliki siswa di kelas ini sangat bervariasi dari yang memiliki basic
kemampuan IQ yang tinggi hingga yang rendah. Sementara latar belakang sosial ekonomi dari orang tua siswa
siswinya yang sangat berbeda beda sehingga memiliki kemampuan dan daya serap siswa sangat bervariasi dari
hasil pelaksanaan evaluasi yang telah dilak sanakan selama ini.

Fasilitas dan Sarana Pendukung


Penelitian ini membutuhkan fasilitas dan sarana pendukung untuk menunjang proses pembelajaran , antara lain :
a. Buku Paket Penjas Orkes
b. Buku Penunjang Penjas
c. Alat-alat Atletik untuk lompat tinggi gaya guling perut

Teknik Pengumpulan Data


Suatu Penelitian akan mencapai validitas yang memadai jika alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data juga
memadai. Ada tiga instrument minimal untuk mengumpulkan data yaitu : lembar pengamatan, lembar angket dan
lembar evaluasi non tes.

Rancanag Tindakan
Rancangan tindakan yang dilaksanakan dituangkan dalam bentuk siklus. Siklus penelitian ini dilaksanakan dalam
tiga siklus. Dan setiap siklus akan berisi kegiatan : perencanaan, pelaksanaan, observasi(pengamatan) dan refleksi.

Teknik Analisis Data


Dalam tahapan ini peneliti berusaha untuk menginventarisir data-data yang telah diperoleh baik dari data-data hasil
pengamatan, observasi dan evaluasi yang kemudian mengelolahnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan perkembangan masing-masing siswa
yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif, artinya gambaran hasil pengamatan
terhadap perkembangan proses belajar mengajar diungkapkan dengan kata-kata maupun prosentase.
2) Data yang diperoleh dari hasil angket yang telah disampaikan kepada masing-masing siswa setelah diisi dan
dikumpulkan kembali dianalisis secara deskriptif kuantitatif artinya gambaran proses belajar mengajar
diungkapkan kata-kata ataupun dengan prosentase.
3) Sedangkan data hasil evaluasi baik sebelum ( pretest ) maupun sesudah ( postest ) yang telah diperoleh kemudian
di analisis secara kualitatif, artinya gambaran tentang perkembangan dan peningkatan hasil belajar yang
diperoleh dituangkan kedalam kualifikasi nilai yang rentangannya telah dirumuskan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil observasi Awal
Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dilaksanakan tes awal
dan pemberian angket pada siswa. Dari hasil angket dan tes awal secara umum untuk menunjukkan bahwa :
a. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan utamanya
pada materi lompat tinggi yang benar.
b. Rendahnya hasil belajar terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan utamanya pada
materi lompat tinggi
c. Nilai rata-rata hasil belajar sebelum dilaksanakan penelitian yaitu 7,2. Dari tes awal tentang penyajian peta
diperoleh data bahwa 15 siswa yang ikut tes, hanya 2 siswa yang mendapat 80 (ukuran belajar untuk
individual). Dengan demikian pengetahuan awal siswa tentang materi pelajaran tentang lompat tinggi masih
sangat minim ( rendah )
Siklus I
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus ini pembagaian besar siswa masih terlihat agak canggung
dalam melakukan eksperimen dalam lompat tinggi karena masih kurangnya pemahaman dalam memahami materi
ini. Hal itu disebabkan oleh sebagian siswa yang kurang dan bahkan tidak memperhatikan contoh yang diberikan
guru dalam awalan yang benar dan bagaimana cara tolakan yang benar,saat melewati mistar yang benar dan pada
saat mendarat yang benar,. Selama praktek melaksanakan lompat tinggi Guru melakukan pengamatan dan mengisi
lembar observasi sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan kempuan dalam memahami materilompat tinggi.
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 72 % siswa senang melakukan praktek
pembelajaran lompat tinggi gaya guling perut dengan metode ini, siswa mengalami peningkatan dan hasil evaluasi
yang telah dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaitu 7,2 dan masih sebagian masih mengalami kesulitan.
Refleksi
Berdasarkan refleksi terhadap kegiatan siklus I , maka dibuatkan rancangan tindakan untuk siklus II , yaitu :
1. Memberikan tugas kepada semua siswa untuk berlatihan dalam materi lompat tinggi yang akan diberikan
pada pertemuan berikutnya.
2. Pengelompokkan siswa diusahakan tidak tetap dan ditata ulang pada pertemuan berikutnya agar setiap
siswa berlatih bekerja sama dengan teman-teman yang lainnya.

Siklus II
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak canggung dalam
melakukan eksperimen dalam lompat tinggi gaya guling perut karena masih kurangnya pemahaman dalam
memahami materi ini . Hal itu disebabkan oleh sebagaian siswa yang kurang bahkan tidak memperhatikan contoh
yang diberikan guru dalam lompat tinggi yang benar. Selama praktek melaksanakan lompat tinggi Guru melakukan
pengamatan dan mengisi lembat observasi sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan kemampuan dalam
memahami materi lompat tinggi gaya guling perut.
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 93 % siswa senang melakukan praktek
pembelajaran lompat tinggi dengan metode ini, siswa mengalami penungkatan dan hasil evaluasi yang telah
dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaitu 9,3 dan sebagian masih mengalami kesuliatan.

Refleksi
Berdasarkan reflesi terhadap kegiatan siklus II. Maka dibuatlah rancangan tindakan untuk siklus III, yaitu :
1. Memberi tugas kepada semua siswa untuk melatih dalam materi lompat tinggi gaya guling perut yang
akan diberikan pada yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya.
2. Pengelompokan siswa diusahakan tidak tetap dan ditata ulang pada pertemuan berikutnya agar setiap
siswa berlatih bekerja sama dengan teman-teman yang lainnya.

Siklus III
Hasil pengamatan selama pembelajaran pada siklus ini sebagiann besar siswa masih terlihat agak canggung dalam
melakukan eksperimen dalam lompat tinggi, karena masih kurangnya pemahaman dalam memahami materi ini . Hal
itu disebabkan oleh sebagaian siswa yang kurang bahkan tidak memperhatikan contoh yang diberikan guru dalam
lompat tinggi gaya guling perut yang benar. Selama praktek melaksanakan lompat tinggi gaya guling perut Guru
melakukan pengamatan dan mengisi lembat observasi sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan kemampuan
dalam memahami materi lompat tinggi gaya guling perut
Hasil angket setelah pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 98% siswa senang melakukan praktek
pembelajarn lompat tinggi gaya guling perut dengan metode ini, siswa mengalami peningkatan dan hasil evaluasi
yang telah dilaksanakan nilai rata-rata hasil belajarnya yaiti 98, sehingga hampir seluruh siswa tidah ada yang
mengalami kesulitan dalam melaksanakan materi ini.

Refleksi
Hasil dari observasi dan penilaian proses yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan prosentase siswa yang
menyenangi kegiatan pembelajaran materi Altitik lompat tinggi gaya guling perut dengan menggunakan metode
eksperimen dan demonstrasi . Hampir seluruh siswa telah memiliki kemampuan dalam melaksanakan lompat tinggi
gaya guling perut dengan benar sehingga diharapkan mampu sebagai landasan dalam meningkatkan prestasi dalam
kualifikasi lomba baik di tingkat Kecamatan maupun di tingkat Kabupaten dalam even-even perlombaan olahraga
utamanya pada Atlitik dalam lompat tinggi gaya guling perut
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Resiprkal ( timbale balik )dengan mengoptimalkan laboratorium dapat meningkatkan hasil
belajar siswa . Hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel I Prosentase siswa yang senang dengan Model Pembelajaran Resiprokal ( timbal balik )
Siklus I Siklus II Siklus III
72 % 93 % 98 %

Tabel 2 . rata-rata belajar


Siklus I Siklus II Siklus III
7,2 9,3 9,8

PENUTUP
Simpulan
1. Model Pembelajaran Resiprokal (timbale balik) menjadikan siswa ikut lebih aktif terlibat langsung dalam
pembelajaran Pendidikan Jasmani , Olahraga Kesehatan utamanya pada Atlitik pada materi lompat tinggi gaya
guling perut
2. Model Pembelajaran Resiprokal (timbale balik) dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan memberikan suasana yang baru dan sangat menyenangkan , dan ini merupakan salah satu bentuk
motivasi sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Jasmani , Olahraga dan
Kesehatan.
3. Dengan aktifnya siswa dan pembelajaran yang menyenangkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
, Olahraga dan Kesehatan khususny pada Atlitik pada materi lompat tinggi gaya guling perut

DAFTAR PUSTAKA
Usman. M.U (1990) Menjadi guru professional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Depdikbud.
Pidarta, M.(1990) Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara-Negara Maju. Jakarta : Bumu Aksara.
Ischak. (1986) Berbagai Jenis Peta dan Kegunaannya. Jogyakarta : Liberty.
Adam,A. dan Mbririmuljo, S. (1990). Games and role playing. Harare : Generator.
Depdikbud.(1987).Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar . Surabaya : Kanwil Depdikbud Propinsi Jatim.
Kristiani,N (1999) Metode simulasi melalui kegiatan bermain : Pembelajarn Konsep Sintensis Protein Pada Siswa
SMU. Jurnal Gentengkali ,3 (2): 13-14.

You might also like