You are on page 1of 23

Universitas Kristen Krida Wacana

Laporan Kasus ASI Ekskusif dengan Pendekatan Dokter Keluarga

di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Cikampek

Oktober 2017

Oleh :

Karinda Lado

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

1
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi sehingga pemberian ASI eksklusif
dianjurkan selama masih mencukupi kebutuhan bayi. Hak setiap bayi untuk mendapatkan
ASI dan hak ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Menyusui adalah cara alami
untuk memberikan asupan gizi, imunitas, dan memelishara emosional secara optimal bayi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI tidak hanya menambah manfaat, namun juga
memperat ikatan batin antar ibu dan bayi sehingga membantu perkembangan emosional
dan perilaku anak.2
Upaya perbaikan gizi di Indonesia melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif telah
diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 128 dan 129 bahwa
bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2012 Bab II pasal 3, pasal 4, pasal 5 menyebutkan bahwa Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung-jawab dalam program
pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya pada Bab III pasal 6 menyebutkan bahwa setiap
ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkan.1
Salah satu rekomendasi dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding, pola
pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan sebagai
berikut: (1) menyusui segera dalam waktu setengah jam sampai 1 jam pertama setelah
bayi lahir (IMD), (2) menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan,
(3) mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar sejak
bayi berumur 6 bulan, (4) tetap menyusui sampai anak berumur 24 bulan atau lebih. 2
Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare,
dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi
yang mendapat ASI. (WHO 2000). 3
Keterkaitan antara pemberian ASI eksklusif dan pengurangan angka kematian anak
dapat dipahami melalui hasil telaah dari 42 negara yang menunjukkan bahwa ASI
eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian Balita yaitu
13%, dibandingkan intervensi kesehatan masyarakat lainnya. Angka ini naik menjadi
22%, jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya.4
Munculnya program pemberian ASI eksklusif dilatarbelakangi oleh tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32/1000 KH (Kelahiran Hidup), padahal

2
target Renstra Kemenkes (Rencana Strategis Kementrian Kesehatan) yang ingin dicapai
pada tahun 2014 adalah 24/1000 KH, dan target MDGs (Millenium Development Goals)
sebesar 23/1000 KH.6 Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 menunjukkan bahwa AKB sebesar 32/1000 KH. 4
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation
Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan
sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Tingkat
pemberian ASI Eksklusif dalam 6 bulan pertama di Indonesia masih rendah dan belum
mencapai angka yang diharapkan. Dari Infodatin, mengacu pada target program pada
tahun 2014 sebesar 80% maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar
52,3% belum mencapai target.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1. Upaya perbaikan gizi di Indonesia melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif
telah diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 128 dan
129
2. Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai resiko 17 kali lebih besar
mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA
dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI
3. ASI esklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian Balita
yaitu 13% dibandingkan intervensi kesehatan masyarakat lainnya.
4. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia didapatkan masih
tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu sebesar 32 per 100 kelahiran hidup
pada tahun 2012.
5. Menurut Infodatin, mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%
maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum
mencapai target.
1.3 Tujuan
Dengan melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarganya akan pentingnya ASI
eksklusif, konsultasi atas kendala yang dialami selama memberi ASI eksklusif cara
pemberian ASI eksklusif yang benar bagi ibu yang tidak bekerja maupun dengan teknik

3
memerah ASI pada ibu yang bekerja, serta memotivasi keluarga agar memberi dukungan
kepada ibu pasien agar memberikan ASI eksklusif.

1.4 Sasaran
Sasaran yang dituju adalah bayi berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.

1.5 Metode
Metode yang digunakan adalah penemuan penderita secara active case finding dimana
cara menjaring pasien dengan melibatkan peran kader masyarakat , dalam hal ini yaitu
kader posyandu untuk langsung datang ke rumah pasien yang sesuai dengan target
sasaran yaitu bayi berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.

4
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
a. Pengenalan mengenai ASI Eksklusif
b. Mengetahui permasalahan yang dialami dalam pemberian ASI Eksklusif oleh keluarga
c. Upaya yang dilakukan dalam menjalankan dan menyelesaikan permasalahan yang dialami
pada program ASI eksklusif.

2.2 Metode
Metode yang digunakan adalah active case finding (pencarian kasus aktif) dimana cara
menjaring pasien dengan melibatkan peran kader masyarakat , dalam hal ini yaitu kader
posyandu dengan cara mendatangi penderita yang dicurigai masuk ke dalam kelompok
penderita kemudian dilakukan wawancara pada ibu pasien dan keluarga pasien. Metode
wawancara dilengkapi dokumentasi pasien, keadaan rumah pasien , dan keadaan lingkungan
sekitar rumah pasien. Teknik wawancara diakhiri penjelasan dan konsultasi mengenai
program ASI Eksklusif.

5
Bab III
Kerangka Teori

3.1 Definisi Air Susu Ibu Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya.ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup
bayi adalah yang terbaik. 1
3.2 Komposisi ASI

ASI mengandung asam amino dan DHA alamiah yang dapat diserap bayi berkat
adanya kandungan enzim lipase dalam ASI. ASI juga mengandung karbohidart, protein,
multivitamin dan mineral secar alengkap yang mudah diserap dengan sempurna dan sama
sekali tidak menganggu fungsi ginjal bayi yang masih sangat lemah.2
ASI, susu sapi dan susu kambing, ketiganya mengandung gula susu (laktosa) sebagai
sumber energi. Hewan tumbuh lebih cepat daripada manusia sehingga hewan memerlukan
susu dengan kandungan protein lebih tinggi, sehingga apabila bayi diberi susu hewan
makan protein sulit dicerna karena bayi memiliki organ ginjal yang belum sempurna. Pada
ASI kandungan protein lebih sedikit dan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
sesuai dengan usianya.2
ASI mengandung imunoglobulin 4 dan zat lain memberikan kekebalan bayi terhadap
infeksi bakteri dan virus. Bayi yang diberikan ASI terbukti lebih kebal terhadap berbagai
penyakit infeksi. Menurut penelitian di beberapa negara, bayi yang tidak mendapat ASI
berisiko 17 kali lebih besar terkena diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Risiko kematian akibat pneumonia pad abayi usia 8 hari-12 bulan yang tidak mendapat
ASI menjadi 3-4 kali lebih besar dari pada bayi yang mendapat ASI.2

3.3 Cara Memberikan ASI Eksklusif


Cara menyusui yang baik akan mendukung ibu untuk dapat berhasil memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya. Cara menyusui yang baik adalah sebagai berikut :
a. Posisi badan Ibu dan Bayi yang Baik

6
- Ibu harus duduk dengan nyaman, santai, terlihat tanda ikatan kasih sayang
(bonding) antara ibu dan bayi, pinggang bersandar dan kaki tidak
menggantung bila perlu kaki di atas penyanggah/dingklik.
- Bila ibu menyusui sambil berbaringdengan nyaman dan santai, punggung
disanggah dengan bantal, terlihat tanda bonding. Posisi badan ibu miring
menghadap bayi.
- Hadapkan ke seluruh tubuh bayi menghadap perut ibu.
- Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada
satu garis lurus.
- Ibu memeluk badan bayi dekat dengan badan ibu
- Ibu menyanggah seluruh badan belakang bayi, wajah bayi menghadap
payudara dan hidung berhadapan dengan puting
- Letakkan kepala bayi pada lengan diantara lengkung siku dan pergelangan
tangan ibu dan bokong bayi di atas pengkuan ibu untuk bayi yang lebih tua,.
- Untuk bayi yang lebih muda, bagian bawah tubuh bayi perlu disanggah bukan
hanya kepalanya.
b. Perlekatan Bayi pada payudara yang baik
- Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang di bawah
(bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting) dibelakang areola (bagian hitam payudara)
- Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi atau
sisi mulut dengan puting susu
- Tunggu sampai bayi membuka lebar mulutnya dan lidahnya ke bawah
- Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menkan bahu
belakang bayi, bukan bagian kepala bayi
- Posisikan puting susu diatas bibi bagian atas bayi dan berhadap-hadapan
dengan hidung bayi
- Kemudian masukan puting susu ibu kedalam mulut bayi yang terbuka
- Usahakan sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu
berada diantara langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit
yang keras (palatum molle)
- Lidah bayi akan menekan payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI
akan keluar

7
- Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak
perlu dipegang atau disangga lagi
- Ibu sering meletakkan jarinya pada antara payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara mendorong pantat bayi
dengan lengan ibu
- Sambil bayi menyusu dianjurkan tangan ibu yang bebas, dipergunakan untuk
mengelu-elus bayi.

3.4 Manfaat ASI


3.4.1 Manfaat Bagi Bayi
Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi seluruh kebutuhan pertumbuhan
bayi sampai usia 6 bulan.
Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti
kekebalan, dan melindungi dari berbagai serangan alergi.
ASI membuat berat badan bayi lebih ideal. ASI mengurangi angka kejadian
obesitas sebesar 13 %. Ini terjadi karena kandungan gizi pada ASI tepat
memenuhi kebutuhan si bayi, tidak berlebihan atau kurang.
Membuat perkembangan motorik dan kognitif bayi lebih cepat.
ASI meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam
dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya.
3.4.2 Manfaat Menyusui bagi Ibu
Menyusui mengurangi resiko kanker ovarium dan kanker payudara.
Menyusui eksklusif sampai 6 bulan merupakan cara kontrasepsi alamiah
karena isapan bayi pada puting susu akan merangsang keluarnya hormon
prolaktin yang berfungsi untuk memproduksi ASI sekaligus menunda kesuburan,
sehingga kehamilan menjadi tertunda.
Membantu ibu menurunkan berat badan seperti sebelum hamil karena energi
yang diperlukan untuk membuat ASI sebagian diambil dari cadangan lemak
selama hamil.
Mengurangi pendarahan setelah melahirkan.
Lebih ekonomis, praktis, higienis, dan hemat waktu.

8
3.4.3 Manfaat ASI bagi Keluarga
Murah dan praktis dibanding susu formula
Bayi yang mendapat ASI lebih sehat karena tidak mudah sakit dan tidak
kurang gizi sehingga biaya untuk pengobatan rendah.

3.5 ASI Perah


Ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI Eksklusif. Cara untuk dapat
memberikan ASI selama bekerja adalah sebagai berikut :
- Siapkan peralatan untuk memerah dan menyimpan ASI
- Siapkan es batu dalam termos pendingin
- Siapkan botol kaca yang sudah dicuci dan dibilas air panas
- Mulailah memerah ASI dan menyimpan dalam botol kaca tersebut
- Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan, pompa manual maupun pompa elektrik
- Memeras ASI dengan tangan lebih baik
- Jaga kebersihan tangan, payudara, peralatan pompa, dan tempat ASI perah selama
proses memerah ASI
- Susuilah bayi sampai kenyang sebelum berangkat bekerja
- Di tempat kerja perahlah ASI selang waktu 2-3 jam dan tidak menunggu payudara
sampai penuh
- Botol diberi label nama, tanggal, dan jam
- Masukkan ASI dalam botol kaca ke dalam termos yang telah diisi es batu
- ASI yang tersimpan dalam termos pendingin dengan es batu (4-15C) tahan selama 24
jam
- Bawa pulang ASI dengan termos yang berisi es batu tersebut dari tempat kerja ke
rumah
- Taruh sebagian di freezer untuk cadangan ASI jangka panjang dan taruh sebagian lagi
di kulkas untuk cadangan jangka pendek
- ASI perah di lemari es (0-4) tahan 3-8 hari
- ASI perah disimpan di frezer lemari es 2 pintu (-18C) tahan 3-6 bulan
- ASI perah disimpan di frezer tunggal tahan 6-12 bulan
- Jika cadangan ASI ingin digunakan : keluarkan ASI perah dari lemari es secara
berurutan dari jam perah paling awal
- Ambil ASI perah sesuai kebutuhan yang kira-kira bisa langsung dihabiskan

9
- Diamkan dalam suhu ruang selama 10-15 menit kemudia hangatkan ASI perah
dengan cara merendam botol dalam wadah berisi air hangat
- Jangan hangatkan asi perah dengan air mendidih atau jangan rebus asi perah karena
akan merusak kandungan gizi
- Bila ASI perah sudah mencair kocok perlahan (memutar searah jarum jam )agar
cairan diatas bercampur dengan cairan bawah
- Siapkan cangkir dan sendok untuk meminumkan ASI perah kepada bayi
- Jangan bekukan kembali ASI perah yang sudah dicairkan.

Cara mengeluarkan ASI yang paling baik adalah dengan memerah menggunakan tangan
dengan cara sebagai berikut :6
- Cuci tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih
- Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI
- Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan
- Letakkan ibu jari pada batas atas aerola mamae (lingkaran hitam) dan letakkan jari
telunjuk pada batas aeraola bagian bawah
- Tekan kedua jari ini ke dalam ke arah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari
tadi
- Pijat daerah di antara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan memeras, memijat
atau menarik puting susu karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan akan
menyebabkan rasa sakit
- Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali
- Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi pada sisi
lain dari batas aerola dengan kedua jari selaku berhadapan
- Memeras ASI yang efektif dilakuakn selama 20-30 menit
- Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sampai ASI terperah semua, sehingga
payudara terasa kosong

10
Bab IV

Hasil dan Data Kunjungan

Puskesmas : Puskesmas Cikampek

Alamat : Jl. Ahmad Yani No.50, Cikampek

No. Register :-

I. Identitas Pasien
a. Nama : An. AN
b. Umur : 1 bulan 23 hari
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan :-
e. Pendidikan : Belum Sekolah
f. Alamat : RT 11 RW 01, Desa Kamojing, Kecamatan Cikampek,
Kabupaten Karawang.

II. Identitas Orang Tua Pasien


Ayah Pasien
a. Nama : Tn. I
b. Umur : 40 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Buruh
e. Pendidikan : Tamat SMP
a. Alamat : RT 11 RW 01, Desa Kamojing, Kecamatan Cikampek,
Kabupaten Karawang.
a. Ibu Pasien
a. Nama : Ny. DJ
b. Umur : 35 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Pendidikan : Tamat SMP

11
g. Alamat : RT 11 RW 01, Desa Kamojing, Kecamatan Cikampek,
Kabupaten Karawang.

III. Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan Kesehatan Sekarang : Baik
b. Kebersihan Perorangan : Baik
c. Penyakit yang Sering Diderita : Tidak ada
d. Penyakit Keturunan : Tidak ada
e. Penyakit Kronis/ Menular : Tidak ada
f. Pola Makan : Baik
g. Pola Istirahat : Baik
h. Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

IV. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan Buruk : Tidak ada
b. Pengambilan Keputusan : Orang tua
c. Ketergantungan Obat : Tidak ada
d. Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan : Puskesmas Cikampek, Bidan
Desa
e. Pola Rekreasi : Kurang

V. Keadaan Rumah / Lingkungan


a. Jenis Bangunan : Permanen
b. Lantai Rumah : Keramik
c. Luas Rumah : 5 m x 10 m = 50 m2
d. Penerangan : Cukup Baik
e. Kebersihan : Cukup Baik
f. Ventilasi : Cukup Baik
g. Dapur : Ada
h. Jamban Keluarga : Ada
i. Sumber Air Minum : Air isi ulang
j. Sumber Pencemaran Air : Tidak Ada
k. Pemanfaatan Pekarangan : Ada
l. Tempat Pembuangan Sampah : Ada

12
m. Sanitasi Lingkungan : Cukup Baik

VI. Spiritual Keluarga


a. Ketaatan Beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang Kesehatan : Baik

VII. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat Pendidikan Terakhir : Tamat SMP
b. Hubungan Antar Keluarga : Baik
c. Hubungan dengan Orang Lain : Baik
d. Kegiatan Organisasi Sosial : Tidak ada
e. Keadaan Ekonomi : Kurang

VIII. Kultural Keluarga


a. Adat yang Berpengaruh : Sunda

IX. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hubunga Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Keadaan gizi
n Kela Kesehatan
min
1 Isan Ayah 40 thn L Tamat Buruh Islam Baik Baik
Kandung SMP
2 Dedeh Jubaedah Ibu 35 thn P Tamat IRT Islam Baik Baik
kandung SMP
3 Aji Nurdiansyah Anak 1 bulan L - - Islam Baik Baik
kandung 23 hari

X. Keluhan Utama : -

XI. Riwayat Penyakit Sekarang

13
Pasien adalah anak pertama. Pasien lahir tanggal 30 Agustus 2017, persalinan
spontan normal, dibantu oleh bidan, pasien langsung menangis, kulit berwarna
kemerahan, gerak aktif. Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan 50 cm.
Menurut Ibunya pasien tidak memiliki keluhan. Pasien masih mengkonsumsi
ASI saja tanpa tambahan minuman dan makanan lain. ASI ibunya lancar,
pasien disusui setiap 2 jam sekali atau apabila pasien menangis sebanyak yang
pasien mau.

XII. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat ikterik, alergi ataupun kejang.

XIII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Tanda-Tanda Vital :
Frekuensi Pernapasan : 30 x /menit
Suhu : 36,9 C
Frekuensi Denyut Jantung : 130 x/menit
Tekanan Darah : Tidak Diperiksa

Kepala
Bentuk dan Ukuran : Normocephali
Rambut dan Kulit Kepala : Rambut berwarna hitam, tipis
Mata : CA -/- SI -/-
Telinga : Normotia, sekret -/-
Hidung : sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir lembab, labiopalatoskisis (-)
Leher : Tidak tampak kelainan
Thoraks : Simetris saat gerakan dada statis dinamis,
wheezing -/- rhonki -/-
Bunyi jantung murni reguler , murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Turgor kulit normal , bising usus normal
Anus : (+)
Genital : Tidak tampak kelainan

14
Anggota gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Kulit : Ikterik (-)

XIV. Diagnosa : Bayi 1 bulan 23 hari dengan ASI Eksklusif


XV. Diagnosa Keluarga : keluarga dalam keadaan sehat
XVI. Anjuran Penatalaksanaan Masalah :
Promotif
Penyuluhan tentang definisi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, kandungan ASI,
manfaat pemberian ASI, cara menyusui yang baik dan benar, cara memerah
ASI, cara menyimpan ASI, cara menghangatkan ASI, cara pemberian ASI
setelah di simpan, dan kerugian tidak diberi ASI.
Preventif
Mendorong ibu untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan,
dilanjutkan ASI ditambah MP ASI sampai usia 24 bulan agar anak mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
XVII. Resume
Pasien Bayi berusia 1 bulan 23 hari, BBL 3500 gram, panjang badan 50 cm,
saat ini tidak memiliki keluhan dan saat ini mendapat ASI Eksklusif.

15
Bab V
Analisa Masalah

5.1 Analisa Kasus


Seorang bayi laki-laki usia 1 bulan 23 hari yang ditemui ketika melakukan kunjungan
rumah tidak terdapat keluhan sama sekali. Bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman lain. Bayi menyusu langsung dari ibunya yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Bayi menyusu setiap 2 jam sekali atau apabila bayi menangis dan
diberikan semau bayi. ASI ibu diakui lancar. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
pernapasan 30 x /menit, suhu 36,9C, dan frekuensi denyut jantung 130 x/menit.
Bayi laki-laki tersebut dalam keadaan sehat.

5.2 Riwayat keluarga


Keadaan kesehatan keluarga baik. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
5.3 Analisis Kunjungan Rumah
5.3.1 Kondisi Pasien
Kondisi pasien dalam keadaan sehat karena dari hasil alloanamnesis dan
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
5.3.2 Keadaan Rumah
Lokasi : Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain rapat.
Kondisi : Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen.
Rumah terbuat dari tembok, lantainya terbuat dari keramik, beratap
genteng. Rumah tampak cukup bersih dan rapi. Atap dan langit-langit
rumah permanen (plafon) dan sebagian belum permanen (berupa anyaman
rotan). Kamar tidur tampak kurang rapi terdapat beberapa barang yang
berserakan di atas tempat tidur.
Luas rumah : 50 m2.
Pembagian rumah : rumah terdiri dari 1 tingkat yang terbagi menjadi 3
kamar tidur, 1 ruang tengah, 1 kamar mandi yang sudah memiliki jamban
dan 1 buah dapur. Terdapat teras di depan rumah. Pekarangan rumah ada.
Ventilasi : pada setiap kamar sudah dilengkapi jendela yang terbuat dari
kaca sehingga sinar matahari dapat masuk, dan kaca tdapat dibuka
sehingga udara dapat keluar dan masuk dengan baik.

16
Penerangan : Penerangan cukup, karena sebagian besar ventilasi yang
tersedia dapat dilalui oleh cahaya dari luar rumah, dan setiap pagi hingga
siang pasien selalu membuka jendela rumahnya, sehingga cahaya dari luar
dapat masuk ke dalam rumah.
Kebersihan : kebersihan rumah cukup baik. Tidak tercium bau tidak sedap
di dalam rumah.
Sanitasi dasar : Sumber air minum berasal dari air isi ulang , untuk mandi
mencuci dan memasak menggunakan air PAM. Tempat untuk mencuci
peralatan makan dan memasak terletak di dapur.

5.4 Analisis Fungsi Keluarga


5.4.1 Keadaan Biologis
Dalam keluarga pasien saat ini semua dalam keadaan sehat.

5.4.2 Keadaan Psikologis


Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik, karena pasien
diasuh dan diberi ASI sendiri oleh Ibu kandung pasien

5.4.3 Keadaan Sosiologis


Pasien sebagai anak satu-satunya dalam keluarga. Pasien disayangi oleh semua
anggota keluarga.

5.4.4 Keadaan Religius


Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik.

17
Bab VI
Penutup

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah
keadaan kesehatan keluarga pasien sekarang baik. Pasien hanya diberi ASI saja oleh ibu
kandung pasien, kondisi kesehatan pasien baik.

6.2 Saran
a. Puskesmas
Meningkatkan promosi tentang ASI ekslusif melalui penyuluhan baik perorangan
maupun kelompok serta menerapkan kebijakan pemerintah yaitu 10 Langkah Menuju
Keberhasilan menyusui.

b.Pasien
Disarankan untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan dan
melanjutkan ASI dengan disertai MP ASI hingga usia 24 bulan (2 tahun), untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Disarankan agar ibu yang sedang
menyusui mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi sebanyak 2 kapsul, mengkonsumsi
makanan yang bergizi seimbang dan memperbanyak minum air putih agar ASI dapat
keluar dengan baik dan lancar. Disarankan untuk ibu mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum menyusui anak. Disarankan untuk segi keadaan rumah terus dijaga
kebersihannya agar kesehatan seluruh anggota keluarga tetap terjamin.

18
Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI Ditjend Bina Gizi dan KIA. Rencana aksi akselarasi
pemberian asi eksklusif. Direktorat Bina Gizi; 2013.
2. Kementerian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan kesehatan ibu dan Anak. Materi
penyuluhan pemberian air susu ibu dan makanan pendamping asi. Direktorat Bina
Gizi; 2014.
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat
Gizi Masyarakat. Managemen laktasi buku panduan bagi bidan dan petugas kesehatan
di puskesmas. Jakarta; 2002.
4. Jadilah Karini Indonesia yang Tidak Mati Muda (Pencanagan Kampanye Peduli
Kesehatan Ibu 2014. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/article/print/201404300001/jadilah-kartini-indonesia-yang-
tidak-mati-muda-pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html, 21 April
2017.
5. Kementrian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
6. Departemen Kesehatan RI. Ibu rumah tangga selalu memberikan air susu ibu. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2005.

19
Lampiran

20
21
22
23

You might also like