You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu jenis asuransi adalah Asuransi Kerugian, banyak orang belum mengerti apa itu
asruransi kerugian dan betapa pentingnya menggunakan jasa asuransi ini. Banyak orang yang
hanya mengenal asuransi pendidikan, asuransi jiwa dan jenis asuransi lainya, tapi masih jarang
yang tahu tentang asuransi kerugian.

Asuransi Kerugian merupakan usaha atau cara memberikan jasa dalam menanggung resiko
atas kerugian, manfaat, kehilangan pada pihak ketiga yang mengalami peristiwa atau kejadian
yang belum pasti dimasa yang akan datang.

Dalam sistem operasional Asuransi Syariah menekankan kepentingan bersama atas rasa
persaudaraan. Beberapa sistem operasional dalam mengeleminir dan menghindar riba dan
kontrak yang bathil.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep takafuli dan perjanjian/akad
2. Prinsip-prinsip asuransi
3. Mekanisme pengelolaan dana
4. Kewajibandan proses Underwriting
5. Klaim
6. Reasuransi (retakaful)
7. Kerangka teknik dan operasional
8. Pengertian mega risk dan simple risk

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep takaful dan perjanjian/akad
Konsep Takaful (Tolong Menolong)

Konsep asuransi kerugian mempresentasikan hadits Nabi yang menjadi dasar konsep syariah
yaitu konsep tolong menolong atau saling melindungi dalam kebenaran sebagaimana terawat
dalam Surat Al-Maidah ayat 2Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

Mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan memperkuat satu sama lain

Hadits riwayat Bukhari yang lain:

Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan.
Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit maka seluruh bagian badan merasakan.

Bentuk tolong menolong ini digunakan dalam kontribusi dan kebajikan (dana tabarru)
sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari peserta takaful atau peserta asuransi syariah
mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung resiko, dimana klaimnya dibayarkan
dari akuntansi dana tabarru yang terkumpul.

Surplus dana tabarru pada beberapa praktek asuransi syariah, dikembalikan sebagian kepada
peserta melalui mekanisme mudharabah (bagi hasil). Mekanisme dan akad yang mendasari
pengembalian melalui mekanisme mudharabah masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan
ulama.1

Perjanjian (Akad)

Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah kerugian adalah akad tabarru, dimana pihak
pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa ada keinginan untuk
menerima apa pun dari orang yang menerima, kecuali hanya mengharapkan keridhaan Allah. Hal
ini tentu akan sangat berbeda dengan akad dalam asuransi konvensional. Akad dalam asuransi
konvensional menggunakan akad muawadah yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang
memberikan sesuatu kepada pihak lain, berhak menerima pengganti dari pihak yang diberinya.

Terdapat perbedaan implementasi akad tabarru dalam praktek asuransi syariah saat ini,
yaitu:

1
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), Jakarta, Gema Insani, 2004,hlm.
225

2
1. Asuransi syariah yang dalam prakteknya memberikan bagi hasil (mudharabah) apabila
terjadi surplus dana tabarru merujuk kepada sistem yang diterapkan di Syarikat Takaful
Malaysia, yang merupakan asuransi syariah terbesar di dunia saat ini.

2. Asuransi syariah yang tidak membagikan dengan alasan bahwa tabarru adalah dana yang
sudah diikhlaskan untuk tolong menolong, peserta tidak perlu mengharapkan pengembalian
apa-apa lagi kecuali mengharapkan kebaikan (pahala) dari Allah.

Konsep perjanjian (akad) yang berlaku di Takaful Group secara Internasional, baik di
Takaful Malaysia, Takaful Jeddah, Takaful Brunei, Takaful Singapura, Takaful Bangladesh,
maupun Takaful Indonesia adalah kontrak (perjanjian) yang didasarkan pada prinsip al-
mudharabah. Perusahaan (al mudharib) mengumpulkan Kontribusi Takaful (rasul mal) yang
dibayar oleh peserta (shohibul mal) dan pengelola dengan berbagai kelas (tahapan saling
menanggung) pada Takaful Konvensional termasuk investasi dari dana kontribusi tadi. Peserta
membayar Kontribusi Takaful sebagai tabarru yang secara khusus bertujuan menolong sesama
peserta yang tertimpa musibah tertentu atau kemalangan. Perjanjian tersebut juga menetapkan
pembagian surplus (profit) antara peserta dan perusahaan, yang muncul dari bisnis Takaful
Konvensional (General Insurance) sehubungan dengan prinsip al-mudharabah.2

Beberapa ulama di Dewan Syariah Nasional (DSNMUI) berpendapat bahwa dana yang
sudah diikhlaskan sebagai tabarru tidak boleh pada saat bersamaan ada akad mudharabah (bagi
hasil), karena ada kaidah syara yang tidak membenarkan ada dua akad dalam satu perjanjian.
Pendapat ulama yang lain menyatakan bahwa tidak dibenarkan suatu akad tabarru diubah
menjadi akad tijarah mudharabah. Sebagian ulama berpendapat bahwa dibenarkan pada satu
perjanjian, di mana ada akad mudharabah dan pada saat bersamaan (include) di dalamnya juga
terdapat akad tabarru.3

Dalam fatwa DSNMUI dengan jelas mengatur ketentuan dalam akad tijarah dan akad
tabarru sebagai berikut :

1) Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru bila pihak yang tertahan haknya
dengan rela melepaskan haknya, sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum
menunaikan kewajibannya.

2) Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.

Perbedaan pendapat ini menunjukkan bahwa perlu pengkajian lebih dalam tentang Asuransi
Syariah (Takaful), sehingga akad yang dilakukan saat ini menjadi syari atau lebih
disempurnakan lagi. Tidak tertutup kemungkinan ke depan para ulama dan pakar menemukan
formula akad yang lebih tepat dan pas, baik segi syari maupun aspek market (marketing)

2
Ibid., hlm. 226
3
Ibid., hlm. 227

3
Surplus dana tabarru atau dalam bahasa teknik asuransi disebut Surplus Underwriting, dapat
dibagikan kecuali kepada para peserta (nasabah) sebagai bonus atau hadiah, tetapi bukan
menggunakan akad mudharabah (bagi hasil), walaupun dalam akad tabarru tidak ada kewajiban
bagi pengelola untuk memberikan bonus, karena dana tabarru sudah diikhlaskan untuk dana
tolong menolong, dan peserta tinggal berharap pahala dari Allah, sehingga secara syari peserta
tidak berhak lagi untuk berharap apalagi meminta hak bagi hasil dari pengelola.

Pihak pengelola karena kebaikan atau pertimbangan lain tidak ada larangan seandainya
kemudian memberikan hadiah kembali kepada peserta misalnya dengan meminjam skim atau
cara pembagian yang biasa digunakan dibagi hasil, atau menggunakan rumus lain, yang pada
prinsipnya itu bukan diartikan sebagai akad mudharabah, tetapi semacam hadiah saja dengan
meminjam rumus yang biasa digunakan di konsep mudharabah misalnya 70 : 30, 60 : 40 dan
sebagainya.4

2. Prinsip- prinsip Asuransi (Kerugian)


1) Prinsip berserah diri dan ikhtiar

Allah adalah pemilik mutlak atau pemilik sebenernya seluruh harta kekayaan. Ia adalah
pencipta alam semesta dan Dia pula Yang Maha Memilikinya. Kalimat tauhid Laa ilaaha
illalllaah ( tidak ada Tuhan selain Allah) juga mengandung pengertian, tidak ada pemilik mutlak
atas seluruh ciptaan kecuali Allah. Karena Allah yang menjadi pemilik mutlaknya, maka menjadi
hak-Nya pula untuk memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya atau merenggutnya
dari siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Allah lah yang menentukan seseorang menjadi kaya dan
Allah pula yang memutuskan seseorang menjadi miskin. Sumber daya yang dititipkan oleh Allah
kepadanya, manusia dilarang untuk mengambil risiko tersebut. Walaupun risiko tersebut
mempunyai probabilita untuk membawa manfaat, namun bila probabilitas untuk membawa
kerugian lebih besar dari kemampuan menenggung kerugian tersebut, maka tinddakan usaha
tersebut adalah sama dengan mengeluarkan yang lebih dari keperluan sehingga harus dihindari.

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan maysir, (maka) katakanlah pada keduanya
terdapat dosa besar dan bebrapa manfaat bagi manusia, dan dosa keduanya lebih besar dari
manfaat keduanya.dan, maka katakanlah yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya supaya kamu berpikir. (Al-Baqarah:219)

Pengambilan risiko yang melebihi kemampuan untuk menenggulangi adalah tidak sama
dengan menghadapi ketidak pastian. Karena pada dasarnya tidak ada seorang manusia pun yang
dapat dengan pasti mengetahui apa yang akan terjadi. Sehingga, semua aspek kehidupan didunia
ini pada dasranya adlah ketidak pastian bagi manusia. Namun kemampuan yang dikembangkan
manusia dapat membantu manusia dalam menghadapi ketidakpastian atau risiko tersebut dengan
memperkirakan kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan, tentunya dalam baas-batas
kemampuan manusia. Sehingga, secara umum dapat dikatakan bahwa manusia dapat berusaha
4
Muhammad Syakir Sula, loc.cit.

4
untuk meghindari pengambilan risiko yang melebihi kemampuan yang wajar untuk
menanggulanginya.

2) Prinsip-prinsip tolong menolong (Taarun)

Prinsip yang paling utama dalam konsep asuransi syariah adalah prinsip tolong-menolong
baik untuk life ansurance maupun general insurance. Ini adlah bentuk solusi bagi mekanisme
operasioal untuk asuransi syariah. tolong menolong atau dalam bahasa Al-Quran disebut
taawun adalah inti dari semua prinsip dalm asuransi syariah. ia adlah pondasi dasar dalam
menegakkan konsep asuransi syariah. Sesungguhnya orang-orang beriman dan behijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat
kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-
melindungi. (Al-Anfaal;72)

Pengertian lindung-melindungi dalam ayat diatas ialah di antara muhajirin dan anshar terjadi
persaudaraan yang amat teguh, saling melindungi, dan saling menolong, untuk membentuk
masyarakat yang baik. Demikian keteguhan dan keakraban persaudaraan mereka. Sehingga, pada
permulaan islam, mereka waris-mewarisi seakan-akan mereka bersaudara kandung. Dalam
prinsip taawun tolong-menolong ini munculah beberapa prinsip-prinsip lain yang melandasi
opeasioanal asuransi syariah.

Konsep asuransi kerugian mempresentasikan hadits Nabi yang menjadi dasar konsep syariah
yaitu konsep tolong menolong atau saling melindungi dalam kebenaran sebagaimana terawat
dalam Surat Al-Maidah ayat 2 Artinya:Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim: Mukmin terhadap mukmin
yang lainnya seperti bangunan memperkuat satu sama lain. Hadits riwayat Bukhari yang lain:
Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila
salah satu anggota badan itu menderita sakit maka seluruh bagian badan merasakan.

Bentuk tolong menolong ini digunakan dalam kontribusi dan kebajikan (dana tabarru)
sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari peserta takaful atau peserta asuransi syariah
mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung resiko, dimana klaimnya dibayarkan
dari akuntansi dana tabarru yang terkumpul. Surplus dana tabarru pada beberapa praktek
asuransi syariah, dikembalikan sebagian kepada peserta melalui mekanisme mudharabah (bagi
hasil). Mekanisme dan akad yang mendasari pengembalian melalui mekanisme mudharabah
masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama.

3. Prinsip saling bertanggung jawab

Para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggung jawab antara satu sama lain. Memikul
tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. Hal ini dapat diperhatiakan dalam hadis
berikut ini Seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana

5
ia mengasihi dirinya sendiri. (HR.Bukhari). Rasa tanggung jawab terhadap sesame muslim
merupkan kewajiban sesama insan.. Kemiskinan dalam konsep islam merupakan kemungkaran.
Sebab itu, umat islam mesti punya tanggung jawab mengubahnya. Konsep asuransi diatas
merupakan salah satu cara untuk mengubah kehidupan masyarakat, agar mereka tidak selalu
ditimpa oleh kemiskinan dalam mengarungi kehidupan ini.5

Dalam bayak hal, Rasulullah menegaskan kewajiban individu dan masyarkat dalam
melaksanakan tanggung jawab social, dasar penetapannya ialah karena kemaslahan umum (
maslahah amah ). Asuransi syariah bertujuan untuk melaksanakan masalah ini. kalu rasa ini tidak
lagi hidup dikalangan dimasyarakat islam, berarti kehilangan suatu ruh agama yang menjadikan
umat islam kuat baik secara individu maaupun secara kemasyarakatan. Seandainya masyarakat
miskin tidak mampu untuk membayar iuran taawun atau tabarru, maka orang kaya berkewajiab
untuk membayar iuran ini untuk mereka. Bayak ayat yang menjelaskan agar orang kaya selalu
mengulurkan tanggannya untuk membantu orang miskin. Dengan prinsip saling bertanggung
jawab ini, maka asuransi merealisir perintah Allah SWT dalam Al-Quran dan Rasulullah SAW
dalam Al-Sunah tentang kewajiban untuk tidak memerhatikan kepentingna diri sendiri semata
tetapi juga mesti mementingkan orang lain atau masyarakat.6

4. Prinsip saling kerja sama dan bantu-membantu

Dalam berbagai hal, islam membuktikan pentingnya kerja sama antara individu dan
masyarakat. Seandainya seseorang berrutang untuk hal baik, kemudian ia tidak mampu
membayarnya, maka menjadi kewajiaban umat islamlah untuk membayarnya secara bersma-
sama bisa melalui konsep zakat, infak sedekah dan lain-lain. Abu Zahrah menjelaskan bahwa
kerja sama umat islam itu telah dilaksanakan dalam berbagai hal dan yang paling jelas dalam
konsep zakat. Menurutnya kerja sama itu buakan hanya bersifat material tapi juga menjangkau
aspek moral.

Seandainya umat islam dapat meyakini ketinggian nilainya konsep ini, maka ia akan
mendaptkan manfaat yang tinggi dari aplikasinya. Bahkan rasulullah telah lebih dulu
memberiharapan yang pasti bahwa orang yang membantu saudaranya akan selalu dibantu oleh
Allah sebagaimana bunyi hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Siapa yang memenuhi keperluan
saudaranya maka Allah akan memenuhi keperluannya, dan Allah senantiasa menolong hamba
selagi hamba itu menolong saudaranya. Sebaliknya, kalau terjadi keenganan dari umat Islam
untuk bekerja sama maka mereka akan menjadi lemah. Lemah dalam konsep Islam adalah
sesuatu yang mungkat, sesuatu yang kurang disukai oleh Allah. Hadis menyebutkan Orang
mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.

5
Ibid., 230
6
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,
Jakarta, Kencana, 2006, hlm,147

6
5. Prinsip saling melindungi dari berbagi kesusahan

Para peserta asuransi setuju untuk saling melindungi dari kesusahan, bencana, dan
sebagainya. Saling melindungi karena keselamatan dan keamanan meupakan keperluan azas
untuk semua orang, maka semua orang perlu dilindungi. Allah dalam surah Quraisy memberi
janji keselamatan dari ancaman kelaparan dan ketakutan. Lapar adalah gambar keperluan
jasmani dan takut adalah keperluan rohani. Kedua-duanya tidak boleh diabaikan kaarena
dampaknya terhadap kehidupan sangat berbahaya.

6. Prinsip Kepentingan Terasuransikan ( Insurable Interest)

Untuk dapat mengasuransikan barangnya, tertanggung harus mempunyai suatu kepentingan


dalam barang tersbut. Teori yang pernah dikemukakan oleh M.Th. Goudsmit dalam disertasinya
pada tahun 1871 bahwa asuransi pun mungkin tanpa kepentingan, tidak mempunyai penganut
lagi7 Yang dimaksud dengan kepentingan terasuransikan adalah pihak yang ingin
mengasuransikan suatu objek peranggungan seperti rumah tinggal, stok barang dagangan atau
laiinya harus mempunyai kepentingan atas objek tersebut. Kepentingan tersebut harus diakui
secara hukum.

7. Prinsip itikad Baik (Utmost Good Faith)

Dalam kontrak asuransi, untuk pelaksanaan polis, pihak-pihak yang terlibat harus memiliki
niat baik. Oleh karena itu tidak adanya pengungkapan fakta penting, kerterlibatan tindakan
penipuan, kesalapahaman atau pernyataan salah adalah semua elemen yang dapat membuat tidak
berlakunya polis asuransi.

8. Prinsip ganti rugi (Indemnity)

Fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi risiko yang kemungkinan diderita atau
dipahami oleh tertanggung karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Oleh karna itu,
besarnya ganti kerugian yang diterima oleh tertanggung harus seimbang dengan kerugian yang
diderita. Kebanyakan kontrak asuransi kerugian dan kontrak asuransi kesehatan merupakan
kontrak indemnity atau kontrak pergantian kerugian. Penanggung menyediakan penggantian
kerugian untuk kerugian yang nyata diderita tertanggung, dan tidak lebih besar dari pada keugian
itu. Batas tertinggi kewajiban penanggung berdasarkan prinsip ini adalah memulihkan
tertanggung pada posisi ekonomi yang sama dengan posisinya sebelum terjadi kerugian. Hal ini
berarti jumlah yang tercantum dalam polis bukanlah merupakan jumlah yang harus dibayarkan,
tetapi menyatakan batas maksimum.

Dalam asuransi kerugian, pada dasarnya adalah mekanisme ganti rugi akibat terjadinya suatu
musibah. Jaminan itu tertuang di dalam polis. Mekanisme ganti rugi diatur dalam prinsip
indemnity, yaitu penanggung akana amemberikan ganti rugi untuk mengembalikan posisi

7
Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Logos , Jakarta, 2003, Cet II, hlm. 41

7
keuangan tertanggung, seperti pada saat sebelum terjadi peristiwa yang dijamin polis.
Tertanggung tidak dimungkinkan untuk mendapat posisi keuangan yang lebih setelah mendapat
penggantian dari perusahaan asurans. Dlam definisi ini, tercakup aapa yang dimaksud dengan
asuransi dibawah harga (underinsurance biasanya untuk mendapat premi asuransi yang lebih
rendah.

Sedangkan overinsurance terjadi karena tertanggung mengasuransikan obyek pertanggungan


lebih besar dari harga pasar. Oleh karna itu, penanggung akan menghitung premi berdasarkan
harga pertanggungan yang diberikan oleh tertanggung. Apabila terjadi kerugian, pemberian yang
diberrikan terbatas pada harga pasa, bukan sebesar harga perrtanggungan. Tujuan tertanggung
dengan overinsurance, karena ketidak tahuan, biasanya untuk mendapatkan ganti rugi yang tidak
wajar jika terjadi klaim. Untuk menghindari salah paham, biasanya tertanggung diberi tahu
mengenai harga sebenarnya, di samping penutupan asuransi atas dasar overisurance sangat
dihaindari oleh penanggung. 8

3. Mekanisme Pengelolaan Dana


Dalam pengelolaan dana / investasi, baik dana tabarru maupun saving dapat digunakan
akad wakalah bil ujrah atau mudharabah. Dengan akad wakalah bil ujrah perusahaan asuransi
syariah sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi selain berupa fee atau
ujrah karena akad yang digunakan adalah akad wakalah fee yang dapat juga harus ditetapkan
dalam jumlah yang sewajarnya atau tidak berlebihan dan telah mendapatkan prsetujuan terlebih
dahulu dari peserta.

Dalam praktiknya kedudukan perusahaan asuransi syariah dalam taransaksi asuransi kerugian
adalah sebagai (mudhorib), pemegang amanah. Sedangkan peserta sebagai (shohibulmal).
Mudhorib berkewajiban untuk membayar klaim, apabila ada slah satu dari peserta mengalami
musibah, juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang di embanya secara adil,
transparan, dan profesional dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kump[ulan dana
tabarru mudhorib di awasi secara teknis dan oprasional oleh komisaris dan secara syari di awasi
oleh dewan pengawas syariah atau DPS.

Dalam pengelola dana setiap premi yang akan di terima akan di masukkan kedalam
rekening tabarru yaitu rekening yang akan di niatkan dan digunakan untuk membayar klaim
kepada peserta apabila terjadi musibah/harta benda peserta itu sendiri. Kemudian di investasikan
ke dalam lembaga keuangan yang dibenarkan secara syari dan premi asuransi akan di
kelompokkan ke dalam kumpulan dana peserta untuk syariah.

Keuntungan investasi yang diperoleh akan dimasukkan ke dalam kumpulan dana peserta
untuk kemudian dikuranggi beban asuransi (klaim,premi asuransi). Bila terdapat keutungan
dibagikan menurut prinsip mudharabah bagian keuntungan milik peserta akan dikembalikan

8
Herman Darmadi, Manajeman Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 67

8
kepada peserta yang tidak mengalami musibah sesuai dengan penyertaanya. sedangkan bagian
keuntungan yang diterima perusahaan akan digunakan untuk membiayai oprasional perusahaan.

Kumpulan dana peserta ini akan di investasikan sesuai dengan syariat Islam. Keuntungan
bagi hasil investasi telah di kuranggi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan
dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan
tetap berdasarkan pembagian kerja sama antara perusahaan dan peserta. Dari penjelasan
sebelumnya dapat di simpulkan bahwa dalam praktek asuransi paling tidak ada dua akad yang
membentuknya, yaitu akad tabrru dan akad muidharabah. Akad tabarru terkumpul dalam
rekening dana sosial yang tujuan utamanya digunakan untuk saling menanggung peserta asuransi
yang mengalami musibah kerugian, sedangkan akad mudharabah terwujud tatkala dana yang
terkumpul dalam perusahaan asuransi itu di investasikan dalam wujud usaha yang diproyeksikan
menghasilkan keuntungan (profit).

Asuransi kerugian yang tidak mengandung unsur tabungan (saving) terjadi akad
mudharabah dan peserta dan perusahaan (pengelola) landasan yang awal dari akad mudharabah
ini adalah profit and loss shering maka jika dalam investasinya mendapat keuntungan, maka
keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi atau (nisbah) yang disepakati
sebaliknya, jika investasinya mengalami kerugian (loss atau negative return ) maka kerugian
tersebut dipikul bersama antara peserta asuransi dan perusahaan.

Dengan demikian peserta dan perusahann tidak ada yang terzolimi karena konsep dari
asuransi syariah adalah tolong menolong , saling melindunggi dan saling bantu membantu.
Bentuk tolong menolong dimasukkan ke dalam dana tabarru. Apabila salah satu peserta
mendapat msuibah, maka peserta yang lain ikut menanggung resiko, dimana klaimnya
dibayarkan dari akumulasi dana tabarru yang terkumpul9

4. Kewajiban dan proses Underwriting


Istilah underwriting digunakan untuk mengartikan proses seleksi yang dengan itu
underwriting menentukan penawaran risiko mana yang harus diterma, dan jika diaksep, atas rate,
syarat, dan kondisi apa. Underwriting merupakan proses penyeleksian dan pengelompokkan
risiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan sebuah elemen yang esensial dalam operasi
perusahaan asuransi. Sebab maksud underwriting adalah memaksimalkan laba melalui
penerimaan distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting
yang efisien, perusahaan asuransi tidak mampu bersaing.10 Pertama, kemungkinan menderita
kerugian (change of loss).Kedua, tingkat risiko (degre of risk) Ketiga, hukum bilangan besar
(law of large number).

9
Sanabila,mekanisme pengelolaan dana,http://www.sanabila.com/2015/09/mekanisme-
pengelolaan-dana-tabaru.html, di akses pada tanggal 17okt2017 pukul 19:46
10
Herman Darmadi, Op., Cit., hlm. 31-32

9
1. Kewajiban Underwriter

Tugas utama underwriter adalah mengatur dana seefektif mungkin dan menguntungkan. Pada
asuransi syariah peran underwriter dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan

b. Memutuskan menerima atau tidak risiko-risiko tersebut

c. Menentukan syarat, ketentuan, dan lingkup ganti rugi.

d. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta.

e. Mengamankan margin profit.

Selain itu, beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi umum,
sebelum mengambil keputusan untuk mengaksep atau tidak suatu prospek adalah sebagai
berikut:

a. Kompetisi (competition)

b. Penyebaran risiko dan volume (spread of risk and volume)

c. Survei (survey)

d. Bahaya fisik dan moral (moral dan physical hazrad)

2. Proses Underwriting

Untuk melakukan proses underwriting yang efektif, underwirint harus mengumpulkan


sebanyak mungkin informasi tetang pokok-pokok asuransi dalam batas-batas waktu dan biaya
memperoleh data tambahan. Desk Underwriting mengolah exposure yang telah diusulkan oleh
agen. Underwriting dapat menerima calon nasabah sepanjang memenuhi persyaratan
underwriting yang ditetapkan perusahaan. Apabila suatu risiko ditolak, hal ini disebabkan
underwriting merasa bahwa hazard yang berhubungan dengan risiko terlalu tinggi sehingga tariff
juga akan terlalu tinggi.

a. Surat pernyataan

b. Analisis risiko

c. Penertiban polis

10
5. Klaim
Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas kerugiannya yang
tersedia berdasarkan perjanjian. Klaim adlah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-
hak berdasarkan perjanjian tersebut. Semua usaha yang diberikan untuk menjamin hak-hak
tersebut dihormati sepenuhnya sebagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu penting bagi
pengelola asuransi syariah untuk mengatasi klaim secara efisien. Untuk lebih memahami proses
penyelesaian klaim, kita harus melihat beberpa hal berikut ini11

1. Jenis Kerugian

Sebelum kita mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi syariah, perlu dipahami dahulu
jenis-jenis kerugian. Secara umum jenis-jenis kerugian dapat digolongkan menjadi tiga yaitu
Kerugian seluruhnya (total loss), Kerugian sebagian ( partial loss) , Kerugian pihak ketiga.

a. Kerugian seluruhnya ( total loss )

Objek yang di pertanggungkan secara teknis atau nyata rusak seluruhnya. Misalnya, mobil
yang hilang dicuri atau masuk laut. Secara teknis dikatakan rusak seluruhnya, karena biaya untuk
mengangkat dan memperbaiki lebih besar 75%harga mobil tersebut. Mobil yang terlindas tank
baja secara nyata tidak berwujud lagi sebagai sebagai mobil, dan dikatakan sebagai rusak
seluruhnya. Dlam hal kendaraan dicuri, pernyataan hilangnya kendaraan hanya dapat dikeluarkan
oleh kepala direktorat serse polisi setempat.

b. Kerugian sebagaian ( partial loss )

Adalah semua kerusakan yang tidak masuk kategori kerugian seluruhnya. Menentukan
besarnya nilai kerugian cukup kompleks. Misalnya dalam peristiwa kebakaran kantor atau
gedung, penilaian dilakukan oleh lembaga independen ( loss adjuster ). Sedangkan, untuk
kerugian yang berhubungan dengan asuransi laut, penilaian dilakukan oleh average adjuster.

c. Kerugian pihak ketiga,

Adalah kerugian yang dialami oleh pihak ketiga yang terjadi akibat tiindakan yang dilakukan
oleh tertanggung. Misalnya, kendaraan tertanggung menabrak diri atau harta benda pihak ketiga,
yang kemudian menimbulkan luka badan atau kerugian pada diri atau harta benda pihak ketiga.

2. Penggantian Kerugian

Cara penggantian mengacu pada kondisi dan kesepakatan yang tertulis dalam polis yaitu
pemilihan cara penggantian yang ada pada penanggung akan mengganti dengan uang tunai,
memperbaiki dan membangun ulang objek yang mengalami kerusakan. Oleh Karen itu sebaiknya
sebelum melakukan perbaikan atas kerugian yang terjadi, tertanggung terlebih dahulu meminta

11
Muhammad Syakir Sula, Op., Cit., hlm 259

11
persetujuan tertulis dari penanggung. Biasanya sebelum memberikan persetujuan tertulis dari
penanggung, penanggung akan menentukan penyebab kerusakan, apakah dijamin oleh polis.
Pada kasus yang tidak komplek, penangung menentukan bagaimana sifat dan berapa besarnya
penggantian yang wajar atas kerusakan yang terjadi.

3. Prosedur Klaim

Secara umu prosedur klaim pada asuransi kerugian (umum) hamper sama baik pada asuransi
syariah maupun konvensional. Adapun yang sama membedakan dari masing-masing perusahaan
adalah kecepatan dan kejurujuan dalam menilai suatu klaim.

a. Pemberitahuan klaim

b. Bukti klaim kerugian

c. Penyelidikan

d. Penyelesaian klaim

6. Reasuransi dan (Retakaful)


1. Pengertian Reasuransi dan Retakaful

Pengertian Reasuransi sebagaimana tersimpul dalam KUHD pasal 271 tersebut tampak
sejiwa dan seirama dengan yang di kemukakan oleh pakar reasuransi Robert I Mehr dan E.
Cammack dalam bukunya prinsipel of insurance12, yang menyatakan reinsurance is the insurance
of insurance (Reasuransi adalah dari asuransi atau asuransinya asuransi).

Selanjutnya Robert dan cammack menjelaskan bahwa jika suatu perusaan asuransi
penutup risiko atau dia menutup risiko-risiko disuatu daerah tertentu memalui seorang agen, dia
dapt mempertanggunkan ulang/kembali kelebihan risiko yang melampaui daya tampungnya13.

Dengan kata lain, berdasarkan kepentingan yang dipertanggungkan, perusaan asuransi


yang telah menutup suatu pertanggungan atas risiko atau risiko-risiko disuatu daerah tertentu,
dapat mempertanggungkan kembali kelebihan tanggung gugat ( exc diablity) yang melampaui
daya dampungnya sendiri (oum retention) kepada penanggung lain.

Suatu transaksi reasuransi adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara dua pihak,
yang masing-masing disebut pemberi sesi (cerding company) dan menyetujui menyerahkan dan
penanggung ulang (reasuradur) menyetujui menerima suatu risiko yang telah ditentukan dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian14.

12
Roberth I Mehr Emerson Cammack Priociples of insurance. The miliancoy. New york, hlm 723
13
Ibid
14
C.E Golking. The law and practice og reinsurance, sweet and maxwell. Landen, 1970 Hlm 5

12
Sedangkan reasurance syariah (retakaful) adalah suatu proses saling menanggung antara
pemeberi sesi (ceding company) dengan penanggung ulang (reasuradur), dimana ada proses
suka sama suka (saling menyepakati) risiko dan persyaratanya yang di tetapkan dalam akad.
Dalam oprasionalanya, menggunakan prinsip-prinsip syariah, terbatas dari praktek garar,maisir,
dan riba.

2. Tujuan Reasuransi (Retakaful)

Di tinjau dari aspek teknis, tujuan reasuransi dan retakaful adalah sama, yakni untuk
menguranggi atau memperkecil beban resiko yang diterimanya dengan mengalihkan seluruh atau
sebagian risiko itu kepada pihak penanggung lain. Dengan penanggung ulang ini, [enanggung
pertama dapat menggurangi atau memperkecil risiko-risiko yang diterimanya di pandang dari
segi kemungkinan kerugian materil. Jika pada aspek teknis, tujuan reasuransi lebih mendasarkan
pada cara atau alat pengalihan beban resiko dan/atau pembagian risioko (ditribution of risk) atau
peyebaran risiko (spreanding of risk) maka pada aspek hukum manfaat reasuransi lebih menitik
beratkan pada perjanjian pengalihan sekuruh atau sebagai risiko dari piak perusahaan asuransi
atau penanggung pertama kepada penanggung ulang.

7. Kerangka Teknik dan Oprasional


Introduction
- Kata Takaful berasal dari literatur Arab dan merupakan kata kerja yaitu kafalah yang
berarti saling menolong atau saling peduli atas keperluan atau kebutuhan seseorang
lainya.
- Takaful adalah sebuah akad persetujuan di antara suatu komunitas untuk saling
menanggung satu sama lainya dari kemungkinan-kemungkinan musibah yang
dialami oleh peserta persetujuan.
- Berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam, para peserta takaful bersetuju untuk
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dalam menghadapi berbagai
musibah dengan pengumpulan dana yang mereka kontribusikan kedalam dana
takaful.
- Dana takaful yang merupakan kontribusi seluruh peserta digunakan untuk
memberikan konspensasi kerugian atas musibah yang di alami para peserta, hal ini
jelas merupakan amanah surah Al-Maidah ayat 2.
The Different
- Dengan basis tolong menolong dan saling menanggung, maka dalam oprasionalnya
ada perbedaan prinsip takaful dengan prinsip oprasional asuransi konvensional.

13
8. Pengertian Produk Mega Risk dan Simple Risk
1. Produk-produk Simple Risk
Produk-produk Simple Risk adalah produk-produk asuransi umum atau kerugian berdasarkan
syariah, yang tingkat resiko dan perhitungan secara teknis dalam produk-produknya

relative sederhana (simple) dan resiko standar tanpa perluasan jaminan. 15

2. Produk Mega Risk


adalah produk-produk kerugian berdasarkan syariah, dimana tingkat resikonya lebih
tinggi(high risk) sehingga pada umumya melebihi reasuransi perusahaan, dan dalam struktur
perhitungan teknisnya cukup rumit (complicated).16

15
Muhammad Syakir Sula, Buku Panduan Pemasaran Group Takaful, 2003, STI, hlm 60-90.
16
Muhammad Syakir Sula Loc.cit.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Takaful ditegakkan atas dasar tiga prinsip, yaitu Saling bertanggung jawab,Saling bekerja
sama, saling membantu, dan Saling melindungi. Konsep takafuli (tolong-menolong) Konsep
tolong-menolong atau saling melindungi dalam kebenaran sebagaimana termuat dalam surah Al-
Maaidah ayat 2. Prinsip-Prinsip asuransi kerugian meliputi berserah diri dan ikhtiar,tolong
menolong, bertangung jawab, prinsip kepentingan terasuransikan, prinsip itikad baik, prinsip
saling kerja sama dan bantu-membantu, prinsip melindungi dan berbagi kesusahan, dan Prinsip
ganti rugi. Dalam pengelolaan dana / investasi, baik dana tabarru maupun saving dapat
digunakan akad wakalah bil ujrah atau mudharabah. Underwriting merupakan proses
penyeleksian dan pengelompokkan risiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan sebuah
elemen yang esensial dalam operasi perusahaan asuransi. Sebab maksud underwriting adalah
memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan
laba. Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas kerugiannya
yang tersedia berdasarkan perjanjian. Reasuransi adalah dari asuransi atau asuransinya asuransi.
Simple Risk adalah produk-produk asuransi umum atau kerugian berdasarkan syariah, yang
tingkat resiko dan perhitungan secara teknis dalam produk-produknya relative sederhana
(simple) dan resiko standar tanpa perluasan jaminan.

B. Saran

Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada pembaca jika
ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi yang berbeda dari
pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi.

Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
kami sebagai penulis bisa memperbaikinya untuk masa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah (Life and General), Jakarta, Gema Insani.

Muhammad Syakir Sula, 2003, Buku Panduan Pemasaran Group Takaful, Jakarta,STI.

Jafril Khalil , 2013 , Asuransi dalam Hukum Islam (Makalah Workshop Asuransi Syariah), IBI.

Gemala Dewi, 2006, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,
Jakarta, Kencana.

Darnadi Herman,2000, Manajeman Asuransi, Jakarta, bumi aksara

Sanabila,2017, mekanisme pengelolaan dana,http://www.sanabila.com/2015/09/mekanisme-pengelolaan-


dana-tabaru.html.

Roberth I Mehr Emerson Cammack. Priociples of insurance. The miliancoy. New york,

C.E Golking. 1970. The law and practice og reinsurance, sweet and maxwell. Landen.

16

You might also like