You are on page 1of 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan

dengan kesehatan reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan

perempuan dan remaja putri untuk tertular umumnya karena kurangnya

pengetahuan dan informasi tentang HIV dan AIDS ataupun kurangnya

akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara

Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).

Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO)

mengumumkan 34 juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab

AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di

negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan peningkatan

jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat

9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak

dibandingkan satu dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis

kelamin kasus tertinggi HIV dan AIDS di Afrika adalah penderita dengan

jenis kelamin perempuan hingga mencapai 81,7% terutama pada

kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan persentase

paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya (Boon,

2009).

1
Menurut Hanum (2009) di Indonesia masalah AIDS cukup

mendapat perhatian mengingat Indonesia adalah negara terbuka, sehingga

kemungkinan masuknya AIDS adalah cukup besar dan sulit dihindari.

Sampai Maret 2010 tercatat terjadi 20.564 kasus AIDS dengan 3.936

orang korban meninggal dunia di Indonesia. Jumlah tersebut semakin

bertambah seiring dengan banyaknya faktor dan sarana penularan

HIV/AIDS. Berdasarkan estimasi Depkes dan KPAN, kasus HIV/AIDS di

Sumatera Utara sejak tahun 1992 April 2009 tercatat sebanyak 1680 orang

dan 872 diantaranya telah menderita AIDS. Angka kejadian tertinggi di

Sumatera Utara adalah kota Medan dengan 1181 kasus. Di RSUP H.

Adam Malik Medan, jumlah penderita HIV/AIDS hingga Februari 2009

tercatat sekitar 1.296 kasus.

Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh (2012),

bahwa ada kencenderungan peningkatan kasus HIV AIDS di propinsi

Aceh setiap tahun dengan jumlah kasus HIV sebanyak 70 kasus, dan AIDS

sebanyak 102 kasus. Selama tahun 2012 ditemukan 2 kasus HIV AIDS, 1

orang diantaranya meninggal dunia. Kondisi aktual ini mencerminkan

bahwa perkembangan kasus HIV/AIDS justru semakin tinggi, apalagi

tidak diimbangi dengan upaya pencegahan sedini mungkin di Provinsi

Aceh. Kondisi epidemiologi penyakit HIV/AIDS juga terjadi di Kota

Langsa.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS
c. Menegakkan intervensi keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS
e. Mengatahui evaluasi keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS

C. Manfaat penulisan
1. Penulis
Menambah wawasan dan informasi penulis mengenai
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS sebagai
pertimbangan asuhan keperawatan dan meningkatkan keterampilan
penulis mengenai asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS
2. Rumah Sakit
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

3. Institusi pendidikkan
Kiranya lebih meningkatkan mutu pendidikan guna menambah
literatur / referensi untuk kelengkapan perkuliahan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan

kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno

Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh

terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu.

Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan

mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah

terjangkit penyakit infeksi(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan

Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003)

Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan

AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang

bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit

yang disebut T.

B. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). AIDS dapat menyerang semua golongan

umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.

Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Bayi dari ibu/bapakterinfeksi

4
3. Orang yang ketagian obat intravena

4. Partner seks dari penderita AIDS

5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C. Patofisiologi

Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu

infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan

jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut

sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang

kompleks yaitu :

Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS

(HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme

pertahanan tubuh. ber-aksi bahkan kemudian dilumpuhkan.

Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam

keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh

dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel

CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper.

Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T

helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing

tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari

sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat

mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV

kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga

5
reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya

sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4

helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke

dalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse

transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik

dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA

utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai

sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.

Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah

dilumpuhkan, genom dari HIV proviral DNA dibentuk dan

diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut

berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper.

Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus

lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan

menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T

helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer,

sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah

yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau

Sindroma Kegagalan Kekebalan.

6
HIV masuk ke dalam tubuh manusia

Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4 (Limfosit T4, Sel dendrite,
Sel Langerhans)

Mengikat molekul CO4

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Sel Limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi opurtinistik

Sistem pernafasan Sistem pencernaan Sistem integumen Sistem neurologis

Peradangan pada Infeksi jamur Peristaltik Peradangan kulit


jaringan paru

Peradangan mulut Diare kronis Timbul lesi bercak


Sesak, demam putih

Sulit menelan Cairan output


mual Gatal nyeri
Tidak efektif ggn
pertukaran gas bersisik
Bibir kering turgor
peningkatan
Intake kurang kulit
suhu
Gangguan rasa
nyeri
Gangg. Kekurang cairan
Pemenuhan gangg. eliminasi
Nutrisi

Peningkatan Infeksi ssp


Perubahan kesadaran,
proses berpikir kejang, nyeri
kepala

7
D. Menifestasi Klinis

Menurut WHO adapun beberapa manifestasi klinis dari HIV AIDS

yaitu sebagai berikut :

1. Gejala mayor

a. Penurunan BB 10%

b. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan

c. Diare kronis

d. Tuberkulosis

2. Gejala minor

a. Koordinasi orofaringeal

b. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

c. Kelemahan tubuh

d. Berkeringat malam

e. Hilang nafsu makan

f. Infeksi kulit generalisata

g. Limfodenopati

h. Herpes zoster

i. Infeksi herpes simplek kronis

j. Pneumonia

k. Sarkoma Kaposi

8
E. Komplikasi

Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 )

antara lain :

1. Pneumonia pneumocystis (PCP)

2. Tuberculosis (TBC)

3. Esofagitis

4. Diare

5. Toksoplasmositis

6. Leukoensefalopati multifocal prigesif

7. Sarcoma Kaposi

8. Kanker getah bening

9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

10. Oral Lesi

F. Pemeriksaan Dianostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)

adalah :

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

a. ELISA

b. Western blot

c. P24 antigen test

d. Kultur HIV

9
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a. Hematokrit.

b. LED

c. CD4 limfosit

d. Rasio CD4/CD limfosit

e. Serum mikroglobulin B2

f. Hemoglobulin

G. Penatalaksanaan Medis

Menurut Endah Istiqomah (2009), ada beberapa penatalaksanaan

medis pada pasien HIV AIDS yaitu :

1. Respon biologis / aspek fisik

a. Universal precaution

a) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh

b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

c) Dekontaminasi cairan tubuh pasien

d) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi

semua alat kedokteran yang dipakai

e) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan

f) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara

benar dan aman

10
b. Peran perawat dalam pemberian ARV

Tujuan terapi ARV:

a) Menghentikan replikasi HIV

b) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi

opurtunistik

c) Memperbaiki kualitas hidup

d) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

c. Pemberian nutrisi

Pasien dengan HIV AIDS harus mengkonsumsi suplemen

atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV-AIDS tidak

bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral

d. Aktivitas dan istirahat

1) Respon adaptif psikologis

a) Pikiran positif tentang dirinya

b) Mengontrol diri sendiri

c) Rasionalisasi

d) Teknik perilaku

2) Respon social

a) Dukungan emosional

b) Dukungan penghargaan

c) Dukungan instrumental

d) Dukungan informative

11
3) Respon spiritual

a) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap

kesembuhan

b) Pandai mengambil hikmah

c) Kestabilan hati

4) Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik

a) Perilaku beresiko epidemiologis

b) Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa

menggunakan kondom

c) Pecandu narkotik suntikan

d) Hubungan seksual yang tidak aman

e) Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat,

diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung

f) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)

g) Riwayat menerima transfusi darah berulang

h) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan

alat yang tidak steril.

12
H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas / istirahat

Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas

biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur

Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis

terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi

jantung, pernapasan

b. Sirkulasi

Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia);

perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)

Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi

perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

c. Integritas ego

Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis:

dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain

Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual

Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan

menurunnya BB. Mengingkari diagnosa, merasa tidak

berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah

Kehilangan kontrol diri dan depresi

13
Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri, Perilaku

marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata

kurang. Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa

dengan gejala yang sama

d. Eliminasi

Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau

tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar

saat miksi

Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare

pekat yang sering.

Nyeri tekan abdominal,

Lesi atau abses rectal, personal,

Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin.

e. Makanan / cairan

Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan

/ mual / muntah.

Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan

Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak

subkutan / massa otot, turgor kulit buruk,

Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan

perubahan warna

14
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal

Edema (umum, dependen)

f. Hygiene

Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas

Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan

dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

g. Neurosensori

Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental.

Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi

masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun,

Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Kelemahan

otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan Kebas,

kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan

perubahan paling awal)

Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental

sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran

menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat Ide

paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang

tidak realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya

kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia Tremor pada motorik

15
kasar / halus, menurunnya motorik Vocalis: hemi paresis;

kejang Hemoragi retina dan eksudat

h. Nyeri / kenyamanan

Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki

Sakit kepala (keterlibatan ssp)

Nyeri dada pleuritis

Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan

Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang

Gerak otot melindungi bagian yang sakit

i. Pernapasan

Gejala: Isksering, menetap

Napas pendek yang progresif

Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif

sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk

spasmodic saat napas dalam)

Bendungan atau sesak dada

Tanda: Takipnea, distres pernapasan

Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius

Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan

sputum)

16
j. Keamanan

Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses

penyembuhannya

Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang

(mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)

Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut

Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS

Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu

intermitten / memuncak; berkeringat malam

Tanda: Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema,

eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah

terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Rektum, luka-luka perianal atau abses

Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2

area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha)

Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada

gaya berjalan

k. Seksualitas

Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan

seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan

seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan

seks anal

17
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan

seks

Penggunaan kondom yang tidak konsisten

Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan

kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan

dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)

Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil

l. Genetalia:

Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas

m. Interaksi sosial

Gejala: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan

kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut

untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan

penolakan / kehilangan pendapatan

Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual

yang meninggal akibat AIDS

Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak

mampu membuat rencana

Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat

Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan

tujuan

18
2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan menurut Doengoes (2000) pada

pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah:

a. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan

yang berlebihan, diare berat

c. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d

ketidakseimbangan muscular

d. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan

absorpsi Vitamin K

e. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada

kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan

f. Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri

g. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit

h. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d

candidiasis

i. Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d

kekurangan energy

j. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang

perhatian

k. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan

tegangan

l. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak

19
m. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d

bergantung pada orang lain untuk perawatan

n. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal

sumber informasi d/d permintaan informasi

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata.

a. Identitas pasien.

1) Nama :Tn. J (Laki-laki, 37 tahun).

2) Suku/bangsa : Batak/Indonesia.

3) AgamA : Kristen Katholik

4) Status perkawinan : Belum kawin

5) Pendidikan/pekerjaan : Supir mobil

6) Bahasa yang digunakan : Indonesia

7) Alamat : Jln. Ketapang

b. Penanggung jawab pasien : Tidak ada.

2. Alasan masuk rumah sakit

a. Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat

dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.

b. Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut

penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah

bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.

21
3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien sebelumnya tidak

pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.

b. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 12 tahun, yang lalu pasien

mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena

menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-

saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat

ditinggal menginggal ibunya. Klien tinggal di Surabaya sejak 6

bulan yang lalu, sebelumnya sejak tahun 1986 bekerja di Bali

sebagai Guide Freeland. Klien juga punya riwayat melakukan Sex

bebas dengan warga asing dan terakhir dengan warga Belanda. Di

Surabaya klien bekerja sebagai Guide freeland di Hotel Sangrila

Surabaya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali

sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak

terkontrol. Klien tgl 10-1-2002, memeriksakan diri ke UGD

RSUD dr. Zainoel Abidin.

c. Riwayat kesehatan keluarga : Kedua orang tua sudah meninggal,

tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.

4. Psikososial.

a. Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien

hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien

22
punya kaka di Sabang, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.

Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme

koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada

tanggal 14-9-2016 bermaksud melakukan bunuh diri dengan

menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi.

b. Sosial : sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak

ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai

putaw yang sekarang entah dimana.

c. Spiritual : Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta

didampingi Pastur Jelanti.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan

pucat. Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 110/70 mmHg,

N 120 x/menit, S 37,8 0C, RR 22 X/menit.

b. Head to toe :

1) Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak

kotor dan berbau.

2) Rambut. Rambut ikal, nampak kurang bersih.

3) Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat,

konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak

menggunakan alat bantu kacamata.

23
4) Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada

deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan

polip. Fungsi penciuman normal.

5) Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan

otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak

ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi

pendengaran normal.

6) Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan

tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih

dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.

7) Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba,

tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku

kuduk/tengkuk.

8) Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal.

Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2

tunggal. Tidak ada murmur.

9) Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa

tidak membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising

usus 14 X/menit.

10) Repoduksi : Penis normal, lesi tidak adai.

11) Ekstremitas : Paien masih mampu duduk berdiri dan berjalan

sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo

dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.

24
12) Integumen : Kulit keriput, pucat, akral hangat.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium :

Tanggal 10-10-2016

1) Hb : 8,7

2) Leukosit : 8,8

3) Trombosit : 208

4) PCV : 0,25

b. Terapi :

Tanggal 10-10-2016

1) Diet TKTP

2) RL 14 X/mnt

3) Cotimoxazol : 2 X II tab

4) Corosorb : 3 X 1 tab

5) Valium : 3 X 1 tab

25
B. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1 1.DS : Pasien mengatakan Kelemahan fisik Intoleransi
lemah, cepat lelah, bila aktivitas
melaukan aktivitas, terbatas.

DO :
Keadaan umum lemah, pucat,
ADL sebagian dibantu,
pasien partial care.
2 DS:Pasien mengatakan tidak Intake yang tidak Gangguan nutrisi
ada nafsu makan, saat adekuat kurang dari
menelan sakit, mengatakan kebutuhan tubuh
tidak bisa menghabiskan porsi
yang disiapkan.

DO :
Lemah, 4 hari tidak makan,
mulut kotor, lemah, holitosis,
lidah ada bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat,
konjungtiva anemis.

3 DS : Pasien mengatakan diare Diare Kekurangan


sejak 1 bulan yang lalu, cairan tubuh
mengatakan menceret 5-7
kali/hari, kadang demam dan
keringat pada malam hari,
minum 2-3 gelas/hari.

DO :
Turgor masih
baik, inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus meningkat
20 X/menit

4 . DS : adanya kemugkinan Resiko Infeksi


Pasien mengatakan kadang imunokompromise
demam.
DO:
Nadi 120 X/menit, RR 22
X/menit, TD 110/70 mmHg,
suhu 37,8. Leukosit 8,8 mm3

26
5 DS : Klien merasa diasingkan Harga diri rendah Resiko bunuh
oleh keluarga dan teman- diri
temannya, klien tidak punya
uang lagi, klien merasa
frustasi karena tidak punya
teman dan merasa terisolasi.
Minta dipanggilkan Pastur
Jelantik dari Gereja Katedral.

DO:
Mencoba melakukan
percobaan bunuh diri tanggal
14-1-2002, dengan berusaha
menceburkan diri dari lantai
II.

C. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)


1. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tak adekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.
4. Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya
kemugkinan imunokompromise
5. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

27
D. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional
Hasil
1 Intoleransi aktivitas TU : Setelah dilakukan a. Monitor respon a. Respon bervariasi dari hari ke
berhubungan dengan tindakan keperawatan fisiologis terhadap hari
kelemahan. selama 4 hari masalah aktivitas
teratasi b. Berikan bantuan b. Mengurangi kebutuhan
perawatan yang energy
KH : Pada saat akan pasien sendiri tidak
pulang pasien sudah mampu
mampu berpartisipasi c. Jadwalkan perawatan c. Ekstra istirahat perlu jika
dalam kegiatan, dengan pasien sehingga tidak karena meningkatkan
kriteria bebas dyspnea mengganggu istirahat. kebutuhan metabolic
dan takikardi selama
aktivitas.
2 Gangguan nutrisi kurang TU : Setelah satu 4 hari a. Monitor kemampuan a. Mengetahui jenis makanan
dari kebutuhan tubuh perawatan pasien mengunyah dan yang lebih cocok
berhubungan dengan mempunyai intake kalori menelan.
intake yang inadekuat. dan protein yang adekuat b. Monitor intake dan b. Untuk membandingkan
ouput. kebutuhan dengan suplai
KH : Untuk memenuhi sehingga diharapkan tidak
kebutuhan metaboliknya terjadi kurang nutrisi
dengan kriteria pasien
makan TKTP, serum c. Anjurkan oral hygiene
albumin dan protein sebelum makan. c. Untuk mengurangi kotoran
dalam batas normal, dalam mulut yang dapat

28
menghabiskan porsi yang d. Anjurkan untuk beri menurunkan nafsu makan.
disiapkan, tidak nyeri saat makanan ringan d. Untuk mengatasi penurunan
menelan, mulut bersih. sedikit tapi sering. keluhan makan

3 Kekurangan cairan tubuh TU : Setelah dilakukan a. Monitor tanda-tanda a. Volume cairan deplesi
berhubungan dengan tindakan keperawatan dehidrasi. merupakan komplikasi dan
diare. masalah terartasi dapat dikoreksi.
b. Monitor intake dan b. Melihat kebutuhan cairan
KH : Keseimbangan ouput yang masuk dan keluar.
cairan dan elektrolit c. Anjurkan untuk c. Sebagai kompensasi akibat
dipertahankan dengan minum peroral peningkatan output.
kriteria intake seimbang d. Atur pemberian infus d. Memenuhi kebutuhan intake
output, turgor normal, dan eletrolit : RL 20 yang peroral yang tidak
membran mukosa lembab, tetes/menit. terpenuhi.
kadar urine normal, tidak e. Kolaborasi pemberian e. Mencegah kehilangan cairan
diare setealh 5 hari antidiare antimikroba tubuh lewat diare (BAB).
perawatan.

4 Resiko tinggi infeksi TU : Setelah dilakuakn a. Monitor tanda-tanda a. Untuk pengobatan dini
berhubungan dengan tindakan keperawatan infeksi baru.
imunokompromise, selama 4 hari masalah b. Gunakan teknik b. Mencegah pasien terpapar
malnutrisi dan pola hidup teratasi aseptik pada setiap oleh kuman patogen yang
yang beresiko. tindakan invasif. Cuci diperoleh di rumah sakit.
KH : Pasien akan bebas tangan sebelum
infeksi oportunistik dan meberikan tindakan. c. Mencegah bertambahnya
komplikasinya dengan c. Anjurkan pasien infeksi
kriteria tak ada tanda- metoda mencegah
tanda infeksi baru, lab terpapar terhadap

29
tidak ada infeksi lingkungan yang
oportunis, tanda vital patogen.
dalam batas normal, tidak d. Kumpulkan spesimen d. Meyakinkan diagnosis akurat
ada luka atau eksudat. untuk tes lab sesuai dan pengobatan
order.
e. Atur pemberian e. Mempertahankan kadar darah
antiinfeksi sesuai yang terapeutik
order
5 Resiko melakukan bunuh TU :Setelah 4 hari klien a. Waspada pada setiap a. Karena tanda tersebut sebagai
diri b.d keputusasaan. tidak ancaman bunuh diri tanda permintaan tolong
membahayakan dirinya b. Untuk mencegah penggunaan
sendiri secara fisik. b. Jauhkan semua benda benda tersebut untuk tindakan
berbahaya dari bunuh diri
KH : pasien mampu lingkungan klien
mengendalikan c. Untuk mencegah
keputusaan c. Observasi secara ketat jika ditemukan gejala
perilaku bunuh diri
d. Observasi jika klien d. Obat mengandung
minum obat antidepresan dapat
mengurangi perilaku bunuh
diri klien.
e. Komunikasikan e. Untuk meningkatkan harga
kepedulian perawat diri klien
kepada klien.

f. Waspada jika tiba-tiba f. Karena hal tersebut


menjadi tenang dan merupakan suatu cara
tampak tentram mengelabui petugas.

30
g. Dukung perilaku g. Meningkatkan harga diri
positif klien. klien

31
E. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Hari/tanggal Tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
kep. (jam)
1 1 Rabu, 12 a. Monitor respon fisiologis terhadap S : mengatakan lemah.
Oktober 2016 aktivitas
b. Berikan bantuan perawatan yang O: perut kembung, terpasang infus, bed rest,
10.00 wib pasien sendiri tidak mampu lemah, pucat.
c. Jadwalkan perawatan pasien sehingga
tidak mengganggu istirahat. A : masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan
2 2. Rabu, 12 a. Monitor kemampuan mengunyah dan S : mengatakan makan hanya 2 sendok,
Oktober 2016 menelan. tidak ada napsu makan, menelan sakit
b. Monitor intake dan ouput.
10.30 wib c. Anjurkan oral hygiene sebelum O: lemah, lidah bercak keputuihan
makan.
d. Anjurkan untuk beri makanan ringan A : masalah belum teratasi
sedikit tapi sering.
P: Intervensi dilanjutkan
3 3 Rabu, 12 a. Monitor tanda-tanda dehidrasi. S : mengatakan minum hanya 6 sendok,
Oktober 2016 b. Monitor intake dan ouput tidak merasa sedang menceret.
c. Anjurkan untuk minum peroral
11.45 wib d. Atur pemberian infus dan eletrolit : O: perut kembung, diare, encer, turgor
RL 20 tetes/menit. menurun, membran mukosa kering.
e. Kolaborasi pemberian antidiare
antimikroba A : masalah belum teratasi

32
P: Intervensi dilanjutkan
4 4 Rabu, 12 a. Monitor tanda-tanda infeksi baru S : keluarga mengatakan mngerti universal
Oktober 2016 b. Gunakan teknik aseptik pada setiap precaution
tindakan invasif. Cuci tangan
12.30 wib sebelum meberikan tindakan. O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12
c. Anjurkan pasien metoda mencegah X/menit, perawat menggunakan masker
terpapar terhadap lingkungan yang
patogen. A : Masalah belum teratasi
d. Kumpulkan spesimen untuk tes lab
sesuai order. P: Intervensi dilanjutkan
e. Atur pemberian antiinfeksi sesuai
order
5 5 Rabu, 12 a. Mewaspadai setiap ancaman bunuh S : pasien mengatakan masih terasa di
Oktober 2016 diri asingkan lagi oleh keluarga, teman, dan
b. Menjauhkan semua benda berbahaya masyarakat
13.00 wib dari lingkungan klien
c. Mengobservasi klien minum obat O : pasien belum mampu mengontrol emosi
d. Komunikasikan kepedulian perawat untuk bunuh diri
kepada klien.
e. Waspada jika tiba-tiba menjadi A : Masalah belum teratasi
tenang dan tampak tentram
f. Dukung perilaku positif klien. P : Intervensi dilanjutkan

33
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di sini,

semua data terkumpul secara sistematis guna menentukan status kesehatan

pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara kompheresif terkait

dengan aspek biologis, psikologis, social, maupunspiritual klien

(Asmadi,2008).

Berdasarkan pengkajian data yang dilaksanakan 16 oktober 2016 pada

Tn JHD dengan diagnosa ODA di Ruang Mamplam IV Rumah Sakit

Umum Daerah dr Zainoel Abidin Banda Aceh.

Dari tinjauan teoritis dikatakan : Aktivitas / istirahat dengan gejala

mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi

kelelahan / malaise, perubahan pola tidur tanda: kelemahan otot,

menurunnya massa otot respon fisiologis terhadap aktivitas seperti

perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan, sirkulasi dengan

gejala: proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan

lama pada cedera (jarang terjadi), tanda: takikardia, perubahan TD

postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis:

perpanjangan kapiler, integritas ego dengan gejala: faktor stres yang

berhubungan dengan kehilangan, misalnya dukungan keluarga, hubungan

dengan orang lain Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual,

mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB

dengan tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menanda menarik diri,

34
perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata

kurang, eliminasi dengan gejala: diare yang intermitten, terus menerus,

sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, nyeri panggul, rasa

terbakar saat miksi dengan tanda: feces dengan atau tanpa disertai mukus

dan marah, nyeri tekan abdominal, makanan / cairan dengan gejala:

anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual /

muntah, hygiene dengan gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas dan

tanda: memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam

banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri, Neurosensori dengan

gejala: sakit kepala, perubahan status mental, tidak mampu mengingat dan

konsentrasi menurun, dan getaran kelemahan otot, tremor dan tanda:

perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia,

lupa, nyeri / kenyamanan dengan gejala: nyeri umum atau local, sakit, rasa

terbakar pada kaki dan tanda: pembengkakan pada sendi, nyeri pada

kelenjar, nyeri tekan, pernapasan dengan gejala: napas pendek yang

progresif serta sesak dada dan tanda: takipnea, distres pernapasan dan

perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius, keamanan dengan

gejala: riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses

penyembuhannya, riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau

berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis),

riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut dan tanda:

perubahan integritas kulit: terpotong, ruam, seksualitas dengan gejala:

riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual

35
dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas

seksual yang tidak terlindung dan seks anal dan tanda: kehamilan atau

resiko terhadap hamil, genetalia: manifestasi kulit (mis: herpes, kulit);

rabas, Interaksi social dengan gejala: masalah yang ditimbulkan oleh

diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung,

rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan

penolakan / kehilangan pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS

dan tanda: perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat

Dari tinjauan yang penulis buat berdasarkan tinjaun kasus didapatkan

data : : pasien mengatakan sejak 12 tahun, yang lalu mengkonsumsi obat

putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang

akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena

merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Klien tinggal di

Surabaya sejak 6 bulan yang lalu, sebelumnya sejak tahun 1986 bekerja di

Bali sebagai Guide Freeland. Klien juga punya riwayat melakukan Sex

bebas dengan warga asing dan terakhir dengan warga Belanda. Di

Surabaya klien bekerja sebagai Guide freeland di Hotel Sangrila Surabaya.

Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari

yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-

2002, memeriksakan diri ke UGD RSUD Dr. Soetomo dan selanjutnya di

rawat di Ruang Tropik laki RSDS. pasien belum tahu penyakit yang

dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya.

Pasien sudah pasrah dengan penyakit yang dialaminya. Pemeriksaan fisik:

36
dengan keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan

pucat. Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, TD 110/70 mmHg, N 120

x/menit, S 37,8 0C, RR 22 X/menit.

Dari hasil perbandingan antara tinjaun teoritis dan tinjauan kasus ada

yang tidak terdapat pada tinjaun kasus seperti: tidak ada perubahan dalam

TD: 110/70 mmHg , frekuensi jantung, pernapasan 22X/ menit, tidak

mengalami perubahan status mental dan rentang antara kacau mental

sampai dimensia, lupa.

B. Diagnosa Keperawatan

Dari data tinjauan teoritis terdapat 14 diagnosa yang berhungan dengan

HIV AIDS yaitu: resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer

tidak efektif, resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d

kehilangan yang berlebihan, diare berat, resiko tinggi terhadap tidak

efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular, resiko tinggi

terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K,

perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan

untuk mencerna d/d penurunan berat badan, nyeri kronik b/d inflamasi d/d

keluhan nyeri, kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi

kulit, perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d

candidiasis, kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d

kekurangan energy, perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan

lapang perhatian, ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d

37
peningkatan tegangan, isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d

perasaan ditolak, ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d

bergantung pada orang lain untuk perawatan, kurang pengetahuan

mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan

informasi.

Dari data tinjauan kasus penulis menemukan 5 diagnosa yang

berhubungan dengan HIV AIDS yaitu : aktivitas intolerans berhubungan

dengan kelemahan secara umum, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat, kekurangan cairan

tubuh berhubungan dengan diare, resiko tinggi infeksi : pasien kontak

berhubungan dengan adanya kemugkinan imunokompromise, resiko

bunuh diri b.d harga diri rendah

C. Intervensi Keperawatan

Dari data tinjauan kasus didapatkan perencanaan sebagai berikut:

Diagnosa pertama resiko bunuh diri b.d harga diri rendah dengan

perencanaa aspada pada setiap ancaman bunuh diri, jauhkan semua benda

berbahaya dari lingkungan klien, observasi secara ketat, observasi jika

klien minum obat, komunikasikan kepedulian perawat kepada klien,

waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram, dukung

perilaku positif klien. Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat dengan

38
perencanaan monitor kemampuan mengunyah dan menelan, monitor

intake dan ouput, rencanakan diet dengan pasien dan orang penting

lainnya, anjurkan oral hygiene sebelum makan, anjurkan untuk beri

makanan ringan sedikit tapi sering, timbang TB/BB. Diagnosa ketiga

kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare dengan perencanaan

monitor tanda-tanda dehidrasi, monitor intake dan ouput, anjurkan untuk

minum peroral, atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.

Diagnosa keempat intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan

dengan perencanaan monitor respon fisiologis terhadap aktivitas, berikan

bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu, jadwalkan perawatan

pasien sehingga tidak mengganggu istirahat. Diagnosa kelima Resiko

tinggi infeksi berhubungan dengan imunokompromise, malnutrisi dan pola

hidup yang beresiko dengan perencanaan monitor tanda-tanda infeksi

baru, gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan

sebelum meberikan tindakan, anjurkan pasien metoda mencegah terpapar

terhadap lingkungan yang pathogen, kumpulkan spesimen untuk tes lab

sesuai order, atur pemberian antiinfeksi sesuai order

D. Implementasi Keperawatan

Dari tinjauan teoritis dan kasus tidak ada hambatan yang penulis alami,

implementasi atau tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang

dilakukan atau yang telah dibuat: diagnosa pertama resiko bunuh diri b.d

harga diri rendah dengan tindakan setiap ancaman bunuh diri, menjauhkan

39
semua benda berbahaya dari lingkungan klien, mengobservasi secara ketat,

mengobservasi jika klien minum obat, komunikasikan kepedulian perawat

kepada klien, waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram,

dukung perilaku positif klien. Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat dengan

tindakan memonitoring kemampuan mengunyah dan menelan,

memonitoring intake dan ouput, merencanakan diet dengan pasien dan

orang penting lainnya, menganjurkan oral hygiene sebelum makan,

menganjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering, timbang

TB/BB. Diagnosa ketiga kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan

diare dengan tindakan memonitoring tanda-tanda dehidrasi, memonitoring

intake dan ouput, menganjurkan untuk minum peroral, mengatur

pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit. Diagnosa keempat

intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan dengan tindakan

memonitoring respon fisiologis terhadap aktivitas, memberikan bantuan

perawatan yang pasien sendiri tidak mampu, menjadwalkan perawatan

pasien sehingga tidak mengganggu istirahat. Diagnosa kelima Resiko

tinggi infeksi berhubungan dengan imunokompromise, malnutrisi dan pola

hidup yang beresiko dengan perencanaan monitor tanda-tanda infeksi

baru, menggunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. mencuci

tangan sebelum meberikan tindakan, menganjurkan pasien metoda

mencegah terpapar terhadap lingkungan yang pathogen, kumpulkan

40
spesimen untuk tes lab sesuai order, atur pemberian antiinfeksi sesuai

order

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi penulis melakukan penilaian tentang

perkembangan pasien sampai sejauh mana perkembangan setelah

dilakukan implementasi keperawatan. Sikap kooperatif dari pasien dan

keluarga merupakan teknik pendukung bagi penulis dalam menilai

perkembangan pasien, sehingga pasien menunjukkan perkembangan:

resiko bunuh diri b.d harga diri rendah pasien masih mengatakan malu

dengan penyakit yang dideritanya masalah teratasi sebagian, diagnosa

kedua gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang inadekuat pasien masih mengatakan belum sanggup

menghabiskan porsi makanan yang disediakan di rumah sakit masalah

teratasi sebagian, diagnosa ketiga kekurangan cairan tubuh berhubungan

dengan diare pasien masih mengeluh diare dengan konsistensi cair dan

berampas masalah teratasi sebagian, diagnosa keempat intolerans aktivitas

berhubungan dengan kelemahan ppasien masih mengeluh lemah dan

aktivitas masih dibantu oleh keluarga atau perawat, diagnosa kelima

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunokompromise, malnutrisi

dan pola hidup yang beresiko berdasarkan

41
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan

dengan kesehatan reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan

perempuan dan remaja putri untuk tertular umumnya karena kurangnya

pengetahuan dan informasi tentang HIV dan AIDS ataupun kurangnya

akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara

Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).

Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO)

mengumumkan 34 juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab

AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di

negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan peningkatan

jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat

9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak

dibandingkan satu dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis

kelamin kasus tertinggi HIV dan AIDS di Afrika adalah penderita dengan

jenis kelamin perempuan hingga mencapai 81,7% terutama pada

kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun dengan persentase

paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko lainnya (Boon,

2009).

42
B. Rekomendasi

1. Penulis

Penulis mengharapkan kepada penulis lain agar dapat melakukan

asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahapan-tahapan dari

ketentuan pembelajaran yang telah diperoleh sebelumnya selama di

masa pendidikan akademik maupun di lahan praktik rumah sakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan Akper Kesdam IM

Penulis mengharapkan kepada Akademik Akper Kesdam IM

Banda Aceh untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran kepada

mahasiswa/I terutama pada mahasiswa/I yang sedang menjalani tugas

akhir, seperti memperbanyak sumber-sumber buku, agar dapat

meningkatkan pengetahuan dan informasi terkini dalam pemberian

informasi kepada mahasiswa/i.

3. Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh

Penulis mengharapkan Rumah Sakit dapat meningkatkan

profesionalisme dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pasien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan

Penyakit Meular Dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi,

2004.

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan

Departemen RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas

Lainnya, Jakarta, 2003.

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.

Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.

Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU Press,

Medan, 2006.

44

You might also like