You are on page 1of 9

Panduan Pasien rentan, lanjut usia, anak-anak dengan ketergantungan bantuan dan risiko

kekerasan.

BAB I
DEFINISI

1. Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran ( penyiksaan, pemukulan,


pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai kekerasan , tergantung pada situasi dan nilai-nilai
sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah kekerasan juga
mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
2. Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain, secara
verbal (kata-kata yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau
membunuh) atau merusak harta benda.
3. Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara
langsung merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain
memukul, menendang, menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan
seksual, dan lain-lain yang dilakukan baik oleh pasien, staff maupun oleh pengunjung.
4. Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau social
termasuk pelecehan secara verbal.
5. Perlindungan Pasien Pada Kekerasan Fisik adalah suatu upaya rumah sakit untuk
melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien lain atau staf rumah
sakit.
6. Anak Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas yaitu
13-14 tahun.
7. Lansia ( Lanjut Usia ) adalah periode dalam kehidupan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO )
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan ( middle age ) 45-59
tahun, lanjut usia ( elderly ) 60-74 tahun, lanjut usia tua ( old ) 75-90 tahun dan usia
sangat tua ( very old ) diatas 90 tahun.
BAB 2
RUANG LINGKUP

1. Ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien lansia dan psikogeriatri, yaitu:
a. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.
b. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif.
c. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila:
1) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain).
2) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit
cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup, dan lain-lain.
d. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa
lansia ke arah kerusakan/ kemerosotan yang progresif terutama aspek psikologis
yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis, dan sebagainya. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat,
misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa
berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.
2. Kriteria anak dengan ketergantungan :
a. Kelainan tumbuh kembang
b. Cerebral palsy
c. Autisme
d. Hyperactif
e. Down syndrom
f. Kelainan berpikir (attention defisit hyperactivity disorder)
3. Kelompok pasien dengan resiko kekerasan fisik di Rumah Sakit, dapat dialami oleh :
a. Bayi baru lahir ( Neonatus )
b. Kekerasan pada anak ( child abuse )
c. Lanjut Usia
d. Kekerasan pada perempuan
BAB III
TATA LAKSANA
1. Asuhan pasien Lansia
Pada pelaksanaan asuhan pelayanan lansia dengan ketergantungan terutama yang
berkaitan dengan kerapuhan dan kecatatan lansia di RSUD Langsa, petugas medis
harus bertindak memberikan pengetahuan, pelayanan, pengobatan kepada lansia,
Pelayanan lansia yang rapi dan terorganisir di RSUD Langsa sangat berperan dalam
pengelolaan dari konsekuensi demografik. Kebanyakan orang lanjut usia di atas 60
tahun masih hidup cukup mandiri di masyarakat. Tugas utama dari pelayanan lansia
untuk mempertahankan kemandirian ini sehingga dapat menua sehat. Dengan
demikian, menua sehat dapat diharapkan juga akan berlanjut dengan menua aktif
secara sosial, spiritual dan kultural bahkan ekonomi untuk menuju pada menua dengan
sukses.

Pelayanan asuhan lansia dengan ketergantungan di RSUD Langsa dilakukan di rawat


jalan maupun rawat inap. Perawat dan dokter melakukan assesmen yang perlu serta
asuhan pelayanan dikoordinasikan dengan jenis pelayanan dengan menyediakan obat-
obatan jika ada yang sakit, menyediakan ruang poliklinik dan rawat inap untuk
pelayanan kesehatan, menyediakan tenaga medis dan ahli gizi yang mengatur
kandungan gizi makanan yang akan dikonsumsi, serta rehabilitasi medik. Petugas
medis disini seolah-olah merupakan penyelia umum atas terlaksananya semua
tindakan yang telah direncanakan bersama mengingat bahwa tugas perawat selama 24
jam yang terbagi dalam 3 shift dapat memonitor dan melakukan tugas dari semua
anggota tim. Mengingat jenis penyakit yang diderita oleh lansia, maka pengawasan
terutama dijalankan atas tindakan rehabilitatif, walaupun tindakan kuratif juga masih
tetap penting. Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia supaya kondisi fisik,
mental dan sosial dapat berfungsi secara wajar.
Petugas medis dapat melakukan upaya-upaya pencegahan primer dengan mengetahui
mana pasien yang paling beresiko. Pengkajian awal pada lansia harus selalu
menargetkan pada lansia dengan ketergantungan yaitu dengan penyuluhan,
penyebarluasan informasi kesehatan, pengobatan dan pengembangan perawatan
lansia dengan penyakit kronis atau penyakit terminal.
2. Asuhan Pasien Anak dengan Ketergantungan

1.Persiapan.
a.Pasien.
Tempatkan pasien senyaman mungkin.
b.Alat.
1.Timbangan.
2. Stetoskop.
3. Termometer.
4. Senter (pen light).
2. Pelaksanaan.
a. Informed consent dengan keluarga tentang pelaksanaan tindakan.
b. Berikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan tindakan.
c. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
3.Hal-hal yang perlu diperhatikan.
a. Kondisi pasien.
b. Hindari adanya trauma pada anak dan orang tua saat intervensi / tindakan
asuhan keperawatan.
c. Turunkan dampak perpisahan antara orang tua dengan anak.
d; Kriteria anak dengan ketergantungan :
1; Kelainan tumbuh kembang
2; Cerebral palsy
3; Autisme
4; Hyperactif
5; Down syndrom
6; Kelainan berpikir (attention defisit hyperactivity disorder)

3. Asuhan Pasien dengan risiko kekerasan


a.Petugas rumah sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien beresiko melalui
pengkajian secara terperinci.
b.Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien, perawat unit bertanggung
jawab untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai
kebutuhan fisik dan psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
c.Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit, perawat unit
bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang
terkait untuk diproses lebih lanjut.
d.Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung, staff bertanggung jawab dan
memiliki wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak , pengunjung
tersebut memasuki area rumah sakit.
e.Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap teruratama ruang
perawatan bayi dan anak-anak, rawat jalan, maupun di lokasi terpencil atau
terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV (Closed Circuit Television) yang
terpantau oleh Petugas Keamanan selama 24 jam secara terus menerus.
f.Penanganan pada bayi /anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya di RSU Siaga
Medika Pemalang dengan merawat bayi sampai sehat untuk selanjutnya diserahkan
ke Dinas Sosial.
g.Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi : tamu RS,
detailer, pengantar obat atau barang, dan lain-lain wajib melapor ke petugas
informasi dan wajib memakai kartu visitor.
h.Pemberlakuan jam berkunjung pasien :
Siang : Jam 10.00 13.00
Sore : Jam 16.30 21.00
i.Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan
mendampingi pengunjung tersebut sampai ke pasien yang dimaksud.
j.Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai
pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran
maupun kekerasan.
k.Semua pengunjung di luar jam kunjungan rumah sakit, baik diluar jam kantor atau
diluar jam pelayanan maupun diluar jam besuk wajib lapor dan menulis identitas
pengunjung pada petugas keamanan.
l.Membatasi jumlah pasien yang masuk ke ruang perawatan dengan menerapkan
ketentuan hanya mereka yang menggunakan ID Card yang boleh memasuki ruang
perawatan.
m.Pada ruang perawatan wanita, pendamping pasien harus berjenis kelamin wanita.
n. Melindungi pasien dengan 3 ( 3 ) kode darurat non medis sebagai berikut :
RESPON
NO CODE KETERANGAN RESPON PRIMER
SEKUNDER
1. CODE Situasi berbahaya Lindungi/ Berusaha untuk
GREY berhubungan pertahankan diri mengurangi tingkat
(Gangguan dengan kejahatan sendiri dan hubungi risiko / bahaya dengan
Keamanan) yang mengancam pusat komando memantau ketat daerah /
fisik. untuk ruang perawatn yang
mengaktifkan Code terpencil
Grey.
2. CODE Bayi/ anak hilang/ a. Lakukan Segera lakukan
PINK diculik dari rumah pemeriksaan pemeriksaan kepada
( sakit secara berkala seluruh area RS, jika
penculikan pada ruang sasaran terlihat jangan
bayi ) bayi/ anak. hentikan sendiri,
b. Monitor seluruh hubungi pusat komando
ruangan dengan security dan laporkan
cctv lokasi temuan.
c. Awas ketat
pintu keluar
terhadap
seluruh orang
yang akan
meninggalkan
rumah sakit
dengan anak/
bayi.
3. CODE Adanya informasi a. Segera kelokasi a. Melaporkan ke
BLACK ancaman Bom tempat barang coordinator keadaan
( Ancaman lewat telepon atau yang dicurigai darurat dan
Bom ) sms sebagai bom keamanan.
diletakkan. b. Konsultasi dengan
b. Jangan disentuh kepolisian setempat.
serta isolasi
area/ benda c. Mempertimbangkan
yang dicurigai untuk
c. Melaporkan mengevakuasi
kepada pos penghuni gedung.
security untuk
menghidupkan
Code Black
Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran.
1. Pasien Rawat Jalan.
Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai ke
tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.
Perawat poli umum, spesialis, dan gigi wajib mendampingi pasien saat
dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
2. Pasien Rawat Inap.
Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor
perawat.
Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur
Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.
Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunjuk atau dipercaya.

Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat.


1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik
rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan
kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak
lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang.
3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat
menggunakan bel tersebut.
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.
Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak.
1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang yang keluar
masuk dari ruang tersebut.
5. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi
bukan kepada keluarga yang lain kecuali dengan pertimbangan tertentu.

a. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang beresiko disakiti (resiko


penyiksaan, napi, korban dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam
rumah tangga)
1. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat.
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas dikantor
perawat, berikut dengan penjaga pasien lain yang satu kamar perawatan dengan
pasien beresiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi
perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung lain.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

2) Tata Laksana RSUD Langsa melindungi pasien dari kesalahan asuhan medis :
a. Memberikan asuhan medis sesuai panduan praktek klinis dan clinical pathway.
b. Mengupayakan sarana prasarana yang aman untuk asuhan medis dan keperawatan
c. Melakukan sosialisasi kepada semua tenaga kesehatan yang bertugas di RSU Siaga
Medika Pemalang.
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Lembar Informed consent
2. Prosedur Menerima Pengunjung Rumah Sakit
3. Prosedur Perlindungan Terhadap Ancaman
4. Prosedur Pemantauan Terhadap Lingkungan Terpencil di RSU Siaga Medika Pemalang.
5. Prosedur Perlindungan Terhadap Penculikan Bayi dan Anak.
6. Formulir insiden keselamatan pasien
7. Lembar status rawat jalan
8. Lembar catatan pelayanan
9. Buku pencatatan pengunjung pasien

You might also like