You are on page 1of 17

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anemia pada Kehamilan


1. Definisi Anemia pada kehamilan
Prawirohardjo (2010) mendefinisikan anemia pada ibu hamil yaitu

jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%

dimana konsentrasi Hb < 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan 10 g/dl

pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk

mencari penyebab anemia dalam kehamilan dimana nilai ini kurang lebih

sama dengan nilai Hb terendah pada ibu hamil yang mendapat suplementasi

besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester

kedua dan ketiga.


Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit

sel darah merah atau sel darah merah tidak dapat membawa oksigen ke

seluruh tubuh karena selama kehamilan volume darah seorang wanita

meningkat hampir sebesar 50 % dan konsentrasi sel darah merah diencerkan

(Lalage, 2013).

2. Etiologi Anemia pada kehamilan


Penyebab anemia adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan

darah saat persalinan yang lalu dan penyakit kronik. Dalam kehamilan

penurunan kadar hemoglobin disebabkan oleh karena keperluan zat

makanan tambahan selama kehamilan dan terjadinya perubahan dalam darah

diantaranya penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada

penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah

bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau


9

hipervolemia, namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika

dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran

darah (Proverawati, 2011).


Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi,

kurang konsumsi folat dan vitamin B12 (Irianti, dkk, 2014). Penyebab lain

anemia kehamilan yaitu ibu hamil yang aktif, amat sibuk, dan punya

keterbatasan waktu sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan zat besi dan

mengalami anemia (Arief, 2008). .


Antika (2010) membuktikan bahwa faktor yang mempengaruhi

kejadian anemia di puskesmas panggelan adalah tingkat pengetahuan, sosial

ekonomi dan pola makan. Berdasarkan penelitian Melisa tahun 2013, faktor

risiko dengan kejadian anemia adalah umur, paritas, pengetahuan dan

asupan tablet.

3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Dalam Kehamilan


a. Umur Ibu
Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang resiko dengan

komplikasi kehamilan adalah umur 20 35 tahun, sedangkan kehamilan

beresiko adalah < 20 dan > 35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan

biologis dan psikologis dari ibu hamil (Manuaba, 2007). Hubungan

dengan anemia bahwa pada umur < 20 tahun dapat menyebabkan anemia

karena pada umur tersebut perkembangan biologis dalam hal ini alat

reproduksi belum optimal. Pada usia belia tersebut, psikis yang belum

matang juga menyebabkan wanita hamil mudah mengalami guncangan

mental yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Selain kehamilan di bawah


10

usia 20 tahun, kehamilan dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan

kehamilan beresiko tinggi. Wanita yang hamil dalam usia yang terlalu tua

yaitu > 35 tahun pun akan rentan terhadap anemia. Hal ini terkait dengan

penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena berbagai infeksi

selama kehamilan (Amiruddin dan Wahyuddin, 2004).


b. Paritas
Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin

selama kehamilan maupun melahirkan. Merupakan salah satu faktor yang


diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil. Jumlah paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu

dalam keadaan hidup maupun lahir mati. Hubungan kadar Hb dengan

paritas dalam SKRT 2005 menunjukkan bahwa prevalensi anemia ringan

dan berat akan lebih tinggi dengan bertambahnya paritas. Prevalensi

anemia ringan 1 4 lebih tinggi daripada paritas 0 yaitu 70,5 %

sedangkan pada paritas > 5 prevalensi anemia lebih tinggi daripada

paritas 1 4 yaitu 72,9% untuk anemia ringan dan untuk anemia berat

sebesar 7,6%. Pada paritas 1 4 anemia berat hanya 3,5% dan pada

paritas 0 sebesar 2,9%. Makin sering seorang wanita mengalami

kehamilan dan melahirkan maka makin banyak kehilangan zat besi dan

menjadi semakin anemia. Paritas > 4 merupakan paritas yang beresiko


mengalami anemia dalam kehamilan (Murtini, 2004).
c. Jarak kehamilan
Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan zat besi berkurang oleh

karena itu pada setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk

mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat normal dengan syarat

bahwa selama masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam
11

kondisi yang baik. Maka sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak

persalinan berikutnya minimal 2 tahun. Dengan adanya tenggang waktu

tersebut diharapkan ibu dapat mempersiapkan keadaan fisiknya dengan

cara melengkapi diri dengan memakan makanan yang mengandung

protein dan zat besi serta bergizi tinggi untuk menghindari terjadinya

anemia di samping itu memberikan kesempatan kepada organ-organ

tubuh untuk memulihkan fungsi faal maupun anatomisnya (Manuaba,

2007). Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian maternal

bagi ibu dan anak, terutama jika jarak tersebut < 2 tahun dapat terjadi

komplikasi kehamilan dan persalinan seperti anemia berat, partus lama

dan perdarahan. Oleh karena itu seorang wanita memerlukan waktu 2 3

tahun untuk jarak kehamilannya agar pulih secara fisiologis akibat hamil

atau persalinan sehingga dapat mempersiapkan diri untuk kehamilan dan


persalinan berikutnya (Manuaba, 2007).
d. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari

orang lain. Sementara itu ibu hamil adalah orang yang paling

bertanggung jawab terhadap gizi bayi yang dikandungnya sendiri.

Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan terutama

zat besi. Kekurangan zat besi dalam jangka waktu yang relatif lama akan
menyebabkan terjadinya anemia.
e. Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja biasanya pendapatannya lebih rendah

dibandingkan dengan ibu yang bekerja sehingga mereka kurang

mempunyai akses untuk membeli makanan yang cukup mengandung zat

besi (Syarief, 1994).


f. Pemeriksaan Kehamilan ( ANC )
12

Menurut Departemen Kesehatan RI (2014) pemeriksaan kehamilan

(ANC) bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah yang

timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama kehamilan dapat

dipelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik

dan sehat sampai saat persalinan.


g. Kepatuhan dalam mengkonsumsi suplementasi zat besi
Kebutuhan fe cukup tinggi karena selain diperlukan untuk janin dan

plasenta juga karena adanya proses retensi air atau penambahan cairan

sebanyak 40,0 % dalam tubuh ibu. Jumlah fe yang dianjurkan pada ibu

hamil adalah 18 mg perhari. Kebutuhan yang dianjurkan tersebut sulit

diperoleh dari sumber makanan saja tanpa penambahan zat besi dalam

makanan. Dalam makanan biasa terdapat 10 20 mg besi setiap hari,

tetapi hanya < 10,0% dari jumlah tersebut yang diabsorbsi (Lila, 2004).

4. Klasifikasi anemia pada kehamilan


Menurut Pujiningsih (2010) beberapa klasifikasi anemia pada kehamilan :
a. Anemia defisiensi besi
Penyebab dari anemia defisiensi besi yaitu kurang gizi, kurang zat

besi, kehilangan banyak darah dan penyakit kronis lainnya. Untuk

pengobatan maka ibu hamil biasanya diberi zat besi oleh dokter agar

tidak mengalami anemia.


b. Anemia megaloblastik
Penyebabnya adalah kurangnya asam folat. Sangat jarang apabila

ibu hamil kekurangan vitamin ini karena penyebab anemia megaloblastik

ini adalah malnutrisi dan infeksi yang kronik.


c. Anemia hipoplastik
Anemia disebabkan karena tidak berfungsinya dengan baik organ

sumsum tulang belakang untuk membentuk sel darah merah baru.

Anemia ini memerlukan pemeriksaan diantaranya pemeriksaan darah tepi


13

lengkap, pemeriksaan fungsi sternal dan pemeriksaan retikulosit.

Pengobatannya dengan terapi obat-obatan atau tranfusi darah.

d. Anemia hemolotik
Disebabkan karena pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

dari pembuatannya, gejala utamanya adalah dengan kelainan gambaran

darah, kelelahan, kelemahan serta komplikasi alat-alat vital dan untuk

pengobatannya bisa dengan transfusi darah dan terapi obat-obatan.

5. Tanda dan Gejala Anemia pada Ibu hamil


Menurut Lalage (2013) gejala yang biasa terasa adalah cepat lelah,

kulit pucat, sering gemetar, badan terasa lesu dan kurang bergairah, mudah

mengantuk, mata berkunang-kunang, kepala sering pusing bahkan sering

merasa limbung rasanya ingin pingsan. Jika sudah tergolong anemia berat

(kurang dari 6 gr/desiliter darah) merasakan nyeri dada dan pusing.


Tubuh memiliki mekanisme untuk menjaga keseimbangan zat besi dan

mengatur penyerapan zat besi sesuai kebutuhan tubuh sebagai kompensasi

sehingga tidak akan muncul gejala dan tidak mudah sakit. Zat besi ini

memproduksi sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke seluruh

jaringan tubuh. Ketika oksigen ini tidak dapat diangkut keseluruh tubuh

maka akan menimbulkan hipoksia jaringan dimana ini akan menimbulkan

kelelahan sehingga produktivitas kerja akan menurun (Arief, 2008).

6. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Selama masa kehamilan terjadi banyak perubahan dan banyak nutrien

yang diperlukan dalam jumlah yang lebih besar. Perubahan yang terjadi
14

pada sistem organ utama ibu hamil memungkinkan perkembangan janin dan

kesehatan ibu yang optimal. Pada trimester pertama, volume darah ibu

meningkat dengan cepat dan lebih cepat dari produksi sel darah merah. Hal

ini tentunya akan menimbulkan anemia saat kehamilan. Peningkatan volume

ini merupakan mekanisme protektif karena sangat penting untuk sistem

vaskuler yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus, hidrasi

jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau terlentang, dan

cadangan cairan untuk mengganti cairan yang selama proses melahirkan

maupun puerperium. Vasodilatasi perifer mempertahankan agar tubuh tetap

dalam keadaan normal walaupun volume darah pada ibu hamil meningkat.
Penurunan kadar hemoglobin ini akan terlihat jelas saat trimester

kedua dimana terjadi ekspansi volume darah yang cepat dan curah jantung

akan meningkat 30% sampai 50% pada minggu ke-32 gestasi, kemudian

menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-4. Hal ini disebabkan oleh

peningkatan volume sekuncup (stroke volume) dan peningkatan ini

merupakan respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (nilai

normal ialah 5 sampai 5,5 L/menit) (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005).

7. Diagnosis anemia pada kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan

dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluahan cepat lelah,

sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah pada

kehamilan muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan


15

menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat

digolongkan sebagai berikut :


a. Hb 11g% tidak anemia
b. Hb 9-10% anemia ringan
c. Hb 7-8 g% anemia sedang
d. Hb <7 g% anemia berat
Pemeriksaan darah yang dilakukan minimal dua kali selama

kehamilan, yaitu pada trimester pertama dan trimester ketiga (Manuaba,

2010).

8. Komplikasi anemia pada ibu hamil


Komplikasi anemia ini bisa berdampak terhadap ibu dan janin.

Komplikasi terhadap ibu yaitu gejala kardiovaskuler, menurunnya kinerja

fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan kelelahan. Untuk

komplikasi terhadap janin yaitu gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,

prematuritas, kematian janin dalam rahim dan ketuban pecah dini, cacat

pada persyarafan dan berat badan lahir (Irianti,dkk, 2013).


Manuaba (2010) menjelaskan bahaya anemia dalam kehamilan pada

masa antenatal : berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban

pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk

mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat

terjadi subinvolusi. Sedangkan bahaya yang dapat terjadi pada neonatus :

prematur, apgar skor rendah, gawat janin.Selain itu anemia kehamilan ini

memilki banyak risiko terutama akan menimbulkan komplikasi pada

kehamilan dan persalinan yaitu kematian ibu, angka prematuritas, berat

badan lahir rendah, angka perinatal meningkat, perdarahan antepartum dan

postpartum (Rukiyah & Yeyeh, 2010).


16

Berdasarkan penelitian Wijaya (2013) menunjukan angka kejadian

anemia pada ibu hamil di RSUD Raden Mattaher Jambi Periode 19 April

31 Mei 2013 adalah 56 (57,7%). Angka kejadian bayi berat lahir rendah di

RSUD dan dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara anemia

pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah di RSUD Raden

Mattaher Jambi Periode 19 April 31 Mei 2013.

9. Pencegahan Anemia Kehamilan


Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya

anemia jika sedang hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi

(seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah dan kacang tanah) dapat

membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan

untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa

tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Suplemen 30 mg zat besi

dianjurkan untuk semua wanita hamil selama trimester kedua dan ketiga

untuk mencegah terjadinya anemia. Untuk memenuhi kekurangan zat besi

selama kehamilan maka ibu hamil harus meningkatkan konsumsi zat besi

nya yaitu sekitar 45-50 mg/hari (Sukarni & Wahyu, 2013).


Menurut Lalage (2013) cara untuk mencegah dan mengatasi anemia

pada ibu hamil yaitu dengan memperbanyak makanan zat besi seperti

daging merah, telur, bayam, buncis dan bit, selain itu perlu juga untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dengan mengkonsumsi makanan yang

mudah diserap tubuh seperti kiwi, jeruk, stroberi, papaya, brokoli serta perlu

membatasi konsumsi teh karena teh dapat menghambat penyerapan besi dari

suplemen penambah darah atau makanan alami yang mengandung zat besi.
17

Hasil peneltian Purnahibrata (2011) menerangkan bahwa upaya

pencegahan pada ibu hamil dengan anemia adalah dengan mengatur volume

makanan tetapi frekuensinya yang ditambah karena kebutuhan energi dan

protein yang bertambah selama kehamilan, selain itu juga bisa dengan

deteksi dini anemia dengan melakukan pemeriksaan Hb dan walaupun hasil

pemeriksaan Hb tidak rendah harus tetap mengkonsumsi 90 tablet Fe.

10. Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil


Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami

anemia yaitu mengkaji penyebab anemia dari riwayat diet dan riwayat medis

yang adekuat, untuk ibu hamil yang menderita anemia berat harus

diprogramkan untuk mendapatkan pelayanan spesialis, memotivasi ibu

hamil untuk mengkonsumsi makanan kaya zat besi dan makanan yang

meningkatkan absorpsi zat besi seperti jeruk dan memberikan informasi

mengenai nutrisi dalam kehamilan, menghemat energi (Angeline &

Syukrina, 2012).
Penanganan yang tepat untuk anemia pada ibu hamil adalah tablet

tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg

ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat. Perawatan diarahkan untuk mengatasi

anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala

yang dialami cukup parah (Proverawati, 2011). Peran perawat sangat penting

terutama dalam hal peningkatan asupan nutrisi yang adekuat dan pemberian

pendidikan kesehatan tentang manajemen aktivitas (Bobak, Lowdermilk,

Jensen, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Merida (2014) yang

berjudul Efektifitas terapi kombinasi jus bayam dan tomat terhadap


18

peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, penelitian

dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 30 responden yang dibagi

menjadi dua kelompok yaitu 15 responden sebagai kelompok eksperimen

yang diberikan jus bayam dan tomat dan mengonsumsi tablet suplemen besi

dan 15 responden sebagai kelompok kontrol yang hanya mengonsumsi tablet

suplemen besi saja. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemberian terapi

kombinasi jus bayam dan tomat dapat meningkatkan kadar hemoglobin ibu

hamil dengan anemia dengan p (0.013) < (0.05).


Berdasarkan hasil World Healthiest's Food Rating, sayur bayam

merupakan tumbuhan hijau yang kaya akan berbagai nutrisi khususnya zat

besi (Fe) yang cukup tinggi yaitu sebanyak 6,43 mg per 180 gram, serta tidak

ada satu pun zat yang dapat membahayakan tubuh terkandung pada bayam

(The George Mateljan Foundation, 2010). Zat besi merupakan zat yang sulit

diserap oleh tubuh sehingga dibutuhkan vitamin C agar zat besi dapat diserap

secara maksimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zulaekah (2007) yang

menyatakan bahwa pemberian suplemen zat besi dan vitamin C lebih efektif

meningkatkan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah dibandingkan

pemberian zat besi saja atau vitamin C saja. Salah satu buah yang memiliki

vitamin C dan senyawa bermanfaat untuk kesehatan adalah tomat.

Kandungan tomat dalam 180 gram adalah 24,66 mg vitamin C, 0,49 mg zat

besi, dan 27 mg asam folat. Asam folat sangat dibutuhkan oleh ibu hamil

untuk meningkatkan eritropoises (produksi sel darah merah), maka folat

sangat dibutuhkan untuk oleh sel yang mengalami pertumbuhan cepat, seperti

sel pada jaringan janin dan plasenta (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005).
19

Managemen aktivitas yang tepat terutama pada ibu hamil dengan

masalah keletihan perlu menghemat energi dengan mengetahui bagaimana

mengangkat beban yang aman, tidak dianjurkan mengangkat sambil berbaring

datar karena ini akan memberikan tekanan vena cava yang akan membuat

aliran ke jantung menjadi terganggu, sambil melakukan aktivitas seringlah

sambil melakukan relaksasi nafas dalam, aktivitas dalam posisi terlentang

setelah trimester pertama dengan berdiri tak bergerak dalam waktu lama

harus dihindari sebisa mungkin dan ibu hamil yang sangat aktif dan sibuk

harus mendapatkan pengawasan yang ketat serta ibu hamil juga perlu

melakukan olahraga misalnya berjalan, jogging, berenang 30 menit dalam

sehari atau minimal sekali dalam seminggu dimana olahraga ini harus

memperhatikan tentang risiko yaitu hindari olahraga yang menimbulkan

risiko jatuh maupun risiko trauma abdomen (Bobak, Lowdermilk, Jensen,

2005).

B. Konsep Askep Ibu Hamil dengan anemia


1. Pengkajian
Wagiyo dan Putrono (2016) menjelaskan bahwa pengkajian pada ibu

hamil dengan anemia meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
1) Usia : wanita yang berusia < 20 tahun atau > 35 tahun merupakan usia

yang rentan terjadinya anemia saat hamil


2) Keluhan Utama yang sering terjadi yaitu : cepat lelah, pusing, mata

berkunang-kunang, malaise, lidah luka, tidak bisa berkonsentrasi,

sesak nafas (pada anemia berat), mual dan muntah pada awal trimester

pertama dan palpitasi.


20

3) Aktivitas : keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan

produktivitas, penurunan semangat kerja, toleransi terhadap latihan

rendah, dan kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak.


4) Sirkulasi : riwayat kehilangan darah kronik, palpitasi, CRT > 3 detik.
5) Integritas Ego : cemas, gelisah, ketakutan.
6) Eliminasi : konstipasi dan sering kencing.
7) Mencatat dan memerhatikan makanan atau cairan yang dikonsumsi.
8) Mencatat perubahan nafsu makan ketika terjadi penurunan.
9) Mual dan muntah.
10) Nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
11) Sesak nafas saat beraktivitas ataupun istirahat.
12) Seksual dapat terjadi perdarahan pervagina, perdarahan akut

sebelumnya dan tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur

kehamilan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan sering ditemukan tanda khas sebagai

berikut:
1) Inspeksi : konjungtiva anemis, wajah pucat
2) Palpasi : Turgor kulit kembali lambat, CRT > 3 detik, pembesaran

kelenjar limfa, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia

kehamilan, terjadi kontraksi uterus


3) Auskultasi : Auskultasi denyut jantung janin dan denyut jantung ibu
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang seing dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium :
1) Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%.
2) Kadar Hematokrit menurun (37-41%).
3) Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik).
4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
5) Terdapat pansitopenia, susmsum tulang kosong diganti lemak

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia

terhadap gangguan kesehatan/ proses kehidupan atau kerentanan respon dari

seorang individu. Berdasarkan NANDA (2015) masalah yang muncul pada

ibu hamil dengan anemia :


21

a. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (anemia) ditandai

dengan keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas,

penurunan semangat kerja, toleransi terhadap latihan rendah, dan

kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak.


b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

kurang atau diet kurang mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh

selama hamil ditandai dengan :mual, muntah, konjungtiva anemis, dan

wajah pucat, LILA <23,5%, BB kurang, Hasil Laboratorium Hb 10 mg/

%, Ht turun (Normal 37-40%).


c. Risiko intoleransi aktivitass berhubungan dengan fisik kurang bugar

3. Rencana keperawatan
Nursing Interventions Classification (NIC) 2015 menyebutkan bahwa

intervensi yang dapat diberikan pada pasien dengan masalah keletihan yaitu:
a. Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi
2) Mengidentifikasi alergi atau intoleransi makanan
3) Membantu pasien menentukan gizi seimbang dan makanan yang

paling cocok untuk memenuhi kebutuhan pasien


4) Menentukan jumlah dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan gizi


5) Menyediakan makanan dengan tiggi protein dan tinggi zat besi
6) Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau gizi seimbang
7) Bantu pasien dengan perawatan mulut sebelum makan
8) Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu

yang paling cocok untuk konsumsi optimal


9) Anjurkan pasien pada modifikasi diet yang diperlukan
10) Anjurkan pasien pada kebutuhan diet untuk keadaan penyakit

( untuk pasien dengan penyakit ginjal , membatasi natrium , kalium ,

protein , dan cairan )


22

11) Anjurkan pasien pada kebutuhan makanan spesifik berdasarkan

pengembangan atau usia


12) Pastikan diet yang mencakup makanan tinggi kandungan serat

untuk mencegah konstipasi


13) Monitor kalori dan asupan makanan
14) Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan asupan makanan
b. Manajemen Energi
1) Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi,

disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik dan

jumlah respirasi)
2) Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
3) Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan

aktivitas
4) Monitor masukan nutrisi
5) Monitor pemberian dan efek samping obat depresi
6) Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala

kelelahan
7) Ajarkan teknik dan manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan
8) Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
9) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake

makanan tinggi energi


10) Dorong pasien dan keluarga mengekspresikan perasaannya
11) Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
12) Anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi

(membaca, mendengarkan musik)


13) Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
14) Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi
c. Peningkatan Tidur
1) Tentukan pola tidur atau aktivitas klien
2) Monitor partisipasi dalam aktivitas yang menyebabkan kelelahan

selama terbangun untuk menghindari kelelahan yang berat


3) Sediakan waktu istirahat di siang hari, jika di perlukan
d. Peningkatan Sistem Pendukung
1) Kaji respon psikologis terhadap situasi dan ketersediaan support

sistem
2) Identifikasi tingkat dukungan keluarga
23

3) Tentukan support sistem yang digunakan sekarang


4) Monitor situasi keluarga saat ini
5) Jelaskan bagaimana orang lain dapat membantu klien

Menurut Nursing Outcome Classification (NOC) 2015, kriteria hasil

yang sesuai dengan diagnosa keperawatan keletihan berhubungan dengan

kelesuan fisiologis (anemia) pada ibu hamil dengan anemia adalah :


a. Kemampuan aktivitas adekuat
b. Mempertahankan nutrisi adekuat sehingga kadar hemoglobin dapat

meningkat
c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
d. Menggunakan tehnik energi konservasi
e. Mempertahankan interaksi social
f. Mengidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan

kelelahan
g. Mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi

4. Implementasi keperawatan
Kozier et al (2011) menjelaskan implementasi merupakan fase ketika

perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.Berdasarkan

terminology NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan

mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan

khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (program

keperawatan).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan pada ibu hamil dengan

anemia berdasarkan Nursing Outcome Classification (NOC) 2015 adalah

menunjukkan Kemampuan aktivitas adekuat, nutrisi adekuat sehingga kadar

hemoglobin dapat meningkat, keseimbangan aktivitas dan istirahat sehingga

diharapkan tanda dan gejala yang timbul dari masalah keletihan ini dapat

teratasi. Pada evaluasi adalah bagian penting dimana kesimpulan yang


24

ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus

diakhiri, dilanjutkan atau diubah (Kozier et al, 2011).


Cristensen dan Kenney (2009) menjelaskan bahwa dalam melakukan

evaluasi ini harus menggunakan beberapa pedoman yaitu :


a. Perawat meninjau kriteria hasil klien dan mengidentifikasi indicator

yang relevan guna memantau perubahan status kesehatan klien.


b. Perawat secara terus-menerus memantau, menilai, dan mengkaji kembali

respon klien terhadap tindakan keperawatan.


c. Respon klien terhadap tindakan keperawatan dibandingkan dengan tujuan

jangka pendek klien untuk menentukan seberapa jauh kriteria hasil

dicapai (evaluasi kelanjutan).


d. Kemajuan atau kurangnya kemajuan klien dalam pencapaian tujuan

jangka panjang ditentukan (evalusi kesimpulan).


e. Rencana asuhan keperawatan ditinjau untuk menentukan tindakan mana

yang efektif dalam mengkaji kemajuan klien.


f. Rencana asuhan keperawatan diperbaiki untuk mencerminkan perubahan

kondisi klien atau tujuan jangka pendek tidak tercapai secara adekuat.

You might also like